Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Psoriasis.docx

  • Uploaded by: tiara widya
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Psoriasis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,943
  • Pages: 26
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PSORIASIS

Disusun Oleh : Kelompok 1 1. Shyffa Arrizqi

G2A016051

5. Muflikhatul Ulya G2A016055

2. Dhia Ramadhani G2A016052

6. Qurrata A’yun

G2A016056

3. Shinta Mayang S. G2A016053

7. Tiara Widya H.

G2A016057

4. Lia Anis Syafaah G2A016054

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN 2018

KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien dengan Psoriasis”. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Muskuloskeletal di Universitas Muhammadiyah Semarang. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Bapak/Ibu selaku dosen pengampu pada mata kuliah

Blok Sistem

Muskuloskeletal. 2. Rekan-rekan semua yang mengikuti perkuliahan Blok Sistem Muskuloskeletal. 3. Keluarga yang selalu mendukung penyusun. 4. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan Makalah “Asuhan Keperawatan Pasien dengan Psoriasis”, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 29 September 2018

Penyusun

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………….. ii DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1 A. Latar Belakang Masalah…………………………………………... 1 B. Tujuan Penulisan………………………………………………….. 2 C. Metode Penulisan…………………………………………………. 2 D. Sistematika Penulisan……………………………………………... 3 BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….. 4 A. Definisi…………………………………………………………….. 4 B. Etiologi…………………………………………………………….. 5 C. Patofisiologi……………………………………………………….. 7 D. Manifestasi Klinik…………………………………………………. 8 E. Penatalaksanaan…………………………………………………… 9 F. Pengkajian Fokus dan Pemeriksaan Penunjang…………………… 12 G. Pathways Keperawatan……………………………………………. 16 H. Diagnosa Keperawatan……………………………………………. 17 I. Fokus Intervensi dan Rasional……………………………………. 17 BAB III PENUTUP……………………………………………………….. 21 A. Kesimpulan……………………………………………………….. 21 B. Saran………………………………………………………............ 21

DAFTAR PUSTAKA

iii

iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Psoriasis adalah suatu penyakit autoimun atau penyakit inflamasi kronis pada kulit yang umum dan kompleks yang dapat mengenai semua usia. Penyakit ini ditandai dengan plak berbatas tegas yang disertai dengan skuama tebal berwarna keputihan. Lesipsoriasis terdistribusi secara simetris dengan predileksi utama di daerah ekstensor ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia dan dapat disertai gejala subjektif seperti gatal serta rasa terbakar( Noya, 2017: 292). Penyebab terjadinya psoriasis ini masih belum diketahui secara pasti. Faktorgenetik dan imunologik berperan dalam etiopatogenesis psoriasis. Beberapa hal yang diduga dapat menjadi factor pencetus dalam terjadinya psoriasis meliputi faktor stress, infeksi, trauma, hormon, obat – obatan, pajanan. sinar ultraviolet, obesitas, merokok dan konsumsi alcohol(Robin, 2005 : 79). Data nasional prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui denganpasti. Di RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, insidensi psoriasis mencapai 2,6% pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2001.Winta RD dkk, melaporkan di RSUP. Dr. Kariadi Semarang terdapat 198(0,74%) kasus psoriasis selama rentang waktu 5 tahun (2003-2007). Sedangkan pada tahun 2007-2011 dilaporkan oleh Indranila dkk terdapat 210 kasus psoriasis(1.4%) dari 14.618 pasien ditempat yang sama dengan jenis psoriasis vulgarisyang paling dominan. Sampai saat ini belum ada penelitian yang secara khusus meneliti mengenai karakteristik pasien psoriasis di SMF (Satuan Medis Fungsional) Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP.H. Adam Malik Medan sehingga peneliti ingin melakukan penelitian retrospektif

1

pada pasien psoriasis di SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode tahun 2010 – 2012 (Kemenkes RI, 2013).

B. Tujuan Penulisan Tujuan umum : Mahasiswa dapat memahami Asuhan keperawatan dengan psioriasis. Tujuan khusus : 1.

Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian penyakit Gout

2.

Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi penyakit Gout

3.

Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi penyakit Gout

4.

Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinik Gout

5.

Mahasiswa dapat menjelaskan Penatalaksanaan penyakit Gout

6.

Mahasiswa dapat menjelaskan pengkajian fokus penyakit & Pemeriksaan diagnostik Gout

7.

Mahasiswa dapat menjelaskan pathway keperawatan penyakit Gout

8.

