ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI PADA An. J DENGAN DIAGNOSA MEDIS CLOSE FRAKTUR FEMUR TIBIA SINISTRA DENGAN TEKNIK SPINAL ANESTESI DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP dr.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Praktik Klinik Keperawatan Anestesi II Prodi D-IV Keperawatan Semester Tujuh
Dosen Pembimbing : Titik Endarwati,SKM.,MPH
Disusun oleh:
Eliza Mutiara Putri
NIM.P071202115
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2018
ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI PADA An. J DENGAN DIAGNOSA MEDIS CLOSE FRAKTUR FEMUR TIBIA SINISTRA DENGAN TEKNIK SPINAL ANESTESI DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP dr.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
Diajukan untuk disetujui pada: Hari
:
Tanggal
:
Tempat
: RSST Klaten
Mengetahui, Pembimbing Pendidikan
(
Pembimbing Lapangan
)
(
)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan Asuhan Keperawatan Perianestesi pada An. J dengan Diagnosa Medis Close Fraktur Femur Tibia Sinistra di Instalasi Bedah Sentral RSST Klaten tanpa halangan apapun. Penulisan asuhan keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Anestesi II Prodi DIV Keperawatan semester Tujuh. Penulis menyadari bahwa penulisan asuhan keperawatan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. selaku pembimbing lapangan di Instalasi Bedah Sentral RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten 2. Titik Endarwati,SKM.,MPH selaku pembimbing akademik 3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan asuhan keperawatan ini. Dalam penulisan asuhan keperawatan ini penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan asuhan keperawatan ini. Semoga penulisan asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi pembaca.
Klaten, Desember 2018
Penulis
BAB I TINJAUAN TEORI
A. Konsep Fraktur
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PERI ANESTESI
A. Pengkajian Hari/tanggal
: Kamis, 13 Desember 2018
Jam
: 09.30 WIB
Tempat
: IBS RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten
Metode
: Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumen
Sumber data
: Klien, tim kesehatan, status kesehatan klien
Oleh
: Eliza Mutiara Putri
Rencana tindakan
: ORIF
Identitas Pasien : Nama
: An. J
Umur
: 14 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Alamat
: Kembang Beneng, Prambanan
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
:-
Diagnosa medis
: Close Fraktur Femur Tibia Sinistra
Berat Badan
: 49 kg
Tinggi Badan
: 150 cm
No. Rekam Medis
: 1050***
TAHAP PRE ANESTESI
1. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama Klien mengatakan nyeri pada ekstremitas kiri bawah saat digunakan untuk bergerak atau merubah posisi, rasanya sengkring-sengkring, pada daerah fraktur femur dan tibia sinistra, skala nyeri 6, hilang timbul. b. Riwayat Penyakit Sekarang Klien dibawa ke IGD RSUP dr.Soeradji Tirrtonegoro Klaten karena mengalami fraktur femur tibia sinistra akibat kecelakaan motor dan direncanakan operasi ORIF. Di IGD klien dipasang infus. c. Riwayat Penyakit Dahulu Klien mengatakan belum pernah mengalami sakit seperti yang dialami sekarang dan belum pernah dioperasi sebelumnya. d. Riwayat Penyakit Keluarga Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga lain yang mengalami penyakit serupa dengannya. Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit menular dan keturunan seperti TBC, asma, diabetes mellitus, dll. 2. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum: Baik b. Kesadaran
: Compos mentis (E4,V5,M6)
c. AMPLE Alergi
: Udang
Medication
: tidak mengonsumsi obat rutin
Post illness
:-
Last meal
: Tadi malam Pukul 00.00 WIB
Environment : d. Tanda Vital
:
TD: 124/70 mmHg; N: 84 x/mnt; RR 18 x/mnt; T : Afebris (36,50C)
e. Kepala Inspeksi
: bentuk kepala mechochepal, kulit kepala nampak bersih, tidak ada lesi
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
f. Mata Inspeksi
: konjungtiva tidak pucat, sclera putih, klien tidak memakai lensa kontak
g. Telinga Inspeksi
