Anemia Sel Sabit

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Anemia Sel Sabit as PDF for free.

More details

  • Words: 6,110
  • Pages: 19
Anemia sel sabit Anemia sel sabit adalah kondisi serius di mana sel-sel darah merah menjadi berbentuk bulan sabit, seperti huruf C. Sel darah merah normal berbentuk donat tanpa lubang (lingkaran, pipih di bagian tengahnya), sehingga memungkinkan mereka melewati pembuluh darah dengan mudah dan memasok oksigen bagi seluruh bagian tubuh. Sulit bagi sel darah merah berbentuk bulan sabit untuk melewati pembuluh darah terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit, karena sel darah merah ini akan tersangkut dan akan menimbulkan rasa sakit, infeksi serius, dan kerusakan organ tubuh.

PENDAHULUAN Anemia sel sabit merupakan autosomal recessive disorder yang menyebabkan keabnormal pada hemoglobin sehingga terjadi hemolisis yang mengakibatkan manifestasi klinik. Pada anemia ini terjadi perubahan 1 base DNA yang mengakibatkan perubahan glutamin menjadi valin pada bglobin. Jika HbS ini mengalami oksidasi maka akan menyebabkan kerusakan membran. Sebenarnya polimer HbS dan kerukan membran yang dini dapat pulih kembali. Namun, jika kerusakan yang diakibatkan terlalu sulit untuk diperbaiki maka eritrosit akan berubah menjadi sabit yang irreversibel. Kecepatan perubahan menjadi berbentuk sabit dipengaruhi oleh beberapa faktor dan faktor yang paling penting adalah banyaknya HbS dalam eritrosit. Eritrosit yang dehidrasi akan menyebabkan sel mudah menjadi sabit. Hemoglobin yang lain juga mempunyai pengaruh kuat dalam perubahan ini. Akibat adanya HbS, HbF tidak dapat bergabung dengan polimer, dan keadaan ini memperlambat proses perubahan menjadi sabit. Faktor lain yang meningkatkan perubahan eritrosit adalah meningkatnya deoksihemoglobin HbS akibat asidosis dan hipoksemia. MANIFESTASI KLINIK Gejala dan tanda-tanda HbS gen dibawa oleh 8% orang amerika berkulit hitam dan 1 dari 400 kelahiran pada orang Amerika berkulit hitam menderita anemia sel sabit. Onset kelainan ini sudah muncul pada awal kehidupan yaitu saat menunrunnya HbF yang disebabkan penurunan produksi gama-globin yang digantikan b-globin. Hemolitik yang kronik menyebabkan ikterus, pigment(calcium bilirubinate) gallstones, splenomegali dan ulserasi pada tibia bagian bawah. Komplikasi selanjutnya yaitu ketidakmampuan sel darah merah untuk mengkompensasi yang disebabkan oleh infeksi atau defisiensi folat. Krisis hemolitik mungkin berhubungan dengan penghancuran sel sabit oleh limpa atau defisiensi enzim G6PD. Rasa nyeri yang akut mungkin terasa pada saat terjadi penyumbatan pembuluh darah yang dapat diprofokasi oleh infeksi, dehidrasi dan hipoksia. Sumbatan tersebut diakibatkan oleh agregasi eritrosit yang berbentuk sabit yang menyumbat mikrovaskuler dari organ tertentu. Episode sumbatan tersebut dapat berjam-jam bahkan berhari-hari. Lokasi yang sering terkena serangan tersebut adalah tulang panjang, tulang belakang dan chest. Sumbatan tersebut dapat

menyebabkan stroke, sinus trombosis dan priapism. Episode sumbatan tersebut tidak berhubungan meningkatnya hemolisis. Episode sumbatan yang berulang dapat menyebabkan kerusakan beberapa organ khususnya hati dan ginjal. Jika terjadi iskemik pada tulang maka akan terjadi nekrosis, selain itu juga bisa menjadi osteomielitis. Infark dari papila pada medula ginjal menyebabkan defek konsentrasi tubular ginjal dan gross hematuria, yang kejadian ini lebih banyak menyerang pada sickle cell trait dari pada sickle cell anemia. Retinopati juga salah satu komplikasi anemia sel sabit yang juga bisa disebabkan oleh diabetes yang akan berakibat pada kebutaan. Pada klinik biasanya pasien menderita sakit yang kronik dan ikterus. Penderita biasanya hepatomegali, namun limpa tidak teraba pada orang dewasa. Jantung sering membesar dengan disertai hyperdynamic precordium dan systolyc mumurs. Ulserasi pada tungkai bawah dan retinopati juga mungkin ditemukan. Anemia sel sabit menyebabkan kerusakan multisistem yang kronik, dengan kematian dan kegagalan organ. Dengan terapi suportif harapan hidup penderita 40 sampai 50 tahun. Temuan Laboratorium Hemolisis yang kronik ditemukan pada anemia sel sabit. Hematokrit biasanya 20-30%. Pengecatan darah perifer tampak abnormal yaitu 5-50% eritrosit berbentuk sel sabit. Selain itu juga ditemukan retikulositosis(10-25%), eritrosit berinti, howel-jolly bodies dan sel target. Pemeriksaan laboratorium sebagian besar hanya digunakan untuk skrining, sedangkan untuk diagnosis pasti menggunakan elektroforesis hemoglobin. Hemoglobin S memperlihatkan abnormal migration pattern dan menyusun 85-98% hemoglobin. Pada homozigot HbS disease, HbA tidak ditemukan. Hemoglobin F biasanya meningkat dan HbF yang meningkat berhubungan dengan perbaikan gejala klinik. PENATALAKSANAAN Sebenarnya tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit primer. Pasien diberikan asam folat dan transfusi untuk menanggulangi krisis hemolitik. Vaksinasi pneumokokus tebukti bisa mengurangi infeksi bakteri tersebut pada pasien. Ketika timbul nyeri akut, faktor pencetus harus segera diidentifikasi dan infeksi harus segera diobati. Pasien harus diberi cukup cairan dan oksigen jika terjadi hipoksia. Penyumbatan pembuluh darah yang akan dapat diatasi dengan pemberian transfusi pengganti. Hal tersebut merupakan indikasi untuk diberi penatalaksanaan intractable pain crises, priapism dan stroke. Pasien juga perlu diberikan agen sitotoksin yang dapat meningkatkan HbF dengan menstimulasi eritropoiesis pada prekrusor eritroid yang masih primitif. Hidroksiurea (500-750 mg/d) terbukti dapat mengurangi frekuensi nyeri. Allogenik transplantasi tulang belakang masih dipelajari sebagai terapi kuratif pada pasien yang muda.

