Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Retensio Plasenta.docx

  • Uploaded by: Mofphyenny
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Retensio Plasenta.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,033
  • Pages: 19
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN RETENSIO PLASENTA Diposting oleh admin di 20.38 | Minggu, 02 September 2012 | 0 komentar Label: Askeb, Makalah, Makalah Kebidanan, Makalah Kesehatan, Makalah Kesehatan Gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan daerah.

AKI di Indonesia menurut SDKI 2002-2003 adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Banyak faktor yang menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu antara lain : persalinan berlangsung lama, tindakan operasi persalinan, ketuban pecah dini atau keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum dan postpartum. Pada kala III dapat pula terjadi gangguan atau kelainan patologis dalam bentuk perdarahan postpartum, retensio plasenta, inversio uteri dan perdarahan robekan jalan lahir. Perdarahan postpartum merupakan salah satu sebab utama kematian ibu dalam persalinan. Asuhan kebidanan diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis bagi ibu. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian dan penanganan yang serius agar tidak menimbulkan komplikasi. 1.2 1.2.1

Tujuan Tujuan Umum Mahasiswa mendapat pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan retensio plasenta melalui pendekatan manajemen kebidanan

1.2.2

Tujuan Khusus Diharapkan mahasiswa mampu ;

1)

Melakukan pengkajian pada ibu bersalin dengan retensio plasenta

2)

Menentukan diagnosa

3)

Menentukan diagnosa atau masalah potensial

4)

Menentukan kebutuhan segera ibu bersalin dengan retensio plasenta

5)

Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada ibu bersalin dengan retensio plasenta

6)

Melaksanakan perencanaan pada ibu bersalin dengan retensio plasenta

7)

Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan

1.3

Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam asuhan kebidanan ini pada Ny U P 3003 dengan retensio plasenta di Ruang Sakinah RS Muhammadiyah Lamongan

1.4

Metode Penulisan

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi buku catatan perkembangan pasien dan studi kepustakaan 1.5

Pelaksanaan Penyusunan laporan ini berdasarkan pelaksanaan praktek mulai tanggal 13 Agustus 2007 s/d 19 Agustus 2007 di Ruang Sakinah RS Muhammadiyah Lamongan

1.6 BAB I

Sistematika Penulisan Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, Tujuan, Ruang lingkup, Metode penulisan, pelaksanaan, Sistematika penulisan

BAB II

Tinjauan Pustaka

BAB III

Tinjauan Kasus terdiri dari pengkajian, interpretasi data dasar, identifikasi masalah potensial, identifkasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi

BAB IV

Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Konsep Dasar Retensio Plasenta

2.1.1 Pengertian Retensio Plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir ( Saifudin, 2002) Retensio Plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir ( Mochtar, 1998). 2.1.2 Jenis Retensio Plasenta 1)

Plasenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis

2)

Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium

3)

Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki miometrium

4)

Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus

5)

Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

2.1.3 Etiologi 1)

Plasenta belum terlepas dari dinding rahim, disebabkan karena : -

Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)

-

Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus desidua sampai miometrium (plasenta inkreta) menembus lebih dalam kedalam miometrium (plasenta akreta)

sampai dibawah peritoneum (plasenta

perkreta) 2)

Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan perdarahan yang banyak, atau karena adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim akibat kesalahan penanganan kala III yang akan menghalangi plasenta keluar ( plasenta inkarserata). 2.1.4 Penanganan 2.1.4.1

1)

Sikap Bidan dalam Menghadapi Retensio Plasenta Sikap Umum Bidan

a.

Memperhatikan keadaan umum penderita

-

Apakah anemis

-

Bagaimana jumlah perdarahannya

-

Keadaan umum penderita : tekanan darah, nadi, dan suhu

-

Keadaan fundus uteri : kontraksi dan tinggi fundus uteri b.

-

Mengetahui keadaan plasenta

Apakah plasenta inkarserata c.

2)

Memasang infus dan memberikan cairan pengganti Sikap Khusus Bidan

a.

Retensio plasenta dengan perdarahan

-

Langsung melakukan plasenta manual

b.

Retensio plasenta tanpa perdarahan

-

Setelah dapat memastikan keadaan umum penderita segera memasang infus dan memberikan cairan

-

Merujuk pasien ke pusat dengan fasilitas cukup, untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik

-

Memberikan transfusi

-

Proteksi dengan antibiotic

-

Mempersiapkan plasenta manual

2.1.4.2 1)

Penanganan Umum

Jika plasenta terlihat dalam vagina, minta ibu meneran dan jika dapat merasakan plasenta dalam vagina keluarkan plasenta tersebut.

