KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya maka saya boleh menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HYDROCEPHALUS” dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penulisan makalah ini tentunya saya berterima kasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah ini yaitu Ibu Anastasia Muku,S.ST yang telah membimbing,memeotivasi dan mendampingi saya dalam pembelajaran. Dalam penulisan makalah ini saya telah berusaha semaksimal mungkin dengan
mencurahkan
segenap
kemampuan,waktu
dan
tenaga
untuk
menyelesaikannya.Namun demikian saya menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan.Untuk itu di harapkan adanya saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini lebih sempurna,dapat di terima dan bermanfaat bagi kita semua.
Maumere, April 2016
Penulis
1
DAFTAR ISI Kata Pengantar.............................................................................................. i Daftar Isi…………………………………………………………………… ii BAB I. Pendahuluan……………………………………………………….. 1 Latar Belakang…………………………………………………………
1
Tujuan Penulisan………………………………………………………
1
Tujuan Umum………………………………………………………….
1
Tujuan Khusus…………………………………………………………
1
BAB II. Tinjauan Teoritis………………………………………………….. 2 A. Konsep Dasar Medis Hydrocephalus…….………………………
3
1.
Pengertian……………………………………………………… 3
2.
Etiologi………………………………………………………… 4
3.
Manifestasi Klinis. …………………………………………….. 5
4.
Patofisiologi…….……………………………………………… 6
5.
Pemeriksaan Penunjang ……………………………………….. 6
6.
Komplikasi……………………………………………………… 6
7.
Penatalaksanaan………………………………………………
7
8.
Health Education (HE)………………………………………..
8
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hydrocephalus………...……
10
1.
Pengkajian Keperawatan……………………………………… . 10
2.
Diagnosa keperawatn…………………………………………… 12
3.
Intervensi Keperawatan………………………………………… 12
4.
Implementasi Keperawatan………………………………………17
5.
Evaluasi Keperawatan……………………………………………17
BAB III. Penutup………………………………………………………….
18
3.1. Kesimpulan…………………………………………………………… 18 3.2.Saran…………………………………………………………………… 18 REFERENSI……….……………………………………………………
2
19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari semua kelainan konginetal.Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan. Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial. Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus. Mahasiswa keperawatan perlu mempelajari cara mencegah dan menanggulangi masalah hidrosefalus dengan student center learning berupa pembuatan makalah dan diskusi antar teman di kelas. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Agar mahasiswa mampu memahami Konsep Dasar Medis dan Konsep Asuhan Keperawatan pada anak dengan Hydrocephalus. 2. Tujuan Khusus Setelah dilakukan pembahasan tentang Hydrocephalus diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang: a. Teori penyakit Hydrocephalus yang terdiri dari : 1) Menyebutkan Pengertian Hydrocephalus 2) Menyebutkan Etiologi Hydrocephalus 3) Menjelaskan Patofisiologi Hydrocephalus 4) Menyebutkan Manifestasi klinis Hydrocephalus
3
5) Menyebutkan Pemeriksaan penunjang Hydrocephalus 6) Menjelaskan Penatalaksanaan Hydrocephalus 7) Menyebutkan Komplikasi Hydrocephalus 8) Menjelaskan Health Education (HE) Hydrocephalus b. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hydrocephalus 1) Menjelaskan pengkajian keperawatan
pada
pasien dengan
Hydrocephalus 2) Menjelaskan
diagnosa
keperawatan
pada
pasien
dengan
intervensi
keperawatan
pada
pasien
dengan
Hydrocephalus 3) Menjelaskan Hydrocephalus 4) Mejelaskan implementasi keperawatan pada pasien dengan Hydrocephalus 5) Menjelaskan
evaluasi
keperawatan
Hydrocephalus
4
pada
pasien
dengan
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. KONSEP DASAR TEORI. 1. Pengertian. a.
Hidrosefalus adalah : keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal (CSS) dan dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS. (Ngastiyah,1997l ;262).
b. Hidrosefalus adalah : suatu keadaan patologis otak yang dapat mengakibatkan gangguan dari cairan serebrospinalis yang berubah menjadi banyak, disebabkan oleh karena obstruksi aliran cairan serebrospinalis (CSS), gangguan observasi dan atau produksi cairan serebrospinalis yang sangat berlebihan.(Asis Alimul Hidayat,2006;93) c.