Mahasiswa dapat menjelaskan Asuhan keperawatan teori penyakit Gout

9.

Mahasiswa dapat menjelaskan diagnosa keperawatn penyakit Gout

10. Mahasiswa dapat menjelaskan fokus intervensi dan rasional penyakit Gout

C. Metode Penulisan Pada penulisan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gout” ini, penulis hanya menggunakan metode penulisan dengan literatur saja.Dengan metode literatur ini penulis mencari berbagai sumber pada buku maupun buku elektronik yang bersangkutan dengan judul tersebut.

2

D. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan.

BAB II KONSEP DASAR

Pengertian,

Klasifikasi,

Patofisiologi,

Manifestasi

Penatalaksanaan, Pathways

Pengkajian

Keperawatan,

Etiologi, Klinik, Fokus, Diagnosa

Keperawatan dan Fokus Intervensi dan Rasional. BAB III PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

3

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Psoriasis merupakan penyakit inflamasi noninfeksius yang kronik pada kulit di mana produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan kurang – lebih enam hingga Sembilan kali lebih besar dari pada kecepatan yang normal. Sel – sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat kepermukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik atau flak jaringan epidermis yang profus. Sel epidermis yang mengalami psoriasis dapat berjalan dari lapisan sel basal epidermis ke stratum korneum (permukaan dan melepaskan diri dalam waktu 3 hingga 4 hari sehingga sangat berbeda waktu 26 hingga 28 hari yang normal.Sebagai akibat dari peningkatan jumlah sel basal dan pergerakan sel yang cepat , kejadian maturasi dan pertumbuhan sel yang normal tidak dapat berlangsung.Proses yang abnormal ini tidak memungkinkan terbentuknya lapisan proktektif kulit yang normal. a. Psoriasis merupakan penyakit kronik yang dapat terjadi pada setiap usia . Perjalanan alamiah penyakit ini sangat berfluktuasi.Misalnya , sinar matahari , istirahat dan musim panas biasanya baik untuk pasien psoriasis. Psoriasis merupakan penyakit yang diturunkan , meskipun cara penurunan penyakit ini belum dimengerti sepenuhnya . b. Psoriasis merupakan penyakit radang kulit kronik dan rekuren / kambuhan, ditandai dengan adanya bercak-bercak kemerahan dengan sisik putih yang kasar dan tebal.(httt//www.sinarharapan.co.id) c. Psoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit dimana produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan 6-9 x lebih besar daripada kecepatan sel normal. (Smeltzer, Suzanne, hal 1875) d. Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit kronis yang tidak menular, sering kambuh, yang disebabkan oleh proses autoimun dan kadang-kadang dapat diturunkan.

4

e. Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Biasanya bentuk kulit bersisik. Kemunculan penyakit ini terkadang untuk jangka waktu lama atau timbul/hilang, penyakit ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup serta mengganggu kekuatan mental seseorang bila tidak dirawat dengan baik.

B. Etiologi Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui. Diduga penyakit ini diwariskan secara poligenik. Walaupun sebagian besar penderita psoriasis timbul secara spontan, namun pada beberapa penderita dijumpai adanya faktor pencetus antara lain: a. Trauma Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma, garukan,

luka

bekas

operasi,

bekas

vaksinasi,

dan

sebagainya.

Kemungkinan hal ini merupakan mekanisme fenomena Koebner. Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya trauma. b. Infeksi Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah infeksinya sembuh. c. Iklim Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh. d. Faktor endokrin Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis cenderung membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan setelah melahirkan. Kadang-kadang psoriasis pustulosa

5

generalisata timbul pada waktu hamil dan setelah pengobatan progesteron dosis tinggi. e. Sinar matahari Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis namun pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita. f. Metabolik Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis. g. Obat-obatan Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia. Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat menimbulkan efek “withdrawal”. Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah diakui sebagai pencetus psoriasis. Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis. Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata. Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan dapat memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah : a. Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat gatal digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada saat beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan kemudian digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit bertambah tebal. b. Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik. c. Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit. 6