2)

Pastikan kandung kemih kosong. Jika diperlukan lakukan kateterisasi kandung kemih.

3)

Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin dan uterus terasa berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali.

4)

Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk melakukan pengeluaran secara manual.

2.2 2.2.1

Plasenta manual Pengertian Plasenta manual adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung ke dalam kavum uteri.

2.2.2 -

Indikasi Retensio plasenta/plasenta adhesive

2.2.3

Kontraindikasi

-

Plasenta inkreta

-

Plasenta perkreta

2.2.4

Prosedur Plasenta Manual

1)

Kaji ulang indikasi

2)

Persetujuan tindakan medis

3)

Kaji ulang prisip dasar perawatan dan pasang infus

4)

Berika sedative dan analgetika, misalnya petidin dan diazepam IV

5)

Berika antibiotika dosis tunggal (profilaksis) -

Ampicillin 2 gram IV ditambah metronidazol 500 mg IV

-

Atau Sefazolin 1 gram ditambah metronidazol 500 mg IV

6)

Gunakan sarung tangan DTT

7)

Jepit tali pusat dengan kacher dan tegangkan sejajar lantai

8)

Masukkan tangan secara obstetrik dengan menelusuri bagian bawah tali pusat. Jaga agar jari-jari merapat dan melengkung mengikuti tali pusat masuk cavum uteri sampai mencapai plasenta

9)

Dengan bagian lateral jari-jari tangan dicari insersi pinggir plasenta. Buka tangan secara obstetrik menjadi seperti memberi salam, jari-jari dirapatkan.

10)

Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah. Gerakkan tangan kanan kekiri dan kekanan sambil bergeser ke kranial sampai permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.

11)

Jika plasenta tidak dapat dilepaskan kemungkinan plasenta akreta dan siapkan laparatomi untuk histerektomi supravaginal

12)

Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta. Pindahkan tangan luar ke suprasimfisis untuk menahan uterus saat plasenta dikeluarkan

13)

Lakukan eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus

14)

Berikan oksitosin 10 IU dalam 500 ml cairan IV garam fisiologik atau RL 60 tts/menit dan masase uterus untuk merangsang kontraksi

15)

Jika perdarahan masih banyak, beri ergometrin 0,2 mg IM. Atau prostaglandin

16)

Periksa kelengkapan plasenta, jika tidak lengkap lakukan eksplorasi ke dalam kavum uteri.

17) 2.2.5

Periksa dan perbaiki robekan jalan lahir Penanganan Pasca Tindakan

1)

Pantau kesadaran, tensi, nadi, pernafasan setiap 30 menit selama 6 jam

2)

Tentukan tinggi fundus dan pastikan kontraksi tetap baik

3)

Teruskan infus dan berikan tranfusi darah bila perlu BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 PENGKAJIAN MKB

: 17 Agustus 2007

Reg

: 12-46-57

Ruangan

: RB Sakinah

Tanggal 3.1.1 1.

2.

Jam : 02.45

: 17 Agustus 2007

Jam 02.50 WIB

DATA SUBYEKTIF

Biodata

Nama Istri

Ny. U

Nama Suami

Tn. N

Umur

35 tahun

Umur

40 tahun

Status kawin

Kawin

Perkawinan

Ke 1

Suku/Bangsa

Jawa /Indonesia

Suku/Bangsa

Jawa /Indonesia

Agama

Islam

Agama

Islam

Pendidikan

SLTA

Pendidikan

SLTA Tamat

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan

Swasta

Alamat

Keset Rt 4/1 Sidorejo Deket Lamongan

Keluhan Utama

imester I

imester II

Plasenta belum lahir 1 jam setelah bayi lahir 3.

Riwayat Menstruasi Menarche

13 tahun

Siklus

30 hari

Lama

4-5 hari

Jumlah

Hari 1-2 2-3 kotek penuh, hari berikutnya 2 kotek tidak penuh

Dismenorhoe

Hari pertama menst

Sifat darah

Cair, sedikit bergumpal

Warna

Merah segar

Fluor albus

1-2 hari sebelum menstruasi, warna putih jernih, tidak berbau

HPHT

27 Desember 2006

4.

Riwayat Obstetri

a.

