Askep Keluarga Baru Menikah.docx

  • Uploaded by: Roynol Fandi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Keluarga Baru Menikah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 14,484
  • Pages: 63
ASKEP KELUARGA BARU MENIKAH BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan pada keluarga . Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga

dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, mengetahui tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya. Memerlukan pemahaman setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangannya. Pasangan baru ( keluarga baru menikah) ialah ketika masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga nya masingmasing. Mempersiapkan keluarga yang baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi seharihari diantaranya belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluarga sendiri dan orang tuanya, mulai membina hubunganungan baru dengan keluarga dan kelompok social lainnya.

1.2 Tujuan  Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan keluarga baru menikah .  Untuk mengetahui tugas perkembangan dan masalah-masalah yang terjadi pada keluarga baru menikah.  Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga baru menikah.

1.3 Manfaat  Agar dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan keluarga baru menikah .

 Agar dapat mengetahui tugas perkembangan dan masalah-masalah yang terjadi pada keluarga baru menikah.  Agar dapat mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga baru menikah.

BAB II PEMBAHASAN

2.1. keluarga keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (UU. No 10, 1992). keluarga adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (Friedman 1998). Whall (1986) dalam analisis konsep tentang keluarga sebagai unit yang perlu dirawat, ia mendefinisikan keluarga sebagai kelompok yang mengidentifikasikan diri dengan anggotanya yang terdiri dari dua individu atau lebih yang asosiasinya dicirikan oleh istilah-istilah khusus, yang boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga . Family Service America (1984) mendefinisikan keluarga dalam suatu cara yang komprehensif, yaitu sebagai ”dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan keintiman”. Hariyanto, 2005. keluarga menunjuk kepada dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga . Dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat dua orang / lebih, memiliki ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi, punya peran masing-masing dan mempertahankan suatu budaya. Ciri-ciri keluarga , antara lain sebagai berikut : Diikat tali perkawinan, ada hubungan darah, ada ikatan batin, tanggung jawab masing–masing, ada pengambil keputusan, kerjasama diantara anggota keluarga , interaksi, dan tinggal dalam suatu rumah Ciri, ciri struktur keluarga : 1. Terorganisasi, bergantung satu sama lain 2. Ada keterbatasan, 3. Perbedaan dan kekhususan, peran dan fungsi masing-masing.

Struktur keluarga (ikatan darah) : 1.Patrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu berasal dari jalur ayah 2. Matrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi , dimana hubungan itu berasal dari jalur ibu 3. Matrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah istri 4. Patrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah suami 5. keluarga kawinan, hubungan. Suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan sanak saudara baik dari pihak suami dan istri. a. Kelompok keluarga di Indonesia berdasarkan social ekonomi dan kebutuhan dasar 1.

PRASEJATERA, belum dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal : pengajaran agama, sandang, papan, pangan, kesehatan atau keluarga belum dapat memenuhi salah satu /lebih indikator KS tahap I.

2.

KELUARGA SEJAHTERA (KS I) telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat sosial psikologis, pendidikan, KB, interaksi lingkungan. Indikator : ibadah sesuai agama, makan 2 kali sehari, pakaian berbeda tiap keperluan, lantai bukan tanah, kesehatan : anak sakit, ber-KB, dibawa kesarana kesehatan

3.

KELUARGA SEJAHTERA II Indikator: belum dapat menabung, ibadah (anggota keluarga ) sesuai agama, makan 2 kali sehari, pakaian berbeda, lantai bukan tanah, kesehatan (idem), daging/ telur minimal 1 kali seminggu, Pakaian baru setahun sekali, Luas lantai 8m2 per orang, Sehat 3 bulan terakhir, Anggota yang berumur 15 tahun keatas punya penghasilan tetap, Umur 10, 60 tahun dapat baca tulis, Umur 7-15 tahun bersekolah, Anak hidup 2 /lebih . keluarga masih pus saat ini berkontrasepsi.

4. KELUARGA SEJAHTERA III Indikator : belum berkontribusi pada masyarakat, ibadah sesuai agama, pakaian berbeda tiap keperluan, lantai bukan tanah, kesehatan idem, anggota melaksanakan ibadah, daging/telur seminggu sekali, memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir, luas lantai 8 m2 perorang, anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir. 5. KS TAHAP III PLUS, dapat memenuhi seluruh kebutuhannya : dasar, sosial, pengembangan, kontribusi pada masyarakat, indikator KS III + (ditambah), memberikan sumbangan. b. Fungsi keluarga 1.

Fungsi afektif dan koping keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.

2.

Fungsi sosialisasi keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.

3.

Fungsi reproduksi keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan.

4. Fungsi ekonomi keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga nya dan kepentingan di masyarakat. 5. Fungsi fisik, keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

2.2. Tugas perkembangan keluarga baru menikah menurut Duval (Sociological Perspective) 1. Membangun perkawinan yang saling memuaskan. 2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis. 3. Membina hubungan dengan keluarga lain: teman dan kelompok sosial. 4. Merencanakan penambahan anggota baru (mempersiapkan menjadi orangtua), mendiskusikan rencana punya anak. 2.3. Masalah keperawatan kesehatan keluarga  Komunikasi keluarga disfungsional  Potensial peningkatan menjadi orangtua, perubahan(krisis) menjadi orangtua, konflik peran orangtua  Perubahan penampilan peran  Gangguan citra tubuh  Koping keluarga tidak efektif (menurun, ketidakmampuan), potensial peningkatan koping keluarga  risiko terhadap tindak kekerasan  perilaku mencari bantuan kesehatan,  gangguan tumbuh kembang,  risiko penularan penyakit,

2.4. Proses Keperawatan keluarga

Menurut Friedman (1998:54), Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah. Friedman dalam Proses keperawatan keluarga juga membagi dalam lima tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga , identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan, rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber dan evaluasi perawatan. Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga menurut Effendi (2004) dengan melalui membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan mengadakan kontrak dengan keluarga , menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga , menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga dan membina komunikasi dua arah dengan keluarga . Friedman (1998: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari lima langkah dasar meliputi :

1. Pengkajian Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga . Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga , perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004). Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga , diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56). a. Pengumpulan data 1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga . 2) Riwayat dan Tahap Perkembangan keluarga a. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti. b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. c.

Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

d. Riwayat keluarga sebelumnya Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri. 3) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga o Kebiasaan makan Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh keluarga . o Pemanfaatan fasilitas kesehatan Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit. o Pengobatan tradisional Merupakan pilihan bagi keluarga untuk menentukan pengobatan yang diinginkan ataupun alternative pilihan yang dipilih yaitu pengobatan tradisional. 4) Status Sosial Ekonomi o Pendidikan Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal suatu penyakit dan pengelolaannya. Berpengaruh pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar. o Pekerjaan dan Penghasilan Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena suatu penyakit. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak

seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga . 5) Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga

Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan kecemasan. 6) Aktiftas Pola aktifitas yang dipilih oleh suatu keluarga dapat berpengaruh terhadap terjadinya suatu penyakit dan gaya hidup suatu keluarga . 7) Data Lingkungan o Karakteristik rumah Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya suatu penyakit. o Karakteristik Lingkungan Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan. 8) Struktur keluarga o Pola komunikasi Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. o Struktur Kekuasaan Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik. o Struktur peran Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga . 9) Fungsi keluarga o Fungsi afektif

keluarga harus saling menghargai satu dengan yang lainnya agar tidak menimbulkan suatu permasalahan maupun stressor tertentu bagi anggota keluarga itu sendiri. o Fungsi sosialisasi keluarga

.

memberikan kebebasan bagi anggota keluarga

dalam bersosialisasi dengan

lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress. o Fungsi kesehatan Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah. Hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah : a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga memahami fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi: pen gertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah. b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah ; 1) Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah 2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga 3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami 4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari penyakit 5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan. 6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada. 7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan. 8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. c. Mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, termasuk kemampuan memelihara lingkungan dan menggunakan sumber/fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat, yang perlu dikaji adalah ; 1).

Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangnan perawatan yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah kesehatan/ penyakit.

2). Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan. 3). Keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang diperlukan memadai. 4). Apakah keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap perawatan yang diperlukan 5). Adakah konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri dalam keluarga 6). Apakah keluarga kurang dapat memelihara keuntungan dalam memelihara lingkungan dimasa mendatang. 7). Apakah keluarga mempunyai upaya penuingkatan kesehatan dan pencegahan penyakit 8). Apakah keluarga sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan bagaimana pandangan keluarga akan fasilitas tersebut. 9). Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan (diagnostik, pengobatan dan rehabilitasi). 10). Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya perawatan dan pencegahan. 4.

Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :

a.

Berapa jumlah anak

b.

Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga

c.

Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga .

5.

Fungsi ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :

a.

Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan

b.

Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat sdalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga .

F. Stress dan Koping keluarga 1.

Stressor jangka pendek dan panjang

a.

Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.

b.

Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

2.

Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi/stressor.

3.

Strategi koping yang digunakan Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

4.

Strategi adaptasi disfungsional

5.

Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan

G. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga . Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.

H. Harapan keluarga Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada. 10) Pola istirahat tidur Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah yang belum terselesaikan. 11) Pemeriksaan fisik anggota keluarga Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua anggota keluarga . Setelah ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih terfokuskan. 12) Koping keluarga Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga , sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan. 13) Pengkajian Lingkungan a. Karakteristik rumah Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah. b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

c. Mobilitas geografis keluarga Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat. d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat. e. Sistem pendukung keluarga Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan. Kolaborasi dan koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan. Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada PES dimana untuk problem dapat digunakan rumusan NANDA. Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari : -

Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)

-

Resiko (ancaman kesehatan)

-

Keadaan sejahtera (wellness) Contoh diagnosa keperawatan keluarga ; Diagnosa Keperawatan keluarga Aktual Contoh 1

a. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah kekurangan nutrisi.

b. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R berhubungan dengan ketidakmauan keluarga mengambil keputusan/tindakan untuk mengatasi masalah kekurangan nutrisi. c. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dangan masalah kekurangan nutrisi. Pada contoh diatas, yang menjadi etiologi (tugas keluarga ) mengandung 3 unsur yaitu ketidaktahuan (tidak mengenal masalah), ketidak mauan mengambil keputusan dan ketidak mampuan merawat, maka dari 3 diagnosa tersebut cukup hanya menentukan 1 (satu) diagnosa yaitu diagnosa yg ketiga, akan tetapi dalam metrumuskan tujuan dan intervensi harus melibatkan ketiga etiologi tersebut Contoh 2 Perubahan peran dalam keluarga (bapak S) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran suami Contoh 3 Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (ibu A) keluarga bapak B berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak (rematik). Diagnosa Keperawatan keluarga Resiko (ancaman) Sudah ada data yang menunjangtapi belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan rumah kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat, dsb.

Contoh a. Resiko terjadi konflik pada keluarga bapak B berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah komunikasi b. Resiko gangguan perkembangan pada Balita (Anak S) keluarga bapak B berhubungan dengan ketidakmauan keluarga mellakukan stimulasi terhadap Balita. Diagnosa Keperawatan keluarga Sejahtera/Potensial Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan . Khusus untuk diagnosa keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi. Contoh

a. Potensial terjadinya kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu M) keluarga bapak R b. Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi (Anak L) keluarga bapak R c. Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru menikah keluarga bapak R

3. Menyusun prioritas Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi bersama yang dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas perasaan peka terhadap klien dan efek terpeutik terhadap tindakan dimasa mendatang. Cara membuat skor penentuan prioritas masalah keperawatan keluarga : NO

KRITERIA

1

SKOR

BOBOT

Sifat masalah

2

 Aktual (Tidak/kurang sehat)

3

 Ancaman kesehatan

2

 Keadaan sejahtera

1

1

Kemungkinan masalah dapat diubah

3

 Mudah

2

 Sebagian

1

 Tidak dapat

0

2

Potensi masalah untuk dicegah

4

 Tinggi

3

 Sedang

2

 Rendah

1

1

Menonjolnya masalah 2

Masalah berat, harus segera ditangani Ada

masalah,

tetapi

tidak

perlu

segera

1

ditangani Masalah tidak dirasakan Skoring : Skor _____________ x Bobot Angka tertinggi

0

1

Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas -

Kriteria 1

Sifat masalah ; bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga -

Kriteria 2

Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :  Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah  Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga  Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.  Sumber daya masyarakat dalam bentuk fadsilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan masyarakat -

Kriteria 3

Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan :  Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah  Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada  Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah.  Adanya kelompok ‘high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah. -

Kriteria 4

Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga . 4. Menyusun tujuan Friedman (1998:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi kepada klien kemungkinan sumber-sumber penggambaran pendekatan alternatif untuk memenuhi tujuan dan operasional perencanaan. Ada 3 kegiatan menurut Friedman (1998:64) yaitu:

1. Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik 2. Tujuan jangka menengah 3. Tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai tujuan

2.5 Perencanaan Keperawatan keluarga Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.

2.6 Implementasi Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini ; 1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara : a.