d. Emosi tak terkendali. e. Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit menjadi merah , misalnya mengandung alcohol. Tempat-tempat tertentu pada tubuh cenderung terkena kelainan ini; tempat-tempat tersebut mencakup kulit kepala, daerah disekitar siku serta lutut, punggung bagian bawah dan genetalia. Psoriasis juga dapat ditemukan pada permukaan ekstensor lengan dan tungkai, daerah disekitar sakrum, serta lipatan intergluteal. Distribusi simetri dilateral merupakan cirihas psoriasis. Pada kurang lebih seperempat hingga separuh dari pasien-pasien, kelainan tersebut mengenai kuku yang menyebabkan terjadinya piting, perubahan pada kuku serta pemngumpulan pada ujung bebas dan pemisahan lempeng kuku. kalau psoriasis terjadi pada telapak kaki dan tangan, keadaan ini bisa menimbulkan lesi pustule. C. Patofisiologi Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena: a. Terjadi peningkatan “turnover” epidermis atau kecepatan pembentukannya dimana

pada

kulit normal memerlukan waktu 26-28 hari, pada

psoriasis hanya 3-4 hari

sehingga gambaran klinik tampak adanya

skuama dimana hiperkeratotik. Disamping

itu

pematangan

sel-sel

epidermis tidak sempurna. b. Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang kronik dimana terdapat penyembuhan dan kekambuhan spontan serta predileksi lesinya pada tempat-tempat tertentu. c. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis meliputi: a) Peningkatan replikasi DNA. b) Berubahnya kadar siklik nukleotida. c) Kelainan prostaglandin dan prekursornya. d) Berubahnya metabolisme karbohidrat. Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan kemudian terlepas dari permukaan kulit. Pada penderita psoriasis, sel kulit akan

7

matur dan menuju permukaan kulit pada 3-4 hari, sehingga akan menonjol dan menimbulkan bentukan peninggian kumpulan plak berwarna kemerahan. Warna kemerahan tersebut berasal dari peningkatan suplai darah untuk nutrisi bagi sel kulit yang bersangkutan. Bentukan berwarna putih seperti tetesan lilin (atau sisik putih) merupakan campuran sel kulit yang mati. Bila dilakukan kerokan pada permukaan psoriasis, maka akan timbul gejala koebner phenomenon. Terdapat banyak tipe dari psoriasis, misalnya plaque, guttate, pustular, inverse, dan erythrodermic psoriasis. Umumnya psoriasis akan timbul pada kulit kepala, siku bagian luar, lutut, maupun daerah penekanan lainnya. Tetapi psoriasis dapat pula berkembang di daerah lain, termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia, wajah, dll. Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis menunjukkan adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel yang membelah dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak). Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin monofosfat (AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP) sikli. Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi pembentukan plak psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas D. Manifestasi klinik Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempattempat predileksi, yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang

8

meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema berbatas tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin digores. Pada fenomena Auspitz serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan karena papilomatosis. Trauma pada kulit , misalnya garukan , dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis dan disebut kobner. Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yang agak khas yang disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar ( Mansjoer,2000 ). Gejala dari psoriasis antara lain: 

Mengeluh gatal ringan



Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.



Terdapat fenomena tetesan lilin



Menyebabkan kelainan kuku

E. Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian epidermis, meningkatkan resolusi lesi psoriatik dan mengendalikan penyakit tersebut. Pendekatan terapeutik harus berupa pendekatan yang dapat dipahami oleh pasien, pendekatan ini harus bisa diterima secara kosmetik dan tidak mempengaruhi cara hidup pasien. Terapi psoriasis akan melibatkan komitmen waktu dan upaya oleh pasien dan mungkin pula keluarganya. Ada tiga terapi yang standar: topikal, intralesi dan sistemik. 1. Terapi topical Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan lainnya.Obat-obatannya mencakup preparat ter, anthralin, asam

9

salisilat dan kortikosteroid.Terapi dengan preparat ini cenderung mensupresi epidermopoisis (pembentukan sel-sel epidermis). 2. Formulasi ter Mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter dapat menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan psoriatik yang cepat.Terapi ter dapat dikombinasikan dengan sinar ultraviolet-B yang dosisnya ditentukan secara cermat sehingga menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang antara 280 dan 320 nanometer (nm).Selama fase terapi ini pasien dianjurkan untuk menggunakan

kacamata

pelindung

dan

melindungi

matanya.Pemakaian sampo ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan

losion

steroid

dapat

digunakan

untuk

lesi

kulit

kepala.Pasien juga diajarkan untuk menghilangkan sisik yang berlebihan dengan menggosoknya memakai sikat lunak pada waktu mandi. 3. Anthralin Preparat (Anthra-Derm, Dritho-Crème, Lasan) yang berguna untuk mengatasi plak psoriatik yang tebal yang resisten terhadap preparat kortikosteroid atau preparat ter lainnya. 4.