Riwayat Kehamilan

G.P.A

: G3P2002 Umur Kehamilan : 9 bulan

A.N.C

: 7 kali di bidan A

Ibu periksa 2 x pada umur kehamilan 1 bulan dan 3 bulan, mendapatkan mendapatkan vitamin, diminum sampai habis dan penyuluhan makanan sehat Ibu periksa 3 x dibidan, ibu mengalami perdarahan pada usia 4 bulan dan dirujuk kedokter RAB, mendapat pemeriksaan USG dan obat serta anjuran untuk istirahat. Ibu mendapatkan imunisasi TT1 dan TT2 pada bulan ke-5 dan 6 kehamilan

imester III Ibu periksa 2x mendapatkan folavit 1x1 dan penyuluhan perawatan diri

erawatan buah dada b.

: ibu sudah melakukan perawatan payudara setiap selesai mandi sejak kehamilan 8 bulan

Riwayat Kehamilan , Persalinan dan Nifas Yang Lalu

No

Suami

Kehamilan UK

Pnylit

Persalinan Pnolong

Jns

Anak Penyulit

Seks

BBL

KB Umur

Pers

c.

1

1

9 bln

-

Bidan A

Spt

-

L

3500/50

12 thn

Suntik 1bl

2

1

9 bln

-

Bidan A

Spt

-

PR

3000/50

8 thn

Suntik 1 bl

Riwayat Persalinan Persalinan

:

Tanggal 17-8- 2007, Jam 01.15 WIB

Tempat persalinan

: BPS Bidan A

Penolong

Bidan

:

Jenis persalinan :

Spontan B

Lama persalinan : Kala I

: Kala II

Tidak terkaji :

Tidak terkaji

Kala III : Plasenta belum lahir

han

: ± 500 cc

n Bayi

:

Normal

d.

-

Jenis kelamin

: laki-laki

-

BB/PB

: 4000 gram / 50 cm

-

A-S

: 7-8

Riwayat Kesehatan Yang Lalu Ibu juga tidak pernah menderita penyakit menular seperti seperti TBC, Hepatitis, penyakit menular seksual, tidak pernah menderita penyakit menurun seperti DM, Asma, Hipertensi serta tidak mempunyai keturunan kembar

e.

Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada keturunan kembar, tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti DM, Asma, Hipertensi, dan tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, penyakit menular seksual

f.

Pola Kesehatan Fungsional Sehari-hari Anamnesa tanggal 17-8-2007

a.

Jam 06.30

Pola Nutrisi Selama hamil : ibu makan 3x/hari, tiap makan habis 1 piring sedang dengan komposisi nasi, sayuran hijau dan lauk pauk seadanya. Ibu minum 8-9 gelas / hari , jenis minuman air putih dan air teh Selama di RS : minum air teh 2 gelas, makan , mendapatkan jatah dari RS NS TKTP makan habis ½ porsi

b.

Pola Eliminasi Selama hamil : BAB 1x/ hari konsistensi lembek, BAK 5-6x/hari berwarna jernih, lancar Selama di RS : terpasang DC , urine 100 ml

c.

Pola Istirahat Selama hamil : Ibu tidur ± 8-9 jam/hari, siang ±1-2 jam dan malam ± 6-7 jam Selama di RS : Ibu tidur ± 2 jam (post plasenta manual)

d.

Pola Aktifitas Selama hamil : Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak sendiri Selama di RS : Ibu berbaring ditempat tidur dengan mobilisasi miring kanan/miring kiri e.

Pola Personal Higiene Selama hamil : Ibu mandi 2-3x sehari, gosok gigi 2x/hari, ganti baju 2x/hari dan ganti celana dalam celana dalam tiap kali mandi Selama di RS : diseka 1x sore, ganti kotek 1x, ganti baju 1x 3.1.2

1.

2.

DATA OBYEKTIF

Keadaan Umum Keadaan umum

Lemah

- GCS

4-5-6

Kesadaran

Composmentis

Tekanan Darah

90/60mmHg

- RR

24x/menit

Nadi

101 x/menit

- Suhu

37oC

Pemeriksaan Fisik Kulit kepala

Bersih, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak ada ketombe, tidak mudah rontok

Muka

Tidak ada odem, ibu menyeringai menahan sakit, wajah terlihat pucat

Mata

Simetris, tidak ada secret, sklera berwarna putih terdapat gambaran tipis pembuluh darah, Conjungtiva pucat

Hidung

Penafasan spontan, tidak ada secret, tidak ada polip

Mulut

Mucosa bibir kering, tidak ada stomatitis, gigi terdapat karies pada molar kanan, lidah bersih, lidah tidak berslag

Telinga

Pendengaran baik, bersih, tidak ada serumen

Leher

Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tidak ada ada pembesaran kelenjar tiroid. Tidak terdapat bendungan vena jugularis