Memberikan informasi

b.

Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

c.

Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara : a.

Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan

b.

Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

c.

Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan

3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara : a.

Mendemonstrasikan cara perawatan

b.

Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah

c.

Mengawasi keluarga melakukan perawatan

4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara ; a.

Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

b.

Melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin

5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara :

a. Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada 2.7 Evaluasi Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk menilai keberhasilannya. Bila tidak / belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga . Unyuk itu dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga . Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional. S

:

Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. Misal : keluarga mengatakan nyerinya berkurang.

O

:

Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. Misal : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.

A

:

Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait dengan diagnosa keperawatan.

P

:

Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap evaluasi. Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir. BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan o Asih, kasih sayang , perhatian, rasa aman kegangatan pada anggota keluarga sehingga dapat tumbang sesuai usia. Asuh, perawatan agar selalu sehat fisik mental spiritual. Asah, kebutuhan pendidikan anak, untuk masa depan

DAFTAR PUSTAKA

Agustiansyah, Tri A. 2009. Asuhan Keperawatan keluarga Pasangan Baru Menikah dengan Masalah KB.

http://ners86.wordpress.com/2009/03/30/asuhan-keperawatan- keluarga /

http://lensaprofesi.blogspot.com/2009/01/konsep- keluarga .html

http://blog.ilmukeperawatan.com/asuhan-keperawatan- keluarga -dengan-stroke.html

http://hafifahparwaningtyas.blogspot.com/2011/03/askep-keluarga-baru-menikah.html

Asuhan Keperawatan Keluarga Pasangan Baru Menikah dengan Masalah KB By: ners86 Jun 01 2009

Kategori: Family Nursing 1 Komentar By. Tri Aan Agustiansyah Pendahuluan Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegitatan yang diberi via praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat : – Harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga – Tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya. – Perlu paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya Pengkajian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangnya. Pasangan baru (Keluarga baru menikah):  Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga via perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.  mempersiapkan keluarga yang baru.  Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari  Belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya.  Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan keluarga sendiri. Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluarga orangtuanya, mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok social pasangan  Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah yang diharapkan Tugas perkembangan keluarga baru menikah : 1. Membina hubungan intim yang memuaskan. - Akan menyiapkan kehidupan bersama yang baru - Sumber- sumber dari dua orang yang digabungkan. - Peran berubah. - Fungsi baru diterima. - Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan kepribadian yang mendasar. - Saling mensesuaikan diri terhadap hal yang

kecil yang bersifat rutinitas Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan terjadi apabila kedua pasangan saling menyesuaikan diri dan kecocokan dari kebutuhan dan minat pasangan. 2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis. Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan mengupayakan hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga besar lainnya. Loyalitas utama harus dirubah untuk kepentingan perkawinannya. 3. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB. Masalah kesehatan yaitu penyesuaian seksual dan peran perkawinan. Perawat Perawat dalam Keluarga berencana Dalam keluarga berencana peran perawat adalah membantu pasangan untuk memilih metoda kontrasepsi yang tepat untuk digunakan sesuai dengan kondisi, kecendrungan, sosial budaya dan kepercayaan yang dianut oleh pasangan tersebut, oleh karena itu proses keperawatan lebih diarahkan kepada membantu pasangan memilih metode kontrasepsi itu sendiri. Kegagalan penggunaan metode kontrasespsi terjadi disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita tersebut terhadap alat kontrasespsi itu sendiri sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis, psikologis, kehidupan sosilaL dan budaya terhadap kehamilan tersebut. maka disinilah letak peran perawat untuk memberikan pengetahuan yang tepat, sehingga hal di atas tidak terjadi. Pengkajian Karena masalah kontrasepsi merupakan suatu hal yang sensitif bagi wanita, maka dalam mengkaji hal ini perawat harus sangat memperhatikan privasi klien. Rendahkan suara ketika mengkaji untuk menigkatkan rasa nyaman klien dan pertahankan rasa percaya diri yang tinggi klien. Selain pengkajian umum (Identitas klien, Riwayat kesehatan, Riwayat obgyn), pengkajian khusus yang perlu kita lakukan untuk memenuhi peran sebagai edukator dalam pemilihan metode kontrasepsi yang tepat adalah : 1. Pengetahuan klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi Pengkajian ini dilakukan dengan menanyakan kapan wanita tersebut berencana untuk memiliki anak. Kemudian tanyakan metoda apa yang sedang direncanakan akan dipakai oleh klien. Bila klien menyatakan satu jenis/metoda, perawat dapat menanyakan alasan penggunaan metoda tersebut. pertanyaan-pertanyaan ini akan mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi klien terkait dengan kontrasepsi yang digunakannya. 2. Pengetahuan tentang teknik penggunaan metoda kontrasepsi Dalam melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus dapat menentukan tingkat pengetahuan klien tentang teknik penggunaan kontrasepsi. Misalnya tanyakan tentang bagaimana klien tersebut memakai diafragma, kapan dan di mana spermisida dioleskan atau berapa kali dalam sehari klien tersebut harus mengkonsumsi pil KB dengan menggali tingkat pengetahuan klien, perawat dapat menentukan bila ada kesalahan persepsi dalam penggunaan yang akan menyebabkan tidak efektifnya alat kontrasepsi yang dipakai dan akan menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan. 3. Kenyamanan klien terhadap metoda kontrasepsi yang sedang dipakai. Dalam mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhankeluhan klien terhadap efek samping dari kontrasepsi yang digunakannya. Dengarkan juga pernyataan klien tentang kenyamanannya menggunakan metoda kontrasepsi bulanan seperti suntik hormone dari pada pil keluarga berencana yang harus di konsumsi setiap hari. Keefektifan suatu metoda meningkat seiring dengan peningkatan kenyamanan klien dalam menggunakan metoda tersebut. 4. Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat Jika klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi diskusikan tentang pilihan-pilihan yang cocok untuk digunakan. Kaji faktor-faktor yang dapat membantu pemilihan metode terbaik seperti riwayat kesehatan dahulu klien yang merupakan kontraindikasi dari metoda kontrasepsi, riwayat obstetric, budaya dan kepercayaan serta keinginan untuk mencegah kehamilan. Adapun kontraindikasi penggunaan metoda kontrasepsi yang berkaitan dengan riwayat kesehatan adalah: a. Kontrasepsi oral 1. Pil keluarga berencana terpadu Riwayat TBC, kejang, kanker payudara, benjolan payudara, telat haid, hamil, pendarahan abnormal, hepatitis, penyakit jantung,

tromboplebitis. Untuk wanita perokok, usia lebih dari 35th, pengidap DM, epilepsy, dan penderita hipertensi tidak dianjurkan menggunakan pil keluarga berencana. 2. Mini Pil Mini pil ini sebaiknya tidak digunakan pada wanita yang harus menghindari segala jenis metoda hormonal, atau yang mejalani pengobatan kejang b. Kontrasepsi Hormonal 1. Hormone Implant Kanker/benjolan keras di payudara, terlambat haid, hamil, perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya, penyakit jantung dan keinginan untuk hamil kurang dari lima tahun. 2. Hormone Injeksi Suntikan terpadu tidak boleh diberikan pada wanita dalam masa menyusui. c. Kontrasepsi Mekanik 1. Diafragma dan kap servik Diafragma dan kap servik tidak dipakai pada wanita dengan riwayat alergi lateks dan riwayat toksik shock syndrome. 2. IUD Hamil atau kemungkinan hamil, resiko tinggi terkena penyakit yang menular lewat hubungan seks, riwayat infeksi alat reproduksi, infeksi sesudah persalinan/aborsi, kehamilan ektopik, metroragia dismenorhea, anemia dan belum pernah hamil, mola. d. Kontrasepsi Mantap Kontrasepsi ini tidak ada kontraindikasinya, karena sifatnya permanen. Digunakan bagi pasangan yang sudah tidak ingin atau sudah tidak memungkinkan untuk mempunyai anak Analisa Data Kurang pengetahuan tentang keluarga berencana merupakan penyebab tersering dari gangguan fisik, psikologis dan social dalam kaitannya dengan kehamilan yang tidak direncanakan. Diagnosa yang mungkin berdasarkan pengkajian dan data adalah Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan b.d Kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi. Sedangkan diagnosa keperawatan lain yang dapat timbul yaitu: 1. Resiko konflik pengambilan keputusan b.d alternatif kontrasepsi 2. Rasa takut b.d efek samping kontrasepsi 3. Resiko tinggi infeksi b.d kondisi aktif secara seksual dan penggunaan metoda kontrasepsi 4. Resiko tinggi perubahan pola seksualitas b.d takut hamil 7. Distress spiritual b.d ketidakcocokan keyakinan agama atau budaya dengan metoda kontrasepsi yang dipilih Rencana Intervensi Diagnosa : Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan b.d Kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi. Kriteria hasil Setelah dilakukan intervensi, pasangan akan : 1. Menjabarkan dengan benar tentang cara penggunaan metoda kontrasepsi yang dipilih dan pemecahan masalahnya. 2. Dapat menjelaskan tentang efek samping dan komplikasi dari metoda kontrasepsi yang dipilih. 3. Melaporkan adanya kepuasan terhadap metoda kontrasepsi yang dipilih. 4. Menggambarkan metoda lain yang dapat dipakai dan memilih salah satu dari metoda tersebut bila pasangan inggin mengganti metode kontrasepsi. http://ners86.wordpress.com/2009/06/01/asuhan-keperawatan-keluarga-pasangan-baru-menikahdengan-masalah-kb/

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA by : WS ASKEP KELUARGA KELUARGA adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (uu. No 10, 1992)

adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dg keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (friedman 1998) adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (uu. No 10, 1992) adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dg keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (friedman 1998) Kesimpulan : - unit terkecil dari masy - dua orang / lebih - ikatan perkawinan dan

pertalian darah

- hidup dalam satu rumah

tangga

- asuhan kepala rt - berinteraksi - punya peran masing2 - pertahankan suatu

budaya

CIRI-CIRI KLG : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Diikat tali perkawinan Ada hub darah Ada ikatan batin Tanggung jawab masing –masing Ada penagmbil keputusan Kerjasama Interaksi Tinggal dalam suatu rumah

STRUKTUR :

1. Struktur peran klg, formal dan informal 2. Nilai/norma klg, norma yg diyakini oleh klg. Berhub. Dg kesehatan 3. Pola komunikasi klg, bgm komunikasi ortu-anak, ayah ibu, & anggota lain 4. Struktur kek. Klg, kemamp. Mempengaruhi dan mengendalikan orlain. U/ kesehatan

CIRI –CIRI STRUKTUR KLG : 1. Terorganisasi , bergantung satu sama lain 2. Ada keterbatasan , 3. Perbedaan dan kekhususan, peran dan fungsi masing-masing

STRUKTUR KELUARGA (IKATAN DARAH) : 1. Patrilineal, klg sedarah terdiri sanak saudara sedarah dlm beberapa generasi , dimana hub. Itu berasal dari jalur ayah 2. Matrilineal, klg sedarah terdiri sanak saudara sedarah dlm beberapa generasi , dimana hub. Itu berasal dari jalur ibu 3. Matrilokal, suami istri tinggal pada klg sedarah istri 4. Patrilokal, suami istri tinggal pada klg sedarah suami 5. Klg kawinan, hub. Suami istri sebagai dasar bagi pembinaan klg dan sanak saudara baik dari pihak suami dan istri

PEMEGANG KEKUASAAN Patriakal, dominan dipihak ayah Matriakal, dominan di pihak ibu Equalitarian , ayah dan ibu

PERANAN KELUARGA :

1. Peranan ayah, pencari nafkah, prndidik, pelindung, rasa aman, sbg kk, anggota masy 2. Peranan ibu, mengurus rt, pengasuh/pendidik anak, pencari nafkah tambahan, anggota masy 3. Peran anak, peran psikososial sesuai tk perkemb. Baik mental fisik sosial dan spiritual.