PENGENALAN Penyakit Sel Sabit adalah masalah darah yang berkaitan dengan penukaran bentuk sel darah merah kepada bentuk sabit dan sel darah merah ini adalah keras dan lebih tegar berbanding dengan sel darah merah normal yang berbentuk bulat dan fleksibel. Bentuk sel sabit mengurangkan kadar fleksibel sel dan ini akan mengakibatkan beberapa komplikasi yang serius. Jangkaan hayat pesakit akan dipendekkan, iaitu lebih kurang 42 tahun dan 48 tahun untuk lelaki dan perempuan masing-masing. Penyakit sel sabit biasanya berlaku di kawasan tropika dan subtropika di mana penyakit malaria sedang atau pernah merebak. Menurut Institusi Kesihatan Negara, kadar penghidapan penyakit sel sabit di Amerika adalah lebih kurang 1 daripada 5000 dan kebanyakannya orang berkulit hitam yang mendapat penyakit tersebut. Ini adalah sejenis penyakit genetik yang diwarisi daripada waris yang turut menghidapi penyakit tersebut.

SEJARAH •

Huraian Penyakit Sel Sabit

Dalam kesusasteraan barat, huraian pertama penyakit sel sabit diperkenalkan oleh seorang doktor Chicago, James B Herrick. Pada tahun 1910, beliau menyatakan pesakit beliau yg berasal daripada barat Indies telah mendapat anemia berunsur sel sel merah yang luar biasa yang berbentuk "sabit". •

Hubungan Bagi Sel Merah Menyabit Untuk Oksigen

Pada 1927, Hahn dan Gillespie menunjukkan sel-sel merah berbentuk sabit ialah berkaitan dengan kekurangan oksigen. •

Penyahoksigenan Dan Hemoglobin

Pada 1940, Sherman (seorang pelajar pada Johns Hopkins Medical School) menyatakan kemunculan birefingence dalam ternyahoksigen sel-sel merah, mencadangkan kandungan oksigen yang rendah disebabkan perubahan struktur hemoglobin dalam molekul. •

Peranan Perlindungan Hemoglobin Janin Dalam Penyakit Sel Sabit

Janet Watson, satu pediatric hematolist di New York, disarankan pada 1948 bahawa kekurangan itu sel-sel sabit dalam darah periferi newborns adalah kerana kehadiran hemoglobin janin dalam sel sel merah, dan bukannya hemoglobin sabit luar biasa dilihat pada orang-orang dewasa. •

Hemoglobin Luar Biasa Dalam Penyakit Sel Sabit

Menggunakan teknik terbaru protein elektroforesis, Linus Pauling dan Harvey Itano menunjukkan pada 1948 bahawa hemoglobin daripada pesakit-pesakit berpenyakit sel sabit adalah berbeza daripada hemoglobin yang normal. •

Penggantian Asid Amino Dalam Hemoglobin Sabit

Pada 1956, Vernon Ingram dan JA Hunt mejujukkan hemoglobin sel merah sabit dan telah menunjukkan asid glutamik pada kedudukan 6 digantikan oleh valina dalam penyakit sel sabit. Dengan menggunakan pengetahuan asid-asid amino yang telah diketahui dan codons yang dikodkan, beliau dapat meramal sesuatu mutasi telah berlaku dalam pesakit penyakit sel sabit. Ini menunjukkan penyakit sel sabit adalah disebabkan masalah genetik. •

Ubat Bagi Penyakit Sel Sabit

Pada 1984, permindahan sumsum tulang telah dijalankan pada seorang kanak-kanak dengan berpenyakit sel sabit dan ini merupakan rawatan pertama yang dapat mengubati penyakit sel

sabit. Sebenarmya, pemindahan ini dijalankan untuk merawat leukemia yang kronik. Tetapi, penyakit sel sabit anak dapat dipulihkan pada masa yang sama. •

Rawatan Pencegah Untuk Penyakit Sel Sabit

Hidroksiurea ialah ubat pertama yang dapat mencegah komplikasi-komplikasi penyakit sel sabit sebagaimana yang ditunjukkan dalam Multicenter Study of Hydroxyurea yang telah disiapkan pada 1995.

TANDA ANEMIA Gejala anemia mengambil masa panjang untuk dilihat. Namun, jika ia dibiarkan berterusan, ia akan menyebabkan: •

Kulit pucat



Lemah seluruh badan



Selalu pening



Jantung berdegup lebih pantas



Sakit kepala



Sesak nafas dan tercungap-cungap ketika melakukan kerja



Tangan dan kaki berasa kebas



Keadaan di atas mungkin jadi lebih teruk jika hamil



Lidah menjadi licin



Ulser di tepi mulut yang menyebabkan rasa sakit



Kuku menjadi kering, terkopek atau berbentuk seperti sudu

PENCEGAHAN •

Pembawa ciri penyakit ini digalakkan menghadiri sesi kaunseling genetik.



Rawatan yang segera untuk jangkitan kuman yang berlaku, pengoksigenan yang mencukupi dan mengekalkan tahap penghidratan yang normal dapat mengelakkan sel darah merah menjadi bentuk sabit.



Diagnosis pranatal kini boleh dijalankan untuk pasangan yang berisiko melahirkan bayi yang mengalami Anemia Sel Sabit.

