BAB I PENDAHULUAN appendiks disebut juga umbai cacing, istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus buntu sebenarnya sekum . organ yang tidak diketauhui fungsinya ini sering menimbulkan masalah kesehatan. peradangan akut appendiks memerlukan tindak bedah segerah untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. Apendisitis akut adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendik dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor, diantaranya adalah hiperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan. Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju dibandingkan dengan negara berkembang. Namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan oleh perubahan pola makan. Menurut data epidemiologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita, sedangkan meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal usia 20-an, dan angka ini menurun pada usia menjelang dewasa. Insiden apendisitis memiliki rasio yang sama antara wanita dan laki-laki pada masa prapubertas. Sedangkan pada masa remaja dan dewasa muda rasionya menjadi 3:2.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI appendicitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebabkan abdomen akut yang paling sering. penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10-30 tahun. Tipe apendisitis: 1. Apendisitis akut (mendadak). Gejala apendisitis akut adalah demam, mual-muntah, penurunan nafsu makan, nyeri sekitar pusar yang kemudian terlokalisasi di perut kanan bawah, nyeri bertambah untuk berjalan, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja. 2. Apendisitis kronik. Gejala apendisitis kronis sedikit mirip dengan sakit asam lambung dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut. Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak apendiks itu sendiri terhadap usus besar, Apabila ujung apendiks menyentuh saluran kemih, nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi apendiks ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik
2.2 ANATOMI appendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal . namun demikian, pada bayi, appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya, keadaan ini menjadi sebab rendah nya insidens appendisitis terletak di introperitoneal. kedudukan itu memungkinkan appendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoappendiks penggantungnya. pada kasus selebihnya, appendiks terletak retroperitoneal, yaitu dibelakang sekum, dibelakang kolon ascendens, atau di tepi lateral kolon ascendens. gejala klinis appendisitis di tentukan oleh letak appendiks. pendarahan appendiks bersal darah a. appendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral, jika arteri ini tersumbat, misalnya karena thrombosis pada infeksi, appendiks akan mengalami ganggren. Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir dicurahkan ke caecum. Jika terjadi hambatan,
maka
akan
terjadi
Lymphoid
Tisuue)
yang
terdapat
apendisitis pada
akut.
apendiks
GALT
menghasilkan
(
Gut
Ig-A.
Assoiated
Namun
jika
apendiks diangkat, tidak ada mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlahnya yang sedikit sekali.
2.3 PATOFISIOLOGI appendicitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma obtruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan, makin lama mukus makin banyak, namun elastisitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekana intralumen, tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri,dan ulserasi mukosa. pad saat inilah terjadi appendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat, hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. peradangan yang timbul meluas dan mengenai setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. keadaan ini disebut dengan appendicitis superatif akut. bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding appendiks yang diikuti dengan ganggren. stadium ini disebut dengan appendisitis gangrenosa, bila dinding yang telah rapuh itu pecah akan terjadi appendisitis perforasi. bila semua proses diatas berjalan lambat, omemtum dan usus yang berdekatan akan bergerak kea rah apendiks hingga timbul suatu massa local yang disebut infiltrate apendikularis, peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang , dinding apendiks lebih tipis. keadaan tersebut ditambahdengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memeudahkan terjadinya perforasi. sedangkan pada orang tua perforasi medah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah. 2.4 PERJALANAN APENDISITIS Apendisitis akut fokal (peradangan lokal) ↓ Apendisitis supuratif (pembentukan nanah) ↓ Apendisitis Gangrenosa (kematian jaringan apendiks) ↓ Perforasi (bocornya dinding apendiks ) ↓ Peritonitis (peradangan lapisan rongga perut); sangat berbahaya, dan mengancam jiwa
ETIOLOGI APPENDISITIS AKUT Apendisitis akut disebabkan oleh proses radang bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus. Ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya :
Faktor Obstruksi sumbtan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus hyperplasia jaringan limfe, fekalit,tumor appendiks, benda asing, cacing askaris.
Faktor Bakteri Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis akut.
Bakteri
yang ditemukan biasanya E.hstolica, Bacteriodes fragililis, Splanchicus, Lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus.
2.5 PATOLOGI patologi apendicitis dapat mulai di mukosa dan kemudian melibatkan seluruh lapisan dinding appendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. usaha pertahanan tubuh adalah membatasi proses radang dengan menutup appendiks, engan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa periappendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat appendiks. didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan yang berupa abses, appensitis akan sembuh dan massa periapendukuler akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secara lambat. apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah. pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai mengalami eksaserbasi akut.