TYPE KELUARGA (SCR TRADISIONAL) 1. Keluarga inti (nuclear family) terdiri: ayah , ibu dan anaknya dari keturunannya atau adopsi 2. Keluarga besar (extended family) keluarga inti + anggota klg lain yg masih ada hub. Darah. (kakek, nenek , paman, bibi)

TYPE KELUARGA (SCR TRADISIONAL) 1. Keluarga inti (nuclear family) terdiri: ayah , ibu dan anaknya dari keturunannya atau adopsi 2. Keluarga besar (extended family) keluarga inti + anggota klg lain yg masih ada hub. Darah. (kakek, nenek , paman, bibi)

TUGAS PERKEMBANGAN SESUAI DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN (DUVAL) (SOCIOLOGICAL PERSPECTIVE) 1. Keluarga baru menikah - membina hub. Intim - bina hub, dg klg lain: teman - mendiskusikan rencana

dan

kelompok sosial

punya anak

1. Klg. Dg anak baru lahir - persiapan mjd ortu - adaptasi klg baru ,

interaksi klg, hub. Seksual

1. Klg dg anak usia pra sekolah - memenuhi kebut. Anggota - membantu anak u/

klg : rumah,

bersosialisasi

rasa aman

- mempertahankan hub yg

sehat klg intern dan

luar

- pembag tanggung jawab - kegiatan u/ sti,ulasi

perkemb. Anak

4. Klg dg anak usia sekolah - membantu sosialisasi anak dg lingk luar - mempertahankan keintiman

pasangan

- memenuhi kebut. Yg meningkat 5. Klg dg anak remaja - memberikan kebebasan seimbang

dan

bertanggug jawab

- mempertahankan hub. Intim dg klg - komunikasi terbuka : hindari,

debat, permusuhan

- persiapan perub. Sistem peran 6. Klg mulai melepas anak sebagai dewasa - perluas jar. Klg dari klg inti ke

extended

- pertahnakan keintiman pasanagan - mabantu anak u/ mandiri sbg klg

baru

- penataan kembali peran ortu 7. Klg usia pertengahan - pertahankan keseh. Individu dan

pasangan

- hub. Serasi dan memuaskan dg

anak- anaknya dan sebaya

- meningkatkan keakraban 8. Keluarga usia tua

pasangan

usia pertengahan

- pertahankan suasana saling menyenangkan -adapatasi perubahan : kehil.pasangan,kek. - pertahankan keakraban

pasangan

- melakukan life review

masa lalu

Fisik,penghasilan

8. Keluarga usia tua - pertahankan suasana saling menyenangkan -adapatasi perubahan : kehil.pasangan,kek. - pertahankan keakraban

pasangan

- melakukan life review

masa lalu

Fisik,penghasilan

KELOMPOK KLG. DI INDONESIA Berdasar sosek dan kebut. Dasar 1. PRASEJATERA, belum dpt memenuhi pengajaran agama, dapat memenuhi

kebut dasar minimal : sandang, salah satu

papan, pangan, kesehatan /lebih indikator ks tahap i

atau klg

belum

1. KELUARGA SEJAHTRA (KS I) telah dapat memenuhi kebut. Dasar scr minimal, tetapi blm dapat sosial psikologis, pendidikan, kb, interaksi lingk. indikator : - ibadah sesuai agama - makan 2 kali sehari - pakain berbeda tiap keperluan

- lantai bukan tanah - kesehatan : anak sakit,

ber kb,

pus dibawa

kesarana keseh.

3. KS II indikator - belum dapat menabung - ibadah (anggota klg) sesui agama - makan 2 kali sehari - pakaian berbeda - lantai bukan tanah - kesehatan (idem) - daging/ telur minimal 1

kali

seminggu

- Pakaian baru setahun sekali - Luas lantai 8 m 2 per orang - Sehat 3 bulan terakhir - Anggota yg berumur 15 tahun keatas punya penghasilan tetap - Umur 10 – 60 th dapat baca tulis - Umur 7-15 th bersekolah - Anak hidup 2 /lebih . Klg masih pus saat ini berkontrasepsi

4. KS III indikator : -

belum berkontribusi pd

masyarakat

-

ibadah sesuai agama

-

pakain berbeda tiap

-

lantai bukan tanah

-

kesehatan idem

-

anggota melaks. Ibadah…

-

daging/telur seminggu sekali

-

memperoleh pakaian baru dalam satu th terakhir

-

luas lantai 8 m2 perorang

-

anggota klg sehat dalm 3

-

klg berumur 15 th punya penghasilan

-

baca tulis latin 10 –60 th

-

usia 7-15 bersekolah

-

anak hidup 2/ lebih, pus saat ini ber kb -

keprluan

upaya meningk agama

-

klg punya tabungan

-

makan bersama sehari sekali

-

ikut keg. Masyarakat

-

rekreasi 6 bl sekali

-

informasi dari mass media

-

menggunakan transportasi

5. KS TAHAP III PLUS

bl terakhir tetap

-

dpt memenuhi seluruh masy.

kebutuhannya : dasar, sosial,pengembangan, kontribusi pd

-

indikator ks iii + (ditambah)

-

memberikan sumb.

Secara teratur pd masy

-

aktif sbg pengurus

yayasan / panti

Indicator gakin : -

Tak bisa makan 2 kali sehari atau lebih

-

Tdk daging/ikan /telur / minggu sekali

-

Tdk pakaian beda tiap aktifitas

-

Tdk pakain baru, satu stel /tahun

-

Lantai mayoritas tanah

-

Lantai kurang dari 8 meter persegi untuk setiap penghuni

-

Tdk ada anggota umur 15 tahun berpenghasilan tetap

-

Anak sakit/pus ingin kb tak mampu ke yankes

-

Anak 7-15 tahun tak berekolah

KESIMPULAN FUNGSI DIATAS : 1. Asih, kasih sayang , perhatian, rasa aman kegangatan pd anggota klg shg dapat tumbang sesuai usia 2. Asuh, perawatan agar selalu sehat fisik mental spiritual 3. Asah, kebut. Pendidikan anak, untuk masa depan FUNGSI KLG : 1. 2. 3. 4.

Afektif, mengajarkan segala sesuatu u/ persiapan klg berhub. Dg orlain. Sosialisasi mengembangkan + berkehidupan sosial sbl meninggalkan rumah Reproduksi, mempertahankan generasi, kelangsungan hidup Ekonomi, memenuhi kebut. Klg, meningkatk., penghasilan

5. 6. 7. 8.

Peraw. Kesehatan, merupakan tugas klg mempertahankan keadaan sehat Pendidikan, Religius Rekreasi

TUGAS KELUARGA DIBID. KESEHATAN (SBG. ETEOLOGI MASALAH) 1. 2. 3. 4. 5.

Mengenal masalah keseh. Klg Memutuskan tind keseh. Yg tepat bagi klg Merawat klg yg mengalami gangg keseh. Memodifikasi ling. U/ menjamin keseh. Klg Memanfaatkan fas. Yankes. Di sekitarnya

KELUARGA SBG SISTEM klg merupakan sistem sosial yg terdiri kumpulan 2 /lebih yg punya peran sosial yg berbeda dengan ciri saling berhub. Dan tergantung antar individu Alasan klg sbg sistem : 1. Klg punya subsistem : anggota, fungsi, peran aturan , budaya 2. Saling berhub dan ketergantungan 3. Unit terkecil dari masy. Sbg suprasistem Komponen sistem keluarga 1. 2. 3. 4.

Input, anggota klg, struktur, fungsi, aturan, ling, budaya, agama Proses, proses pelaksanaan fungsi klg Out put, hasil berupa perilaku : sosial, agama, kesh, Feedback, pengontrol perilaku keluarga

KARAKTERISTIK KLG SEBAGAI SISTEM 1. Sistem terbuka, sistem yg punya kesempatan dan mau menerima / memperhatikan lingk. Sekitar 2. Sistem tertutup, kurang punya kesempatan, kurang mau menerima /memberi perhatian pada lingk. Sekitar

STANDAR PRAKTIK KLG PPNI : 1. Standar praktik profesional stndar i : pengkajian standar ii : diagnosis standar iii : perencanaan standar iv : pelaks. Tind. standar v : evaluasi 2. Standar kinerja profesional Standar i : jaminan mutu Standar ii : pendidikan Standar iii : penilaian prestasi Standar iv : kesejawatan Standar v : etik Standar vi : kolaborasi Standar vii ; riset Standar ix : pemnafaatan sumber

PENDAHULUAN tujuan khusus adalah u/ mencapai kemampuan klg : 1. Mengenal mas kes klg

2. Memutuskan tindakan 3. Melakukan tindakan 4. Memelihara dan

memodifikasi lingk.

5. Memanfaatkan sumber daya

yg

ada (puskesmas, posyandu)

Tujuan khusus askep keluarga : 1. 2. 3. 4. 5.

Mengenal mas. Keseh. Klg Memmutuskan tind. Yg tepat u/ ngatasi mas. Keseh klg Melakukan tind. Peraw. Keseh. Pd anggota yg sakit sesuai kemampuan Memodifikasi lingk. Klg Memanfaatkan sumber daya di masy. : puskesmas, posyandu, …

ASKEP KELUARGA 1. 2. 3. 4. 5.

Pengkajian Diagnosis keperawatan Perencanaan Implementasi Evaluasi

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT DALAM ASKEP KLG : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Pemberi askep Sbg. Pendidik Advokat Koordinator Kolaborator Pembaharu Pengelola

PERSIAPAN : 1. Menetapkan klg sasaran 2. Buat jadwal kunjungan 3. Siapkan perlengkapan lap.

- family folder - maslah klien dan klg - phn kit - alat bantu penyuluhan PENGKAJIAN : Tahap yg perlu dilakukan : 1. Bhsp - perkenalkan - jelaskan tujuan

kunjungan

2. Pengk. Awal : terfokus 3. Pengkajian lanjut (thp ke 2) pengkajian lengkap

PENGKAJIAN : 1.