Anemia Defisiensi Besi Prevalens anemia defisiensi besi (ADB) pada anak masih tinggi.Pada anak sekolah dasar berumur 7-13 tahun di Jakarta (1999) dari seluruh jenis anemia yang diderita,50% di antaranaya menderita ADB. ADB memberikan dampak negatif kepada tumbuh-kembang anak.Hal ini disebabkan karena defisiensi besi selain dapat mengakibatkan komplikasi yang ringan antara lain kelainan kuku (kolonikia),atrofi papil lidah,glositis dan stomatitis yang dapat sembuh dengan pemberian besi,dapat pula memberikan komplikasi yang berat misalnya penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi,gangguan prestasi belajar,atau gangguan mental yang lainnya yang dapat

berlangsung lama bahkan menetap.Oleh karena itu pengobatan terhadap defisiensi besi harus dimulai sedini mungkin.Demikian juga tindakan pencegahannya. Penyebab defisiensi besi dapat dideteksi pada 80-82% kasus.Disamping fakor nutrisi yang menjadi penyebab utama,terdapat beberapa faktor lain sebagai penyebab defisiensi besi (tabel 1). Tabel 1.Beberapa penyebab anemia defisiensi besi menurut umur Bayi di bawah umur 1 tahun > Persediaan besi yang kurang a.1 karena berat badan lahir rendah atau lahir Kembar.ASI eksklusif tanpa suplemen besi,susu formula rendah besi, Pertumbuhan cepat,anemia selama kehamilan. Anak umur 1-2 tahun > Masukan besi kurang karena tidak mendapat makanan tambahan atau hanya Minum susu. > Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang atau menahun. > Melabsorbsi Anak berumur 2-5 tahun > Masukan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe > Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/menahun > Kehilangan berlebihan karena pendarahan antara lain karena divertikulum Meckeli Anak berumur 5 tahun-masa remaja > Kehilangan besi karena perdarahan antara lain karena infestasi parasit dan poliposis. Usia remaja-dewasa > Pada wanita antara lain karena menstruasi berlebihan. Manifestasi klinis Diagnosis ADB ditegakkan atas dasar adanya pucat yang berlangsung lama (kronik) disertai komplikasi tersebut di atas.pada pemeriksaan fisis hanya ditemukan pucat tanpa pendarahan (petekie,ekimosis,atau hematoma)maupun hematomegali.limpa kadang sedikit membesar tetepi umumnya tidak teraba.laboratorium menunjukkan kadar Hb rendah,jumlah eritrosit umumnya normal tetapi kadang rendah.jumlah leukosit,hitung jenis dan trombosit biasanya normal kecualidisertai infeksi. Diagnosis Diagnosis pasti pasti ditegakkan melalui pemeriksaan kadar besi/feritin serum yang rendah dan pewarnaan besi jaringan sumsum tulang. Pengetahuan mengenai penyebab berdasarkan umur perlu diketahui untuk dapat mendeteksinya berdasarkan skala prioritas dan menghemat waktu dan biaya.Bila sarana dan biaya terbatas diagnosis kemungkinan anemia defisiensi besi dapat ditegakkan hanya berdasarkan keadaan sbb: - Riwayat faktor predipossisi dan faktor penyebab. - Pada pemeriksaan fisis hanya terdapat pucat tanpa perdarahan atau organomegali. - Gambaran darah mikrosister. - Responsif terhadap pemberian zat besi. Tata Laksana

Sebelum timbul gejala,terdapat 2 stadium awal yaitu (1)stadium deplesi besi (iron depletion state) ditandai oleh penurunan kadar feritin serum tanpa penurunan kadar besi serum (SI) maupun Hb dan (2) stadium kekurangan besi (iron dedeficiency state) ditandai oleh penurunan kadar feritin serum dan SI tanpa penurunan kadar Hb. Pengobatan sudah harus dimulai pada stadium dini untuk mencegah terjadinya ADB yang akan memberikan dampak negatif yang lebih berat pada tumbuh-kembang anak. Obati penyebabnya (lihat tabel 1). Pemberian Zat Besi Preparat besi diberikan sampai kadar Hb normal,kemudian dilanjutkan sampai cadangan besi terpenuhi.sebaiknya dalam bentuk fero karena lebih mudah diserap daripada bentuk feri.≥≥≥ Besi dapat diberikan secara oral atau parenteral dengan dosis 3-5 mg besi elemental /kgbb.pemberian secara oral berupa ferosuifas merupakan cara yang mudah,murah dan hasilnya memuaskan.untuk mengurangi efek samping mual dan sakit perut,diberikan dalam dua dosis segera sesudah makan. Pemberian parenteral dilakukan bila dengan pemberian secara oral gagal antara lain akibat melabsorbsi atau efek samping syok anafilaktik. Hasil pengobatan dinilai dengan pemeriksaan Hb dan retikulosit seminggu sekali,atau sampai 2 bulan setelah Hb normal tanpa pemeriksaan SI dan feritin. Tranfusi Darah Tranfusi darah hanya dilakukan bila kadar Hb kurang dari 6 g/dl atau kadar Hb≥ 6g/dl disertai lemah,gagal jantung,infeksi berat atau akan menjalani oprasi. Diberikan packed red cells (PRC) dosis 10-15ml/kgBB. Atau (Hb dinginkan – Hb sekarang) x 4 x kgBB. Pencegahan dan Pendidikan Pendididikan gizi Pendidikan gizi merupakan hal yang penting dalam pencegahan defisiensi besi.ASI merupakan besi yang kurang dibandingkan dengan susu sapi. Tetapi penyerapan /bioaavailabilitasnya lebih tinggi ( 50% ) dari susu sapi. Bahkan susu sapi dapat menghambat penyerapan besi yang berasal dari sumber makanan lain. Karenanya pemberian ASI eksklusif perlu digalakkan dengan memberi pula makanan tambahan sesuai dengan usia. Perlu dijelaskan bahwa kadar besi pada ikan,hati,daging,lebih tinggi ketimbang pada beras,bayam,gandum,kacang kedelai. Penyerapan besi nabati dihambat oleh tanin,kalsium dan serat dan dipercepat oleh Vit C,HCL,Asam Amino dan fruktosa. Besi yang berasal dari ikan,hati,daging tidak dipengaruhi oleh hal hal itu. Pemberian suplemen/fortifikasi besi. Pencegahan primer. Pemberian ASI eksklusif sesudah 4-6 bulan masih menyebabkan terjadinya defisiensi besi. Karenanya perlu suplementasi besi sebagai pencegahan primer. Bila digunakan susu formula perlu dipilih formula yang difortifikasi dengan besi. Pencegahan sekunder. Bayi yang disertai satu atau lebih kriteria resiko yang seperti yang tercantum dalam tabel 2 harus menjalani skrining untuk kemungkinan menderita defisiensi besi. Skrining meliputi pemeriksaan darah tepi lengkap dan bila ada biaya sebaiknya memeriksa kadar feritin serum dan saturasi transferin.

