Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Lansia.docx

  • Uploaded by: Rahmong
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Lansia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,150
  • Pages: 17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya. Diperkirakan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000. Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat (GBHN, 1993). Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan lansia? 2. Apa yang dimaksud standart pelayanan minimal alat pada lansia? 3. Apa yang dimaksud standart pelayanan tempat pada lansia? 4. Apa saja standart pelayanan lansia di komunitas? 5. Apa saja pelayanan lansia yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi? C. 1. 2. 3. 4. 5.

Tujuan Mengetahui pengertian lansia. Mengetahui standart pelayanan minimal alat pada lansia Mengetahui standart pelayanan tempat pada lansia Mengetahui standart pelayanan lansia di komunitas? Mengetahui pelayanan lansia yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi?

1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa lanjut usia merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. a.

Batasan Usia Lanjut Menurut WHO: a. b. c. d.

Middle age (usia pertengahan) 45-59 tahun Elderly (lanjut usia) 60-74 tahun Old (lanjut usia tua) 75-90 tahun Very Old (usia sangat tua) > 90 tahun

b. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penuaan a. Hereditas: keturunan/ genetic b. Nutrisi/ makanan c. Status kesehatan d. Lingkungan e. Stress

2

B. Standart Pelayanan Minimal Alat Pada Lansia Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia, yang mencapai 18,1 juta jiwa atau 7,6 persen dari total penduduk. Badan Pusat Statistik (2013) memproyeksikan, jumlah penduduk lanjut usia (60+) diperkirakan akan meningkat menjadi 27,1 juta jiwa pada tahun 2020, menjadi 33,7 juta jiwa pada tahun 2025 dan 48,2 juta jiwa tahun 2035. Makin bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang mengalami permasalahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia adalah masalah kesehatan akibat proses degeneratif, hal ini ditunjukkan oleh data pola penyakit pada lanjut usia. Pada tahun 1996 pemerintah Republik Indonesia menetapkan tanggal 29 Mei untuk diperingati setiap tahun sebagai Hari Lanjut Usia Nasional. Pemerintah berkewajiban menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi pengembangan kelompok lanjut usia agar tetap sehat, mandiri, aktif dan produktif secara sosial dan ekonomi. Berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia terutama adalah penyakit tidak menular antara lain hipertensi, osteo artritis, masalah gigi-mulut, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). Masalah utama bagi para lanjut usia adalah pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan, oleh karena itu perlu dikembangkan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan upaya peningkatan, pencegahan, dan pemeliharaan kesehatan di samping upaya penyembuhan dan pemulihan. Untuk tercapainya hidup sehat dan dalam upaya menurunkan prevalensi penyakit hingga 50% (lima puluh persen), di awal tahun 2016 Bappenas telah meluncurkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang dilaksanakan dan didukung oleh semua lintas sektor terkait. GERMAS yang di prakarsai oleh Wakil Presiden, Drs. M. Jusuf Kalla dan disusun oleh Bappenas bersama Kementerian Kesehatan serta lintas sektor terkait, bertujuan 1) menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak menular, baik kematian maupun kecacatan; 2) menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk; dan 3) menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Kelompok Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif.

3

Lanjut usia berkualitas adalah lanjut usia yang sehat, mandiri, aktif dan produktif. Lanjut usia sehat adalah lanjut usia yang tidak menderita penyakit atau walaupun menderita penyakit tetapi dalam kondisi yang terkontrol. Lanjut usia mandiri adalah lanjut usia yang memiliki kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri. Lanjut usia aktif adalah lanjut usia yang masih mampu bergerak dan melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa bantuan orang lain dan beraktifitas dalam kehidupan sosialnya seperti mengikuti pengajian, arisan, mengajar dan sebagainya. Lanjut usia produktif adalah lanjut usia yang mempunyai kemampuan untuk berdaya guna bagi dirinya dan atau orang lain. Pelayanan kesehatan lanjut usia adalah upaya kesehatan yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu wadah dan merupakan upaya preventif, promotif, kuratif, serta rehabilitatif bagi lanjut usia. Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 60 tahun ke atas di wilayah kerjanya minimal 1 kali dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan skrining kesehatan warga negara usia 60 tahun ke atas sesuai standar adalah : 1. Dilakukan sesuai kewenangan oleh : Dokter; Bidan; Perawat; Nutrisionis/Tenaga Gizi; Kader Posyandu lansia/Posbindu 2. Pelayanan skrining kesehatan diberikan di Puskesmas dan jaringannya, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, maupun pada kelompok lansia, bekerja sama dengan pemerintah daerah. 3. Pelayanan skrining kesehatan minimal dilakukan sekali setahun. 4. Lingkup skrining adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e.