Berkaitan dg keluarga - demografi, - lingk - struktur dan fungsi - stress dan koping

keluarga keluarga

- perkemb. Keluarga 2. Berkaitan dg indiv sbg anggota - fisik

- mental - sosial - spiritual - emosi

DIAGNOSIS : Berdasar “ nanda “ 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

Gg. Proses klg Gg. Pemeliharaan kesehatan Nutrisi kurang /lebih Gg. Peran Pola eliminasi Sanitasi kurang Duka berkepanjangan Konflik pengamb. Keput Koping klg inadekuat Gg. Manaj. Pemeliharaan rumah Hambatan interaksi Kurang penget. Resiko [perub peran Resiko trauma Resiko pk Ketidak berdayaan Isolasi sosial Dll

SCORING : Diag. Kep (baylon –maglaya) Prioritas diranking

Contoh : “ resiko jatuh lansia di klg bapak rr b/d. Ketidakmamp[uan menyediakan lingk. Aman”

DIAGNOSIS PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI (LIHAT DI FORMAT)

DAFTAR DIAGNOSIS KEP KLG NANDA: A. Lingkungan 1. Kerusakan penatalaksanaan rumah (kebersihan) 2. Resiko cedera 3. Resiko infeksi B. Struktur komunikasi 1. Kerusakan komunikasi C. Struktur peran 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Isolasi sosial Perub. Dlm proses klg (ada yg sakit) Berduka disfungsional Potensial pening mjd ortu Perub penamp. Peran Gangg. Citra tubuh

D. Afektif 1. Resiko tindakan kekerasan 2. Perub proses keluarga 3. Koping klg tak efektif E. Sosial

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Perilaku mencari bant. Kes Konflik peran ortu Perub pertukem Perub pemel. Kesh Kurang penget Isolasi sos Ketidak patuhan Gangg identitas pribadi

F. Fungsi perawat klg 1. Perilaku mencari pertol kesh 2. Ketidak efektifan penatalaks. Terapeutik klg 3. Resiko penyebaran infeksi G. Strategi koping 1. Potensial peningk koping klg 2. Koping klg tak efektif 3. Resiko tindakan kekerasan http://ppnilumajang.wordpress.com/asuhan-keperawatan-keluarga/

Makalah Keluarga sakinah Published by shell on November 13, 2011 | 0 Comment

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang

Menurut undang-undang RI nomor 1 tahun 1974 pengertian dan tujuan perkawinan terdapat dalam satu pasal, yaitu bab 1 pasal 1 menetapkan bahwa “perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga, keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan demikian jelas bahwa diantara tujuan pernikahan adalah membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Sebuah masyarakat di negara manapun adalah kumpulan dari beberapa keluarga. Apabila keluarga kukuh, maka masyarakat akan bersih dan kukuh. Namun apabila rapuh, maka rapuhlah masyarakat. Menikah memang tidaklah sullit, tetapi membangun keluarga sakinah bukan sesuatu yang mudah. Pekerjaan membangun, pertama harus didahului dengan adanya gambar yang merupakan konsep dari bangunan yang diinginkan. Demikian juga membangun keluarga sakinah, terlebih dahulu orang harus memiliki konsep tentang keluarga sakinah.

.Al-Qur’an membangunkan sebuah keluarga yang sakinah dan kuat untuk membentuk suatu tatanan masyarakat yang memelihara aturan-aturan Allah dalam kehidupan. Aturan yang ditawarkan oleh Islam menjamin terbinanya keluarga bahagia, lantaran nilai kebenaran yang dikandunginya, serta keselarasannya yang ada dalam fitrah manusia. Hal demikianlah yang mendasari kami menulis makalah ini. Pada makalah ini akan diuraikan tentang keluarga sakinah, dan konsep-konsep cara membangun keluarga sakinah berdasarkan Al-Qur’an. 1.2.

Rumusan Masalah Makalah ini merupakan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6.

1.3.

Apa pengertian keluarga? Apa saja fungsi keluarga? Apa pengertian keluarga sakinah? Bagaimana cirri-ciri keluarga sakinah? Bagaimana cara membangun keluarga sakinah? Faktor apa saja yang berhubungan dengan pembentukan keluarga sakinah?

Ruang Lingkup

Dalam makalah ini, kami membatasi masalah mengenai keluarga sakinah dan konsep membangun keluarga sakinah berdasarkan Al-Qur’an. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempertegas pembahasan sehingga dapat terfokus pada masalah yang akan dibahas serta dapat memberikan gambaran umum tentang isi makalah sehingga pembaca lebih mudah dalam mempelajarinya. 1.4.

Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi salah satu tugas mata kuliah Agama Islam di Bina Sarana Informatika. Sedangkan tujuan dari penulisan tugas ini adalah : 1. Memahami hakekat keluarga 2. Memahami fungsi-fungsi keluarga 3. Memberikan uraian tentang konsep keluarga sakinah dan bagaimana cara membangun keluarga sakinah.

1.5.

Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang digunakan dalam tugas ini, penulis menggunakan Metode Browsing Internet, yaitu metode yang digunakan dengan browsing atau membaca referensireferensi yang berkaitan dengan msalah yang dibahas dalam tugas ini di internet. 1.6.

Sistematika Penulisan Makalah ini terbagi dalam 3 bagian inti yakni :

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, ruang lingkup, maksud dan tujuan, serta metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk menyusun tugas ini. Selain itu, penulis juga menguraikan mengenai sitematika penulisan. BAB II PEMBAHASAN Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang materi-materi yang akan dibahas karena bab ini merupakan bab utama dari makalah ini. Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang keluarga sakinah, meliputi: pengertian keluarga; fungsi keluarga; pengertian keluarga sakinah; cirri-ciri keluarga sakinah;cara membangun keluarga sakinah; factor-faktor yang berhubungan dengan pembentukan keluarga sakinah. BAB III KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang kesimpulan-kesimpulan dari masalah yang dibahas pada makalah ini. BAB II PEMBAHASAN 2.1

Pengertian Keluarga

Keluarga secara sinonimnya ialah rumahtangga, dan keluarga adalah satu institusi sosial yang berasas karena keluarga menjadi penentu (determinant) utama tentang apa jenis warga masyarakat. Keluarga menyuburi (nurture) dan membentuk (cultivate) manusia yang budiman, keluarga yang sejahtera adalah tiang dalam pembinaan masyarakat (Sufean Hussin dan Jamaluddin Tubah, 2004 : 1). Menurut Dr Leha @ Zaleha Muhamat (2005: 2), perkataan ‘keluarga’ ialah komponen masyarakat yang terdiri daripada suami, istri dan anak-anak atau suami dan istri saja (sekiranya pasangan masih belum mempunyai anak baik anak kandung/angkat atau pasangan terus meredhai kehidupan dengan tanpa dihiasi dengan gelagat kehidupan anak-anak). Pengertian ini hampir sama dengan pengertian keluarga yang dijelaskan oleh Zakaria Lemat (2003: 71) yaitu, keluarga merupakan kelompok paling kecil dalam masyarakat, sekurang kurangnya dianggotai oleh suami dan istri atau ibu bapak dan anak-anak. Ia adalah asas pembentukan sebuah masyarakat. Kebahagiaan masyarakat adalah bergantung kepada setiap keluarga yang menganggotai masyarakat. William J. Goode menjelaskan keluarga sebagai suatu unit sosial yang ekspresif atau emosional, ia bertugas sebagai agensi instrumental untuk struktur sosial yang lebih besar, kesemua institusi dan agensi lain bergantung kepada sumbangannya. Misalnya, tingkah laku peranan yang dipelajari dalam keluarga menjadi tingkah laku yang diperlukan dalam segmen masyarakat lain.

2.2

Fungsi Keluarga

Masyarakat adalah cerminan kondisi keluarga, jika keluarga sehat berarti masyarakatnya juga sehat. Jika keluarga bahagia berarti masyarakatnya juga bahagia. Selain sebagai penentu kondisi masyarakat tersebut, keluarga juga mempunyai beberapa fungsi lain dari sudut pandang yang berbeda, yaitu : Fungsi Reproduksi keluarga mempunyai fungsi produksi, karena keluarga dapat menghasilkan keturunan secara sah.



Fungsi Ekonomi kesatuan ekonomi mandiri, membelanjakan harta untuk memenuhi keperluan



Fungsi Protektif keluarga harus senantiasa melindungi anggotanya dari ancaman fisik, ekonomis dan psiko sosial. Masalah salah satu anggota merupakan masalah bersama seluruh anggota keluarga.



Fungsi Rekreatif Keluarga merupakan pusat rekreasi bagi para anggotanya. Kejenuhan dapat dihilangkan ketika sedang berkumpul atau bergurau dengan anggota keluarganya.



Fungsi Afektif Keluarga memberikan kasih sayang, pengertian dan tolomg menolong diantara anggota keluarganya, baik antara orang tu terhadap anak-anaknya maupun sebaliknya.



Fungsi Edukatif Keluarga memberikan pendidikan kepada anggotanya, terutama kepada anakanak agar anak-anak tumbuh menjadi anak yang mempunyai budi pekerti luhur. Sehingga keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling utama.

2.3



anggota

keluarga

mendapatkan

dan

Pengertian Keluarga Sakinah

Menurut kaidah bahasa Indonesia, sakinah mempunyai arti kedamaian, ketentraman, ketenangan, kebahagiaan. Jadi keluarga sakinah mengandung makna keluarga yang diliputi rasa damai, tentram, juga. Jadi keluarga sakinah adalah kondisi yang sangat ideal dalam kehidupan keluarga.

Keluarga sakinah juga sering disebut sebagai keluarga yang bahagia. Menurut pandangan Barat, keluarga bahagia atau keluarga sejahtera ialah keluarga yang memiliki dan menikmati segala kemewahan material. Anggota-anggota keluarga tersebut memiliki kesehatan yang baik yang memungkinkan mereka menikmati limpahan kekayaan material. Bagi mencapai tujuan ini, seluruh perhatian, tenaga dan waktu ditumpukan kepada usaha merealisasikan kecapaian kemewahan kebendaan yang dianggap sebagai perkara pokok dan prasyarat kepada kesejahteraan (Dr. Hasan Hj. Mohd Ali, 1993 : 15). Pandangan yang dinyatakan oleh Barat jauh berbeda dengan konsep keluarga bahagia atau keluarga sakinah yang diterapkan oleh Islam. Menurut Dr. Hasan Hj. Mohd Ali (1993: 18 – 19) asas kepada kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga di dalam Islam terletak kepada ketaqwaan kepada Allah SWT. Keluarga bahagia adalah keluarga yang mendapat keredhaan Allah SWT. Allah SWT redha kepada mereka dan mereka redha kepada Allah SWT. Firman Allah SWT:

“Allah redha kepada mereka dan mereka redha kepada- Nya, yang demikian itu, bagi orang yang takut kepada-Nya”. (Surah Al-Baiyyinah : 8). Menurut Paizah Ismail (2003 : 147), keluarga bahagia ialah suatu kelompok sosial yang terdiri dari suami istri, ibu bapak, anak pinak, cucu cicit, sanak saudara yang sama-sama dapat merasa senang terhadap satu sama lain dan terhadap hidup sendiri dengan gembira, mempunyai objektif hidup baik secara individu atau secara bersama, optimistik dan mempunyai keyakinan terhadap sesama sendiri. Dengan demikian, keluarga sakinah ialah kondisi sebuah keluarga yang sangat ideal yang terbentuk berlandaskan Al-Quran dan Sunnah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kebendaan bukanlah sebagai ukuran untuk membentuk keluarga bahagia sebagaimana yang telah dinyatakan oleh negara Barat. 2.4

Ciri-Ciri Keluarga Sakinah

Pada dasarnya, keluarga sakinah sukar diukur karena merupakan satu perkara yang abstrak dan hanya boleh ditentukan oleh pasangan yang berumahtangga. Namun, terdapat beberapa ciriciri keluarga sakinah, diantaranya : 1. a.

Rumah Tangga Didirikan Berlandaskan Al-Quran Dan Sunnah

Asas yang paling penting dalam pembentukan sebuah keluarga sakinah ialah rumah tangga yang dibina atas landasan taqwa, berpandukan Al-Quran dan Sunnah dan bukannya atas dasar cinta semata-mata. Ia menjadi panduan kepada suami istri sekiranya menghadapi perbagai masalah yang akan timbul dalam kehidupan berumahtangga. Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa’ ayat 59 yang artinya : “Kemudian jika kamu selisih faham / pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah kepada Allah (Al-Quran) dan Rasulullah (Sunnah)”.

1. b.

Rumah Tangga Berasaskan Kasih Sayang (Mawaddah Warahmah)

Tanpa ‘al-mawaddah’ dan ‘al-Rahmah’, masyarakat tidak akan dapat hidup dengan tenang dan aman terutamanya dalam institusi kekeluargaan. Dua perkara ini sangat-sangat diperlukan kerana sifat kasih sayang yang wujud dalam sebuah rumah tangga dapat melahirkan sebuah masyarakat yang bahagia, saling menghormati, saling mempercayai dan tolong-menolong. Tanpa kasih sayang, perkawinan akan hancur, kebahagiaan hanya akan menjadi angan-angan saja. 1. c.