Hidrosefalus adalah jumlah cairan serebrospinal (CSS) dalam rongga serebrospinal yang berlebihan dapat meningkatakan tekanan sehingga dapat merusak jaringan saraf. (Mustakim Arif,1998;23)
5
Pembagian Hidrosefalus: a. Hidrosefalus kommunikans. Obstruksi terdapat diluar sistim ventrikel atau tanpa penyumbatan sistim ventrikel. b. Hidrosefalus non kommunikans. Obstruksi terdapat didalam sistim ventrikel. 2. Etiologi. Proses terjadinya hidrosefalus dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Kelainan kongenital.
Stenosis akuaduktus sylvii.
Anomali pembuluh darah.
Spino bifida dan kranium bifidi.
Sindrom Dandy-walker.
b. Infeksi. Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga
terjadi
obliterasi
ruang
subarakhnoid,
meningitis. Infeksi lain yang menyebabkan hidrosefalus yaitu:
6
misalnya
TORCH.
Kista-kista parasit.
Lues kongenital.
c. Trauma. Seperti pada pembedahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan fibrosis epto meningen pada daerah basal otak, disamping organisasi darah itu sendiri yang mengakibatkan terjadinya sumbatan yang mengganggu aliran CSS. d. Neoplasma. Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain:
Tumor ventrikel III.
Tumor fossa posterior.
Pailloma pleksus khoroideus.
Leukemia, limfoma.
e. Degeneratif. Histositosis X, inkontinentia pigmenti dan penyakit krabbe. f. Gangguan vaskuler. Dilatasi sinus dural. Trombosis sinus venosus. Malformasi V. Galeni. Ekstaksi A. Basilaris. Arterio venosus malformasi.( Ngastiyah,1997;263). 3. Manisfestasi Klinik. a.
Gejala
tekanan
intrakranial
yang
meninggi
dapat
berupa
muntah,nyeri kepala. b. Kepala lebih besar dibandingkan dengan tubuh. c.
Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya, teraba tegang atau menonjol. Dahi tampak melebar dengan kulit kepala yang menipis, tegang dan mengkilat dengan pelebaran vena kulit kepala.
d. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
7
e.
Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang supraorbita
f.
Sklera tampak di atas iris
g.
Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan
kesadaran,
motoris
atau
kejang,
kadang-kadang
gangguan pusat vital.(Ngastyah,1997;263) 4. Patofisiologi Hidrosefalus terjadi karena ada gangguan absorbsi css dalam subarahhnoid (comunican hidrosefalus) dan atau adanya obstruksi dalam
ventrikel
yang
mencegah
css
masuk
ke
rongga
subaraknoidkarena infeksi, neoplasma, perdarahan atau kelainan bentuk perkembangan otak janin (non communican hidrosefalus) cairan terakumulasi dalam ventrikel dan mengakibatkan dilatasi ventrikel
dan
penekanan
organ-organ
yang
terdapat
dalam
otak.(Suriadi ,2006;127) 5. Pemeriksaan Diagnostik a.
Pengukuran lingkar kepala.
b. Foto rontgen kepala : melihat sutura yang terpisah, ketipisan kulit kepala. c.
CT Scan : menunjukkan pembesaran kepala/ventrikel.
d. Transiluminasi : melihat cairan dalam tengkorak. e.
Ventrikulografi : melihat pembesaran ventrikel.
f.
Punksi lumbal : peningkatan TIK.(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI,1995;877).
6. Komplikasi a.
Peningkatan TIK
b. Kerusakan otak c.
Infeksi, septikemia, endokaefitis, infeksi luka, nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
d. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik e.
Hematomi subdural peritonitis, abses abdomen, perforasi organ dalam rongga abdomen fistula, hernia dan ileus.
8
f.
Kematian
7. Penatalaksanaan. a.
Penatalaksanaan Medik Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi hidrosefalus, menangani komplikasi, mengatasi efek hidrosefalus gangguan perkembangan. Penatalaksanaan terdiri dari : 1) Non pembedahan : pemberian acetazolamide dan isosorbide atau furosemid mengurangi produksi css 2) Pembedahan : pengangkatan penyebab obstruksi misalnya neoplasma, kista atau hematoma : pemasangan shunt yang bertujuan untuk mengalirkan css yang berlebihan dari ventrikel ke ruang ekstrakranial misalnya ke rongga peritonium, atrium kanan dan rongga pleural.(Suriadi ,2006;129)
b.
Penatalaksanaan Keperawatan 1) Ukur lingkar kepala setiap hari 2) Anjurkan klien miring tidur kepala. 3) Perhatikah apakah klien kejang atau muntah. 4) Perhatikan apakah terjadi dekubitus. 5) Memberikan bantal kepala yang lembut, berbentuk cincin. 6) Letak kepala harus dirubah setiap 2 jam.