a. b. c. d.

Deteksi hipertensi dengan mengukur tekanan darah. Deteksi diabetes melitus dengan pemeriksaan kadar gula darah. Deteksi kadar kolesterol dalam darah Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku, termasuk kepikunan

menggunakan Mini Cog atau Mini Mental Examination (MMSE)/Test Mental Mini atau Abreviated Test (AMT) dan Geriatric Depression Scale (GDS).

4

Status Mental

Pengunjung yang ditemukan memiliki faktor risiko wajib dilakukan intervensi secara dini. Pengunjung yang ditemukan menderita penyakit wajib ditangani atau dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu menanganinya. Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan skrining kesehatan pada warga negara usia 60 tahun keatas dinilai dari persentase pengunjung berusia 60 tahun keatas yang mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar minimal 1 kali di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Sementara target capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam upaya skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 60 tahun ke atas di wilayah kerjanya adalah 100 persen. Rumus penghitungan kinerja Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut

Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut, monitoring dan evaluasinya melalui : 1. 2. 3.

Sistem Informasi Puskesmas Sistem Informasi Rumah Sakit Sistem Informasi Kesehatan Daerah

Sumber daya manusia yang terlibat pada Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut adalah : 1. 2. 3. 4.

Bidan Perawat Tenaga Gizi Dokter/DLP

Sesuai dengan prinsip otonomi daerah, kabupaten/kota bertanggung jawab sepenuhnya terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia, yang dilaksanakan oleh perangkat 5

daerah kabupaten/kota dan masyarakat. Untuk mengamankan penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan kesehatan lanjut usia dimaksud, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersama mitra kerja lainnya berkewajiban untuk mengarusutamakan pelayanan kesehatan lanjut usia di wilayahnya antara lain dengan memfasilitasi penerbitan Peraturan Daerah (Perda) tentang pelayanan kesehatan lanjut usia, sehingga pembiayaan pengembangan, pembinaan, dan pelaksanaan pelayanan kesehatan santun lanjut usia menjadi lebih terjamin dalam APBD kabupaten/kota. C. Mengetahui Standart Pelayanan Tempat Pada Lansia Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor :57 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Perkotaan untuk mengisi dan melengkapi tabel Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang bersinggungan(Cross Cutting) dengan pelayanan perkotaan, menetapkan bahwa Standar Pelayanan Dasar Panti Sosial Lanjut usia (lansia), sebagai berikut :

i. ii.

1.

2.

3.

4.