Dada

Bentuk simetris,tidak ada tarikan intercosta, bentuk mammae simetris, hiperpigmentasi pada areola mammae puting susu menonjol keluar, tidak teraba benjolan abnormal, kolostrum sudah keluar

Abdomen

Tidak ada luka bekas

operasi,hiperpigmentasi pada perut, terdapat striae

lividae, TFU setinggi pusat, kandung kemih teraba kosong Genetalia

Vulva tidak ada odem/ varises, perineum intack, tali pusat terlihat diluar vagina, keluar perdarahan ± 300 cc

Anus

Tidak ada hemorroid

Ekstremitas

Pada tangan kiri terpasang infuse RL 20 tts/menit, tetesan lancar, tidak odem

Atas

Tidak ada odem, tidak ada varises, akral dingin

Bawah 3.

Pemeriksaan Penunjang Tanggal 17-8-2007

3.2

: 7.6 gram %

N : 13-18 gr %

Hematokrit

: 20,5

N : 35 – 47

Lekosit

: 25.600

: :

N : 4000-11.000

INTERPRETASI DATA DASAR Diagnosa

ubyektif

byektif

Hb

:

P3003 dengan retensio plasenta

Ibu mengatakan telah melahirkan bayi jam 01.15 WIB tetapi plasenta belum lahir

Keadaan umum lemah, Tensi

90/60 mmHg, Nadi 101/menit, RR 24 x/menit TFU setinggi pusat, tali pusat terlihat

diluar vagina, keluar perdarahan ± 300 cc, Hb : 7.6 gram % 3.3

IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL - Syok - Anemia berat - Infeksi

3.4 KEBUTUHAN SEGERA - Kolaborasi dengan dokter dalam pelaksanaan plasenta manual 3.5 INTERVENSI Diagnosa Tujuan

: P3003 dengan Retensio Plasenta : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 15 menit diharapkan

Plasenta dapat dilahirkan secara lengkap dan tidak terjadi perdarahan post partum KH TFU sesuai

: Keadaan umum baik

- UC baik

- TTV normal Plasenta dapat lahir dengan kotiledon dan selaput lengkap

1.

Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan R/ Dengan pengetahuan adekuat ibu dan keluarga dapat kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan

2.

Berikan inform consent pada ibu /keluarga R/ Persetujuan dan bukti terhadap tindakan medis yang dilakukan

3.

Lakukan observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital R/ Deteksi dini kelainan, Tekanan systole < 90 mmhg dan Nadi > 110 merupakan tanda dari syok

4.

Lakukan observasi involusi uteri dan perdarahan R/ Deteksi dini adanya subinvolusi

5.

Observasi intake dan output R/ Deteksi terjadinya kekurangan volume cairan tubuh.

6.

Kolaborasi dengan dokter dalam pelaksanaan plasenta manual dan pemberian antibiotik R/ Fungsi interdependent dalam melahirkan plasenta dan mencegah infeksi 3.6 IMPLEMENTASI Tanggal/Jam 17-8- 2007

IMPLEMENTASI

PARAF

Memberikan penjelasan pada keluarga tentang tindakan yang akan

03.00

dilakukan

03.05

Memberikan inform consent : - Ibu/ keluarga menyetujui

03.10

Kolaborasi dengan dokter, melakukan plasenta manual

03.15

- Penolong menggunakan sarung tangan DTT, menjepit tali pusat dan

03.20

menegangkan sejajar lantai. Tangan kanan dimasukkan secara obstetrik dengan menelusuri bagian bawah tali pusat, tangan kiri menahan fundus uteri. Dengan bagian lateral jari-jari tangan mencari insersi pinggir plasenta,

membuka

tangan

obstetrik

seperti

memberi

salam,

menggerakkan tangan kanan kekiri dan kekanan sehingga semua permukaan maternal dapat dilepaskan. Mengeluarkan plasenta, tangan kiri dipindahkan disuprapubis. Memeriksa plasenta : plasenta lahir jam 03.10, insersi marginalis Ө 18 x 16 x 2 cm, berat 450 gram, kotiledon 16 buah , selaput robek. Melakukan massase uterus selama 15 detik Melakukan observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital - Keadaan umum lemah, konjungtiva pucat, ibu mengeluh perut mulas, TD : 95/61 mmhg, Nadi 98 x/menit, suhu 37

1 OC.

Melakukan observasi involusi - TFU 2 jari bawah pusat, UC baik, perdarahan ± 200 cc Melakuan observasi intake dan output -

