ASUHAN KEPERAWATAN AN EMIA SEL SABIT PADA NY.S DIRUANG PAVILIUM KENANGA RSD UNDATA PALU
DISUSUN OLEH : KELOMPOK VII/ VI A 1. Nursanti 2. Nurmina 3. Moh. Arif 5. Noviat Indri adelita
Pk 115 014 027 Pk 115 014 026 Pk 115 014 020 Pk 115 014 154
Diajukan sebagai syarat Tugas Kelompok mata kuliah Sistem Imun dan Hematologi Kepada dosen Pembimbing Mata kuliah (Ns.Wahyu,M.kes)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU
2017
ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA SEL SABIT PADA NY.S DIRUANG PAVILIUM KENANGA RSD UNDATA PALU
DI SUSUN OLEH : KELOMPOK VII/VI A Telah disetujui dan diterima oleh :
Dosen pembimbing Matakuliah Sistem Imun dan Hematologi
Ns. Wahyu, M.Kes
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan oleh defek molekul hemoglobin dan berkenaan dengan serangan nyeri. Anemia sel sabit atau penyakit sel sabit homozigot (Hb SS) adalah gangguan autosom resesif bawaan yang mempengaruhi pergantian valin dengan asam glutamat pada rantai hemoglobin. Ada varian anemia sel sabit yang lain dan yang paling banyak ditemui adalah Hb SB, Hb SD , Hb SE, Sel darah merah pada anemia ini kurang memiliki kemampuan dalam hal membawa oksigen dan juga memiliki angka dekstruksi yang lebih besar dibanding sel darah merah normal. Lama hidup sel sabit menurun hingga 10-30 hari (normalnya 120 hari). Insiden penyakit pada orang afrika amerika diperkirakan 1 dari 12 orang dan insiden penyakit diperkirakan 1 dari 375. Sekitar 2000 bayi dilahirkan dengan penyakit sel sabit setiap tahun di amerika serikat, kematian paling sering terjadi pada anak yang berusia 1 sampai 3 tahun. Penyakit sel sabit/ anemia sel sabit merupakan gangguan genetik resesif autosomal, yaitu individu memperoleh hemoglobin sabit (hemoglobin S) dari kedua orangtua. Oleh karena itu, pasien homozigot (Gelehertr, 1999). Individu heterozigot (gen abnormal diwariskan hanya dari salah satu oarangtua) dikatakan memiliki sifat sel sabit. Individu-individu ini umumnya asimtomatik dan memiliki usia harapan hidup yang normal. Sifat sel sabit tidak memperpendek harapan hidup seseorang atau menyebabkan anemia. Ini tidak berubah jadi anemia sel sabit. Namun, selama pemajanan pada lingkungan dengan oksigen sangat rendah, seperti pada saat anestasi, di tempat ketinggian, penerbangan tanpa tekanan dan pada penyakit paru obstruktif
kronis (COPD), SDM dari individu dengan sel sabit dapat membentuk sabit yang menyebabkan hipoksia jaringan sementara SDM kembali ke bentuk normal setelah individu kembali ke lingkungan dengan oksigen normal. B. Ruang lingkup Ruang lingkup laporan terbatas pada pemberian asuhan keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa medis Anemia Sel Sabit di ruang perawatan umum Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu, yang meliputi tahap pengkajian, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan head to toe, aktivitas sehari – hari, data penunjang, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi C. Tujuan penulisan 1. Tujuan umum Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan diagnosa medis anemia Sel Sabit. 2. Tujuan khusus Melalui proses keperawatan diharapkan mampu: a. Melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan penyakit anemia Sel Sabit. b.
Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah.
c.
Mampu melaksanakan rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang telah diprioritaskan.
d. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang diprioritaskan. e.
Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan penyakit anemia Sel Sabit.
f.
Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.
g.
Mampu membahas kesenjangan antara teori yang diperoleh dengan studi kasus.
D. Metode penulisan Metode yang digunakan adalah pendekatan studi kasus yaitu metode yang memberikan gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang berlangsung melalui proses keperawatan. Adapun tehnik – tehnik yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dengan cara: 1. Wawancara Penulisan mengadakan wawancara dengan pasien dan keluarga untuk mendapatkan data subjektif pasien. 2. Studi dokumentasi Data – data yang didapatkan dari rekam medis pasien di ruangan seperti catatan keperawatan dan catatan dokter. 3. Studi kepustakaan Penulis mendapatkan literatur dan tinjauan teori mengenai konsep dasar penyakit anemia sel sabit dan konsep dasar keperawatan. 4. Observasi Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien dan mengamati perubahan – perubahan yang terjadi untuk memperoleh data serta mencatat hal – hal penting termasuk pemeriksaan fisik. 3. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat apakah terdapat luka, dan lain – lain. b. Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba apakah ada benjolan atau tidak. c. Perkusi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara mengetuk dengan menggunakan refleks hummer. d. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan stetoskop.