Pendidikan kebersihan lingkungan Pendidikan kebersihan lingkungan untuk mengurangi kemungkinan infeksi bakteri/infestasi parasit sebagai penyebeb defisiensi besi karena infeksi dan defisiensi besi merupakan lingkaran ( circulus vitiousus ) yang harus diputus. ASKEP ANEMIA SEL SABIT Pengertian Anemia sel sabit adalah sejenis anemia kongenital dimana sel darah merah berbentuk menyerupai sabit, karena adanya hemoglobin abnormal. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal 535) Anatomi fisiologi Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cairan bikonkaf yang tidak berinti yang kirakira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada bagian tengah tebalnya 1 m atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar yang mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intrasellular. Molekul-molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus heme, masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna. Penyebab / etiologi Hal-hal yang dapat menjadi penyebab anemia sel sabit adalah : a.

Infeksi

b.

Disfungsi jantung

c.

Disfungsi paru

d.

Anastesi umum

e.

Dataran tinggi

f.

Menyelam

Insiden Prevalensi gen sel sabit yang tinggi terdapat di bagian tropik yang dapat mencapai hingga 40 % di daerah tertentu. Dikenal 3 jenis mutasi gen yaitu bantu, benin dan senegal yang diberi nama sesuai daerah asalnya. Prevalensi Hb S lebih rendah di dapat juga di daerah Mediteranian, Saudi Arabia dan beberapa bagian di India. Hemoglobin S adalah hemoglobin abnormal yang paling banyak didapat. Pembawa sifat diturunkan secara dominan. Insiden diantara orang Amerika berkulit hitam adalah sekitar 8 % sedangkan status homozigot yang diturunkan secara resesif berkisar antara 0,3 – 1,5 %. Patofisiologi Defeknya adalah satu substitusi asam amino pada rantia beta hemoglobin karena hemoglobin A normal mengandung dua rantai alfa dan dua rantai beta, maka terdapat dua gen untuk sintesa tiap rantai. Trail sel sabit hanya mendapat satu gen normal, sehingga sel darah merah masih mampu

mensintesa kedua rantai beta, jadi mereka mempunyai hemoglobin A dan S sehingga mereka tidak menderita anemia dan tampak sehat. Apabila dua orang dengan trait sel sabit sama menikah, beberapa anaknya s bila adaβakan membawa dua gen abnormal dan mempunyai rantai hemoglobin S, maka anak akan menderita anemia sel sabit. Manifestasi klinik g.

Sistem jantung : nafas pendek, dispnea sewaktu kerja berat, gelisah

h.

Sistem pernafasan : nyeri dada, batuk, sesak nafas, demam, gelisah

i.

Sistem saraf pusat : pusing, kejang, sakit kepala, gangguan BAK dan BAB

j.

Sistem genitourinaria : nyeri pinggang, hematuria

k.

Sistem gastrointestinal : nyeri perut, hepatomegali, demam

l.

Sistem okular : nyeri, perubahan penglihatan, buta

m.

Sistem skeletal : nyeri, mobilitas berkurang, nyeri dan bengkak pada lengan dan kaki.

Tes diagnostic a.

Pemeriksaan darah lengkap : retikulosit (jumlah darah bervariasi dari 30% – 50%), leukositos (khususnya pada krisis vaso-oklusit) penurunan Hb/Ht dan total SDM.

b.

Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit sebagian atau lengkap, sel bentuk bulan sabit.

c.

Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin yang menentukan adanya hemoglobin S, tetapi tidak membedakan antara anemia sel sabit dan sifat yang diwariskan (trait)

d.

Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi adanya tipe hemoglobin abnormal dan membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel trait.

e.

LED : meningkat

f.

GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2

g.

Bilirubin serum : meningkat

h.

LDH : meningkat

i.

IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal

j.

Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang

k.

Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang

Prognosis / penatalaksanaan Sekitar 60 % pasien anemia sel sabit mendapat serangan nyeri yang berat hampir terus-menerus dan terjadinya anemia sel sabit selain dapat disebabkan karena infeksi dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor misalnya perubahan suhu yang ekstrim, stress fisis atau emosional lebih sering serangan ini terjadi secara mendadak. Orang dewasa dengan anemia sel sabit sebaiknya diimunisasi terhadap pneumonia yang disebabkan pneumokokus. Tiap infeksi harus diobati dengan antibiotik yang sesuai. Transfusi sel darah merah hanya diberikan bila terjadi anemia berat atau krisis aplastik.