Mengetahui Peraturan Berumahtangga

Setiap keluarga seharusnya mempunyai peraturan yang patut dipatuhi oleh setiap ahlinya yang mana seorang istri wajib taat kepada suami dengan tidak keluar rumah melainkan setelah

mendapat izin, tidak menyanggah pendapat suami walaupun si istri merasakan dirinya betul selama suami tidak melanggar syariat, dan tidak menceritakan hal rumahtangga kepada orang lain. Anak pula wajib taat kepada kedua orangtuanya selama perintah keduanya tidak bertentangan dengan larangan Allah. Lain pula peranan sebagai seorang suami. Suami merupakan ketua keluarga dan mempunyai tanggung jawab memastikan setiap ahli keluarganya untuk mematuhi peraturan dan memainkan peranan masing-masing dalam keluarga supaya sebuah keluarga sakinah dapat dibentuk. Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa’: 34 yang artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (lakilaki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka)[290]. wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar”.

1. d.

Menghormati dan Mengasihi Kedua Ibu Bapak

Perkawinan bukanlah semata-mata menghubungkan antara kehidupan kedua pasangan tetapi ia juga melibatkan seluruh kehidupan keluarga kedua belah pihak, terutamanya hubungan terhadap ibu bapak kedua pasangan. Oleh itu, pasangan yang ingin membina sebuah keluarga sakinah seharusnya tidak menepikan ibu bapak dalam urusan pemilihan jodoh, terutamanya anak lelaki. Anak lelaki perlu mendapat restu kedua ibu bapaknya karena perkawinan tidak akan memutuskan tanggungjawabnya terhadap kedua ibu bapaknya. Selain itu, pasangan juga perlu mengasihi ibu bapak supaya mendapat keberkatan untuk mencapai kebahagiaan dalam berumahtangga. Firman Allah SWT yang menerangkan kewajiban anak kepada ibu bapaknya dalam Surah alAnkabut : 8 yang artinya : “Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepadadua orang ibu- bapanya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku khabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan” 1. e.

Menjaga Hubungan Kerabat dan Ipar

Antara tujuan ikatan perkawinan ialah untuk menyambung hubungan keluarga kedua belah pihak termasuk saudara ipar kedua belah pihak dan kerabat-kerabatnya. Karena biasanya masalah seperti perceraian timbul disebabkan kerenggangan hubungan dengan kerabat dan ipar.

2.5

Cara Membangun Keluarga Sakinah

Dalam kehidupan sehari-hari, ternyata upaya mewujudkan keluarga yang sakinah bukanlah perkara yang mudah, ditengah-tengah arus kehidupan seperti ini,. Jangankan untuk mencapai bentuk keluarga yang ideal, bahkan untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga saja sudah merupakan suatu prestasi tersendiri, sehingga sudah saat-nya setiap keluarga perlu merenung apakah mereka tengah berjalan pada koridor yang diinginkan oleh Allah dalam mahligai tersebut, ataukah mereka justru berjalan bertolak belakang dengan apa yang diinginkan olehNya. Islam mengajarkan agar keluarga dan rumah tangga menjadi institusi yang aman, bahagia dan kukuh bagi setiap ahli keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan atau unit masyarakat yang terkecil yang berperan sebagai satu lembaga yang menentukan corak dan bentuk masyarakat. Institusi keluarga harus dimanfaatkan untuk membincangkan semua hal sama ada yang menggembirakan maupun kesulitan yang dihadapi di samping menjadi tempat menjana nilai-nilai kekeluargaan dan kemanusiaan. Kasih sayang, rasa aman dan bahagia serta perhatian yang dirasakan oleh seorang ahli khususnya anak-anak dalam keluarga akan memberi kepadanya keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri untuk menghadapi berbagai persoalan hidupnya. Ibu bapak adalah orang pertama yang diharapkan dapat memberikan bantuan dan petunjuk dalam menyelesaikan masalah anak. Sementara seorang ibu adalah lambang kasih sayang, ketenangan dan juga ketenteraman. Al-Qur’an merupakan landasan dari terbangunnya keluarga sakinah, dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam keluarga dan masyarakat. Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada lima, yaitu : · memiliki kecenderungan kepada agama · yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda · sederhana dalam belanja · santun dalam bergaul dan · selalu introspeksi.

Sedangkan Konsep-konsep cara membangun keluarga sakinah adalah : 1. a.

Memilih Kriteria Calon Suami atau Istri dengan Tepat

Agar terciptanya keluarga yang sakinah, maka dalam menentukan kriteria suami maupun istri haruslah tepat. Diantara kriteria tersebut misalnya beragama islam dan shaleh maupun shalehah; berasal dari keturunan yang baik-baik; berakhlak mulia, sopan santun dan bertutur kata yang baik; mempunyai kemampuan membiayai kehidupan rumah tangga (bagi suami). Rasul Allâh SAW bersabda, “Perempuan dinikahi karena empat faktor: Pertama, karena harta; Kedua, karena kecantikan; Ketiga, kedudukan; dan Keempat, karena agamanya. Maka hendaklah engkau pilih yang taat beragama, engkau pasti bahagia.” 1. b.

Dalam keluarga Harus Ada Mawaddah dan Rahmah

Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu dan “nggemesi”, sedangkan rahmah adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai.

Rasa damai dan tenteram hanya dicapai dengan saling mencintai. Maka rumah tangga muslim punya ciri khusus, yakni bersih lahir baathin, tenteram, damai dan penuh hiasan ibadah. Firman Allah SWT Surat Ar-Rum : 21 yang artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” 1. c.

Saling Mengerti Antara Suami-Istri

Seorang suami atau istri harus tahu latar belakang pribadi masing-masing. Karena pengetahuan terhadap latar belakang pribadi masing-masing adalah sebagai dasar untuk menjalin komunikasi masing-masing. Dan dari sinilah seorang suami atau istri tidak akan memaksakan egonya. Banyak keluarga hancur, disebabkan oleh sifat egoisme. Ini artinya seorang suami tetap bertahan dengan keinginannya dan begitu pula istri. Seorang suami atau istri hendaklah mengetahui halhal sebagai berikut :      

Perjalanan hidup masing-masing Adat istiadat daerah masing-masing (jika suami istri berbeda suku dan atau daerah) Kebiasaan masing-masing Selera, kesukaan atau hobi Pendidikan Karakter/sikap pribadi secara proporsional (baik dari masing-masing, maupun dari orang-orang terdekatnya, seperti orang tua, teman ataupun saudaranya, dan yang relevan dengan ketentuan yang dibenarkan syari`at.

1. d.

Saling Menerima

Suami istri harus saling menerima satu sama lain. Suami istri itu ibarat satu tubuh dua nyawa. Tidak salah kiranya suami suka warna merah, si istri suka warna putih, tidak perlu ada penolakan. Dengan keredhaan dan saling pengertian, jika warna merah dicampur dengan warna putih, maka aka terlihat keindahannya. 1. e.

Saling Menghargai

Seorang suami atau istri hendaklah saling menghargai:   

Perkataan dan perasaan masingmasing Bakat dan keinginan masing-masing Menghargai keluarga masing-masing. Sikap saling menghargai adalah sebuah jembatan menuju terkaitnya perasaan suami-istri.

1. f.

Saling Mempercayai

Dalam berumahtangga seorang istri harus percaya kepada suaminya, begitu pula dengan suami terhadap istrinya ketika ia sedang berada di luar rumah. Jika diantara keduanya tidak adanya saling percaya, kelangsungan kehidupan rumah tangga berjalan tidak seperti yang dicita-citakan yaitu keluarga yang bahagia dan sejahtera. Akan tetapi jika suami istri saling mempercayai, maka kemerdekaan dan kemajuan akan meningkat, serta hal ini merupakan amanah Allâh. 1. g.

Suami-Istri Harus Menjalankan Kewajibanya Masing-Masing

Suami mempunyai kewajiban mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, tetapi disamping itu ia juga berfungsi sebagai kepala rumah tangga atau pemimpin dalam rumah tangga. Allah SWT dalam hal ini berfirman: “Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Alloh telah melebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lainnya dan karena mereka telah membelanjakan sebagian harta mereka” (Qs. an-Nisaa’: 34). Menikah bukan hanya masalah mampu mencari uang, walaupun ini juga penting, tapi bukan salah satu yang terpenting. Suami bekerja keras membanting tulang memeras keringat untuk mencari rezeki yang halal tetapi ternyata tidak mampu menjadi pemimpin bagi keluarganya. Istri mempunyai kewajiban taat kepada suaminya, mendidik anak dan menjaga kehormatannya (jilbab, khalwat, tabaruj, dan lain-lain.). Ketaatan yang dituntut bagi seorang istri bukannya tanpa alasan. Suami sebagai pimpinan, bertanggung jawab langsung menghidupi keluarga, melindungi keluarga dan menjaga keselamatan mereka lahir-batin, dunia-akhirat. Ketaatan seorang istri kepada suami dalam rangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah jalan menuju surga di dunia dan akhirat. Istri boleh membangkang kepada suaminya jika perintah suaminya bertentangan dengan hukum syara’, missal: disuruh berjudi, dilarang berjilbab, dan lain-lain.

1. h.

Suami Istri Harus Menghindari Pertikaian

Pertikaian adalah salah satu penyebab retaknya keharmonisan keluarga, bahkan apabila pertikaian tersebut terus berkesinambungan maka dapat menyebabkan perceraian. Sehingga baik suami maupun istri harus dapat menghindari masalah-masalah yang dapat menyebabkan pertikaian karena suami dan istri adalah fakkor paling utama dalam menentukan kondisi keluarga. Rasulullah saw bersabda: “Laki-laki yang terbaik dari umatku adalah orang yang tidak menindas keluarganya, menyayangi dan tidak berlaku zalim pada mereka.” (Makarim Al-Akhlaq:216-217) “Barangsiapa yang bersabar atas perlakuan buruk isterinya, Allah akan memberinya pahala seperti yang Dia berikan kepada Nabi Ayyub (a.s) yang tabah dan sabar menghadapi ujian-ujian Allah yang berat. (Makarim Al-Akhlaq:213)

“Barangsiapa yang menampar pipi isterinya satu kali, Allah akan memerintahkan malaikat penjaga neraka untuk membalas tamparan itu dengan tujuh puluh kali tamparan di neraka jahanam.” (Mustadrak Al- Wasail 2:550) 1. i.

Hubungan Antara Suami Istri Harus Atas Dasar Saling Membutuhkan

Seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna ( Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat:187), yaitu menutup aurat, melindungi diri dari panas dan dingin, dan sebagai perhiasan. Suami terhadap istri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika istri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepadaorang lain, begitu juga sebaliknya. Jika istri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Istri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan istri, jangan terbalik di luaran tampil menarik orang banyak, di rumah “nglombrot” menyebalkan. 1. j.

Suami Istri Harus Senantiasa Menjaga Makanan yang Halal

Menurut hadis Nabi, sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan haram, cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga (qith`at al lahmi min al haram ahaqqu ila annar). Semakna dengan makanan, juga rumah, mobil, pakaian dan lain-lainnya. 1. k.