E. Sistematika penulisan Penulis membagi penulisan laporan yang terdiri dari : LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang B. Ruang lingkup C. Tujuan penulisan D.Metode penulisan E. Sistematika penulisan BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi B. Etiologi C. Tanda dan gejala D. Patofisiologi E. Pathway F. Pemeriksaan penunjang G. Penatalaksanaan H. Data fokus I. Riwayat kesehatan J. Pemeriksaan fisik K. Diagnosa keperawatan L. Intervensi dan rasional
M . Evaluasi
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian B. Pemeriksaan fisik C. Aktivitas sehari – hari D. Data penunjang E. Analisa data F. Diagnosa keperawatan G. Intervensi, implementasi, evaluasi BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian B. Diagnosa keperawatan C. Perencanaan D. Implementasi E. Pelaksanaan F. Evaluasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA
BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. (Brunner edisi 8, vol.2, hal.935) Anemia Sel Sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri.(Brunner edisi 8, vol.2, hal.943) Anemia sel sabit adalah sejenis anemia kongenital dimana sel darah merah berbentuk menyerupai sabit, karena adanya hemoglobin abnormal. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal 535)
B. Etiologi Hal-hal yang dapat menjadi penyebab anemia sel sabit adalah : (Price A Sylvia, 1995, hal : 239) a) b) c) d) e) f)
Infeksi Disfungsi jantung Disfungsi paru Anastesi umum Dataran tinggi Menyelam Hemoglobin sabit (Hb S) berbeda dengan Hb dewasa normal karena substitusi asam
glutamat pada posisi 6 rantai β oleh valin. Pada keadaan teroksigenasi fungsi Hb S normal. Bila Hb ini mengalami deoksigensi, interaksi antara valin β6 dan regio yang komplementer pada rantai β molekul yang berdekatan menyebabkan pembentukan polimer molekular bersusunan tinggi, polimer ini memanjang membentuk struktur filamen, yang beragregasi menjadi batang yang kaku, seperti kristal. Proses prolimerasi
molekular ini menyebabkan sifat eritrosit sbait rapuh, berduri pada keadaan penurunan oksigenasi. Penyakit anemia sel sabit ini ditemukan di Afrika, Timur Tengah, daerah Mediterania, dan India, yang diturunkan dengan sifat dominan autosomal. Sifat sel sabit ditemukan pada heterozigot (HbA-HbS) yang dalam hemoglobinnya khas mengandung 60% HbA dan 40% HbS. Pasien dengan sifat ini biasanya bebas gejala kecuali bila tekanan oksigen sangat rendah, misalnya di ketinggian dan penggunaan anestesia anoksik. Gambaran umumnya sangat baik. Prevalensi gen ini mungkin tinggi karena HbS melindungi dari efek malaria falcifarum yang serius dan kadnag-kadang mematikan. Anemia sel sabit terjadi pada homozigot (HbS-HbS). Hemoglobin yang abnormal membuat RBC rentan terhadap penurunan tekanan oksigen yang sangat kecil sekalipun. Ini menyebabkan fenomena seperti sabit dan sekuenstrasi abnormal disertai trombosis pada arteriol yang kecil. Selanjutnya bisa terjadi infark pada bagian manapun. Anemia sel sabit ditandai dengan penyakit hemolitik kronis yang disebabkan oleh destruksi eritrosit prematur yang sukar berubah bentuk dan rapuh. Manifestasi penyakit sel sabit lain yang dianggap berasal dari perubahan iskemik akibat oklusi vaskular oleh massa sel sabit. Perjalanan klinis anak yang terkan adalah khas disertai dengan kejadian-kejadian episodik intermitten, sering disebut sebagai “kritis”. C. Tanda dan Gejala
Asimptomatik sampai dengan satu tahun menderita penyakit ini
Bengkak luar biasa pada jari-jari tangan dan jempol kaki (hand-foot syndrome/dactylitis)
Dapat terjadi kerusakan pada kemampuan ginjal untuk mengkonsentrat urin sehingga meningkatkan berkemih pada anak-anak dan mengompol
Kadar hemoglobin 6-9 g/dl atau kurang dari itu
Wajah pucat
Mudah lelah
Kehilangan nafsu makan
Pasien dengan penyakit sel sabit krisis, dapat terjadi:
Nyeri hebat pada abdomen
Spasme otot
Nyeri kaki
Nyeri dan bengkak pada persendian
Demam, muntah, hematuria, convulsion, kaku kuduk, koma, atau kelumpuhan juga dapat terjadi tergantung pada organ yang terkait
Pembesaran jantung dan murmur
Manifestasi Klinis Penyakit Sel Sabit per-sistem 1. Okular
: Pembuluh darah konjungtiva berkelok-kelok, retinopati p
2. roliferatif 3. Jantung
: Kegagalan curah tinggi, kor pulmonal
4. Paru
: Infark dengan emboli multiple, infeksi (pneumokokus, Mycoplasma), atelektasis (infeksi, obstruksi)
5. GI track& hati
: Kandung empedu (batu bilirubin), sekuestrasi limpa, infark, dan asplenia fungsional, hyperbilirubinemia ekstrim
6. Muskuloskeletal : Infark (nekrosis aseptik, nyeri, sindrom tangan kaki), infeksi (osteomielitis, Salmonella), artritis (kolagen-vaskular, gout) 7. Genitourinaria
: Defek konsentrasi ginjal, hematuria, nefrosis, gagal ginjal kronis, priapismus
8. Endokrin
: Pubertas terlambat
9. Sistem imun
: Kerentanan terhadap infeksi, defek pada jalur komplemen alternatif, asplenia fungsional, defek fagosit, hyperplasia limfoid (pembesaran tonsil dan adenoid)
10. Kulit 11. Hemaopoietik
: Ulserasi : Anemia (hemolitik, krisis aplastik), defek fagosit,
hiperurisemia 12. Neurologik
: Stroke, kejang, gangguan penglihatan
13. Vaskular
: Proliferasi endotel, oklusi vena perifer