TAP MPR·RI No. VI/2001 mengamanatkan agar Presiden membangun kultur birokrasi Indonesia yang transparan, akuntabel, bersih dan bertanggung jawab. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan negara yang bersih dari KKN secara tegas menyatakan keharusan antara kesamaan pelayanan dan optimalisasi pelayanan publik.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan salah satu dari Optimalisasi pelayanan publik dan pedoman dari pelayanan urusan pemerintah tersebut diatur dengan Norma, Standar, Prosedur, Kriteria (NSPK). SPM dari urusan pemerintah ini ditetapkan melalui Dewan Pertimbangan OtonomiDaerah (OPOD) yang bersidang 2 (dua) kali dalam setahun. OPOD berfungsi memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden, yaitu antara lain adalahmengenai kebijakan, perkembangan otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat dengan daerah. OPOD berfungsi dalam pembentukan daerah otonom, penyusunan dan penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) urusan pemerintahan per-sektor/bidangdan memberikan pertimbangan dalam perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah yang meliputi perhitungan anggaran bagi hasil pajak dan sumber daya alam serta menentukan formula perhitungan dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 57 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) merupakan Norma, Standar, Prosedur, Kriteria (NSPK) Kementerian Dalam Negeri yang salah satu dari aspek-aspeknya bersinggungan (cross cutting)dengan urusan pemerintah bidang sosial, yaitu pusat pelayanan sosial dengan pelayanan panti sosial. Pusat Pelayanan Sosial dalam Permendagri No. 57 Tahun 2010 pasal 8 ayat (3) adalah panti asuhan, panti rehabilitasi narkoba, pusat rehabilitasi masalah sosial.

6

5.

Peraturan Menteri Sosial Nomor : 129/HUK/l2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Sosial dengan 4 (empat) pelayanan dasar yaitu: a) pelaksanaan program/kegiatan bidang sosial; b) penyediaan sarana dan prasarana sosial; c) penanggulangan korban bencana; dan d) pelaksanaan dan pengembangan jaminan sosial.

6.

Minimal (SPM) Bidang sosial adalah Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 80/HUKl2010 Tentang Panduan Perencanaan Pembiayaan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Sosial Daerah Provins; dan Daerah Kabupaten/Kota.

Salah Satu dari 4 (empat) pelayanan dasar bidang sosial adalah:

8.a. Penyediaan sarana dan prasarana panti sosial skala provinsi: Tersedianya sarana dan prasarana untuk pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat, gelandangan dan pengemis, tuna susila, eks narapidana, waria tuna susila, perempuan dan anak korban trafficking, anak balita, anak terlantar, anak jalanan, anak nakal/anak yang berkonflik dengan hukum dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus, lanjut usia terlantar, korban penyalahgunaan NAPZA, orang dan anak dengan HIV/AIDS. 8.b. Penyediaan sarana prasarana pelayanan luar panti skala provins; Tersedianya 60 (enam puluh) persen Wahana Kesejahteraan Sosia! Berbasis Masyarakat (WKSBM) yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan Sosial dengankriteria, sebagai berikut :

Kriteria Penyediaan sarana dan prasarana panti sosial Lanjut Usia (Lansia) skala provinsi, sebagai berikut :

1) 2)

3)

4)

Sumber Daya Manusia (8DM) terdiri atas: pekerja sosial; dan petugas administrasi. Struktur Organisasi terdiri atas: kepala; urusan tata usaha; bidang/seksi persiapan pelayanan sosial; bidang/seksi rehabilitasi sosial; dan bidang/seksi resosialisasi dan bimbingan lanjut. Tahapan Pelayanan terdiri atas: pendekatan awal/persiapan; penentuan dan pengkajian kebutuhan PMKS; penyusunan rencana pelayanan; pelaksanaan pelayanan; pelayanan kesehatan dasar; monitoring; pencatatan pelaporan; evaluasi; dan terminasi dan bimbingan lanjut. Fasilitas Pelayanan terdiri atas: a) gedung administrasi; b) gedung asrama; 7

c) d) e) f) g) h) i) j) k) l) m) n)

gedung/ruang keterampilan; gedung/ruang jenis-jenis pelayanan/bimbingan; gedung/ruang makan; gedung/ruang dapur; gedung/ruang ibadah; sanitasi; ruang kesehatan; peralatan dan obat-obatan; lapangan/ruangan olah raga; peralatan dan bahan keterampilan; peralatan, bahan, dan materi bimbingan; dan peralatan dan bahan olah raga serta rekreasi.