Infus RL ke VI tangan kanan (drip oksitosin 10 IU) 300 cc

-

Infus RL ke VI tangan kiri 20 tts/mnt 200 cc

-

Minum : -

- BAB

:-

3.7 EVALUASI Tanggal 17-8- 2007, S

:

Jam 03.30 WIB Ibu mengatakan lega plasenta sudah lahir

O : Plasenta lahir manual jam 03.10 oleh dokter ENS, ku lemah, konjungtiva pucat, suhu 37

1 oC,

TFU 2 jari bawah pusat , uterus kontraksi baik, perdarahan 200 cc

Tensi 95/61 mmhg, Nadi 98 x/mnt,

A

: P

P3003 Kala IVRetensio Plasenta Teratasi : - Observasi TTV, TFU, UC, Perdarahan tiap 15 menit pada 1 jam pertama - Observasi TTV, TFU, UC, Perdarahan tiap 30 menit pada 2 jam pertama - Bersihkan ibu, atur posisi senyaman mungkin - Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah dehidrasi - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi : - Amoxan

3 x 1 gram

- Metronidazol

3 x 1 (Oral)

- Pemberian transfusi WB 2 bag I

:

Tanggal/Jam

IMPLEMENTASI

17-8-2007

PARAF

Membersihkan perineum ibu, memastikan ibu nyaman

03.20

Melakukan observasi tanda-tanda vital, TFU dan UC

03.30

TD 96/64 mmhg, N 101 x/mnt, TFU 2 jr bwh pst, UC baik, Perdarahan 50 cc

03.45

TD 94/60 mmhg, N 96 x/mnt, TFU 2 jr bwh pst, UC baik, Perdarahan 20 cc

04.00

TD 98/64 mmhg, N 98 x/mnt, TFU 2 jr bwh pst, UC baik, Perdarahan 5 cc

04.30

TD 98/61 mmhg, N 96 x/mnt, TFU 2 jr bwh pst, UC baik, Perdarahan -

05.00

TD 95/64 mmhg, N 96 x/mnt, TFU 2 jr bwh pst, UC baik, Perdarahan -

05.30

Instruksi dokter : memasang DC urine 150 ml, mengambil sampel darah

06.30

persiapan transfusi

06.45

Menyajikan diet Nasi TKTP : Ibu makan habis ½ porsi, teh 1 gls Observasi keadaan umum : ku lemah, konjungtiva pucat - Ibu mengatakan badan masih lemas, perut mules

EVALUASI Tanggal 17-8- 2007, S

:

Jam 07.00WIB Ibu mengatakan badan masih lemas, perut teras mules

O : Keadaan umum lemah, konjungtiva pucat, Tensi 95/64 mmhg, Nadi 96 x/mnt, TFU 2 jari bawah pusat, UC baik, makan habis ½ porsi, teh 1 gls A

: P

P3003 2 jam Post Partum : Lanjutkan Intervensi - Observasi Tanda tanda vital dan involusi uteri - Anjurkan ibu untuk makan dan minum - Laksanakan program terapi dokter - Pemberian transfusi WB 2 bag - Infus RL 20 tts/menit tangan kanan dan tangan kiri - Amoxan - Metronidazol

3 x 1 gram 3 x 1 (Oral)

- Rencana USG BAB IV PENUTUP 4.1

Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan dapat disimpulkan : 1)

Pada tahap pengkajian setelah dilakukan pengumpulan data dapat ditemukan masalah pada Ny U P 3003 dengan gangguan pada Kala III yaitu adanya Retensio Plasenta.

2)

Dari masalah yang ada telah dilakukan asuhan kebidanan sesuai dengan langkah-langkah manajemen kebidanan dan dilakukan plasenta manual.

3)

Retensio plasenta mempunyai arti klinis yang besar karena dapat menyebabkan perdarahan hebat, perforasi uterus dan infeksi yang berakibat pada morbiditas bahkan mortalitas pada ibu.

4.2

Saran

1)

Dalam melakukan plasenta manual perlu diperhatikan prosedurnya agar tidak terjadi komplikasi

2)

Perlunya pengawasan pada ibu pasca tindakan karena merupakan periode kritis bagi ibu.

DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 2006, Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar, Depkes RI, Jakarta Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC. Jakarta Saifudin, Abdul Bari dkk 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Saifudin, Abdul Bari dkk 2002 Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono prawirohardjo. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC. Jakarta Saifudin, Abdul Bari dkk 2002 Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono prawirohardjo. Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA RETENSIO PLASENTA ASKEP RETENSIO PLASENTA A. Konsep dasar 1.