D. Patofisiologi Defeknya adalah satu substitusi asam amino pada rantai β hemoglobin. Karena hemoglobin A normal mengandung dua rantai α dan dua rantai β, maka terdapat dua gen untuk sintesa setiap rantai. Orang dengan trait sel sabit hanya memiliki satu gen abnormal, sehingga sel darah merah mereka masih mampu mensintesa kedua rantai β dan βs , jadi mereka memiliki hemoglobin A dan hemoglobin S. Mereka tidak menderita anemia dan tampak sehat. Apabila dua orang dengan trait sel sabit menikah, beberapa anaknya akan membawa dua gen abnormal dan hanya mempunyai rantai βs dan hemoglobin S saja. (Smeltzer, 2002) Anemia sel sabit merupakan suatu kelainan pada darah yang disebabkan karena adanya perubahan asam amino ke-6 pada rantai hemoglobin β yang menyebabkan adanya perubahan bentuk dari sel darah merah yang semula berbentuk bikonkav menjadi sel darah merah berbentuk serupa dengan bulan sabit yang dsebut HbS. ( Suwiryawan, dkk. 2013) Hemoglobin sabit mempunyai sifat buruk karena mempunyai bentuk seperti kristal bila terpajan tekanan oksigen rendah (Deoksigenasi). Penyebab dari deoksiganisi dapat bermacam-macam. Ketika terjadi deoksigenasi sel yang mengandung HbS akan rusak, kaku dan berbentuk seperti bulan sabit. Sel yang panjang dan kaku dapat terperangkap dalam pembuluh kecil, dan ketika mereka saling menempel satu sama lain, aliran darah
ke daerah organ mengalami perlambatan dan dapat menyebabkan iskemia atau infark dan pasien akan merasakan nyeri, pembengkakan dan demam. Sel darah merah sabit memiliki usia hidup yang pendek yaitu sekitar 15 sampai 25 hari. Sum sum tulang dapat membesar saat kanak-kanak sebagai kompensasi dari menurunnya jumlah SDM. E. Pathway (Terlampir)
F. Pemeriksaan Penunjang Saat ini belum diketahui ada pengobatan yang dapa mengembalikan sel sabit menjadi normal. Sehingga, pengobatan ditujukan pada pencegahan dan penunjang. Karena infeksi tampaknya mencetuskan sle krisis sel sabit, pengobatan ditekankan pada pencegahan dan deteksi dini dan pengobatan segera. Pemeriksaan penunjang yang lazim digunkan pada penderita anmia sel sabit adalah a. Pemerikaaan darah lengkap : terjadi penurunan Ht, Hb, dan hitung sel darah merah, LED, AGD, bilirubin serum meningkat, b. Pemeriksaan darah atau sel janin saat prenatal mengidentifikasi adanya status homozigot pada janin c. Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit sebagian atau lengkap, sel bentuk bulan sabit. d. Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin yang menentukan adanya hemoglobin S, tetapi tidak membedakan antara anemia sel sabit dan sifat yang diwariskan (trait). e. Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi adanya tipe hemoglobin abnormal dan membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel trait. Sebaiknya dilakukan pada saat bayi lahir sebagai bagian dari penapisan bayi baru lahir uji ini menghitung presentasi HbS yang ada. f. Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
g. Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang
G. Penatalaksanaan 1. Obat percobaan telah menunjukkan beberapa hasil yang menjanjikan, mis: hidroksiurea (meningkatkan produksi hemoglobin janin), setiedilsitrat (pengubah membrane SDM), pentoksifilin (menurunkan viskositas darah dan tahananva skulerperifer), dan vanillin (aditif makanan, sifat antisickling). 2. Nasihatkan populasi berisiko. 3. Dengan segera atasi infeksi, yang mempredisposisikan pada kritis. 4. Intruksikan pasien untuk menghindari ketinggian tinggi, anesthesia, dan kehilangan cairan karena dehidrasi meningkatkan sickling. 5. Berikan terapi asam folat setiap hari untuk meningkatkan kebutuhan sumsum. Terapi Adapun terapi yang dapat dilakukan terhadap penderita anemia sel sabit adalah: 1. Transfusi darah Terapi transfuse ini bertujuan untuk menambahkan jumlah hemoglobin normal dalam darah sehingga dapat mencegah proses polimerisasi. Bila penderita kerap kali mengalami krisis, terutama vasooklusi, maka terapi ini perlu dilakukan dalam jangka panjang. Akan tetapi, perlu diperhatikan pula efek samping dari terapi transfuse ini, yaitu terjadinya hyperviscosity, yang disebabkan karena penambahan hematokrit berbanding lurus dengan dengan viskositas darah, hypersplenism, keracunan besi, dan kemungkinan infeksi, yang disebabkan karena screening darah yang kurang akurat. 2. Terapi gen Terapi gen ini menggunakan stem cell dan virus sebagai vektornya, Human Immunodefiency Virus(HIV), dan Human Foamy Virus(HFV). 3. Transplantasi sumsum tulang 4. Mengaktifkan sintesa HbF
5. Pemberian agen anti sickling 6. Penurunan MCHC Jika terjadi krisis, berikan suasana hangat, infuse salin fisiologik 3 L/hari, atasi infeksi, berikan analgesic secukupnya
Pathway Kongenital (orang tua pembawah Hb A dan S) Anak membawah dua Gen Abnormal Eritrosit Mengandung Hb S Sirkulasi Mikro Lambat Deoksigenasi lama Memperlambat Aliran Darah SDM dibawah titik Kritis Elongasi Sel darah Merah Kaku Membentuk Sabit Anemia Sel Sabit
Hipotensi
Kadar Hb lain Lambat Efek Gastrointestinal Gangguan penyerapan Nutrisi
Aliran darah Ke organ
Iskemia Metabolisme anaerob
Hipoperfusi Jaringan CRT >2 Detik
Intake Nutrisi turun
peningkatan asam laktak Menyentuh ujung saraf nyeri
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
Nyeri Akut Penurunan transport O2 Kelemahan Fisik
Intoleransi Aktivitas
H. Data Fokus Terdiri dari DS (data subjektif) dan DO (data objektif). Data subjektif merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengkajian terhadap pasien atau keluarga pasien (apa yang dikatakan pasien atau keluarga pasien), sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan. Biasanya data fokus yang didapatkan adalah : Data Subjektif : a)
Keletihan / kelemahan.
b)
Nokturi.
c)
Nafsu makan menurun.
d)
Nyeri pada punggung.
e)
Sakit kepala.
f)
Berat badan menurun.
g)
Gangguan penglihatan.