Kortikosteroid Topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah obat ini dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup dengan kasa lembaran plastik oklusif untuk menggalakkan penetrasi obat dan melunakkan plak yang bersisik.

5. Terapi intralesi Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10, Trymex) dapat dilakukan langsung kedalam berck-bercak psoriasis yang terlihat nyata atau yang terisolasi dan resisten terhadap bentuk terapi lainnya.Kita harus hati-hati agar kulit yang normal tidak disuntuik dengan obat ini. 6. Terapi sistemik

10

Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel epidermis sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis yang psoriatik. Walaupun begitu, obat ini bisa sangat toksik, khususnya bagi hepar yang dapat mengalamim kerusakan yang irreversible.Jadi, pemantauan melalui pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk memastikan bahwa sistem hepatik, hematopoitik dan renal pasien masih berfungsi secara adekuat. Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan dengan metotreksat karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan

kerusakn

hepar.

Metotreksat

bersifat

teratogenik

(menimbulkan cacat fisik janin) pada wanita hamil. 1. Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis DNA. Monitoring pasien dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan gejal depresi sumsum tulang. 2. Siklosporin A, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah rejeksi organ yang dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan dalam pengobatan kasus-kasus psoriasis yang berat dan resisten terhadap terapi. Kendati demikian, penggunaannya amat terbatas mengingat efek samping hipertensi dan nefroktoksisitas yang ditimbulkan (Stiller, 1994). 3. Retinoid oral (derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam vitamin A) akan memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi jaringan epiterial, dan dengan demikian pemakaian preparat ini memberikan harapan yang besar dalam pengobatan pasien psoriasis yang berat. 4. Fotokemoterapi. Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan umum pasien adalah psoralen dan sinar ultraviolet A (PUVA). Terapi PUVA meliputi pemberian preparat fotosensitisasi (biasanya 8metoksipsoralen) dalam dosis standar yang kemudian diikuti dengan pajanan sinar ultraviolet gelombang panjang setelah kadar obat dalam plasma mencapai puncaknya. Meskipun mekanisme kerjanya tidak dimengerti sepenuhnya, namun diperkirakan ketika kulit yang sudah

11

diobati dengan psoralen itu terpajan sinar ultraviolet A, maka psoralen akan berkaitan dengan DNA dan menurunkan proliferasi sel. PUVA bukan terapi tanpa bahaya; terapi ini disertai dengan resiko jangka panjang terjadinya kanker kulit, katarak dan penuaan prematur kulit. 5. Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan setelah 2 jam kemudian diikuti oleh irradiasi sinar ultraviolet gelombang panjang denagn intensitas tinggi. (sinar ultraviolet merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang mengandung panjang gelombang yang berkisar dari 180 hingga 400 nm). 6. Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatasi plak yang menyeluruh. Terapi ini dikombinasikan dengan terapi topikal ter batubara (terapi goeckerman). Efek sampingnya serupa dengan efek samping pada terapi PUVA. 7. Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia adalah derivat dari Vitamin A. Bisa diminum sendiri atau dikombinasi dengan sinar ultraviolet. Hal ini dilakukan pada penderita yang sudah bandel dengan obat obat lainnya yang terdahulu.

F. Pengkajian Fokus dan Pemeriksaan Penunjang A. Pengkajian Keperawatan (Pengkajian 11 Pola Gordon) 1.Pola persepsikesehatan a. Adanya riwayat infeksi sebelumnya b. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil. c. Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu,mis,vitamin;jamu d. Adakah konsultasi rutin ke Dokter. e. Hygiene personal yang kurang. f. Lingkungan yang kurangsehat, tinggal berdesak-desakan.

2. Pola Nutrisi Metabolik a. Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali

12

sehari makan b. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tertentu: berminyak,pedas c. Jenis makanan yang disukai. d.Nafsu makan menurun. e. Muntah-muntah. f. Penurunan berat badan. g. Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan. h. Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih.

3. Pola Eliminasi a. Sering berkeringat. b. Tanyakan pola berkemih dan bowel. c. Toleransi terhadap aktivitas rendah.

4. Pola Aktivitas dan Latihan a. Pemenuhan sehari-hari terganggu b. Kelemahan umum, malaise c. Toleransi terhadap aktivitas rendah. d. Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan. e. Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.