Komponen Kegiatan Komponen kegiatan Penyediaan sarana prasarana panti sosial skala provinsi meliputi: 1)

penyediaan peralatan perkantoran;

2)

penyediaan sarana dan bahan keterampilan dan bimbingan lainnya;

3)

penyediaan sarana olah raga dan rekreasi;

4)

penyediaan dana operasional dan pelayanan;

5)

penyediaan dana untuk bimbingan dan keterampilan; dan

6)

peningkatan kemampuan SDM (peksos dan petugas administrasi).

Kelembagaan Kewenangan dinas/instansi sosial dalam penyediaan sarana prasarana panti sosial skala provinsi meliputi:

1)

penetapan struktur organisasi panti;

2)

penyiapan SDM;

3)

penyiapan sarana dan prasarana;

4)

penetapan jenis pelayanan;

5)

pembentukan jejaring kerja/kemitraan;

6)

penetapan kriteria penerima pelayanan; dan

7)

pelaksanaan supervisi, monitoring, dan evaluasi.

8

Indikator Kinerja - Indikator kinerja penyediaan sarana prasarana panti sosial skala provinsi. Sebanyak 80 (delapan puluh) persen Panti Sosial Skala Propinsi telah menyediakan sarana dan prasarana pelayanan Kesejahteraan Sosial.

- Indikator kinerja penyediaan sarana prasarana pelayanan luar panti skala provinsi. Sebanyak 60 (enam puluh) persen Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) skala provinsi mampu menyediakan sarana prasana kesejahteraan sosial, yang menjadi pelayanan rehabilitasi sosial yaitu Pusat Santunan Keluarga (Pusaka), Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM), Loka Bina karya (LBK), Unit Pelayanan Sosial Keliling (UPSK), Tempat Penitipan Anak (TPA), dan Keluarga Binaan (KB).

D. Penyediaan Sarana Prasarana Pelayanan Luar Panti Skala Provinsi a. Karang Taruna (Kt); b. Pekerja Sosial Mayarakat (Psm); c. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (Tksk); d. Wahana Kesejahteraan Sosial Masyarakat (Wksbm); e. Organisasi Sosial (Orsos); f. Kerjasama Kelembagaan Dan Dunia Usaha (Kkdu). E. Penyediaan Sarana Prasarana Pelayanan Luar Panti Skala Provinsi Indentifikasi, Seleksi, peningkatan kapasitas melalui sumber daya masyarakat di tingkat lokal digali, dihimpun, dikembangkan, diarahkan, dan disinergikan bersama dalam usaha kesejahteraan sosial. D. Standart Pelayanan Lansia di Komunitas A. Pengertian posyandu lansia Standar pelayanan lansia dikomunitas yaitu seperti posyandu lansia. Ponsyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat diaman mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia juga merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan peran para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya. Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya bagi warga yang sudah berusia lanjut. B.

Tujuan posyandu lansia

1. meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia .

9

2. mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut. C. Penatalaksanaan sistem lima lansia Pelaksanaan kegiatan dengan mengggunakan sistem 5 meja yaitu: 1. Meja satu : pendaftarn Mendaftrakan lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah terdaftar di buku register langsung menuju meja selanjutnya. 2. Meja dua : Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah . 3. Meja tiga : Pencatatan (pengisian kartu menuju sehat ) kader melakukan pencatatn di KMS lansia meliputi : indeks masa tubuh, tekanan darah, berat badan dan tinggi badan. 4. Meja empat Penyuluhan. Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makanan tambahan. 5. Meja lima : pelayanan medis Pelayanan tenaga profesional yaitu petugas dari puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan : pemeriksaaan dan pengobatan ringan. D. Kader lansia (pengertian , tugas , organisasi dan pendanaan) 1.

pengertian Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat , yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan.

2.

tugas kader lansia Secara umum tugas-tugas kader lansia adalah sebagai berikut:

1. tugas sebelum hari buka posyandu (H- posyandu) yaitu berupa tugas-tugas persiapan oleh kader agar kegiatan pada hari buka posyandu berjalan dengan baik. 2. Tugas pada hari buka Posyandu (H Posyandu) yaitu berupa tugas-tugas untuk melaksanakan pelayanan 5 meja. 3. Tugas sesudah hari buka posyandu (H + Posyandu) yaitu berupa tugas - tugas setelah hari Posyandu.