Data Objektif : a)
Konjungtiva pucat.
b)
Gelisah.
c)
Warna kulit pucat.
d)
Gangguan gaya berjalan.
e)
Tekanan darah menurun.
f)
Demam ringan.
g)
Eritrosit menurun.
h)
Bilirubin serumen : meningkat.
i)
JDL : leukosit dan trombosit menurun.
j)
LDH meningkat. (Doenges E. Mariylnn, 2000, hal : 582 – 585)
I. Riwayat Keluhan Utama 1.
Keluhan utama Pada keluhan utama akan nampak semua apa yang dirasakan klien pada saat itu seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan pucat..
2.
Riwayat kesehatan sekarang Keadaan pasien pada saat dikaji dan diperiksa.
3.
Riwayat kesehatan dahulu Apakah pasien pernah mengalami penyakit anemia sel Sabit sebelumnya ?.
4.
Riwayat kesehatan keluarga Apakah anggota keluarga pasien memiliki riwayat penyakit keturunan seperti Diabetes Militus, penyakit jantung, stroke ?.
J. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik : 1) Aktivitas / istirahat Gejala : Keletihan / kelemahan terus-menerus sepanjang hari. Kebutuhan tidur lebih besar dan istirahat. Tanda :Gangguan gaya berjalan
2) Sirkulasi
Gejala : Palpitasi atau nyeri. Tanda : Tekanan darah menurun, nadi lemah, pernafasan lambat, warna kulit pucat atau sianosis, konjungtiva pucat. 3) Eliminasi Gejala : Sering berkemih, nokturia (berkemih malam hari.
4) Integritas ego Gejala : Kuatir, takut. Tanda : Ansietas, gelisah 5) Makanan / cairan Gejala : Nafsu makan menurun. Tanda : Penurunan berat badan, turgor kulit buruk dengan bekas gigitan, tampak kulit dan membran mukosa kering. 6) Hygiene Gejala : Keletihan / kelemahan Tanda : Penampilan tidak rapi. 7) Neurosensori Gejala : Sakit kepala / pusing, gangguan penglihatan. Tanda : Kelemahan otot, penurunan kekuatan otot. 8) Nyeri / kenyamanan Gejala : Nyeri pada punggung, sakit kepala. Tanda : Penurunan rentang gerak, gelisah. 9) Pernafasan Gejala : Dispnea saat bekerja. Tanda : Mengi 10) Keamanan Gejala : Riwayat transfusi. Tanda : Demam ringan, gangguan penglihatan.
11) Seksualitas Gejala : Kehilangan libido. (Doenges, E, Marilynn, 2000, hal : 582 – 585).
K. Diagnosa Keperawatan Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien anemia sel sabit : 1.
Nyeri Akut berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (Hb menurun).
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan Perifer berhubungan dengan penurunan fungsi / gangguan pada sum-sum tulang. 3.
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
4.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intake tidak adekuat
L. Intervensi dan Rasional 1.
Nyeri akut berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (HB rendah) Tujuan : Tidak merasakan nyeri, Kriteria Hasil : 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Tindakan keperawatan : a.
Kaji tingkat nyeri Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri dapat mempermudah dalam menentukan intervensi selanjutnya.
b.
Anjurkan klien teknik nafas dalam
Rasional : Dengan menarik nafas dalam memungkinkan sirkulasi O2 ke jaringan terpenuhi. c.
Bantu klien dalam posisi yang nyaman Rasional : Mengurangi ketegangan sehingga nyeri berkurang.
d.
Kolaborasi pemberian penambah darah Rasional : Membantu klien dalam menaikkan tekanan darah dan proses penyembuhan.
2.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan fungsi / gangguan sumsum tulang Tujuan : Perfusi jaringan adekuat Kriteria Hasil : Penunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil. Tindakan keperawatan : a.
Ukur tanda-tanda vital Rasional : Untuk mengetahui derajat / adekuatnya perfusi jaringan dan menentukan intevensi selanjutnya.
b.
Tinggikan kepala tempat tidur klien Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler
c.
Pertahankan suatu lingkungan yang nyaman Rasional : Vasekonstriksi menurunkan sirkulasi perifer dan menghindari panas berlebihan penyebab vasodilatasi.
d.
Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila terjadi kelemahan Rasional : Stres kardiopulmonal dapat menyebabkan kompensasi.
3.
Intoleransi Aktivas berhubungan dengan kelemahan otot Tujuan : aktifitas toleransi, dengan kriteria : klien bisa melakukan aktivitas sendiri. Kriteria Hasil :
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR 2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (adls) secara mandiri
Tindakan keperawatan : a.
Kaji tingkat aktifitas klien Rasional : Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan klien dan untuk menetukan intervensi selanjutnya.
b.
Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien Rasional : Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
c.
Bantu pasien dalam melakukan latihan aktif dan pasif Rasional : Untuk meningkatkan sirkulasi jaringan
d.
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADLnya Rasional : Dengan bantuan perawat dan keluarga klien dapat memenuhi kebutuhannya.
e.
Berikan lingkungan tenang Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan regangan jantung dan paru.
4.
Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intake tidak adekuat Tujuan : Nutrisi terpenuhi dengan kriteria : nafsu makan meningkat, porsi makan dihabiskan. Kriteria Hasil : 1)
Menunujukkan peningkatan / mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal. 2) Midak mengalami tanda mal nutrisi. 3)
Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.
Tindakan keperawatan : a.
Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai Rasional : Mengidentifikasi efisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
b.
Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering dan bervariasi Rasional : Pemasukan makanan atau menambah kekuatan dan diberikan sedikitsedikit agar pasien tidak merasa bosan.
c.
Beri HE tentang pentingnya makanan atau gizi Rasional : Makanan yang bergizi dapat mempercepat penyembuhan penyakitnya.
d.
Timbang berat badan setiap hari. Rasional : Mengawasi penurunan BB atau efektivitas intervensi nutrisi.
e.