8. Health Education/HE a. Anjurkan anak berpartisipasi dalam aktivitas sesuai usia yang dapat ditoleransi. Anjurkan orangtua untuk memberikan gaya hidup senormal mungkin. Ingatkan anak maupun orangtua bahwa anak dilarang melakukan aktivitas olah raga. b. Jelaskan cara mengenali tanda dan gejala peningkatan TIK Tanda-tanda yang tidak kentara antara lain perubahan prestasi di sekolah, sakit kepala yang terus menerus dan perubahan perilaku yang ringan
9
c. Anjurkan jadwal skrining perkembangan anak yang sering dan kunjungan medis ulang yang rutin(Mary E. Muscari ,2004; 415) d. Bila keluarga ingin rencana punya anak lagi maka perhatikan supaya jangan minum obat tanpa resep dokter selama hamil.
10
Pathway ETIOLOGI (Kongenital,Infeksi,Trauma,Neoplasma,D egeneratif,Gangguan Vaskuler)
Hydrocephalus
Pembesaran kepala,tekanan intra kranial meningkat,peru bahan tandatanda vital (nafas dalam,nadi lambat,hiperter mi/hipotermi,m untah,nyeri kepala,oedema pupil
Perfusi jaringan tidak efektif : serebral
Gangguan kesadaran,keja ng,gangguan sensorik,penuru nan dan hilangnya kemampuan aktivitas,peruba han pupil,dilatasi,G angguan penglihatan (diplobia,kabuk i,visus menurun)
Dilakukan tindakan operasi shunting
Belum tau penyakit,p engalaman pertama di rawat
Resiko Infeksi Kurang pengetahua n
Krisis pada keluarga Resiko cedera
Ansietas atau kecemasa n pada orang tua
11
B. KONSEP DASAR ASKEP I. Pengkajian 1. Biodata a. Identitas klien b. Identitas orang tua c. Identitas saudara kandung 2. Keluhan utama 3. Riwayat kesehatan a. Riwayat penyakit masa lalu Pernah masuk RS dengan sakit apa ? b. Riwayat prenatal
Pernah menderita penyakit selama kehamilan
Pemeriksaan selama kehamilan
Konsumsi obat-obatan tidak sesuai resep
Minum jamu-jamu untuk menggugurkan kandungan
Ibunya perokok, alkoholisme, dll
c. Riwayat natal
Lahir spontan, alat bantu csv, forcep, vacum
KPD ( Ketuban Pecah Dini)
Asfiksia
Sianosis
d. Riwayat postnatal
Waktu lahir langsung diberi ASI
Ada masalah post natal misalnya anak tidak mau minum
Produksi ASI cukup/tidak
e. Riwayat keluarga
Kaji kepada orangtua apa pernah ada anak yang lahir mati
4. Riwayat imunisasi (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B) 5. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum pasien dan observasi TTV b. Kaji pertumbuhan dan perkembangan
12
Antropometri : BB (Berat Badan) TB (Tinggi Badan) LLA (Lingkar Lengan Atas) LK (Lingkar Kepala) Normal LK : 34-35 cm
Format DDST : Motorik halus Motorik kasar Kognitif/bahasa Personal sosial
6. Pengkajian Data Dasar a. Aktivitas/Istirahat Tidak dapat bergerak atau menggerakan kepala, tonus otot meningkat. b. Sirkulasi Vena-vena kepada prominom c. Makanan/Cairan Muntah, kesulitan menelan d. Neurosensori Kesadaran menurun e. Nyeri/Kenyamanan Sakit kepala f. Integumen Terjadi Dekubitus g. Mata
: Gerakan bola mata tidak teratur, bola mata melihat ke bawah (tanda setting-sun), sunset sign.
h. Kepala : Kepala
membesar,
palpasi
:
fontanel
menonjol, perkusi : cracked pot sign.
13
anterior
II. Diagnosa Keperawatan a. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d. Kerusakan transport oksigen, penurunan konsentrasi Hb dalam darah. b. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Prosedur invasif, penyakit kronik, tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder (Hb turun, leukopenia, penekanan respon inflamasi). c. Risiko cidera b.d Faktor risiko: Penurunan Hb, gangguan sistem saraf pusat. d. Kurang pengetahuan: penyakit, prosedur perawatan b.d. Kurangnya informasi e. Kecemasan pada orang tua b.d kurang pengetahuan.