: bentuk simestris, tidak ada gangguan fungsi pendengaran
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
h. Hidung Inspeksi
: simetris, tidak ada secret
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
i. Mulut Inspeksi
: Tidak ada gigi palsu, klien tidak memakai kawat gigi
j. Wajah Inspeksi
: tidak ada lesi
k. Leher Inspeksi
: tidak ada pembesaran tiroid
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
l. Kulit Inspeksi
: tidak ada lesi
Palpasi
: turgor kulit baik
m. Dada 1) Paru-paru Inspeksi
: simetris, tidak ada retraksi, tidak ada penggunaan otot
pernafasan tambahan Palpasi
: ekspansi dada maksimal, tidak ada nyeri
tekan, taktil fremitus teraba Perkusi
: suara resonan
Auskultasi: suara vesikuler 2) Jantung Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak pada ICS ke-5 medial linea
midclavicularis sinistra Palpasi
: tidak ada pergeseran ictus cordis
Perkusi
: tidak ada pelebaran batas jantung, suara redup
Auskultasi: suara jantung S1, S2, regular tidak ada suara tambahan n. Abdomen Inspeksi
: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
Auskultasi
: bising usus lemah
Perkusi
: kuadran 1 timpani, kuadran 2 timpani, kuadran redup, kuadran 4 redup
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan
o. Genitalia Terpasang kateter ukuran 16 pada tanggal 13 Desember 2018, dengan tampungan di urine bag pre anestesi 300 cc. p. Ekstremitas 1) Atas Inspeksi
: terpasang infus RL, tidak ada edema, tidak ada kelainan jari
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
2) Bawah Inspeksi : Terdapat kelainan bentuk (Fraktur)pada kaki kiri, terdapat luka gesekan post kecelakaan di Palpasi
: Terdapat nyeri dengan skala 6
3. Pemeriksaan psikologis Pasien mengatakan cemas, pasien belum pernah menjalani pembedahan sebelumnya. Pasien takut dan sering bertanya kepada perawata apakah sudah mulai dibius dan dilakukan operasi. 4. Kebutuhan Cairan a. Monitoring cairan Kebutuhan cairan pasien selama operasi yang harus terpenuhi
1) Rumus maintenance (M): 2cc/kgBB 2cc/49kg = 98 cc 2) Rumus pengganti puasa (PP): Lama puasa (jam) x maintenance 4
x 98 cc = 392 cc
3) Rumus stress operasi (SO): Jenis operasi (b/s/k) x BB = 8x 98 = 480 cc b. Prinsip pemberian cairan durante operasi (Jam I-IV) 1) Jam I
: M + ½ PP + SO =
2) Jam II dan III
: M + ¼ PP + SO =
3) Jam IV
: M + SO = 600 ml
5. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium 12 Desember 2018 Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Hemoglobin
14.40
g/dL
14-18
Eritrosit
4.84
10/uL
4.7-6.2
Leukosit
26.31
10/uL
4.5-10.3
Trombosit
300
10/uL
150-450
Hematokrit
41.9
%
37-52
MCV
86.5
fL
80-99
MCH
29.8
fl
27-31
MCHC
34.9
g/dl
33-37
RDW
14.0
%
10.0-15.0
Darah Lengkap
Index Eritrosit
Diff Count
%
0–1
Basofil
0.28
Neutrofil
90.22
Eosinofil
0.31
%
1–3
Limfosit
5.08
%
20-40
%
2-8 1.0-12.0
Monosit
4.11
50-70
MXD
4.70
%
MPV
9.0
Fl
Ureum
20.4
mg/dL
19.0-44.0
Creatinin
0.8
mg/dL
0.70-1.10
BUN
9.5
Mg/dL
7.0-18.0
AST (GOT)
18.6
U/L
7.0-45.0
15.5
U/L
7.0-41.0
138.8
132-145
Non-reaktif
Kimia Rutin
ALT (GPT) Paket Elektrolit Na
HBSAg
negatif
Mmol/ L Mmol/ L Mmol/ L negatif
Anti HCV
negatif
negatif
Non-reaktif
Anti HIV
negatif
negatif
Non-reaktif
K
3.88
Cl
109.1
3.10-5.10 96.0-111.0
b. RONTGEN 6. Kesimpulan : Status Fisik ASA I E (tanpa gangguan sistemik) 7. Rencana Anestesi: Regional anestesi dengan Spinal Anestesi a. Persiapan pasien 1) Mengecek kelengkapan status pasien 2) Mengklarifikasi pasien puasa dari jam berapa 3) Memposisikan pasien 4) Mengecek TTV 5) Mengklarifikasi riwayat asma, DM, HT dan alergi
b. Pesiapan mesin 1) Mengecek sumber gas apakah sudah terpasang dan tidak ada kebocoan 2) Mengecek isi volatil agent 3) Mengecek kondisi absoben 4) Mengecek apakah ada kebocoan mesin c. Persiapan alat : 1) Jarum Spinal Anestesi 2) Bupivacaine heav p 0,5 % d. Persiapan obat 1) Induksi : Propofol 100 mg 2) Analgetik : Fentanyl 100 mcg 3) Pre medikasi : midazolam 5 mg 4) Emegency : a) Epinefrin b) Dexametasone c) Sulfas Atropin d) Ephedrine
TAHAP INTRA ANESTESI
1.