2.6 GAMBARAN KLINIS apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat,disertai maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal, gejala klasik apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral dia daerah epigastrium di sekitar umbilicus, keluhan ini sering disertai dnegan mual, kadang ada muntah, umumnya nafsu makan menurun, dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik McBurney. disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknyasehingga merupakan nyeri somatik setempat, kadang tidaka ada nyeri di epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar, tindakan itu dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. bila terdapat perangsangan peritoneum,, biasanya pasien mengeluh sakit perut bila berjalan atau batuk. bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, karena letanya terlindung oleh sekum, tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. rasa nyeri lebih kearah perut sisi kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan karena kontraksi m. psoas mayor yang menegang dari dorsal. apendiks yang terletak di rongga pelvis, bila meradang dapat menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rectum sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rectum akan menjadi lebih cepatdan berulang-ulang. jika apendiks tadi menempel ke kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kencing, karena rangsangan dindingnya. gejala apendisitis akut pada anak tidak spesifik, gejala awalnya sering hanya rewel dan tidak mau makan, anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. dalam beberapa jam kemudian akan timbul muntah-muntah dan anak menjadi lemah dan letargik, karena gejala tidak khas tadi, sering apendisitis baru diketauhui setelah perforasi.
pada beberapa keadaan, apendisitis agak sulit di diagnosis sehingga tidak ditangani pada waktunya dan terjadi komplikasi, misalnya, pada orang berusia lanjut yang gejala bering samarsamar saja sehingga lebih dari separuh penderita baru dapat di diagnosa setelah perforasi. pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual, dan muntah, yang pernah di perhatikan ialah, pada kehamilan trimester pertama sering juga terjadi mual muntah. pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral sehinggakeluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke region lumbal kanan .
2.7 PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi - Tidak ditemukan gambaran spesifik. - Kembung sering terlihat pada komplikasi perforasi. - Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massaa atau abses periapendikuler. - Tampak perut kanan bawah tertinggal pada pernafasan
Palpasi - nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri tekan lepas. -
defans
muscular
menunjukkan
adanya
rangsangan
peritoneum
- pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk adanya rasa nyeri.
Perkusi - pekak hati menghilang jika terjadi perforasi usus.
Auskultasi
parietale. menentukan
- biasanya normal - peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata
2.8 PEMERIKSAAN KLINIS demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5- 38,5 oc. bila suhu tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rectal 1 oc. pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spesifik, kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi, penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses peripendikuler. pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri lepas . defans muskuler menunjukan adanya rangsangan peritoneum parietale, nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosis. pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri nyeri perut kanan bawah yang disebut tanda rovsing. pada pendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palapasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri. karena terjadi pergeseran sekum ke kraniolaterodarsal oleh uterus, keluhan nyeri pada apendisitis sewaktu hamil trimester II dan III akan bergeser ke kanan sampai ke pinggang kanan. tanda pada kehamilan trimester I tidak berbeda dengan pada orang tidak hamil karena itu perlu dibedakan apakah keluhan nyeri berasal dari uterus atau apendiks. karena itu harus dibedakan apakah nyeri berasal dari uterus atau apendiks, bila penderita miring kekiri, nyeri akan berpindah sesuai dengan pergeseran uterus, terbukti proses bukan berasal dari apendiks. peristaltic usus sering normal, peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata.
Rectal Toucher pada rectal toucher menyebabkan neri bila daerah infeksi dapat dicapai denga jari telunjuk, misalnya pada apendisitis pelvika, pada apendisitis pelvika, tanda perut sering meragukan maka kunci diagnosis adalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan rectal toucher, akan di dapatkan : -
nyeri tekan positif pada arah jam 9-11 pada yang mengalami komplikasi, ampula teraba distensi/ cenderung kolaps.
pada anak-anak, tidak di perlukan rectal toucher, karena apendiksnya berbentuk konus dan pendek. Pemeriksaan tambahan ( pemeriksaan Khusus) 1. rovsing’s Sign dengan cara penekanan pada kuadran kiri bawah menyebabkan refleks nyeri pada daerah kuadran kanan bawah.