Pada kehamilan usahakan agar Hb berkisar sekitar 10 – 12 g/dl pada trimester ketiga. Kadar Hb perlu dinaikkan hingga 12 – 14 g/dl sebelum operasi. Penyuluhan sebelum memilih teman hidup adalah penting untuk mencegah keturunan yang homozigot dan mengurangi kemungkinan heterozigot. Komplikasi Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga hematokrit mendadak menurun. Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif. Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine. Kasus-kasus Hb S trait juga dapat mengalami hematuria. Pengobatan Sampai saat ini belum diketahui ada pengobatan yang dapat memperbaiki pembentukan sabit, karena itu pengobatan secara primer ditujukan untuk pencegahan dan penunjang. Karena infeksi tampaknya mencetuskan krisis sel sabit, pengobatan ditekankan pada pencegahan infeksi, deteksi dini dan pengobatan segera setiap ada infeksi pengobatan akan mencakup pemberian antibiotik dan hidrasi dengan cepat dan dengan dosis yang besar. Pemberian oksigen hanya dilakukan bila penderita mengalami hipoksia. Nyeri hebat yang terjadi secara sendiri maupun sekunder terhadap adanya infeksi dapat mengenai setiap bagian tubuh. Tranfusi hanya diperlukan selama terjadi krisis aplastik atau hemolitis. Transfusi juga diperlukan selama kehamilan. Penderita seringkali cacat karena adanya nyeri berulang yang kronik karena adanya kejadiankejadian oklusi pada pembuluh darah. Pada kelompok penderita terdapat insiden yang tinggi terhadap ketergantungan obat, terdapat juga insiden yang tinggi atas sulitnya mengikuti sekolah dan melakukan pekerjaan. hindari faktor-faktor yang diketahui mencetuskan krisis. 1.

Profilaktik

2.

Asam folat, misalnya 5 mg perhari, jika diit buruk.

3.

Gizi umum baik dan hygiene.

4.

Krisis – istirahat, dehidrasi, berikan antibiotik jika terdapat infeksi, bikarbonat jika pasien asidosis. Analgetik kuat biasanya diperlukan, transfusi diberikan hanya jika anemia sangat berat dengan gejala transfusi. Sukar mungkin dibutuhkan pada kasus berat.

5.

Perawatan khusus diperlukan pada kehamilan dan anestesi sebelum persalinan atau operasi, pasien dapat ditransfusi berulang dengan darah normal untuk mengurangi proporsi haemoglobin S yang beredar.

6.

Transfusi ini juga kadang-kadang diberikan pada pasien yang sering mengalami krisis untuk menekan produksi Hb S secara lengkap selama jangka waktu beberapa bulan.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah dan memulihkan kesehatan melalui 4 tahap yang terdiri dari pengkajian, perencanam pelaksanaan, dan evaluasi. Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistematis yang diterapkan dalam melaksanakan fungsi keperawatan, pendekatan yang dimiliki, karakteristik, sistematis, bertujuan, interaksi, dinamis dan ilmiah. Pengkajian data Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan, diperlukan pengkajian yang cermat untuk masalah klien agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Informasi akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan. Sebagai sumber informasi dapat digunkan yaitu pasien, keluarga, anak, saudara, teman, petugas kesehatan atau sumber data sekunder. Metode pengumpulan data meliputi : pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, rumusan diagnosa keperawatan. Data yang perlu dikumpulkan pada klien dengan anemia adalah sebagai berikut : Pengumpulan data 1.

Identifikasi klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku / bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.

2.

Identitas penanggung

3.

Keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lalu Keluhan utama : pada keluhan utama akan nampak semua apa yang dirasakan klien pada saat itu seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan pucat. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat kesehatan masa lalu akan memberikan informasi kesehatan atau penyakit masa lalu yang pernah diderita, Pemerisaan fisik

4.

Aktivitas / istirahat Gejala : Keletihan / kelemahan terus-menerus sepanjang hari. Kebutuhan tidur lebih besar dan istirahat.

5.

Tanda : Gangguan gaya berjalan

6.

Sirkulasi Gejala : Palpitasi atau nyeri. Tanda : Tekanan darah menurun, nadi lemah, pernafasan lambat, warna kulit pucat atai sianosis, konjungtiva pucat.

7.

Eliminasi Gejala : Sering berkemih, nokturia (berkemih malam hari.

8.

Makanan / cairan Gejala : Nafsu makan menurun. Tanda : Penurunan berat badan, turgor kulit buruk dengan bekas gigitan, tampak kulit dan membran mukosa kering.

9.

Hygiene Gejala : Keletihan / kelemahan Tanda : Penampilan tidak rapi.

10.

Neurosensori Gejala : Sakit kepala / pusing, gangguan penglihatan. Tanda : Kelemahan otot, penurunan kekuatan otot.

11.

Nyeri / kenyamanan Gejala : Nyeri pada punggung, sakit kepala. Tanda : Penurunan rentang gerak, gelisah.

12.

Pernafasan Gejala : Dispnea saat bekerja. Tanda : Mengi

13.

Keamanan Gejala : Riwayat transfusi. Tanda : Demam ringan, gangguan penglihatan.

14.

Seksualitas Gejala : Kehilangan libido.

b. Pemeriksaan Penunjang 1.

Jumlah darah lengkap (JDL) : leukosit dan trombosit menurun.

2.

Retikulosit : jumlah dapat bervariasi dari 30 % – 50 %.

3.

Pewarnaan SDM : menunjukkan sebagian sabit atau lengkap.

4.

LED : meningkat

5.

Eritrosit : menurun

6.

GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2

7.

Billirubin serum : meningkat

8.

LDH : meningkat

9.

TIBC : normal sampai menurun

10.

IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal

11.

Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang

12.

Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang.

Klasifikasi data Data subjektif a.

Keletihan / kelemahan.

j.

Warna kulit pucat.

b.

Nokturi.

k.

Gangguan gaya berjalan.

c.

Nafsu makan menurun.

l.

Tekanan darah menurun.

d.

Nyeri pada punggung.

m.

Demam ringan.

e.

Sakit kepala.

n.

Eritrosit menurun.

f.

Berat badan menurun.

o.

Bilirubin serumen : meningkat.

g.

Gangguan penglihatan.

p.

JDL : leukosit dan trombosit menurun.

h.

Konjungtiva pucat.

q.

LDH meningkat.

i.

Gelisah.