5. Pola Tidur dan Istirahat a. Kesulitan tidur pada malam hari karena stress b. Mimpi buruk. c. Pola Persepsi Kognitif d. Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat. e. Pengetahuan akan penyakitnya

6. Pola Persepsi dan Konsentrasi Diri a. Perasaan tidak percaya diria tau minder

13

b. Perasaan terisolasi c. Pola Hubugan denganSesama d. Hidup sendiri atau berkeluarga e. Frekuensi interaksi berkurang f. Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

7. Pola Reprodiksi Seksualitas a.Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan. b. Penggunaan obat-KB mempengaruhi hormon.

8. Pola MekanismekopingdanToleransiTerhadap Stress a. Emositidakstabil. b. Ansietas, takutakanpenyakitnya. c. Disorientasi, gelisah

9. Pola Sistem Kepercayaan a. Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah. b. Agama yang dianut

B. Pemeriksaan Penunjang Menurut Djuanda:2007 pemeriksaan yang dilakukan untuk menghambat terjadinya penyakit psoriasis adalah : 1. Pemeriksaan fisik Anamnesa: Untuk mencari gejala dan tanda adanya infeksi psoriasis dan juga mencari penyebabnya. Pemeriksaan fisik dan lokal: Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk melihat (infeksi) dan palpasi keadaan kulit,kuku,sendi yang terinfeksi. 2. Pemeriksaanlaboratorium • Pemeriksaan Histopatologi Pemeriksaan Patologianatomi, di dapatkan :

14

1.

Akantosis (penebalan lapisan kulit stratum spinosum) dengan

elongasi teratur dari rete ridges, dan penebalan pada bagian bawahnya. 2.

Penipisan epidermis lempeng supra papilar dengan kadang-kadang

terdapat pustule spongi formis kecil • Papilomatosis 1.

Berkurang atau hilangnya stratum granulosum

2.

Hyperkeratosis, parakeratosis, sertaabses Munro

3.

Pada dermis ditemukanin filtrasi sel-sel polinuklear, limfosit dan

monosit serta pelebaran dan berkelok-kelokanya ujung-ujung pembuluh darah.

15

G. Pathway Keperawatan stress

hormon norephinefrin ↑

Menstimulasi produksi IL-12 ↑

Merangsang sel Th 1 melalui reseptor β adrenergik memproduksi IFN γ

EGF ( Epidermis Grow Faktor) dan NGF ( Neural Grow Faktor) ↑

pembelahan sel kulit di stratum basalis ↑

Bergerak menuju lapisan stratum korneum

penumpukan sel2 kulit yang belum matang

proliferasi keratin ↑

Terpapar sinar matahari

Gangguan citra tubuh

Skuama

Inflamasi pada lapisan keratinosit

Mengeluarkan ACh

Merangsangsang serabut saraf tipe C

Ansietas

Gangguan tidur

Gatal

Gangguan rasa nyaman : Nyeri

Merangsang saraf motorik

Lesi

Gangguan integritas kulit

Gangguan Koping keluarga

Digaruk

Eritema – Pustula

Lesi distribusi generalisata

Resiko menular

16

H. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit ditandai dengan adanya gatal, ansietas, klien tampak gelisah, lesi. 2. Gangguan integritas kulit b.d adanya lesi dan reaksi inflamasi. 3. Gangguan citra tubuh yang b.d perubahan struktur kulit ditandai dengan sisik pada kulit 4. Anxieties yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan klien gelisah, ketakutan, gangguan tidur, sering berkeringat. 5. Gangguan koping keluarga b.d kurangnya informasi mengenai penyakit. I. Fokus Intervensi & Rasional

1. Dx :Gangguan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi Diagnosa NOC NIC Keperawatan Kerusakan integritas  Tissue Integrity : Skin Pressure Management kulit and Mucous  Anjurkan pasien Definisi : Perubahan / Membranes untuk menggunakan gangguan epidermis dan  Hemodyalis akses pakaian yang longgar / atau dermis Kriteria Hasil :  Hindari kerutan pada  Integritas kulit yang tempat tidur Batasan Karakteristik : baik bisa  Jaga kebersihan kulit  Kerusakan lapisan dipertahankan (sensasi, agar tetap bersih dan kulit (dermis) elastisitas, temperatur, kering  Gangguan hidrasi, pigmentasi)  Mobilisasi pasien permukaan kulit  Tidak ada luka/lesi (ubah posisi pasien) (epidermis) pada kulit setiap dua jam sekali  Invasi struktur tubuh  Perfusi jaringan baik  Monitor kulit akan  Menunjukkan adanya kemerahan Faktor Yang pemahaman dalam  Oleskan lotion atau Berhubungan : proses perbaikan kulit minyak/baby oil pada Eksternal : dan mencegah daerah yang tertekan  Zat kimia, Radiasi terjadinya cedera  Monitor aktivitas dan  Usia yang ekstrim berulang mobilisasi pasien  Kelembapan  Mampu melindungi  Monitor status nutrisi  Hipertermia kulit dan pasien  Hipotermia mempertahankan  Memandikan pasien