III. Rencana Asuhan Keperawatan a. Diagnosa I Perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d. Kerusakan transport oksigen, penurunan konsentrasi Hb dalam darah. Tujuan
: Perfusi jaringan serebral adekuat.
Kriteria Hasil : TTV dalam batas normal Kulit hangat dan lembab Output urin adekuat Intervensi : Monitor status pernapasan Rasional : Pernapasan yang adekuat menunjukkan perfusi jaringan perifer adekuat. Hitung dan monitor tekanan intra cranial Rasional : Tekanan intra cranial yang meningkat menyebabkan perfusi jaringan tidak efektif. Monitor status neurogikal Rasional : Status neurologi yang normal menunjukkan perfusi jaringan otak baik. Monitor intake output
14
Rasional : Intake dan output yang adekuat membantu adekuat perfusi jaringan otak. Monitor labor adanya perubahan pengiriman oksigen Rasional :Perubahan saturasi oksigen darah menunukan suplai dan perfusi jaringan otak tidak baik Monitor WBC dan suhu tubuh Rasional : WBC yang meningkat menunjukkan adanya infeksi dan perfusi jaringan otak menjadi tidak adekuat. Berikan posisi tidur 30-45° Rasional : Posisi tidur 30-45° mengurangi tekanan intra cranial yang akan berdampak pada perbaikan perfusi jaringan otak. Pada bayi kaji pembesaran fontanel setiap 4 jam. Pastikan waktu mengkaji bayi dalam keadaan tenang, biasanya fontanel membesar bila bayi menangis. Rasional :Pembesaran fontanel menyebabkan peningkatan TIK. Untuk usia dibawah 2 tahun, ukur lingkar kepala setiap hari. Rasional : Pembesaran kepala abnormal pa da anak dibawah 2 tahun
khususnya
bayi,
peningkatan
TIK
secara
normal,
penambahan lingkar kepala 2 cm atau sampai usia 2 bulan kira-kira 0,3 cm atau sampai usia 1 tahun Ajari keluarga tentang tanda-tanda peningkatan TIK dan kapan harus memberitahu pada tenaga kesehatan. Rasional :Untuk mencegah keterlambatan tindakan. Kolaborasi pemberian antibiotik. Rasional : Antibiotik yang tepat mampu mengatasi infeksi lebih efektif dan mempercepat perfusi jaringan otak membaik. b. Diagnosa II Risiko infeksi b.d. Prosedur invasif, penyakit kronik, tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder (Hb turun, leukopenia, penekanan respon inflamasi). Tujuan : Klien dapat menunjukkan status imun yang adekuat.
15
Kriteria Hasil : Tidak di dapatkan infeksi berulang. Berat badan sesuai standar usia. Temperatur badan sesuai standar usia. WBC dalam batas normal. Intervensi : Bersihkan lingkungan secara rutin. Rasional : Lingkungan yang bersih mengurangi bakteri di sekitar. Anjurkan orangtua klien mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi. Rasional : Mencuci tangan mampu mengurangi kuman yang ada di tangan. Pertahankan lingkungan yang aseptic ketika mengganti NGT. Rasional : Lingkungan yang aseptic meminimalkan penularan kuman. Berikan intake nutrisi yang adekuat. Rasional : Intake nutrisi yang adekuat meningkatkan system imun yang mampu mencegah infeksi dari tubuh pasien sendiri. Ajarkan pada keluarga tanda-tanda infeksi. Rasional : Dengan keluarga mengetahui tanda-tanda infeksi keluarga mampu membantu dalam deteksi dini infeksi. Kolaborasi pemberian Antibiotik. Rasional :Antibiotik yang teoat mampu menyembuhkan infeksi dengan efektif. c. Diagnosa III Risiko cidera b.d Penurunan Hb, gangguan sistem saraf pusat. Tujuan : Klien mampu menunjukan control resiko. Kriteria Hasil : Memonitor factor resiko dari lingkungan Mengembangkan strategi control resiko yang efektif Melaksanakan strategi control yang di pilih. Terbebas dari cedera.
16
Intervensi : Identifikasi defisit fisik atau kognitif. Rasional : Defisit kognitif dan fisik memperbesar risiko jatuh dan perlu perawatan lebih ketat. Identifikasi karakteristik lingkungan. Rasional :Karakteristik lingkungan yang aman mengurangi risiko cedera Monitor balans dan kelemahan ketika ambulasi. Rasional : Balans dan kelemahan menunjukan kemampuan klien dan kemungkinan cedera. Sediakan alat bantu untuk ambulasi. Rasional : alat bantu yang aman dapat mengurangi risiko cedera Bantu aktivitas ambulasi. Rasional : Bantuan dalam aktifitas akan menimbulkan resiko cedera. d. Diagnosa IV Kurang
pengetahuan:
penyakit,
prosedur
perawatan
b.d.