Diagnosa keperawatan Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien anemia sel sabit baik aktual maupun potensial adalah sebagai berikut : l. Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (Hb menurun). a.

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan fungsi / gangguan pada sum-sum tulang.

b.

Aktifitas intolerance berhubungan dengan kelemahan otot.

c.

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan porsi makan tidak dihabiskan.

d.

Integritas kulit berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke jaringan.

e.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.

f.

Kecemasan / kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.

Rencana keperawatan Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (HB rendah) Tujuan : Tidak merasakan nyeri, Tindakan keperawatan a.

Kaji tingkat nyeri Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri dapat mempermudah dalam menentukan intervensi selanjutnya.

b.

Anjurkan klien teknik nafas dalam Rasional : Dengan menarik nafas dalam memungkinkan sirkulasi O2 ke jaringan terpenuhi.

c.

Bantu klien dalam posisi yang nyaman Rasional : Mengurangi ketegangan sehingga nyeri berkurang.

d.

Kolaborasi pemberian penambah darah Rasional : Membantu klien dalam menaikkan tekanan darah dan proses penyembuhan.

e.

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan fungsi / gangguan sumsum tulang. Tujuan : Perfusi jaringan adekuat

Tindakan keperawatan : a.

Ukur tanda-tanda vital : Rasional : Untuk mengetahui derajat / adekuatnya perfusi jaringan dan menentukan intevensi selanjutnya.

b.

Tinggikan kepala tempat tidur klien Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler

c.

Pertahankan suatu lingkungan yang nyaman. Rasional : Vasekonstriksi menurunkan sirkulasi perifer dan menghindari panas berlebihan penyebab vasodilatasi.

d.

Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila terjadi kelemahan. Rasional : Stres kardiopulmonal dapat menyebabkan kompensasi.

Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan otot Tujuan : aktifitas toleransi, dengan kriteria : klien bisa melakukan aktivitas sendiri. Tindakan keperawatan a.

Kaji tingkat aktifitas klien Rasional : Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan klien dan untuk menetukan intervensi selanjutnya.

b.

Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien Rasional : Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.

c.

Bantu pasien dalam melakukan latihan aktif dan pasif Rasional : Untuk meningkatkan sirkulasi jaringan

d.

Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADLnya Rasional : Dengan bantuan perawat dan keluarga klien dapat memenuhi kebutuhannya.

e.

Berikan lingkungan tenang Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan regangan jantung dan paru..

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan porsi makan tidak dihabiskan. Tujuan : Nutrisi terpenuhi dengan kriteria : nafsu makan meningkat, porsi makan dihabiskan. Tindakan keperawatan : a.

Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai Rasional : Mengidentifikasi efisiensi, menduga kemungkinan intervensi.

b.

Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering dan bervariasi Rasional : Pemasukan makanan atau menambah kekuatan dan diberikan sedikit-sedikit agar pasien tidak merasa bosan.

c.

Beri HE tentang pentingnya makanan atau gizi Rasional : Makanan yang bergizi dapat mempercepat penyembuhan penyakitnya

d.

Timbang berat badan setiap hari. Rasional : Mengawasi penurunan BB atau efektivitas intervensi nutrisi.

e.

Penatalaksanaan pemberian vitamin B1. Rasional : Vitamin bisa menambah nafsu makan.

f.

Konsul pada ahli gizi Rasional : Membantu dalam membuat rencana diit untuk memenuhi kebutuhan individu.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke jaringan Tujuan : Mempertahankan integritas kulit dengan kriteria : kulit segar, sirkulasi darah lancar Tindakan keperawatan. a.

Kaji integritas kulit, catat pada perubahan turgor, gangguan warna Rasional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilitas

b.

Anjurkan permukaan kulit kering dan bersih Rasional : Area lembab, terkontamiansi memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik

c.

Ubah posisi secara periodik Rasional : Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit membatasi iskemia jaringan /

mempengaruhi hipoksia selular. d.

Tinggikan ekstremitas bawah bila duduk Rasional : Meningkatkan aliran balik vena menurunkan statis vena / pembentukan edema.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit Tujuan : Mencegah / menurunkan resiko infeksi Tindakan keperawatan a.

Berikan perawatan kulit Rasional : Menurunkan resiko kerusakan kulit / jaringan dan infeksi

b.

Dorong perubahan posisi / ambulasi yang sering Rasional : Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu mobilisasi sekresi

c.

Tingkatkan masukan cairan adekuat Rasional : Membantu dalam mengencerkan sekret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh

d.

Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia. Rasional : Adanya proses inflamasi / infeksi membutuhkan evaluasi / pengobatan.

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya Tujuan : Memahami tentang penyakitnya, mau menerima keadaan penyakitnya, klien tidak bertanya tentang penyakitnya Tindakan keperawatan a.

Berikan informasi tentang penyakitnya Rasional : Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat, menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi

b.

Kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya Rasional : Memberi pengetahuan berdasarkan pola kemampuan klien untuk memilih informasi

c.

Dorong mengkonsumsi sedikitnya 4 – 6 liter cairan perhari Rasional : Mencegah dehidrasi dan konsekuensi hiperviskositas yang dapat membuat sabit / krisis.

d.

Dorong latihan rentang gerak dan aktivitas fisik teratur dengan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat. Rasional : Mencegah demineralisasi tulang dan dapat menurunkan resiko fraktur.

Pelaksanaan Pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan menjalankan ketentuan dari rumah sakit. Sebelum pelaksanaan terlebih dahulu harus mengecek kembali data yang ada, karena kemungkinan ada perubahan data bila terjadi demikian kemungkinan rencana harus direvisi sesuai kebutuhan pasien. Evaluasi Evaluasi adalah pengukuran dari keberhasilan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan proses perawatan. Hasil evaluasi yang diharapkan / kriteria : evaluasi pada klien dengan anemia sel sabit adalah sebagai berikut : Mengatakan pemahaman situasi / faktor resiko dan program pengobatan individu dengan kriteria

: a.

Menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.

b.

Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.

Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan dengan kriteria : a.

Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala peyebab.

b.

Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.

Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi dengan kriteria : a.

Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan.

b.

Menyukai diri sebagai orang yang berguna.

Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria : a.

Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan keluaran seimbang.

Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan berat badan yang sesuai dengan kriteria : a.

Menunjukkan peningkatan berat badan, mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal.

Anemia, perkataan yang berasal daripada bahasa Greek (Ἀναιμία) yang membawa pengertian "tiada darah", merujuk kepada kekurangan sel darah merah (RBC) dan/atau hemoglobin. Ini mengurangkan keupayaan darah untuk memindahkan oksigen ke tisu-tisu, dan mengakibatkan hipoksia; oleh sebab semua sel manusia bergantung kepada oksigen untuk hidup, tingkat anemia yang berbeza-beza menimbulkan berbagai-bagai akibat klinikal. Hemoglobin (protein yang membawa oksigen di dalam sel darah merah) harus hadir untuk memastikan pengoksigenan yang mencukupi bagi semua tisu dan organ badan. Tiga kelas anemia yang utama termasuk: 1. kehilangan darah yang berketerlaluan (genting seperti dalam kes perdarahan, atau kronik melalui kehilangan darah isi padu rendah); 2. pemusnahan sel darah yang berterlaluan (hemolisis); dan 3. pengeluaran sel darah merah yang kurang (hematopoisesis yang tidak berkesan).

Bagi wanita-wanita yang datang haid, kekurangan ferum diet merupakan satu sebab yang umum untuk kekurangan pengeluaran sel darah merah. Anemia merupakan gangguan darah yang paling biasa. Terdapat berbagai-bagai sebab yang mendasari anemia. Anemia boleh digolongkan melalui berbagai-bagai cara, berdasarkan morfologi sel darah merah, mekanisme etiologi, dan spekrum klinikal nampak, antara lain. Adanya dua pendekatan utama untuk mengelaskan anemia, iaitu pendekatan "kinetik" yang melibatkan penilaian pengeluaran, pemusnahan, dan kehilangan sel darah merah, serta pendekatan "morfologi" yang mengelaskan anemia mengikut saiz sel darah merah. Pendekatan

morfologi mempergunakan satu ujian makmal yang murah dan mudah didapati (min isi padu korpuskel, MCV) sebagai titik permulaannya. Sebaliknya, menumpukan perhatian pada persoalan pengeluaran pada peringkat awal membenarkan seseorang klinisian untuk mendedahkan kes-kes anemia yang diakibatkan oleh berbilang sebab dengan lebih cepat.

Simptom dan tanda Anemia sukar dikesan bagi kebanyakan orang, dan simptomnya kabur. Biasanya, perasaan lemah atau keletihan dilapurkan. Sesak nafas dilapurkan dalam kes teruk. Aneamia amat teruk memerlukan tindakbalas pengimbal di mana output jantung meningkat dengan jelas, membawa kepada palpitasi dan berpeluh; proses ini boleh mengakibatkan kegagalan jantung di kalangan orang berumur. Kulit dan selapus hingus mukosal yang pucat sahaja menjadi tanda utama bagi aneamia berat, dengan itu bukanlah merupakan tanda yang pasti.

Diagnosis Satu-satu cara mengesan anemia adalah dengan ujian darah. Lazimnya, kiraan darah lengkap boleh dilaksanakan. Selain daripada melaporkan jumlah sel darah merah dan tahap hemoglobin, penganalisis automatik juga boleh mengukur saiz sel darah merah, yakni satu alat penting untuk membezakan sebab-sebabnya. Kekadangnya, ujian lain diperlu untuk membezakan lagi sebab-sebab anemia. Ini dibincangkan bersama dengan diagnosis pembezaan (bawah). Doktor mungkin juga memutuskan membuat ujian darah penyaringan yang lain untuk menentukan sebab keletihan, tahap-tahap glukosa, kadar pemendapan eritrosit, feritin, ujian fungsi renal serta elektrolit mungkin menjadi sebahagian daripada kajian diagnosis intensif.

Diagnosis pembezaan Anemia dikelaskan menurut saiz sel darah merah; ini samaada dilakukan secara automatik atau melalui pemeriksaan mikroskop ke atas lumuran darah periferi. Saiz ini digambarkan dalam isipadu korpuskel (corpuscular) purata. Sekiranya sel adalah lebih kecil berbanding normal (bawah 80 fl), anemia dikatakan sebagai mikrosit (microcytic); sekiranya ia bersaiz normal (80100 fl), normosit (normocytic); dan sekiranya ia adalah lebih besar berbanding normal (lebih 100 fl), anemia ini dikelaskan sebagai makrosit (macrocytic). Ciri-ciri lain yang kelihatan pada lumuran lumuran perifer mungkin memberikan petunjuk mengenai diagnosis lebih khusus; sebagai contoh, sel darah putih luar biasa mungkin menunjukkan punca dalam sum-sum tulang. Anemia mikrosit

The most common type of anemia overall is iron deficiency anemia (anemia kekurangan ferum). Much rarer causes (apart from communities where these conditions are prevalent)are hemoglobinopathies (hemoglobinopati) such as sickle cell anaemia (anemia sel sabit) and thalassemia (talasemia). Iron deficiency anemia is caused when the dietary intake or absorption of iron (ferum) is insufficient. Iron is an essential part of hemoglobin, and low iron levels result in decreased incorporation of hemoglobin into red cells. In the United States, 20% of all women of childbearing age have iron deficiency anemia, compared with only 2% of adult men. The principal cause of iron deficiency anemia in premenopausal (pramenopaus} women is blood lost during menses (haid). Studies have shown that iron deficiency without anemia causes poor

school performance and lower IQ (darjah kecerdasan) in teenage girls. In older patients, iron deficiency anemia of often due to bleeding lesions (lesi perdarahan) of the gastrointestinal tract (salur gastrousus); fecal occult blood testing (ujian darah okult tinja), upper (esofagusgastroduodenoskopi) and lower endoscopy (kolonoskopi) are often performed to identify bleeding lesions, which can be malignant (malignan). Anemia normosit