Penatalaksanaan pemberian vitamin B1. Rasional : Vitamin bisa menambah nafsu makan.
f.
Konsul pada ahli gizi Rasional : Membantu dalam membuat rencana diit untuk memenuhi kebutuhan individu.
M. Evaluasi Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya (Lynda Juall Capenito, 1999:28). Evaluasi pada pasien dengan diagnosa medis anemia Sel Sabit adalah : 1.
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Penunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil. 3. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
4. Menunujukkan peningkatan / mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
BAB III TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian
1. Biodata pasien a.
ga
Nama Umur
: 45 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Status perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Suku/bangsa
: kaili/indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
No. Registrasi
: 3210
Diagnosa medis
: Anemia Sel Sabit
Tanggal masuk Rumah Sakit
: 20 Maret 2017/ Senin
l Pengkajian b.
: Ny. S
:
Identitas penanggung jawab Nama
: Tn. I
Umur
:47 tahun
Jenis kelamin
: Laki – laki
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Hubungan dengan pasien
: Suami
at
2. Keluhan utama Keluhan utama klien masuk rumah sakit sakit kepala (pusing). 3. Riwayat kesehatan sekarang Pada tanggal 20 Maret 2017, Senin, pukul 09.30 WITA, Klien Masuk Rumah Sakit Undata Palu dengan Keluhan sakit kepala, klien mengatakan kepala terasa pusing karena kelelahan setelah pulang bekerja, sebelum masuk rumah sakit klien dibawah kepuskesmas namun tidak ada perubahan akhirnya Keluarga klien memutuskan membawah klien ke rumah sakit. Keluhan disertai dengan Tidak Nafsu Makan, mualmuntah, dan badan terasa lemas. Pengkajian Nyeri P
: Klien Mengatakan sakit kepala dirasakan akibat kelelahan pulang kerja
Q
: Kualitas Nyeri yang dirasakan seperti teremas-remas
S
: Skala Nyeri 5 (nyeri Sedang)
T
: Nyeri dirasakan pada saat klien bergerak
4. Riwayat kesehatan dahulu Keluarga pasien mengatakan pasien pernah mengalami penyakit yang dialami sekarang sebelum masuk ke Rumah Sakit. 5. Riwayat kesehatan keluarga Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti diabetes militus, penyakit jantung, stroke, hipertensi. I.
Aktivitas dan Kebiasaaan sehari-hari
No
Aktivitas
1
Pola makan
Sebelum sakit
sekarang
Frekuensi Jumlah
2
3 x sehari
2 x sehari
12 sdm
5 sdm
Menu Favorit
Roti, Nasi, Ikan, Sayur
Tidak ada
Kebiasaan ngemil
Tidak ada
Tidak ada
Ada Keluhan
Tidak ada
Mual Muntah
Pola tidur dalam
Siang Hari : 3 Jam
Siang Hari : 1 Jam
sehari
Malam hari : 6 Jam
Malam Hari : 4 Jam
Ada keluhan?
Tidak ada
Sulit Tidur, Sering Terbangun
3.
4
5
Pola BAK Warna
Kuning
Kuning
Jumlah
7 x Sehari
5 x sehari
Ada keluhan?
Tidak ada
tidak ada
Warna
Kuning
Kuning
Konsistensi
Lunak
Lunak
Ada Keluhan
Tidak ada
Tidak ada
Pola Seksual
aktif
Pasif
Pola BAB
Ada Keluhan? 6
Kebiasaan Olahraga
Tidak ada
Tidak ada
7
Ritual Keagamaan
Sholat, Mengaji di rumah
Tidak ada
8
Merokok
Tidak ada
Tidak ada
9
Minum Alkohol
Tidak ada
Tidak ada
10. Jenis Obat yang dikonsumsi dirumah (nama dan dosisnya) 1. Sangobion 1 x 1 setelah makan
II.
III.
Kondisi Pasien 1. Keadaan Umum
: Lemah
2. Penampilan
: Kurang rapih
3. Bentuk tubuh
: Tegak
4. Higiene Personal
: Bersih
5. Ekspresi Wajah
: Meringis
6. Gaya/ cara Bicara
: Spontan
7. Gerakan Involunter
: tidak ada
Pemeriksaan Fisik 1. Kesadaran
: Composimentis
2. GCS
: Eye = 4
Verval = 5
Motorik =
6 3. Tinggi Badan
:
155
cm
4. Berat badan
:
47
Kg
BB saat sakit : 45 Kg
5. Tanda-tanda vital Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 60
kali/menit
Suhu badan
: 36.5
0
Pernapasan
:22 Kali/menit
c
6. KEPALA Inspeksi: -
Keadaan Kepala
: Baik
-
Bentuk Kepala
: Bronchocepal
√
Reguler Ireguler
-
Jenis Rambut dan warna : Lurus, Hitam
-
Penyebaran rambut
: Merata
-
Kebersihan rambut
: BersiH
-
Benjolan
: tidak ada massa
-
Nyeri
: tidak ada nyeri tekan
-
Luka
: tidak ada luka
Palpasi
7. WAJAH Inspensi -
Bentuk
: Simetris
-
Warna Kulit
: Simetris
-
Benjolan
: tidak ada
-
Lesi
: tidak ada
-
Nyeri