Suami Istri Harus Menjaga Aqidah yang Benar

Akidah yang keliru atau sesat, misalnya mempercayai kekuatan dukun, majig dan sebangsanya. Bimbingan dukun dan sebangsanya bukan saja membuat langkah hidup tidak rasional, tetapi juga bias menyesatkan pada bencana yang fatal. Membina suatu keluarga yang bahagia memang sangat sangat sulit. Akan tetapi jika masing-masing pasangan mengerti konsep-konsep keluarga sakinah seperti yang telah diuraikan di atas, Insya Allah cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan kekal dalam aturan syari’at Islam, yang disebutkan dengan “Rumahku adalah surgaku” akan terwujud. Disamping konsep-konsep diatas masih ada beberapa resep yang lain bagaimana menjadi keluarga sakinah, diantaranya :      

Selama menempuh hidup berkeluarga, sadarilah bahwa jalan yang akan kita lalui tidaklah melulu jalan yang bertabur bunga kebahagiaan tetapi juga semak belukar yang penuh onak dan duri. Ketika biduk rumah tangga oleng, janganlah saling berlepas tangan, tetapi sebaliknya justru semakin erat berpegangan tangan. Ketika kita belum dikaruniai anak, cintailai istri atau suami dengan sepenuh hati. Ketika sudah mempunyai anak, jangan bagi cinta kepada suami atau istri dan anak-anak dengan beberapa bagian tetapi cintailah suami-istri dan anak-anak dengan masing-masing sepenuh hati. Ketika ekonomi keluarga belum membaik, yakinlah bahwa pintu rizki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami istri kepada Allah Swt. Ketika ekonomi sudah membaik, jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi ketika menderita (justru godaan banyak terjadi disini, ketika hidup susah, suami selalu setia



 

 

2.6

namun ketika sudah hidup mapan dan bahkan lebih dari cukup, suami sering melirik yang lain dan bahkan berbagi cinta dengan wanita yang lain) Jika anda adalah suami, boleh bermanja-manja bahkan bersifat kekanak-kanakan kepada istri dan segeralah bangkit menjadi pria perkasa secara bertanggung-jawab ketika istri membutuhkan pertolongan. Jika anda seorang istri, tetaplah anda berlaku elok, tampil cantik dan gemulai serta lemah lembut, tetapi harus selalu siap menyeleaikan semua pekerjaan dengan sukses. Ketika mendidik anak, jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak. Jika anda wanita, ketika ada PIL, jangan diminum, cukuplah suami anda yang menjadi “obat”. Jika anda lelaki, ketika ada WIL, jangan pernah ajak berlayar sebiduk berdua ke samudra cinta, cukuplah istri anda sebagai pelabuhan hati.

Faktor yang Berhubungan dengan pembentukan Keluarga Sakinah

Membina sebuah keluarga bahagia dalam rumahtangga bukanlah suatuperkara yang mudah. Terdapat banyak faktor yang mendorong pasangan suami istri boleh membentuk keluarga bahagia yang diredhai Allah SWT. Antara faktor-faktor yang dinyatakan dalam kajian ini ialah faktor suami istri, faktor keilmuan, faktor hubungan ahli kerabat, dan faktor ekonomi. 1. a.

Faktor Suami Istri

Suami istri merupakan tunjang utama dalam pembentukan sebuah keluarga bahagia. Damainya sebuah institusi perkawinan itu bergantung kepada hubungan dan peranan suami istri untuk membentuk keluarga masing-masing. Ibu bapak atau ketua keluarga perlu memainkan peranan terutamanya saling hormat-menghormati di antara satu sama lain karena anak-anak akan mudah terpengaruh dengan tingkah laku mereka. Walaupun ketenteraman rumahtangga tanpa krisis dan kesepahaman merupakan ateri penyumbang kepada kebahagiaan rumahtangga, tetapi tanggung jawab suami istri seharusnya tidak ditepikan. Suami istri perlu menjalankan tanggungjawab sebagai suami, istri, dan tanggung jawab bersama. Suami merupakan ketua keluarga yang memainkan peranan paling penting untuk membentuk sebuah keluarga bahagia. Suami yang bahagia ialah suami yang sanggup berkorban dan berusaha untuk kepentingan keluarga dan rumah tangga yaitu memberi makan makanan yang baik untuk anak-anak dan istri, menjaga hak istri, memberi pakaian yang bersesuaian dengan pakaian Islam, mendidik anak-anak dan istri dengan didikan Islam yang benar serta memberi tempat perlindungan. Istri solehah ialah istri yang tahu menjaga hak suami, harta suami, anak-anak, menjaga maruah diri dan juga maruah suami serta membantu menjalankan urusan keluarga dengan sifat ikhlas, jujur, bertimbang rasa, amanah, dan bertanggungjawab. Tanggungjawab istri terhadap ahli keluarganya amatlah besar dan ia hendaklah taat terhadap segala perintah suaminya selagi tidak bertentangan dengan larangan Allah.

1. b.

Faktor Keilmuan

Membentuk sebuah keluarga bahagia bukanlah bergantung kepada pengalaman semata-mata. Setiap pasangan hendaklah mempunyai ilmu pengetahuan yang kukuh dalam semua aspek dan bukannya hanya mengutamakan ilmu perkawinan semata-mata. Pasangan perlu memahirkan diri dalam pelbagai bidang ilmu antaranya ilmu ekonomi, ateri, akhlak, ibadah dan sebagainya. Ilmu pengetahuan mampu menyelesaikan segala masalah yang melanda dalam rumahtangga secara rasionalnya. Membina sebuah keluarga bahagia dengan asas yang kukuh terutamanya dengan pengetahuan keagamaan dapat menjadikan individu berfikir, dan bertindak sesuai dengan fitrah insaniah yang diberikan oleh Allah SWT. Keluarga Islam harus selalu meningkatkan kualiti pemikiran Islam yang sebenarnya sesuai dengan perubahan zaman. 1. c.

Faktor Ahli Kerabat

Setiap pasangan yang telah berkahwin perlu menyesuaikan diri dengan keadaan ahli keluarga pasangan masing-masing. Perkara ini sangat penting supaya tidak berlaku salah faham yang boleh mengeruhkan keharmonian rumahtangga yang baru ingin dibina. Asas yang paling utama ialah mengadakan hubungan yang erat dengan ibu bapa kedua-dua belah pihak. Al-Imam al-Nawawi menjelaskan bahwa selain ibu bapak, seorang anak juga perlu menjaga hubungan kekeluargaan dengan kerabat-kerabat sebelah ibu dan bapak. Al-Nawawi menjelaskan bahwa seorang anak berbakti kepada ibu bapaknya jika dia menjaga hubungan yang baik dengan kerabat-kerabat mereka (Kamarul Azmi Jasmi, 2004 : 11). Islam juga turut menggalakkan supaya diutamakan kaum kerabat terlebih dahulu sekiranya ingin memberikan sedekah kerana melalui cara ini ia akan dapat membantu mengeratkan hubungan kekeluargaan disamping mendapat ganjaran pahala bersedekah. 1. d.

Faktor Ekonomi

Pengurusan ekonomi dalam rumahtangga seharusnya tidak dipandang remeh oleh setiap pasangan. Menurut Dr. Johari bin Mat (1998: 12), kedudukan ekonomi yang tidak stabil menyebabkan masalah yang akan timbul dalam rumahtangga. Masalah akan terjadi jika suami tidak dapat ateri nafkah yang secukupnya, atau istri terlalu mementingkan aspek material di luar kemampuan suami atau keluarga. Sebaiknya, setiap keluarga harus mengukur kemampuan masing-masing agar jangan sampai aspek ekonomi rumahtangga sebagai sebab bergolaknya keluarga dan penghalang untuk membentuk sebuah keluarga bahagia. Suami istri sepatutnya bijak dalam menyusun, mengatur, dan merancang keuangan keluarga. Oleh karena itu, pasangan perlu merancang setiap perbelanjaan dan bukannya hanya mengikut tuntutan nafsu yang ingin memenuhi kehidupan aterial. Perbelanjaan tanpa perancangan menyebabkan kehidupan sentiasa terasa terhimpit. BAB III

KESIMPULAN Keluarga adalah satu institusi sosial karena keluarga menjadi penentu utama tentang apa jenis warga masyarakat. Apabila keluarga kukuh, maka masyarakat akan bersih dan kukuh. Namun apabila rapuh, maka rapuhlah masyarakat. Begitu pentingnya keluarga dalam menentukan kualitas masyarakat, sehingga dalam pembentukan sebuah keluarga harus benarbenar mengetahui pilar-pilar membangun sebuah keluarga. Mewujudkan keluarga sakinah adalah dambaan setiap manusia. keluarga sakinah ialah kondisi keluarga yang sangat ideal yang terbentuk berlandaskan Al-Quran dan Sunnah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kebendaan bukanlah sebagai ukuran untuk membentuk keluarga bahagia. Membangun keluarga sakinah tidaklah mudah, banyak yang mengalami kesulitan. Dasarnya, mereka harus mengetahui konsep-konsep membangun keluarga sakinah, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Memilih kriteria calon suami atau istri dengan tepat Dalam keluarga harus ada mawaddah dan rahmah Saling mengerti antara suami-istri Saling menerima Saling menghargai Saling mempercayai Suami-istri harus menjalankan kewajibanya masing-masing Suami istri harus menghindari pertikaian hubungan antara suami istri harus atas dasar saling membutuhkan Suami istri harus senantiasa menjaga makanan yang halal Suami istri harus menjaga aqidah yang benar

DAFTAR PUSTAKA http://www.pdfcoke.com/doc/3742938/LIMA-SYARAT-KELUARGA-SAKINAH http://syamsuri149.wordpress.com/2008/02/06/membangun-keluarga-sakinah/ http://www.slideshare.net/road_to_khilafah/menuju-keluarga-sakinah http://www.tentang-pernikahan.com/article/articleindex.php?aid=883 http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1835163-tips-keluarga-sakinah/ http://blog.belajarmenulis.com/memaknai-artikeluarga http://gusuwik.info/2009/03/11/training-keluarga-sakinah-mawaddah-wa-rahmah-samara/ http://mujahid.wordpress.com/2006/11/02/sakinah-mawaddah-wa-rahmah/

http://utheyabdullah.multiply.com/journal/item/31 http://mubarok-institute.blogspot.com/

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan hidayahNya akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Makalah ini membahas tentang keluarga sakinah yang kami beri judul : “MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH”. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyusunan makalah ini tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu ,penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh darikesempurnaan,oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan pada masa yang akan datang. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. http://www.peutuah.com/makalah-keluarga-sakinah/

APLIKASI MODEL HEALTH PROMOTION NOLA J. PENDER Posted on 24 Maret 2011 by andaners

APLIKASI MODEL HEALTH PROMOTION NOLA J. PENDER PADA KASUS IBU PRIMIPARA TRIMESTER III A. Gambaran Kasus Ny. M (25 th), G1 P0 A0, umur kehamilan 38-39 minggu. Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 90x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 37°C. Keadaan umum baik, penampilan rapi, gaya berjalan lordosis, mudah kelelahan dan kadang-kadang timbul his. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan. Nafsu makan baik, 3x sehari diselingi bubur dan susu, BB bertambah 11 kg dari sebelum hamil. BAB 1x sehari, BAK lebih sering terutama malam hari. Tidur 8 jam/hari, lelap dan bangun tampak segar. Riwayat menarche usia 13 th, siklus haid 30 hari selama 5-6 hari. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan data: TFU 3 jari dibawah prosesus xipoideus, bayi tunggal, pada fundus teraba bokong, presentasi kepala, kepala janin sudah masuk pintu atas panggul, punggung janin berada disebelah kanan ibu, DJJ 147x/menit.