Normocytic anemia can be caused by acute blood loss (hemoraj), chronic disease (penyakit kronik) ("anemia of chronic disease") or failure to produce enough red blood cells (as opposed to hemoglobin, which causes microcytic anemia). Chronic renal failure or liver failure cause normocytic anemia; in renal failure this is due to decreased production of the hormone (hormon)erythropoietin (eritropoietin ). Certain hormonal deficiencies, like testosterone deficiency (kekurangan testosteron) (hypogonadism) (hipogonadisme), can cause normocytic anemia. Lastly, sideroblastic anemia (anemia sideroblas) is caused by abnormal production of red blood cells as part of myelodysplastic syndrome (sindrom mielodisplas), which can evolve into hematological malignancies (kemaglinanan hematologi) (especially acute myelogenous leukemia) (leukemia mielogenus akut). Aplastic anemia (anemia aplasia) (bone marrow failure) (kegagalan sumsum tulang) is anemia caused by the inability of the bone marrow to produce blood cells. Aplastic anemias are much rarer than dietary deficiency or genetic defect anemias, and progess rapidly. Anemia makrosit •

Punca utama anemia makrostik anemia adalah kekurangan samaada vitamin B12 atau asid folik (atau kedua-duanya) akibat samaada kurang pengambilan atau penyerapan kurang. Anemia pernikious (anemia pernisius / anemia pernisius) adalah keadaan autoimmune (autoimun) di mana badak kekurangan faktor intrisik, diperlukan bagi menyerap vitamin B12 daripada makanan.



Alcoholism (alkoholisme) can cause macrocytic anemia.



Hemolytic anemia is a separate constellation of symptoms (also featuring jaundice (jaundis) and elevated LDH (laktat dehidrogenase) levels) with numerous potential causes. It can be autoimmune, hereditary (gangguan genetik) and mechanical (e.g. heart surgery).

The treatment for vitamin B12-deficient macrocytic anemia was first devised by William P. Murphy who bled dogs to make them anemic and then fed them various substances to see what (if anything) would make them healthy again. He discovered that ingesting large amounts of liver seemed to cure the disease. George R. Minot and George H. Whipple then set about to chemically isolate the curative substance and ultimately were able to isolate the vitamin B12 from the liver. For this, all three shared the 1934 Nobel Prize in Medicine.

Anemia-anemia tertentu •

Fanconi anemia (anemia fankoni) - a hereditary disease (penyakit keturunan) featuring aplastic anemia(anemia aplasia) and various other abnormalities

Rawatan bagi anemia Terdapat banyak jenis rawatan bagi anemia dan jenis rawatan bergantung kepada teruk dan punca anemia. Kekurangan zat besi akibat kekurangan makanan amat jarang bagi dewasa tidak haid (lelaki dan wanita putus haid). Diagnosis kekurangan zat besi menyatakan pencarian bagi potensi punca kehilangan sebegitu seperti pendarahan perut (gastrointestinal) akibat ulcer atau barah kolon. Anemia kekurangan zat besi ringan hingga serdahana dirawat dengan tambahan zat besi menggunakan ferous sulfat atau ferrous gluconate. Vitamin C mungkin membantu keupayaan tubuh bagi menyerap zat besi. Vitamin tambahan diberikan secara oral (asid folik) atau suntikan (vitamin B-12) akan menggantikan kekurangan khusus. Bagi penyakit anemia kronik, anemia dikaitkan dengan kimoterapi (chemotherapy), atau anemia dikaitkan dengan penyakit ginjal, sesetengah pakar klinikal prescribe recombinant erythropoietin, epoetin alfa, bagi menggalakkan penghasilan sel darah merah. Bagi kes anemia teruk, atau dengan kehilangan darah berterusan, pemindahan darah mungkin diperlukan. Pemindahan darah kerana anemia

Secara umum, doktor cuba mengelakkan pemindahan darah kerana, bukti berlainan menunjukkan peningkatan hasil pesakit bertambah teruk dengan strategi pemindahan yang semakin meningkat. Prinsip physiologi yang mengurangkan pengaliran oksigen dikaitkan dengan anemia mendorong kepada hasil klinikal teruk diimbangi dengan jumpaan bahawa pemindahan darah tidak semestinya mengurangkan hasil klinikal adverse ini. Bagi pendarahan akut, teruk, pemindahan darah sering kali menyelamatkan nyawa. Peningkatan dalam daya hidup tercedera di medan perang, sekurang-kurangnya sebahagian darinya, kepada peningkatan dalam teknik pemindahan darah dan bank darah. Transfusion of the stable but anemic hospitalized patient has been the subject of numerous clinical trials, and transfusion is emerging as a deleterious intervention. Four randomized controlled clinical trials have been conducted to evaluate aggressive versus conservative transfusion strategies in critically ill patients. All four of these studies failed to find a benefit with more aggressive transfusion strategies. In addition, at least two retrospective studies have shown increases in adverse clinical outcomes with more aggressive transfusion strategies. Hyperbaric Oxygenation

Treatment of exceptional blood loss (anemia) is recognized as an indication for hyperbaric oxygen (HBO) by the Undersea and Hyperbaric Medical Society. The use of HBO is indicated when oxygen delivery to tissue is not sufficient in patients who cannot be transfused for medical or religious reasons. HBO may be used for medical reasons when threat of blood product incompatibility or concern for transmissible disease are factors. The beliefs of some religions (ex: Jehovah's Witnesses) may prohibit the receipt of transfused blood products. In 2002, Van Meter reviewed the publications surrounding the use of HBO in severe anemia and found that all publications report a positive result.

Related Documents

Anemia Sel Sabit
May 2020 5
Anemia Sel Sabit.docx
October 2019 12
Sel
June 2020 44
Anemia
July 2020 33