: tidak ada
Palpasi
Tes kekuatan otot-otot wajah : klien dapat tersenyum Tes sensivitas kulit wajah
: klien dapat merasakan sakit saat
dicubit 8. MATA Inspeksi : -
Alis mata
: Simetris Kanan dan Kiri
-
Bulu mata:penyebaran, warna: Penyebaran Merata, Warna Hitam
-
Keadaan palpebral, warna : tidak ada edema, sawo matang
-
Keadaan Konjungtiva, warna : anemis, Bening
-
Warna Sklera
: Hiperemis
-
Ukuran pupil
: Kanan = ± 3
mm Kiri = ±
mm -
Reaksi pupil cahaya langsung
: Kanan +/-
Kiri +/-
Alat bantu
: tidak ada
Diplopia
: tidak ada
Nyeri
: tidak ada
Horsdeolum
: tidak ada
-
Test lapang pandang
: Koordinasi baik
-
Tes otot/ reaksi dekat
: baik
-
Tes buta warna
: tidak ada buta warna
-
Tes ketajaman penglihatan : Klien dapat melihat dalam jarak 6 meter
9. TELINGA Inspeksi -
Keadaan telinga
: Normal
-
Kebersihan telinga
: Kotor kanan dan kiri
-
Membran timpani
: Normal
-
Serumen
: (Ada) Kanan dan Kiri
-
Pengeluaran cairan
: Tidak ada
-
Tinnitus
: Tidak ada
-
Menggunakan alat bantu : tidak ada
Palpasi -
Nyeri
: tidak ada
-
Benjolan
: tidak ada
10. GIGI DAN MULUT Inspeksi :
3
-
Keadaan bibir
: Kering
-
Warna bibir
: Merah Muda
-
Warna mukosa mulut
: Kering, Merah Mudah
-
Kebersihan lidah
: bersih
-
Warna lidah
: Merah Muda
-
Kebersihan gigi
: Tidak Bersih
-
Kondisi gigi
: tidak lengkap (28 gigi)
-
Keadaan tonsil
: Normal
Karies
: Ada
Karang gigi
: Ada
Stomatitis
: Tidak ada
Ginggitivits
: Tidak ada
Memakai gigi palsu
: tidak ada
Menggunakan asesoris
: tidak ada
Gangguan bicara
: tidak ada
Gangguan menelan
: tidak ada
-
Tes pengecapan gangguan
: manis : Normal Pahit : Normal Asam : Normal Asin
11. HIDUNG DAN SINUS Inspeksi -
Keadaan septumnasi
: Keadaan Baik
-
Kebersihan mukosa
: Kurang Bersih
Epistaksis
: Tidak ada
Menggunakan implant
: Tidak
Palpasi -
: Normal
Sinusitis
:
Tes penghidu
frontral
: Tidak Ada Nyeri
Etmoidal
: Tidak Ada Nyeri
Maxilaris
: Tidak Ada Nyeri
: Normal : mampu membedakan Bauh Minyak Kayu Putih dan Bauh Bawang
12. LEHER Inspeksi : -
Letak trachea, posisi leher
: letak depan tenggorokan, posisi leher simetris
-
Vena jugularis, ketinggian (cm) : Tidak ada peningkatan Vena jugularis
-
Struma
: tidak ada struma
-
Kelenjar thyroid
: tidak ada pembesaran kelenjar
thyroid -
Tonic neckrefleks
: Bergerak Bebas
Auskultasi -
Arteri karotis
: Terdengar
Palpasi Masa
: tidak ada
Nyeri
: tidak terdapat Nyeri Tekan
13. DADA DAN PUNGGUNG a. paru-paru inspeksi
-
Keadaan kulit
: Warna Kulit sama dengan yang lain
-
Bentuk dada
: Normochest
-
Pergerakan dada saat napas : Simetris
-
Upaya pernapasan
: tidak menggunakan otot-otot bantu
-
Pola pernapasan
: teratur
-
Jenis pernapasan
: Dada/ Diagfragma
Empisema subkutis
: tidak ada
Palpasi -
Massa
: tidak ada
-
Nyeri
: tidak terdapat nyeri tekan
-
Vocal fremitus
: Simetris
-
Fraktus costae
: tidak ada
Perkusi -
Suara paru-paru
: Sonor
Auskultasi -
Suara napas, letak
: Vesikuler
-
Bunyi tambahan
:
RONCHI kanan +/- kiri +/RALES kanan +/-
kiri +/-
WHEZING kanan +/- kiri +/-
b. Jantung menggunakan benda asing
: Ring atau stent + / - tidak
menggunakan inspeksi -
Ictus cordis, lokasi
: terlihat ICS 5 Mid Clavicula Sinistra
Spider naevi, lokasi
: Tidak ada
Palpasi -
Ictus cordis, lokasi
:Teraba pada ICS 5 Mid Clavicula
Sinistra
Perkusi -
Batas jantung
: ATAS
= Pada ICS II
BAWAH
= Pada ICS V
KANAN
= Pada ICS IV para strernalis
KIRI
= Pada ICS V Midclavicula
Dextra
Sinistra Auskultasi -
Bunyi jantung I dan II
: Reguler
-
Bunyi tambahan
: MURMUR +/-
GALLOP = +/-
c. payudara inspeksi - Keadaan mamae dan areola
: simetris kanan dan kiri, warna areola coklat
Palpasi -
Nyeri
: tidak terdapat nyeri tekan
-
Benjolan
: tidak terdapat massa
d. punggung (bagian belakang) inspeksi
-
Bentuk tulang punggung
: lordosis
-
Menggunakan implant
: tidak ada
Palpasi -
Nyeri, ketuk, lokasi
: tidak ada
-
Fraktur vertebrae
: CERVICAL (7) = tidak ada THORAX (12) = tidak ada LUMBAL (5) = tidak ada SACRAL (5)
= tidak ada
COXIGIS (4) = tidak ada 14. ABDOMEN Inspeksi -
Bentuk perut
: Normal
-
Kulit
: Sama dengan Kulit yang lain
-
Umbilicus
: HERNIA +/-
-
Menggunakan benda asing : Stoma (kolostomi)