Jenis Pembedahan
: ORIF
2.
Jenis Anestesi
: General anestesi
3.
Teknik Anestesi
: LMA
4.
Ukuran ETT
:-
5.
Mulai Anestesi
: Pukul 09.45 WIB
6.
Mulai Operasi
: Pukul 10.00 WIB
7.
Posisi
: Miring
8.
Premedikasi
: Fentanyl 100 mcg/IV, Midazolam 5 mg/IV
9.
Induksi
: Propofol 100 mg/IV
10. Medikasi tambahan
:
a. Ondansentron 4 mg b. Ketorolac 30 mg c. Kalnex 1 gr d. Ephedrine 10 mg e. Petidine 25 mg f. Dexametasone g. Morphine 11. Maintanance
: Sevoflurane 2 vol%, N20:O2 50:50 (2 lt : 2 lt)
12. Respirasi
: kontrol
13. Cairan Durante Operasi : RL 1100 ml, Hes 500 ml 14. Perdarahan
: 400 ml
15. Urin output
: 100 ml
16. Pemantauan Tekanan Darah dan HR (Terlampir) 17. Selesai operasi
: 12.00WIB
18. Selesai anestesi
: 12.30 WIB
TAHAP POST ANESTESI
1. Pasien masuk ruang RR pukul 12.40 WIB 2. Kesadaran Compos Mentis 3. Observasi tanda- tanda vital (terlampir) 4. Mual (-), muntah (-), pusing (-), Nyeri (-) 5. Jalan nafas per oral, nafas dibantu terapi, SpO2 100% 6. Posisi pasien pasca anestesi: Head Up 7. Broomage Score No 1
Kriteria
Skor
Aktivitas motorik : Mampu menggerakkan empat ekstremitas
2
2
Mampu menggerakkan dua ekstremitas
1
Tidak mampu menggerakkan ekstremitas
0
V
Respirasi : Mampu napas dalam, batuk dan tangis kuat Sesak atau terbatas
pernapasan
Henti napas
3
5’
2
1 0
V
2
V
Tekana darah : Berubah sampai 20% dari prabedah Berubah prabedah Berbubah
20%-50% >
50%
dari dari
1
10’
15’
30’
prabedah 4
0
Kesadaran :
5
Sadar baik dan orientasi baik
2
Sadar setelah dipanggil
1
Tak ada tanggapan terhadap rangsangan
0
V
Kemerahan
2
V
Pucat agak suram
1
Sianosis
0
Warna kulit :
Jumlah
4
8. Pasien dipindah ke ICU 14.50 WIB
B. Analisa Data NO
DATA
MASALAH
ETIOLOGI
Ansietas
Kurang
Pre Anestesi 1
DS: -
Pasien mengatakan sedikit cemas
-
Pasien belum pernah menjalani pembedahan sebelumnya
DO: - Pasien terlihat sedikit gelisah - TD : 130/80 mmHg Nadi : 90x/menit RR: 16 x/menit
pengetahuan masalah pembiusan
Intra Anestesi 2
DS: -
Ketidakefektifan
Pengaruh
DO:
pola nafas
sekunder: obat-
-
Pasien terpasang ETT ukuran 7,0
-
Ada periode apneu sesaat setelah
obatan anestesi
diberikan induksi dengan propofol 100 mg dan atracurium 25 mg
3
DS: -
Risiko
Vasodilatasi
DO:
ketidakseimbang
pembuluh darah
an cairan dan
dampak agen
elektrolit
anestesi
DS: -
Bersihan jalan
Mukus banyak,
DO:
nafas tidak
efek general
efektif
anestesi
-
Pasien dilakukan pembedahan laparatomi
-
Pasien mengalami perdarahan pada area pembedahan ±300 ml
-
Induksi anestesi dengan Propofol 100 mg Pemeliharaan anestesi dengan O2,
-
N2O, dan sevofluran
Pasca Anestesi 4
-
Pasien belum sadar
-
Terdapat lendir pada mulut pasien
- Pasien pasca dilakukan laparatomi - Suara nafas gurgling - Pasien terpasang ETT
5
Risiko jatuh
DS: -
Efek general anestesi
DO: -
Pasien pasca operasi dengan general anestesi
-
Pasien belum sadar
-
Aldrete skor : 4 (14.50 WIB)