17

 Faktor mekanik (mis..gaya gunting [shearing forces])  Medikasi  Lembab  Imobilitasi fisik Internal:  Perubahan status cairan  Perubahan pigmentasi  Perubahan turgor  Faktor perkembangan  Kondisi ketidakseimbangan nutrisi (mis.obesitas, emasiasi)  Penurunan imunologis  Penurunan sirkulasi  Kondisi gangguan metabolik  Gangguan sensasi  Tonjolan tulang

kelembaban kulit dan perawatan alami

dengan sabun dan air hangat Insision site care  Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses penyembuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan, klip atau straples  Monitor proses kesembuhan area insisi  Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi  Bersihkan area sekitar jahitan atau staples, menggunakan lidi kapas steril  Gunakan preparat antiseptic, sesuai program  Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka (tidak dibalut) sesuai program Dialysis Acces Maintenance

18

2. Dx : Anxieties yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan klien gelisah, ketakutan, gangguan tidur, sering berkeringat. DIAGNOSA NOC KEPERAWATAN Ansietas Outcomes to measure Definisi: Perasaan tidak resolution of diagnosis nyaman atau kekhawatiran  Anxiety level yang samar disertai respons  Social anxiety level autonom (sumber sering kali Additional outcomes to tidak spesifik atau tidak measure defining diketahui oleh individu) characteristic Batasan Karakteristik :  Agitation level Perilaku  Anxiety self Penurunan produktivitas control  Gerakan yang irelevan  Bowel continence  Gelisah  Coping  Melihat sepintas  Fatigue level  Insomnia  Fear level  Kontak mata yang buruk  Sleep  Mengekspresikan  Fear level: child kekhawatiran karena  Safe wandering perubahan dalam peristiwa hidup Afektik  Kesedihan yang mendalam  Distress  Ketakutan  Perasan tidak adekuat  Berfokus pada diri sendiri  Peningkatan kewaspada  Iritabilita  Gugup Faktor Yang Berhubungan  Perubahan dalam status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran,

NIC Anxiety Reduction  Mendengarkan penyebab kecemasan klien dengan penuh perhatian  Observasi tanda verbal dan non verbal dari kecemasan klien Calming Technique  Menganjurkan keluarga untuk tetap mendampingi klien  Mengurangi atau menghilangkan rangsangan yang menyebabkan kecemasan pada klien Coping enhancement Meningkatkan pengetahuan klien mengenai glaucoma. Menginstruksikan klien untuk menggunakan tekhnik relaksasi

19

status peran  Pemajanan toksin  Terkait keluarga  Herediter  Infeksi/kontaminan interpersonal  Penularan penyakit interpersonal  Krisis maturasi  Krisis situasional

20

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Psoriasis adalah suatu penyakit autoimun atau penyakit inflamasi kronis pada kulit yang umum dan kompleks yang dapat mengenai semua usia. Penyakit ini ditandai dengan plak berbatas tegas yang disertai dengan skuama tebal berwarna keputihan ( Noya, 2017: 292). Beberapa hal yang diduga dapat menjadi factor pencetus dalam terjadinya psoriasis meliputi faktor stress, infeksi, trauma, hormon, obat – obatan, pajanan. sinar ultraviolet, obesitas, merokok dan konsumsi alcohol. Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi, yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral. Diagonsa keperawatan yang biasanya muncul adalah : a) Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit ditandai dengan adanya gatal, ansietas, klien tampak gelisah, lesi. b) Gangguan integritas kulit b.d

adanya lesi dan reaksi inflamasi. c) Gangguan citra tubuh yang b.d

perubahan struktur kulit ditandai dengan sisik pada kulit. d) Anxieties yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan klien gelisah, ketakutan, gangguan tidur, sering berkeringat. e) Gangguan koping keluarga b.d kurangnya informasi mengenai penyakit.

B. Saran Kepada mahasisiwa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disaranka dapat mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit psoriasis dalam masyarakat maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak berlanjut kea rah yang lebih buruk

21

22

Related Documents


More Documents from "Parlindungan Marpaung"