:-
Ascites
:-
Luka
: ada lesi
Auskultasi -
Aorta abdomen
:Terdengar
-
Bising usus
: Terdengar
-
Peristaltic usus
: 10 x/ menit
Palpasi
INFLAMASI +/-
-
Hepar
: tidak teraba
-
Lien
: tidak teraba
Nyeri tekan, kuadran
: tidak ada
Nyeri lepas, kuadran
: tidak ada
Massa
: tidak ada
Perkusi -
Bunyi
: timpani
15. Reproduksi a. wanita Pola menstruasi
: teratur
Menarche, kapan
: pada Umur 13 tahun
Menopause, kapan
:-
Status reproduksi
: hamil
: tidak Hamil
Kehamilan ke : tidak ada Anak ke
: tidak ada
Riwayat abortus : tidak ada
Inspeksi -
Hygiene
: Kurang Bersih
-
Sekret vagina
: jenis = darah/lochea/ keputihan/ Jumlah = tidak ada Keluar
-
Menggunakan benda asing
: tidak ada
Lesi
: tidak ada
Infeksi jamur
: tidak ada
Palpasi -
Nyeri
: tidak nyeri tekan
-
Massa
: tidak ada massa
16. Ekstremitas a. Ektremitas atas Inspeksi : -
Keadaan
: Simetris
-
Jumlah jari
: 10 Jari
-
Warna kuku
: Merah Muda
-
ROM
: Kurang Baik
-
Capillary refill time (CRT) : > 2 detik Luka, lokasi
:tidak ada
Clubbing finger
: tidak ada
Nyeri otot
: tidak ada nyeri otot
Tonus otot
: Baik
Palpasi
Kekuatan otot
5
5
Kanan kiri Perkusi -
Refleks biceps
: Baik
-
Refleks triceps
: Baik
b. Ekstemitas Bawah inspeksi -
Keadaaan
: Simetris
-
Jumlah jari
: 10 Jari
:
-
Warna kuku
: Kekuningan
-
ROM
: Baik
Luka, lokasi
: tidak ada lesi
Oedema
: tidak ada
Palpasi -
Nyeri otot
: tidak ada
-
Oedema
: tidak ada oedema
-
Kekutatan otot
: kanan
kiri
5
5
Perkusi -
Refleks patella
: ada refleks
-
Refeks patologis : tidak ada
-
Warna
: sawo matang
-
Turgor
: tidak Elastis
-
Kelembaban
: kulit kering
Rash
: tidaak ada
Lesi
: ada lesi
Benjolan
: tidak ada
Masa
: tidak ada
17. Kulit
LABORATORIUM Name : Ny S
date : 20 Maret
2017 Test
Result
Range
RBU
4.58 I 106/mm3
4.50 – 6.50
HGB
9.7 I 9/dl
13.0 – 17.0
HCT
32.6 ‘L %
40.0 – 54.0
MCV
71 ‘L
’
MCH
27.1 Pg
27.0 – 32.0
MCHC
38.0 ‘H g/Dl
32.0 – 36.0
RDWcv
16.3 h %
11.0 – 16.0
PLT
368 ! 103/mm3
150 - 5000
Terapi Yang diberikan saat ini 1. Injeksi Ranitidin 1 amp/ 12 jam 2. Infus Cairan Rl 20 Tetes/Menit
80 – 100
PENGUMPULAN DATA DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
1. Klien mengatakan sakit kepala
1. Pengkajian Nyeri
2. Klien mengatakan kepala terasa pusing
P
Mengatakan
sakit
kepala
dirasakan akibat kelelahan pulang kerja
3. Klien mengatakan mual-muntah 4. Klien mengatakan tidak nafsu makan
: Klien
Q
: Kualitas Nyeri yang dirasakan seperti teremas-remas
5. Klien mengatakan badan terasa lemas S
: Skala Nyeri 5 (nyeri Sedang)
T
: Nyeri
dirasakan
pada
saat
bergerak
2. ekspresi wajah meringis 3. Konjungtiva Anemis 4. Pola makan saat sakit Frekuensi 2 x1 Jumlah 5 sdm 5. Turgor Kulit Kurang elastis 6. Keadaan Umum Lemah 7. Berat badan :
47 Kg
BB saat sakit : 45 Kg 8. Tanda-tanda vital Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 60
kali/menit
Suhu badan
: 36.5
0
Pernapasan
:22 Kali/menit
c
klien
CRT = >2 detik Test Laboratorium : HGB = 9.7 I 9/dl
ANALISA DATA NO 1
DATA Data Subjetif
ETIOLOGI
MASALAH
Hipotensi
Nyeri Akut
Klien mengatakan sakit
kepala
Aliran darah ke organ lain lambat
Data Objektif 1 . Pengkajian Nyeri P
: Klien Mengatakan sakit
kepala
dirasakan
akibat
kelelahan
pulang
kerja
Iskemia
Metabolism anaerob
Peningkatan asam laktak
Q
: Kualitas Nyeri yang dirasakan
seperti
teremas-remas S
Menyentuh Ujung Saraf Nyeri
: Skala Nyeri 5 (nyeri Sedang)
T
: Nyeri pada
dirasakan saat
klien
bergerak 2. ekspresi wajah meringis
ANALISA DATA NO 2
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
DATA SUBJEKTIF 1.
Klien mengatakan
Kadar Hb turun
mual-muntah 2. Klien mengatakan tidak
Nutrisi Kurang dari Efek gastrointestinal
nafsu makan DATA OBJEKTIF 1. Ku = lemah
Gangguan penyerapan nutrisi
Pola makan saat sakit Frekuensi 2 x1 Jumlah 5 sdm 2. Turgor Kulit Kurang elastis
Ketidakseimbangan
Intake nutrisi turun
Kebutuhan Tubuh
3. Keadaan Umum Lemah 4. Berat badan :
47 Kg
BB saat sakit : 45 Kg
ANALISA DATA NO 3
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
Aliran darah ke organ lain menurun
Ketidakefektifan
DATA SUBJEKTIF 1.
Klien
mengatakan
kepala terasa pusing 2.