Kurangnya informasi. Tujuan : Orang tua klien mampu menunjukkan pengetahuan proses penyakit. Kriteria Hasil : Orangtua klien mampu menjelaskan proses penyakit,faktor penyebab,faktor resiko,efek penyakit,tanda dan gejala,perjalanan penyakit,dan komplikasi. Intervensi : Tentukan tingkat pengetahuan keluarga yang berhubungan dengan proses penyakit. Rasional :Tingkat pengetahuan keluarga menentukan intervensi yang kita berikan dalam hal pendidikan Jelaskan patofisiologi penyakit dan hubungkan dengan anatomi dan fisiologi.
17
Rasional : Pengetahuan kleuarga dalam hal penyakit aklan menenangkan keluarga dan mampu berperan aktif dalam perawatan Gambarkan tanda dan gejala penyakit. Rasional :keluarga mampu mendeteksi dini perkembangan klien dengan mengetahui tanda dan gejala penyakit Sediakan informasi tentang kondisi pasien. Rasional :informasi yang mudah di dapat membuat keluarga tidak cemas. Klarifikasi informasi yang diberikan oleh tim kesehatan lain sebelum informasi kita berikan. Rasional :Klarifikasi informasi terhadap kleuraga meminimalkan kesalahpahaman dan kesalahpengertian dalam keluarga. e. Diagnosa V Kecemasan pada orang tua b.d kurang pengetahuan. Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang/hilang. Kriteria Hasil : Klien
Mampu
menjelaskan
kembali
tentang
penyebab
hidrocephalus ,tanda dan gejala dan cara penanganan Klien Mampu kooperatif dalam setiap keputusan tindakan bersama dengan tim kesehatan Intervensi : Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab,tanda dan gejala dan cara penanganan Rasional : setelah penjelasan klien dapat mengerti dan kooperatif Libatkan keluarga dalam setiap tindakan untuk mengambil keputusan Rasional : meningkatkan kepercayaan diri Berikan support pada keluarga untuk setiap perubahan keadaan pasien Rasional : Meningkatkan nilai kepercayaan
18
IV.
IMPLEMENTASI Sesuai intervensi
V.
EVALUASI a. Diagnosa I 1. TTV dalam batas normal 2. Kulit hangat dan lembab 3. Output urin adekuat b. Diagnosa II 1. Tidak di dapatkan infeksi berulang. 2. Berat badan sesuai yang di harapkan 3. Temperatur badan sesuai yang di harapkan 4. WBC dalam batas normal. c. Diagnosa III 1. Memonitor factor resiko dari lingkungan 2. Mengembangkan strategi control resiko yang efektif 3. Melaksanakan strategi control yang di pilih. 4. Terbebas dari cedera. d. Diagnosa IV Orangtua klien mampu menjelaskan proses penyakit,faktor penyebab,faktor resiko,efek penyakit,tanda dan gejala,perjalanan penyakit,dan komplikasi. e. Diagnosa V Klien mampu menjelaskan tentang penyebab,tanda dan gejala serta cara penanganan anak dengan hidrocephalus Mampu kooperatif dalam setiap keputusan tindakan bersama dengan tim kesehatan
19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS. Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan
absorbsi
serebrospinalis
dan
oleh
vili
arachnoid.Akibat
meningkatnya
tekanan
berlebihannya
intrakranial
cairan
menyebabkan
terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua
bagian
yaitu
:Hidrochepalus
komunikan,Hidrochepalus
non-
komunikan,Hidrochepalus bertekanan normal. Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-masing rumah sakit. B. Saran Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang yang mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel.Dalam hal ini maka tindakan terapeutik semacan ini perlu.
20
REFERENSI
Eni Kusyati, (2002) Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar, EGC : Jakarta
Hidayat, A. Aziz Alimul (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Ed. 1, Salemba Medika : Jakarta
Mary E. Muscari (2005) Keperawatan Pediatrik, Ed. 3, EGC : Jakarta
Mustakim Arif (1998) Keperawatan Pediatrik, Ed. 1, EGC : Jakarta
Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Suriadi,2006), Asuhan Keperawatan pada Anak, Ed. 2, EGC : Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, (1995) Ilmu Kesehatan Anak,FKUI : Jakarta
21
22