Ny. M tinggal di rumah kontrakan bersama dengan suami yaitu Tn. W (27th) dan ibu Tn. W yaitu Ny. T (55th) yang sementara tinggal di rumah Tn. W untuk menemani Ny. W selama proses persalinan dan merawat bayinya. Keluarga Tn. W merupakan pasangan baru menikah dan dalam tahap mempersiapkan kelahiran anak pertama. Pernikahan mereka disetujui oleh kedua belah pihak keluarga dan janin yang dikandung merupakan anak yang sangat diharapkan. Dalam keluarga tidak ada penyakit keturunan. Pembuat keputusan tehadap permasalahan dalam keluarga diambil oleh Tn W, tetapi terdapat diskusi dalam keluarga tersebut. Norma budaya menganut budaya jawa tetapi tidak diterapkan dalam semua sisi kehidupan. Keluarga saling menyayangi dan komunikasi berjalan dengan baik. Jika ada keluarga yang sakit dibawa berobat ke Puskesmas. Selama kehamilan Ny. W memeriksakan kehamilan di bidan praktek. Stessor yang dialami saat ini adalah menghadapi persalinan, tidak mengetahui tandatanda persalinan dan bagaimana melahirkan nanti. Ny. W sering bertanya tentang kehamilannya kepada ibu mertuanya. Ny. W ingin mengetahui kondisi janinnya dan ingin mengetahui cara menghadapi proses persalinan nanti. B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Berdasarkan Model Promosi Kesehatan, perawat harus melakukan pengkajian komprehensif agar dapat mengembangkan rencana asuhan keperawatan. Pengkajian yang dilakukan oleh perawat adalah : a. Pengkajian karakteristik dan pengalaman individual yang meliputi pengkajian perilaku sebelumnya dan pengkajian faktor personal. Pengkajian perilaku sebelumnya meliputi pengalaman kehamilan sebelumnya. Hasil pengkajian ini menunjukkan ibu hamil pertama dengan usia kehamilan 38-39 minggu, belum ada pengalaman persalinan sebelumnya. Ibu tidak mengetahui tentang tanda-tanda persalinan. Ibu melakukan perawatan antenatal dengan memeriksakan kehamilannya di bidan praktek. Pengkajian faktor personal meliputi faktor biologis (usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, status pubertas, kapasitas aerobik, kekuatan, kecerdasan, keseimbangan), faktor psikologis (harga diri, motivasi diri, kompetensi personal, status kesehatan sebelumnya, definisi tentang kesehatan) dan faktor sosial budaya (ras, etnik, penyesuaian diri, status sosial ekonomi). Hasil pengkajian ini menunjukkan bahwa usia ibu 25 tahun, Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 90x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 37°C. Keadaan umum baik, penampilan rapi, gaya berjalan lordosis, mudah kelelahan dan kadang-kadang timbul his (braxton hicks). Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan. Nafsu makan baik, 3x sehari diselingi bubur dan susu, BB bertambah 11 kg dari sebelum hamil. BAB 1x sehari, BAK lebih sering terutama malam hari, ibu sulit untuk memulai tidur. Riwayat menarche usia 13 th, siklus haid 30 hari selama 5-6 hari. Ibu berasal dari betawi tetapi suami berasal dari jawa. Norma budaya menganut budaya jawa tetapi tidak diterapkan dalam semua sisi kehidupan. Keluarga saling menyayangi dan komunikasi

berjalan dengan baik. Suami Ny. M bekerja sebagai pegawai toko keramik dengan penghasilan rata-rata 1 juta perbulan. Keluarga dapat menyisihkan penghasilan untukpersiapan persalinan. b. Pengkajian perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap individu yang meliputi persepsi tentang manfaat tindakan, persepsi tentang hambatan tindakan, persepsi tentang kemampuan diri, aktivitas yang berhubungan dengan sikap, pengaruh interpersonal dan pengaruh situasional. Pengaruh interpersonal meliputi norma, dukungan sosial dan role model. Pengaruh interpersonal terutama berasal dari keluarga,kelompokdan tenaga kesehatan. Hasil pengkajian area ini menunjukkan bahwa c. Pengkajian mengenai hasil perilaku yang meliputi komitmen terhadap rencana tindakan, tuntutan yang mendesak dan adanya pilihan-pilihan yang lebih baik serta perilaku promosi kesehatan. 2. Diagnosa Keperawatan a. Masalah karakteristik dan pengalaman individual 1) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai tanda-tanda persalinan 2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan pada akhir kehamilan 3) Intolerans aktivitas berhubungan dengan meningkatnya berat badan dan perubahan pusat gravitasi 4) Nyeri berhubungan dengan kontraksi braxton hicks b. Masalah perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap individu 1) Penerimaan progresif terhadap kehadiran janin 2) Memulai fantasi tentang personality janin 3) Mengembangkan hubungan kerja yang langsung kepada dukungan saling menguntungkan selama kehamilan dan parenting 4) Mengenali saling ketergantungan antar anggota keluarga c. Masalah hasil perilaku 1) Memulai persiapan lingkungan bagi bayi baru lahir 2) Persiapan progresif terhadap persalinan

3) Membuat rencana persalinan untuk mengkomunikasikan keinginan personal terhadap pengalaman melahirkan 3. Intervensi a. Karakteristik dan pengalaman individual 1) Koping individu tidak efektif dapat diatasi dengan mendiskusikan tanda-tanda persalinan pasti/palsu (true labor dan false labor) yang meliputi frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi, pecahnya ketuban dan bloody show. 2) Gangguan pola tidur dapat diatasi dengan meyakinkan pada ibu bahwa gangguan tidur normal terjadi pada akhir kehamilan, mendiskusikan dan mendemontrasikan teknik relaksasi, effleurage, penggunaan bantal sebagai penyokong, mengajarkan mengenai posisi yang nyaman saat tidur, menganjurkan untuk mandi air hangat dan minum susu sebelum tidur serta mengeksplorasi suasana yang nyaman untuk memulai tidur (seperti kasur yang empuk, lampu dimatikan dan suasana hening). 3) Intolerans aktivitas dapat diatasi dengan mengajarkan postur tubuh yang baik, tidur dengan menggunakan banyak bantal, mengajarkan teknik bernapas, menganjurkan ibu untuk sering istirahat ketika melakukan aktivitas serta penggunaan alat bantu ketika beraktivitas. 4) Nyeri yang berhubungan dengan kontraksi braxton hicks dapat diatasi dengan mengkaji frekuensi, kekuatan dan keteraturan kontraksi untuk mengetahui apakah merupakan tanda persalinan pasti/palsu, meyakinkan ibu bahwa braxton hikcs merupakan kondisi yang normal saat kehamilan, menganjurkan ibu untuk berjalan/beraktivitas ketika braxton hicks, mengajarkan teknik pernapasan dan relaksasi serta menganjurkan ibu untuk miring ke kiri pada saat istirahat/tidur. b. Perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap individu 1) Penerimaan progresif terhadap kehadiran janin dapat ditingkatkan dengan menunjukkan bagian-bagian janin saat pemeriksaan abdomen, mengusahakan agar ibu dapat mendengar denyut jantung janin, reinforce hasil observasi ibu terhadap janin serta memberikan informasi mengenai karakteristik janin sesuai dengan umur kehamilan. 2) Memulai fantasi tentang personality janin dapat diintervensi dengan mengeksplorasi fantasi ibu dan meyakinkan bahwa berfantasi mengenai janin merupakan sesuatu yang normal. 3) Mengembangkan hubungan kerja yang langsung kepada dukungan saling menguntungkan selama kehamilan dan parenting dapat ditingkatkan dengan menganjurkan ibu untuk membagi perasaannya dengan suami, memberikan informasi mengenai kelas prenatal, memberikan reinforcement saat ibu sudah melakukan teknik pernapasan dan relaksasi yang benar serta memberikan informasi mengenai parenting.

4) Mengenali saling ketergantungan antar anggota keluarga dapat ditingkatkan dengan memberikan reinforcemet saat anggota keluarga saling berbagi perasaan dan mengembangkan cara supaya pasangan terlibat dalam kehamilan, persalinan dan bayi. c. Hasil perilaku 1) Memulai persiapan lingkungan bagi bayi baru lahir dapat ditingkatkan melalui pemberian informasi tentang jenis-jenis perlengkapan yang penting bagi bayi, bagaimana cara merawat bayi dan memberikan reinforcement terhadap persiapan yang telah dilakukan. 2) Persiapan progresif terhadap persalinan dapat ditingkatkan melalui pemberian informasi mengenai metode persalinan, mengajarkan teknik pernapasan dan relaksasi serta meminta ibu untuk mendemontrasikan dan mengoreksi teknik yang kurang benar. 3) Membuat rencana persalinan untuk mengkomunikasikan keinginan personal terhadap pengalaman melahirkan dapat ditingkatkan dengan mengekplorasi alternatif yang realistis terhadap pengalaman persalinan, memberikan reinforcment terhadap pembuatan keputusan dan mengkomunikasikan keinginan ibu kepada petugas kesehatan dimana ibu akan melahirkan. DAFTAR PUSTAKA Alligood, M.R. & Tomey, A. M. (2006). Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri : Mosby Stolte, K.M. (1996). Wellness nursing diagnosis for health promotion. Philadelphia: Lippincott Wong, D.L., & Perry, S.E. (1998). Maternal child nursing care. Missouri : Mosby http://andaners.wordpress.com/2011/03/24/aplikasi-model-health-promotion-nola-j-pender/

Rabu, 21 September 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASANGAAN BARU MENIKAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASANGAAN BARU MENIKAH

DISUSUN OLEH: DENI SETIYAWAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) KENDAL 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegitatan yang diberi via praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat : – Harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga – Tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya. – Perlu paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya Pengkajian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangnya. Pasangan baru (Keluarga baru menikah): Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk : 1.

Keluarga via perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.

2.

Mempersiapkan keluarga yang baru.

3.

Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari

4.

Belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah karena adanya ikatan hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang saling berinteraksi, memiliki peran masing masing dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Bailon & Maglaya). Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegitatan yang diberi via praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan

masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat : 1. Harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga. 2. Tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya. 3. Perlu paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya

Pengkajian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangnya.Tahun-tahun pertama menikah merupakan tahun-tahun adaptasi. Itu pendapat para pengamat dan komentator soal pernikahan dan keluarga. Orang umum menganggapnya sebagai masa bulan madu, menandakan romatisme, kesan akan manisnya hari-hari yang akan dilalui.

B. Tujuan 1.

Tujuan Umum Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada keluarga pasangan baru menikah

2.

Tujuan Khusus Untuk mengetahui pengertian kelurga pasangan baru menikah, tugas perkembangan keluarga pasangan baru menikah, pengkajian dan masalah pada keluarga pasangan baru menikah.

BAB II PEMBAHASAN Asuhan Keperawatan Keluarga Pasangan Baru Menikah dengan Masalah KB A. Pengertian

Whall (1986) dalam analisis konsep tentang keluarga sebagai unit yang perlu dirawat, ia mendefinisikan keluarga sebagai kelompok yang mengidentifikasikan diri dengan anggotanya yang terdiri dari dua individu atau lebih yang asosiasinya dicirikan oleh istilah-istilah khusus, yang boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga.

Family Service America (1984) mendefinisikan keluarga dalam suatu cara yang komprehensif, yaitu sebagai ”dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan keintiman”.

Hariyanto, 2005. keluarga menunjuk kepada dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatanikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

Friedman 1998, Keluarga adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dg keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing. Sedangkan Pasangan baru menikah adalah ketika seorang laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui pernikahan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.

B. Tahap – tahap psangan baru menikah Ø Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga via perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Mempersiapkan keluarga yang baru. Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari Belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan keluarga sendiri. Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluarga orangtuanya, mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok social pasangan

Ø Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah yang diharapkan

C. Masalah yang biasa dilakukan oleh pasangan baru menikah Ø

Tidak menghadapi masalah utang Ternyata, menurut data dari thenest.com, masalah keuangan adalah masalah paling utama yang dipermasalahkan oleh pasangan. Jika sudah menikah, maka ada baiknya Anda mengeluarkan dan mengutarakan semua masalah perutangan Anda, toh ia adalah pasangan Anda, tak ada yang perlu ditutup-tutupi, tetapi perlu dihadapi bersama. Kemudian, cobalah berhitung dan rencanakan keuangan Anda untuk ke depannya. Jika perlu, temui ahli perencana keuangan.

Ø Mengasingkan diri dari pertemanan Teman-teman adalah kunci sukses dari pernikahan. Jadi, jangan mengasingkan diri dari mereka. Jika teman-teman Anda yang lajang berkumpul, pastikan segalanya sudah dalam keadaan aman di rumah, lalu ikutlah pergi bersama mereka, tentu dengan seizin suami. Hanya karena Anda tidak ikutikutan flirting bersama pria di klub bukan berarti Anda tidak bisa menjadi teman yang suportif. Ø Tidak cukup seks Sebanyak 60 persen pasangan baru menikah yang mengikuti survei mengatakan bahwa kehidupan seks mereka berantakan. Alasan terbanyak, sibuk, tentunya. Namun, itu bukan alasan yang cukup untuk memadu kasih di atas ranjang bersama pasangan Anda, kan? Cobalah untuk menginisiasikan acara berhubungan intim dengan pasangan. Bahkan, kalau perlu, buat jadwalnya. Jika Anda mulai terbiasa untuk melakukannya, maka Anda akan makin menginginkannya, tak tertutup kemungkinan akan makin menyukainya juga. Ø Tidak menjaga tubuh Pernahkah Anda menyadari, biasanya orang-orang yang baru saja menikah akan terlihat lebih "makmur" dalam hal berat badan? Ya, entah mengapa, ini selalu terjadi. Mungkin karena kebiasaan minum atau makan di malam hari atau karena sibuk berlelah-lelahan pada malam hari sehingga pada pagi harinya jadi lebih semangat untuk sarapan dalam jumlah banyak. Wah, ini mesti diwaspadai. Sebaiknya Anda mulai memperbanyak agenda untuk berolahraga bersama pasangan. Tak ingin, kan, si dia merasa Anda tampil tak segar atau terlihat lebih tambun dari sebelum menikah? Ø Mertua dan ipar Lima puluh persen pasangan yang disurvei oleh thenest.com memiliki masalah dengan mertua dan ipar mereka. Cobalah untuk mengatur ekspektasi, seperti Anda akan datang berkunjung bersama p```````````````` akhirnya, ini akan kembali menghantui Anda.