10

E. KMS lansia Kartu menuju sehat (KMS) adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan pribadi usia lanjut baik fisik maupun mental emosional. Kegunaan KMS untuk memantau dan menilai kemajuan Kesehatan Usia Lanjut yang dilaksanakan di kelompok Usia Lanjut atau Puskesmas. Tata Cara pengisian KMS : 1. KMS berlaku 2 th, diisi o/ petugas kesh 2. Pada kunjungan pertama, diperiksa semua jenis tes yg tertera. Sedangkan pd kunjungan ulang cukup diperiksa sekali sebulan, kecuali u/ tes laboratorium dperiksa per 3 bulan (Hb, Urine, Protein) F. Latihan gerak dan senam lansia Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut (Santosa, 1994). Lansia seseorang individu laki-laki maupun perempuan yang berumur antara 60-69 tahun. (Nugroho 1999:20) Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemamp meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. g. Manfaat Olahraga Bagi Lansia Manfaat dari olahraga bagi lanjut usia menurut Nugroho (1999; 157) antara lain : 1. proses degenerasi karena perubahan usia. 2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi) 3.

Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalya sakit.Sebagai Rehabilitas Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti senam lansia dapatmengeliminasi 11

berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan. (Darmojo 1999;81) Senam lansia dilaksanakan disetiap satu bulan sekali pada saat dilakukan kegiatan posyandu lansia yang dilaksanakan di 22 posyandu lansia yang ada. h. Komponen aktivitas dan kebugaran Menurut Darmojo (1999:74) komponen aktivitas dan kebugaran terdiri dari: 1. Self Efficacy (keberdayagunaan-mandiri) adalah istilah untuk menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas. Hal ini sangat berhubungan dengan ketidaktergantungan dalam aktivitas sehari-hari. Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang usia lanjut mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas. 2. Latihan Pertahanan (resistence training) keuntungan fungsional atas latihan pertahanan berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis latihan yang bertahan, antara lain mengenai kecepatan bergerak sendi, luas lingkup gerak sendi (range of motion) dan jenis kekuatan. Yang dihasilkan pada penelitianpenelitian dipanti jompo didapatkan bahwa latihan pertahanan yang intensif akan meningkatkan kecepatan gart (langkah) sekitar 20% da kekuatan untuk menaiki tangga sebesar 23-38% 3. Daya Tahan (endurance) daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang relatif cukup lama. Pada lansia latihan daya tahan /kebugaran yang cukup keras akan meningkatkan kekuatan yang didapat dari latihan bertahan. Hasil akibat latihan kebugaran tersebut bersifat khas untuk latihan yang dijalankan (training specifik), sehingga latihan kebugaran akan meningkatkan kekuatan berjalan lebih dengan latihan bertahan. Kelenturan (flexibility) pembatasan atas lingkup gerak sendi, banyak terjadi pada lanjut usia yang sering berakibat kekuatan otot dan tendon. Oleh karena itu latihan kelenturan sendi merupakan komponen penting dari latihan atau olah raga bagi lanjut usia. 4. Keseimbangan-keseimbangan

merupakan

penyebab

utama

yang

sering

mengakibatkan lansia sering jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan motork yang dihasikan oleh berbagai faktor, diantaranya input sesorik dan kekuatan otot. Penurunan keseimbangan pada lanjut usia bukan hanya sebagai akibat menurunya kekuatan otot atau penyakit yang diderita. Penurunan keseimbangan bisa

12

diperbaiki dengan berbagai latihan keseimbangan. Latihan yang meliputi komponen keseimbangan akan menurukan insiden jatuh pada lansia.