Klien
mengatakan
Perfusi Jaringan Hipoperfusi jaringan
badan terasa lemas
DATA OBJEKTIF 1. Konjungtiva Anemis 2. Keadaan Umum Lemah 3. Tanda-tanda vital
CRT >2 detik
Perifer
Tekanan darah :
90/60
mmHg Nadi :
60
kali/menit Suhu badan
: 36.5
Pernapasan
:22
0
c
Kali/menit Test Laboratorium : HGB = 9.7 I 9/dl CRT = >2 detik
PRIORITAS MASALAH 1. Nyeri Akut berhubungan dengan deoksigenasi Jaringan 2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan Hipoperfusi Jaringan 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi inadekuat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan deoksigenasi Jaringan 2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan Hipoperfusi Jaringan 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi inadekuat
CATATAN PERKEMBANGAN TGL 21/03/2017
NO DX 1 1. Nyeri Akut berhubungan dengan deoksigenasi Jaringan
JAM
EVALUASI
10.00
S : - klien mengatakan masih merasakan sakit kepala O : - Skala nyeri 5 (nyeri sedang) A : Tujuan belum tercapai P : Lanjutkan intervensi 2. anjurkan teknik relaksasi nafas dalam 3. anjurkan klien untuk minum air hanga
4. Kolaborasi pemberian
Analgetik (Ketorolac IV/12 jam)
CATATAN PERKEMBANGAN TGL
NO DX 2
21/03/2017 Ketidakefektifan
JAM
EVALUASI
11.15
S : - Klien mengatakan masih merasa pusing
Perfusi Jaringan Perifer berhubungan
dengan
-
Klien mengatakan Badan terasa lemas
Hipoperfusi Jaringan
O : - KU = Lemah
-
TD : 100/60 mmHg N : 60 x / menit S : 36,8 0C RR : 18 x / menit
A : Tujuan belum tercapai P : Lanjutkan intervensi
2. Kaji kulit untuk rasa dingin, pucat, sianosis, diaforesis,
pelambatan
pengisian kapiler. 4.
Pertahankan
suatu
lingkungan yang nyaman 5.
Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila terjadi kelemahan
CATATAN PERKEMBANGAN TGL
NO DX 3
JAM
22/03/2017 Ketidakseimbangan nutrisi
kurang
kebutuhan berhubungan Intake Inadekuat
EVALUASI
10.20 S : - klien mengatakan dari
nafsu makannya
tubuh dengan
meningkat -
Klien mengatakan bersemangat untuk makan
O : Ku = Sedang
BB = 45 kg Klien Nampak lahap untuk makan A : Tujuan sebagian tercapai P : Lanjutkan intervensi 2. Timbang Berat Badan setiap hari 3. anjurkan klien untuk istrahat sebelum makan 4. berikan makanan dalam bentuk hangat dan lunak 5. Beri makan sedikit tapi sering 6. Kolaborasi ahli gizi
BAB IV PEMBAHASAN Dalam pembahasan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa medis anemia sel sabit di ruang perawatan Kenanga Rumah Sakit Undata Palu, pada tanggal 20 Maret 2017 melalui pendekatan kesengajaan secara teori dan kenyataan di lapangan, pembahasan dibahas melalui langkah – langkah keperawatan sebagai berikut: A. Pengkajian Penulis dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa medis anemia yang dapat meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab.
B. Diagnosa keperawatan Menurut tinjauan analisa data pada diagnosa keperawatan terdapat beberapa masalah di antaranya:
4. Nyeri Akut 5. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer 6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh C. Intervensi Penulis dapat menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul, situasi dan kondisi didukung oleh sikap keluarga dan pasien yang kooperator. Perencanaan berdasarkan teori yang diperoleh dari beberapa literatur yang mendukung. D. Implementasi Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Banyak faktor yang mendukung terlaksananya
implementasi
keperawatan
diantaranya
peran
keluarga
yang
mendukung, tersedianya alat – alat serta adanya bimbingan dari perawat ruangan, pembimbing akademik, serta adanya peran dokter yang menentukan diagnosa medis.
E. Pelaksanaan Tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan dan melibatkan kerjasama pasien, keluarga dan tim kesehatan yang lain dengan menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan oleh Rumah Sakit Undata Palu
F. Evaluasi Penulis dapat mengevaluasi keadaan pasien dan tindakan keperawatan selanjutnya setelah dilakukan implementasi. Evaluasi terdiri dari subjektif, berdasarkan apa yang dikatakan oleh pasien, objektif, berdasarkan pengamatan terhadap keadaan pasien.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Anemia Sel Sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri.(Brunner edisi 8, vol.2, hal.943) Anemia sel sabit adalah sejenis anemia kongenital dimana sel darah merah berbentuk menyerupai sabit, karena adanya hemoglobin abnormal. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal 535) B. Saran Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita, maka dari itu selayaknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan penyakit. Dengan cara pola hidup yang sehat dapat mencegah penyakit anemia, hidup terasa lebih nyaman dan indah dengan melakukan pencegahan terhadap penyakit anemia dari pada kita sudah terkena dampaknya.
DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasiaan Perawatan Pasien. EGC: JakartA Herdman, T. Heater, Shigemi Kamitsuru ; alih bahasa, Budi Anna Keliat.. {et al}.: 2015 Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Defenisi& Klasifikasi 2015-2017. Hoffbrand V.A, Pettit E.J, (1996), Kapita Selekta Hematologi, EGC : Jakarta Noer Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI, Jakarta. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2, Jakarta : EGC, 2002. Price A. S, Wilson M. Lorraine, (1995), Patofisiologi, vol. 2, EGC : Jakarta. Wilkinson Judith M. (2016) ; alih bahasa, Esty Wahyuningsih . Diagnosis Keperawatan : NANDAI , Intervensi NIC, hasil NOC. Edisi 10, Jakarta. EGC
.