Ø Pertengkaran tak penting Anda tahu, kadang hidup seatap dengan orang yang Anda pikir sudah Anda kenal bisa jadi hal yang sangat memusingkan. Cobalah untuk tidak mudah terpancing amarah. Namun, jika memang emosi marah sudah memuncak, ucapkan permisi, bilang bahwa Anda butuh waktu untuk sendiri dulu. Tenangkan diri Anda sejenak. Pastikan Anda dalam keadaan tenang dan kepala dingin saat ingin menyelesaikan masalah tadi. Saat emosi, pikiran Anda tidak tenang dan bisa saja mengucapkan hal-hal yang tak Anda maksudkan yang bisa saja malah memperburuk masalah. Ø Terobsesi dengan bayi Tentu, ingin memiliki bayi adalah langkah besar berikut dalam hidup setelah menikah. Namun, tenanglah, jangan terburu-buru dan menjadi terobsesi untuk memilikinya segera. Rata-rata, pasangan memiliki bayi dalam jangka waktu 3 tahun pernikahan mereka. Jadi, mengapa terburu-buru? Nikmati waktu Anda bersama pasangan, berlibur bersama, menikmati waktu tanpa perlu pusing memikirkan kerepotan akan keperluan bayi, dan lainnya. Toh, ketika Anda dalam keadaan rileks, kemungkinan untuk hadirnya momongan justru lebih besar.

D. Tugas Perkembangan Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri danü Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluargaükeluarga sendiri. orangtuanya, mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok social pasangan Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah yang diharapkan Tugas perkembangan keluarga baru menikah : 1.

Membina hubungan intim yang memuaskan.      

Akan menyiapkan kehidupan bersama yang baru Sumber- sumber dari dua orang yang digabungkan. Peran berubah. Fungsi baru diterima. Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan kepribadian yang mendasar. Saling mensesuaikan diri terhadap hal yang kecil yang bersifat rutinitas Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan terjadi apabila kedua pasangan saling menyesuaikan diri dan kecocokan dari kebutuhan dan minat pasangan.

Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis. Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan mengupayakan hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga besar lainnya. Loyalitas utama harus dirubah untuk kepentingan perkawinannya. 3. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB.

Masalah kesehatan yaitu penyesuaian seksual dan peran perkawinan. Perawat Perawat dalam Keluarga berencana Dalam keluarga berencana peran perawat adalah membantu pasangan untuk memilih metoda kontrasepsi yang tepat untuk digunakan sesuai dengan kondisi, kecendrungan, sosial budaya dan kepercayaan yang dianut oleh pasangan tersebut, oleh karena itu proses keperawatan lebih diarahkan kepada membantu pasangan memilih metode kontrasepsi itu sendiri.

Kegagalan penggunaan metode kontrasespsi terjadi disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita tersebut terhadap alat kontrasespsi itu sendiri sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis, psikologis, kehidupan sosilaL dan budaya terhadap kehamilan tersebut. maka disinilah letak peran perawat untuk memberikan pengetahuan yang tepat, sehingga hal di atas tidak terjadi. Pengkajian Karena masalah kontrasepsi merupakan suatu hal yang sensitif bagi wanita, maka dalam mengkaji hal ini perawat harus sangat memperhatikan privasi klien. Rendahkan suara ketika mengkaji untuk menigkatkan rasa nyaman klien dan pertahankan rasa percaya diri yang tinggi klien. Selain pengkajian umum (Identitas klien, Riwayat kesehatan, Riwayat obgyn), pengkajian khusus yang perlu kita lakukan untuk memenuhi peran sebagai edukator dalam pemilihan metode kontrasepsi yang tepat adalah: Pengetahuan klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi Pengkajian ini dilakukan dengan menanyakan kapan wanita tersebut berencana untuk memiliki anak. Kemudian tanyakan metoda apa yang sedang direncanakan akan dipakai oleh klien. Bila klien menyatakan satu jenis/metoda, perawat dapat menanyakan alasan penggunaan metoda tersebut. pertanyaan-pertanyaan ini akan mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi klien terkait dengan kontrasepsi yang digunakannya. 2. Pengetahuan tentang teknik penggunaan metoda kontrasepsi Dalam melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus dapat menentukan tingkat pengetahuan klien tentang teknik penggunaan kontrasepsi. Misalnya tanyakan tentang bagaimana klien tersebut memakai diafragma, kapan dan di mana spermisida dioleskan atau berapa kali dalam sehari klien tersebut harus mengkonsumsi pil KB dengan menggali tingkat pengetahuan klien, perawat dapat menentukan bila ada kesalahan persepsi dalam penggunaan yang akan menyebabkan tidak efektifnya alat kontrasepsi yang dipakai dan akan menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan. 3. Kenyamanan klien terhadap metoda kontrasepsi yang sedang dipakai. Dalam mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhan-keluhan klien terhadap efek samping dari kontrasepsi yang digunakannya. Dengarkan juga pernyataan klien tentang kenyamanannya menggunakan metoda kontrasepsi bulanan seperti suntik hormone dari pada pil keluarga berencana yang harus di konsumsi setiap hari. Keefektifan suatu metoda meningkat seiring dengan peningkatan kenyamanan klien dalam menggunakan metoda tersebut. 4. Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat

Jika klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi diskusikan tentang pilihan-pilihan yang cocok untuk digunakan. Kaji faktor-faktor yang dapat membantu pemilihan metode terbaik seperti riwayat kesehatan dahulu klien yang merupakan kontraindikasi dari metoda kontrasepsi, riwayat obstetric, budaya dan kepercayaan serta keinginan untuk mencegah kehamilan.

Adapun kontraindikasi penggunaan metoda kontrasepsi yang berkaitan dengan riwayat kesehatan adalah a. Kontrasepsi oral 1) Pil keluarga berencana terpadu Riwayat TBC, kejang, kanker payudara, benjolan payudara, telat haid, hamil, pendarahan abnormal, hepatitis, penyakit jantung, tromboplebitis. Untuk wanita perokok, usia lebih dari 35th, pengidap DM, epilepsy, dan penderita hipertensi tidak dianjurkan menggunakan pil keluarga berencana. 2) Mini Pil Mini pil ini sebaiknya tidak digunakan pada wanita yang harus menghindari segala jenis metoda hormonal, atau yang mejalani pengobatan kejang b. Kontrasepsi Hormonal 1) Hormone Implant Kanker/benjolan keras di payudara, terlambat haid, hamil, perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya, penyakit jantung dan keinginan untuk hamil kurang dari lima tahun. 2) Hormone Injeksi Suntikan terpadu tidak boleh diberikan pada wanita dalam masa menyusui. c. Kontrasepsi Mekanik 1) Diafragma dan kap servik Diafragma dan kap servik tidak dipakai pada wanita dengan riwayat alergi lateks dan riwayat toksik shock syndrome. 2) IUD Hamil atau kemungkinan hamil, resiko tinggi terkena penyakit yang menular lewat hubungan seks, riwayat infeksi alat reproduksi, infeksi sesudah persalinan/aborsi, kehamilan ektopik, metroragia dismenorhea, anemia dan belum pernah hamil, mola. d. Kontrasepsi Mantap Kontrasepsi ini tidak ada kontraindikasinya, karena sifatnya permanen. Digunakan bagi pasangan yang sudah tidak ingin atau sudah tidak memungkinkan untuk mempunyai anak Analisa Data

Kurang pengetahuan tentang keluarga berencana merupakan penyebab tersering dari gangguan fisik, psikologis dan social dalam kaitannya dengan kehamilan yang tidak direncanakan.

E. Pengkajian Keperawatan Tahap yg perlu dilakukan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Bhsp Perkenalkan Jelaskan tujuan kunjungan Berfokus terhadap siklus kehidupan keluarga Riwayat keluarga sejak lahir Kaji stress yang menimpa keluarga dan masalah yang actual potensial Perkembangan keluarga saat ini Tanyakan pengalaman-pengalaman dan tugas-tugas umum, bagaimana hasil tersebut dicapai, dirasakan. Tanyakan hubungan di masa lalu dan sekarang dengan orientasi keluarga mereka dan bentuk kehidupannya àMmemberi Perawat : pemahaman tentang mereka selama tahun-tahun pertumbuhan mereka. 11. Sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangannya 12. Gali riwayat keluarga : pertemuan pertama pasangan, hubungan sebelum menikah, halanganhalangan terhadap perkawinannya, respon terhadap perkawinannya,

F. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang mungkin berdasarkan pengkajian dan data adalah Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi. Sedangkan diagnosa keperawatan lain yang dapat timbul yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.

Resiko konflik pengambilan keputusan b.d alternatif kontrasepsi Rasa takut b.d efek samping kontrasepsi Resiko tinggi infeksi b.d kondisi aktif secara seksual dan penggunaan metoda kontrasepsi Resiko tinggi perubahan pola seksualitas b.d takut hamil Distress spiritual b.d ketidakcocokan keyakinan agama atau budaya dengan metoda kontrasepsi yang dipilih Rencana Intervensi

G. Intervensi Keperawatan 1.

Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.

1.

Kriteria hasil

Setelah dilakukan intervensi, pasangan akan :    

Menjabarkan dengan benar tentang cara penggunaan metoda kontrasepsi yang dipilih dan pemecahan masalahnya Dapat menjelaskan tentang efek samping dan komplikasi dari metoda kontrasepsi yang dipilih. Melaporkan adanya kepuasan terhadap metoda kontrasepsi yang dipilih. Menggambarkan metoda lain yang dapat dipakai dan memilih salah satu dari metoda tersebut bila pasangan inggin mengganti metode kontrasepsi.

b. Intervensi 1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberika informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah. 2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan, mengidentfikasi sumber – sumber yang dimiliki keluarga dan mendiskusikan tentang konsukensi tiap tindakan. 3)

Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakait dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan perawatan Intervensi secara umum yang bias dilakukan perawat

·

Tujuannya adalah untuk membantu keluarga dan anggotanya bergerak ke arah penyelesaian tugas-tugas perkembangan individu dan keluarga.

·

Penguasaan satu kumpulan tugas-tugas perkembangan keluarga memunginkan keluarga bergerak maju ke arah tahap perkembangan berikutnya.

·

Jika tugas-tugas perkembang keluarga tidak terpenuhi maka keluarga disfungsional.

·

Memberikan penyuluhan kepada keluarga mengenai proses perkembangan keluarga.

·

Membantu keluarga mencapai dan mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan dan pertumbuhan pribadi dari anggota keluarga secara individual dan fungsi yang optimum ( kebutuhan pertumbuhan keluarga).

·

Membimbing antisipasi & penyuluhan untuk mencapai tujuan prevensi primer.

·

Membantu keluarga mengantisipasi dan melewati transisi normatif yang beda dalam kehidupan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA Agustiansyah Tri Aan. 2009.Asuhan Keperawatan Keluarga Pasangan Baru Menikah dengan Masalah KB. Nursing is a perfect Proffesion. ( http://ners86.wordpress.com di akses pada 24 Oktober 2010) www.nusaindah.tripod.com www.olx.co.id Http://yudhim.blogspot.com/2008/02/ http://lphalusinasi.blogspot.com/2011/09/asuhan-keperawatan-pada-pasangaan-baru.html

Related Documents


More Documents from "nanngharimukti"