E. Pelayanan Lansia yang berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi 1. Kesehatan Reproduksi kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000). 2. Perkembangan Reproduksi Usia Lanjut a. Wanita Perubahan Anatomik pada Sistem Genitalia, dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna daneksterna berangsur-angsur mengalami atrofi. b. Vagina Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis. Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna. c. Uterus Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan. d. Ovarium Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi “keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.

13

e. Payudara (Glandula Mamae) Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggan¬tung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya mem¬pengaruhi kelenjar payudara saja. Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan.Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang.Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah.Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium.Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik. 4. Pria Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah : a. Produksi testoteron menurun secara bertahap. Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan . Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktiftubular testis akan menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan prosesspermatogenesis, dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk membuahi ovum. b.

Kelenjar prostat biasanya membesar. Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan 90% pria diatas usia 80 tahun. Hipertrofi prostat jinak ini memerlukan terapi lebih lanjut. Respon seksual terutama fase penggairahan (desire) menjadi lambat dan ereksi yang sempurna mungkin juga tertunda. Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang, mengurangi intensitas dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi mungkin kurang kaku dan bergantung pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan juga dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara langsung untuk untuk menimbulkan respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut untuk periode yang lebih lama sebelum mencapai osrgasme dan biasanya pengeluaran pre-ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.

c. Fase orgasme lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari. Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah cairan sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi yang kadang-kadang dirasakan pada lansia pria disebut sebagai ejakulasi dini atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa refrakter memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang termasuk selama tidur. d. Kemampuan ereksi 14

kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 12 sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya membutuhkan beberapa menit saja. e.

Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi.

f.

Upaya Pelayanan Kesehatan Reproduksi terhadap Lansia Upaya pelayanan kesehatan reproduksi terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima. a. Azas Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to life,dengan prinsi pkemerdekaan (independence),partisipasi (participation), perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia. b.

Pendekatan

Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.

Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development) Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons) Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence) Lansia turut memilih kebijakan (choice) Memberikan perawatan di rumah (home care) Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility) Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging) Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility) Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity) Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and family care)

15

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. . Lansia banyak mengalami penurunan fungsi tubuh akibat proses degenerasi, oleh karena itu diperlukan usaha untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf setinggi-tingginya agar terhindar dari penyakit atau gangguan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan wadah yang dapat memberikan sarana bagi lansia yang dapat memelihara kesehatannya yaitu posyandu lansia Pada posyandu lansia dapat memperoleh manfaat antara lain, mengetahui status kesehatannya juga kegiatan lain yang bermanfaat untuk mengisi kegiatan para lansia.Disamping itu pada posyandu lansia terdapat suatu kepedulian dan perhatian yang didapat dari kontak sosial sehingga memberi harapan dan semangat para lansia untuk terus dapat hidup mandiri dan menyadari bahwa di usia senja mereka tetap prima.

b. Saran Seorang bidan harus mengetahui pelayanan kesehatan reproduksi pada lansia agar dapat memberikan pelayanan lansia yang tepat di masyarakat. Dalam pelaksanan kegiatan posyandu diperlukan peran serta masyarakat,kerja sama dari berbagai pihak oleh karena itu dukungan dan partisipasi keluarga lansia dalam ikut serta memelihara kesehatan lansia sangat diperlukan dismping tokoh dan perangkat desa setempat yang nantinya diharapkan secara mandiri para lansia dapat berperan aktif dalam posyandu lansia dan bahkan tidak menutup kemungkinan dilaksanakan dari dan untuk kelompok lansia itu sendiri. Puskesmas sebagai tempat rujukan yang utama bagi kesehatan diharapkan lebih efektif terjun kemasyarakat terutama untuk membimbing potensi yang ada di masyarakat terutama di bidang kesehatan

16

DAFTAR PUSTAKA

Yulifah, Rita. 2014. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika Maryam, R siti. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. 2008. Jakatra: Salemba medika Hadi-Martono . Kegiatan Seksual Pada Lanjut Usia. Naskah simposium sek rotary Club Purwokerto, 1996.

17

Related Documents


More Documents from "Siti Mawaddah Minangkabau"