2. Psoas Sign mengindifikasikan adanya iritasi ke muskulus psoas. tes ini dilakukan dengan rangsangan otot psoas dengan hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha ditahan. tes ini dilakukan dengan cara pasien terlentang. secara
perlahan tungkai kanan pasien diekstensikan kearah kiri paien sehingga menyebabkan peregangan m. psoa. rasa nyeri pada maneuver ini menandakan tes positif. 3. Obturator sign dilakukan untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak dengan m. obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil. gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang akan menimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika. positif dari nyeri hipogastrik pada peregangan m. obturator internus yang menandakan iritasi pada daerah tersebut. tes dilakukan dengan cara asien berbaring terlentang, tungkai kana difleksikan dan dilakukan rotasi interna secara pasif. 4. Alvarado Score Characteristic
Score
M = Migration of pain to the RLQ 1 A = Anorexia
1
N = Nausea and vomiting
1
T = Tenderness in RLQ
2
R = Rebound pain
1
E = Elevated temperature
1
L = Leukocytosis
2
S = Shift of WBC to the left
1
Total
10
Dinyatakan appendisitis akut bila skor > 7 poin
2.9 Pemeriksaaan Penunjang pada apendisitis akut tanpa komplikasi , pemeriksaan laboratorium menemukan leukositosis (10.000 -18.000/mm3) dengan peningkatan PMN jika leukosit > 18.000, dengan adanya shift to the left, harus dipikirkan telah terjadi perforasi atau penyakit lain.
Poto Polos Abdomen dapat membantu dalam mendiagnosis apendisitis akut, tetapi gambaran radiologis yang didiapatkan kadang tidak sesifik dan harus di interrestasikan dengan baik beberapa petunjuk dalam menilai poto polos abdomen, menurut Brooks dan Killen (1965) 1. adanya fluid level yang terlokalisir dalam sekum dan ileum terminal, menandakan suatu imflamasi lokal pada abdomen kanan bawah 2. ileus yang terlokalisir dengan gas didalam sekum, kolon ascenden dan ileum terminal. 3. garis panggul kanan yang tidak jelas (kabur), dimana garis radioluscen timbul akibat adanya lemak diantara peritoneum dan m. tranversum abdominis. 4. bertambahnya densitas jaringan lunak pada kuadran kanan bawah 5. adanya fekalit pada fossa iliaka kanan 6. bayangan psoasyang tidak jelas (kabur) pada sisi kanan 7. terisinya apendiks oleh gas 8. adanya bayangan udara bebas intraperitoneum 9. adanya deformitas bayangan gas sekum karena berdekatan dengan massa yang meradang ( hal inisulit diinterprestasikan, karena mungkin terganggu oleh gas sekal dan cairan intraluminal atau feses
Ultrasonografi dapat
membantu
dalam
menegakkan
diagnosis
ditujukandengan
pembesaran
diameterterluar lebih dari 6 mm, tidak tertekan, berkurangnya peristaltik ataupun akumulasi cairan disekitar periapendikal. apendiks yang meradang dapat ditunjukkan secara tepat pada 86% kasus, sehingga dapat menurunkan appendektomi yang tidak perlu sekitar 7 % dan penunddan operasi yang lebih dari 6 jam, sebanyak 2%. USG menunjukkan sensitifitasnya 75%, sensitifitasnya 100% . laparoskopi dapat digunakan sebagai alat diagnostik, sekaligus terapi. alat ini dapat membedakan kelainan ginekologis dan ileitis dengan apendisitis. bila diagnosis apendisitis akut dapat ditegakkan, maka dapat langsung dilakukan appendektomi per laparoskopi.
CT Scan dapat digunakan untuk diagnosis apendisitis . pada CT Scan appendiks yang mengalami inflamasi tampak berdilatasi (lebih besar dari 5 cm ) dan dindingnya lebih tipis. fekalit dapat mudah dilihat, tetapi kehadiranya tidak patognomonis pada diagnosis appendicitis.
2.10 Diagnosis meskipun pemeriksaaan dilakukan dengan cermat dan teliti,diagnosis klinis apendisitis akut masih mungkin salah pada sekitar 15-20 % kasus. kesalahan diagnosis lebih sering pada perempuan di banding laki-laki. hal ini dapat disadari mengingat pada perempuan terutama yang masih muda sering timbul gangguan yang mirip apendisitis akut. keluhan itu berasal dari genitalia internia karena ovulasi, menstruasi, radang di pelvis, atau penyakit ginekologik lain.
untuk menegakkan diagnosis appendicitis akut didahului dengan anamnesis yang lengkap diikuti dengan pemeriksaan fisik dan diperkuat dengan pemeriksaan penunjang.
2.11 Diagnosis Banding terdapat banyak penyakit akut abdomen yang mempunyai tanda dan gejala yang mirip dengan appendicitis akut : -
Gastroentiritis pada gastroenteritis, mual, muntah dan diare mendahului rasa sakit, perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperitalsis sring ditemuka. panas dan leukositosis kurang menonjonl dibandingkan apendisitis akut.
-
Demam Dengue demam dengue dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. disini di dapatkan hasil tes positif untuk rumple leede, terutama kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan perut samar, terutama kanan.