Pengertian Retensio Placenta adalah tertahannya atau keadaan dimana uri/placenta belum lahir dalam waktu satu jam setelah bayi lahir. Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan. Menurut Sarwono Prawirohardjo Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Menurut Ida Bagus Gede Manuaba (1998) retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi. Pada proses persalinan, kelahiran placenta kadang mengalami hambatan yang dapat berpengaruh bagi ibu bersalin. Dimana terjadi keterlambatan bisa timbul perdarahan yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu pada masa post partum. Apabila sebagian placenta lepas sebagian lagi belum, terjadi perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada batas antara dua bagian itu. Selanjutnya apabila sebagian besar placenta sudah lahir, tetapi sebagian kecil masih melekat pada dinding uterus, dapat timbul perdarahan masa nifas. Disamping kematian, perdarahan post partum akibat retensio placenta memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi puerperal karena daya tahan penderita yang kurang. Oleh karena itu sebaiknya penanganan kala III pada persalinan mengikuti prosedur tetap yang berlaku.

2.

Etiologi Penyebab terjadinya Retensio Placenta adalah : a. Placenta belum lepas dari dinding uterus. Placenta yang belum lepas dari dinding uterus. Hal ini dapat terjadi karena (a) kontraksii uterus kurang kuat untuk melepaskan placenta, dan (b) placenta yang tumbuh melekat erat lebih dalam. Pada keadaan ini tidak terjadi perdarahan dan merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. b. Placenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Keadaan ini dapat terjadi karena atonia uteri dan dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim. Hal ini dapat disebabkan karena (a) penanganan kala III yang keliru/salah dan (b) terjadinya kontraksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi placenta (placenta inkaserata). Menurut tingkat perlekatannya, retensio placenta dibedakan atas beberapa tingkatan yaitu sebagai berikut : a. Placenta Adhesiva; placenta melekat pada desidua endometrium lebih dalam

b. Placenta Inkreta; placenta melekat sampai pada villi khorialis dan tumbuh lebih dalam menembus desidua sampai miometrium. c. Placenta Akreta; placenta menembus lebih dalam kedalam miometrium tetapi belum mencapai lapisan serosa. d. Placenta Perkreta; placenta telah menembus mencapai serosa atau peritonium dinding rahim. e. Placenta Inkarserata; adalah tertahannya di dalam kavum uteri karena kontraksi ostium uteri.

3.

Patofisiologi Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecian mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara serat-serat oto miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti. Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:

a.

Fase laten, ditandai oleh menebalnya duding uterus yang bebas tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.

b.

Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).

c.

Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa.

d.

Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab.

Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya. Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering ada pancaran darah yang mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan persalinan kala tinggi. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan menekan dan mengklovasi uterus, bersamaan dengan tarikan ringan pada tali pusat. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Plasenta : a.

Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction ring.

b.

Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa; implantasi di cornu; dan adanya plasenta akreta.

c.

Kesalahan manajemen kala tiga persalinan , seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.

4.

Pemeriksaan penunjang a. Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat. b. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT) dan activated Partial Tromboplastin Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain.

5.

Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi meliputi: a. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan. b. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ. c. Sepsis d. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak selanjutnya.

6.

Penanganan a.

Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang

berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah. b. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi. c. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus. d. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus. e. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus. f. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral. g. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1.

Pengkajian Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan retensio placenta adalah sebagai berikut : a. Identitas klien b. Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas), dan pola kegiatan sehari-hari sebagai berikut :

1). Sirkulasi : 

Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkintidak tejadi sampai kehilangan darah bermakna)



Pelambatan pengisian kapiler



Pucat, kulit dingin/lembab



Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaa tertahan)



Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan



Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan darah.

2). Eliminasi : 

Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas vagina

3). Nyeri/Ketidaknyamanan : 

Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri tekan abdominal (fragmen placenta tertahan) dan nyeri uterus lateral.

4). Keamanan : 

Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi) dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan terlihat pada labia mayora/labia minora, dari muara vagina ke perineum; robekan luas dari episiotomie, ekstensi episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan pada serviks.

5). Seksualitas : 

Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol (fragmen placenta yang tertahan)



Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi multipel, polihidramnion, makrosomia), abrupsio placenta, placenta previa.

6). Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan obstetrik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi). 7). Pemeriksaan laboratorium. (Hb 10 gr%) 2.

Diagnosa dan Rencana Intervensi Keperawatan a. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan melalui vaskuler yang berlebihan. Intervensi :



Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatiakan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi (misalnya laserasi, fragmen plasenta tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amnion atau retensi janin mati selama lebih dari 5 minggu) Rasional : Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah dan membatasi terjadinya komplikasi.



Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh perawat. Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arteial versus vena, dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan penggantian.



Kaji lokasi uterus dan derajat kontraksilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua diatas simpisis pubis. Rasional : Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding. Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan darah. Penempatan satu tangan diatas simphisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama masase.



Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar kuku, membran mukosa dan bibir. Rasional : Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan terjadinya syok. Perubahan pada tekanan darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30 - 50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.



Pantau parameter hemodinamik seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri pulmonal bila ada. Rasional : Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.



Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal. Rasional : Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik vena, menjamin persediaan darah keotak dan organ vital lainnya lebih besar.



Pantau masukan dan keluaran, perhatikan berat jenis urin. Rasional : Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan dengan keluaran 30 – 50 ml/jam atau lebih besar.



Hindari pengulangan/gunakan kewaspadaan bila melakukan pemeriksaan vagina dan/atau rektal Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal atau perineal atau hematoma terjadi.



Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas dan kebutuhan metabolik.



Kaji nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina. Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau perineal. Rasional : Haematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut pada laserasi jalan lahir.



Pantau klien dengan plasenta acreta (penetrasi sedikit dari myometrium dengan jaringan plasenta), HKK atau abrupsio placenta terhadap tanda-tanda KID (koagulasi intravascular diseminata). Rasional : Tromboplastin dilepaskan selama upaya pengangkatan placenta secara manual yang dapat mengakibatkan koagulopati.



Mulai Infus 1 atau 2 i.v dari cairan isotonik atau elektrolit dengan kateter !8 G atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah (plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi. Rasional : Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.



Berikan obat-obatan sesuai indikasi : Oksitoksin, Metilergononovin maleat, Prostaglandin F2 alfa. Rasional : Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang menonjol dan miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan menghentikan hemoragi pada adanya atonia. Magnesium sulfat Rasional : Beberapa penelitian melaporkan penggunaan MGSO4 memudahkan relaksasi uterus selama pemeriksaan manual.

Terapi Antibiotik. Rasional : Antibiotok bertindak secara profilaktik untuk mencegah infeksi atau mungkin perlu diperlukan untuk infeksi yang disebabkan atau diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi. 

Pantau pemeriksaan laboratotium sesuai indikasi : Hb dan Ht. Rasional : Membantu dalam menentukan kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mgHb. b. Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan. Intervensi :



Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik perawatan diri. Tinjau ulang cara yang tepat untuk menangani dan membuang material yang terkontaminasi misalnya pembalut, tissue, dan balutan. Rasional : Mencegah kontaminasi silang/penyebaran organinisme infeksious..



Perhatikan perubahan pada tanda vital atau jumlah SDP Rasional : Peningkatan suhu dari 100,4 ºF (38ºC) pada dua hari beturut-turut (tidak menghitung 24 jam pertama pasca partum), tachikardia, atau leukositosis dengan perpindahan kekiri menandakan infeksi.



Perhatikan gejala malaise, mengigil, anoreksia, nyeri tekan uterus atau nyeri pelvis. Rasional : Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan sistemik, kemungkinan menimbulkan bakterimia, shock, dan kematian bila tidak teratasi. Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti pernapasan (perubahan pada bunyi napas, batuk produktif, sputum purulent), mastitis (bengkak, eritema, nyeri), atau infeksi saluran kemih (urine keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi, nyeri).



Rasional : Diagnosa banding adalah penting untuk pengobatan yang efektif.



Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan suplemen zat besi sesuai indikasi. Rasional : Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat pemulihan dan merusak sistem imun. c. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan. Intervensi :



Tentukan karakteristik, tipe, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji klien terhadap nyeri perineal yang menetap, perasaan penuh pada vagina, kontraksi uterus atau nyeri tekan abdomen. Rasional : Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan metode tindakan. Ketidaknyamanan berkenaan dengan hematoma, karena tekanan dari hemaoragik tersembunyi kevagina atau jaringan perineal. Nyeri tekan abdominal mungkin sebagai akibat dari atonia uterus atau tertahannya bagianbagian placenta. Nyeri berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat terjadi dengan inversio uterus.



Kaji kemungkinan penyebab psikologis dari ketidaknyamana. Rasional : Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan ansietas, yang memperberat persepsi ketidaknyamanan.



Berikan tindakan kenyamanan seperti pemberian kompres es pada perineum atau lampu pemanas pada penyembungan episiotomi. Rasional : Kompres dingan meminimalkan edema, dan menurunkan hematoma serta sensasi nyeri, panas meningkatkan vasodilatasi yang memudahkan resorbsi hematoma.