-
Limfadenitis Mesentrika Limfadenitis mesentrica yang biasanya di dahului oleh enteritis atau gastroenteritis, ditandai dengan nyeri perut, terutama kanan disertai dengan perasaan mual , nyeri tekan perut samar terutama kanan.
- Kelainan ovulasi folikel ovarium yang pecah ( ovulasi )mungkin memberikan nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi . pada anamnesis, nyeri yang sama pernah timbul
lebih dahulu. tidak ada tanda radang, dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam, tetapi mungkin dapat mengganggu selam dua hari. - Infeksi Panggul Salfingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. suhu biasanya lebih tinggi dari pada appendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih difus, infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan dan infeksi urin, pada colok vagina, akan timbul nyeri hebat di panggul jika uterus diayunkan, pada gadis dapat dilakukan colok dubur bila perlu untuk diagnosis banding - kista ovariumterpuntir timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut ,colok vaginal atau colok rectal. tidak terdapat demam. pemeriksaan USG dapat menentukan diagnosis. - Endomentriasis eksterna endometrium di luar rahim akan memeberikan keluhan nyeri ditrempat endometriosis berada, dan darh menstruasi terkumpul ditempat itu karena tidak ada jalan keluar. - urolitiasis pielium/ ureter kanan. batu ureter atau batu ginjal kanan. adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas. eritrosituria sering ditemukan. poto perut polos atau urogafi intra vena dapat menyakinkan penyakit tersebut.pielonefritis sering disertai dengan demam tinggi, menggigil, nyeri kostovetebral disebelah kanan, dan piuria. - penyakit saluran verna lainnya
penyakit lain yang perlu dipikirkan adalah peradangan diperut, seperti diverticulitis meckel, perforasi tukak duodenum atau colon, obtruksi usus awal, perforasi colon, demam tipoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel appendiks. - kehamilan diluar kandungan hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu. jika ada rupture tuba atau abortus kehamilan diluar rahim dengan pendarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus diaerah pelvis, dan mungkin terjadi syok hipopilemik. pada pemeriksaan vaginal didapatkan nyeri penonjolan rongga douglas dan pada kuldosentesis didapat darah.
2.12 Komplikasi komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi. baik berupa perforasi bebas maupun perforasi pada appendiks yang telah mengalami perdindingan sehingga berupa massa yang terdiri atas kumpulan appendiks, sekum, dan lekuk usus halus komplikasi apendisitis akut diantaranya : - appendisitis abses - appensitis perforate - appendisitis kronis 2.13 Penatalaksanaan terapi pilhan satu-satunya : pembedahan ( appendiktomi) pada appendicitis dengan abses atau phlegmon, dianjurkan untuk drainase abses dan appendektomi di lakukan 6-10 minggu kemudian.
pada appendicitis dengan perforasi perlu dilakukan laparotomi, sebelum pembedahan perlu dilakukan perbaikan keadaan umum dengan infus, pemberia antibiotik untuk kuman gram negatif dan positif serta kuman anaerob, dan pemasangan pipa nasogastrik.
BAB III KESIMPULAN -
appendicitis
adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan
penyebabkan abdomen akut yang paling sering. penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10-30 tahun. -
Apendisitis akut disebabkan oleh proses radang bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus. Ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya faktor obstruksi dan faktor bakteri
-
apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat,disertai maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal, gejala klasik apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral dia daerah epigastrium di sekitar umbilicus, keluhan ini sering disertai dnegan mual, kadang ada muntah, umumnya nafsu makan menurun, dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah
-
Gambaran klinis pada apendisitis akut yaitu : Tanda awal nyeri di epigastrium atau regio umbilicus disertai mual dan anorexia. Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 - 38,5C. Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi.
Nyeri berpindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal di titik Mc Burney, nyeri tekan, nyeri lepas dan adanya defans muskuler. Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsing’s Sign) nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg’s Sign) batuk atau mengedan -
Dalam mendiagnosa appendisitis diperlukan macam metode yaitu : pemeriksaan fisik , pemeriksaan laboratorium, USG, CT Scan, Rontgen.
DAFTAR PUSTAKA 1. Sjamsuhidjat. R, De jong. W, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2 ,EGC ; Jakarta .2004 2. Arif Mansjour. dkk .kapita Selekta Kedokteran, FKUI Edisi 2 ; Jakarta 2000 hal. 307 3. tek, J.k, refrat Appensitis, Sub Bagian bedah Digestif , FK UNPAD – RSHS ; bandung 2005 4 Dorland, Newman WA. Kamus Kedokteran , Edisi 29 Alih Bahasa ; Andi Setiawan et al ; Jakarta EGC, 2002