Berikan analgesik, narkotik, atau sedativa sesuai indikasi



Rasional : Menurunkan nyeri dan ancietas, meningkatkan relaksasi. d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovalemia Intervensi :



Perhatikan Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah. Kaji status nutrisi, tinggi dan berat badan. Rasional : Nilai bandingan membantu menentukan beratnya kehilangan darah. Status yang ada sebelumnya dari kesehatan yang buruk meningkatkan luasnya cedera dari kekurangan oksigen.



Pantau tanda vital; catat derajat dan durasi episode hipovolemik. Rasional : Luasnya keterlibatan hipofisis dapat dihubungkan dengan derajat dan durasi hipotensi. Penigkatan frekuensi pernapasan dapat menunjukan upaya untuk mengatasi asidosis metabolik.



Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan prilaku. Rasional : Perubahan sensorium adalah indikator dini dari hipoksia, sianosis, tanda lanjut dan mungkin tidak tampak sampai kadar PO2 turun dibawah 50 mmHg.



Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi dan lidah, perhatikan suhu kulit. Rasional : Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ vital, sirkulasi pada pembuluh darah perifer diperlukan yang mengakibatkan sianosis dan suhu kulit dingin.



Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan Rasional : Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transpor sirkulasi kejaringan.



Pasang jalan napas; penghisap sesuai indikasi. Rasional : Memudahkan pemberian oksigen. e. Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan. Intervensi :



Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian hemoragii pasca partum. Klarifikasi kesalahan konsep. Rasional : Membantu dalam menentukan rencana perawatan. Persepsi klien tentang kejadian mungkin menyimpang, akan memperberat ancietasnya.



Evaluasi respon fisiologis pada hemoragik pasca partum; misalnya tachikardi, tachipnea, gelisah atau iritabilitas. Rasional : Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin karena respon fisiologis, ini dapat diperberat atau dikomplikasi oleh faktor-faktor psikologis.



Sampaikan sikap tenang, empati dan mendukung. Rasional : Dapat membantu klien mempertahankan kontrol emosional dalam berespon terhadap perubahan status fisiologis. Membantu dalam menurunkan tranmisi ansietas antar pribadi.



Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ansietas, berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. Rasional : Pengungkapan memberikan kesempatan untuk memperjelas informasi, memperbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan perspektif, memudahkan proses pemecahan masalah.



Beritahu kepada klien tujuan dari setiap tindakan yang akan dilakukan Rasional : Kecemasan klien akan berkurang bila sebelum sebuah tindakan dilakukan oleh perawat. f. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang diperoleh. Intervensi :



Jelaskan faktor predisposisi atau penyebab dan tindakan khusus terhadap penyebab hemoragi. Rasional : Memberikan informasi untuk membantu klien/pasangan memahami dan mengatasi situasi.



Kaji tingkat pengetahuan klien, kesiapan dan kemampuan klien untuk belajar. Dengarkan, bicarakan dengan tenang, dan berikan waktu untuk bertanya dan meninjau materi. Rasional : Memberikan informasi yang perlu untuk mengembangkan rencana perawatan individu. Menurunkan stress dan ancietas, yang menghambat pembelanjaran, dan memberikan klarifikasi dan pengulangan untuk meningkatkan pemahaman.



Diskusikan implikasi jangka pendek dari hemoragi pasca partum, seperti perlambatan atau intrupsi pada proses kedekatan ibu-bayi (klien tidak mampu melakukan perawatan terhadap diri dan bayinya segera sesuai keinginannya). Rasional : Menurunkan ansietas dan memberikan kerangka waktu yang realistis untuk melakukan ikatan serta aktivitas-aktivitas perawatan bayi.



Diskusikan implikasi jangka panjang hemoragi pasca partum dengan tepat, misalnya resiko hemoragi pasca partum pada kehamilan selanjutnya, ataonia uterus, atau ketidakmampuan untuk melahirkan anak pada masa datang bila histerektomie dilakukan. Rasional : Memungkinan klien untuk membuat keputusan berdasarkan informasi dan mulai mengatasi perasaan tentang kejadian-kejadian masa lalu dan sekarang.

DAFTAR PUSTAKA Harry Oxorn, Ilmu Kebidanan Patofisiologi dan Persalinan, Edisi Human Labor and Birth, Yayasan Essentia Medica, 1990. Mary Hamilton, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta, 1995. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002. Muliyati, Buku Panduan Kuliah Keperawatan Maternitas, Makassar, 2005.

Related Documents


More Documents from "Indah Jinki"