C. Diagnosa Keperawatan Pre Anestesi 1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan masalah pembiusan ditandai dengan: pasien mengatakan sedikit cemas, pasien belum pernah menjalani pembedahan sebelumnya, pasien terlihat sedikit gelisah, TD : 130/80 mmHg, Nadi : 90x/menit, RR: 16 x/menit Intra Anestesi 2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pengaruh sekunder: obatobatan anestesi ditandai dengan: Pasien terpasang ETT ukuran 7,0, ada periode apneu sesaat setelah diberikan induksi dengan propofol 100 mg dan atracurium 25 mg 3. Risiko
ketidakseimbangan
cairan
dan
elektrolit
berhubungan
dengan
vasodilatasi pembuluh darah dampak agen anestesi ditandai dengan: Pasien dilakukan pembedahan laparatomi, pasien mengalami perdarahan pada area pembedahan ±300 ml, induksi anestesi dengan Propofol 100 mg, pemeliharaan anestesi dengan O2, N2O, dan sevofluran.
Pasca Anestesi 4. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan mukus banyak, efek general anestesi ditandai dengan: Pasien belum sadar, terdapat lendir pada mulut pasien, pasien pasca dilakukan laparatomi, suara nafas gurgling, pasien terpasang ETT 5. Risiko jatuh berhubungan dengan efek general anestesi ditandai dengan: Pasien pasca operasi dengan general anestesi, pasien belum sadar, aldrete skor : 4 (14.50 WIB)
D. Perencanaan Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Pre Anestesi Ansietas
berhubungan Setelah dilakukan asuhan
dengan kurang pengetahuan keperawatan selama pasien masalah pembiusan
1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya
percaya mampu
di ruangan pre operasi,
2. Jelaskan
diharapkan kecemasan
tindakan
dan
klien berkurang.
anestesi
yang
tidak
tampak
tegang 2. Klien
mampu
mengungkapkan penyebab kecemasan 3. Klien
efek
mengetahui
tentang penatalaksanaan tindakan pembiusan
3. Instruksikan
menciptakan suasana yang kooperatif
akan 2. Klien lebih siap
dilakukan
Kriteria hasil : 1. Klien
tentang
menghadapi tindakan pada
apa yang akan dilakukan
pasien
untuk
sehingga klien mampu
menggunakan
tehnik
menerimanya
relaksasi 4. Dorong pasien untuk
3. Teknik relaksasi seperti pengalihan perhatian
mengungkapkan
mengurangi kecemasan
perasaan dan persepsi
klien 4. Pasien menyampaikan apa yang dirasakan untuk mengurangi beban psikologis
Intra Anestesi Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan
1. Bersihakan jalan nafas
1. Menjaga jalan nafas
dengan melakukan
dan pola nafas pasien
pengaruh sekunder: obat- diharapkan ketidakefektifan
suction pada oral dan
kembali efektif
obatan anestesi
hidung
berhubungan
dengan selama durante operatif
pola nafas teratasi dengan kriteria : 1. Nafas spontan 2. Dada mengembang dengan baik 3. RR 16 – 20 x/menit 4. BP syst. 100 – 160 mmhg. BP dyast. 60 – 90 mmhg. 5. HR 60 -100 bpm. Nadi besar, teratur dan kuat angkat.
2. Dilakukan dengan
2. Jaga jalan nafas
pemasangan ETT
3. Beri suplai oksigen
nasal
sesuai tidal volume 4. Pantau tanda tanda vital dan saturasi O2 5. Pantau pola nafas 6. Bantu nafas dengan
3. Pemberian suplai oksigen dapat membuat pola nafas efektif 4. Untuk mengetahui
memberikan bagging
apakah ada tanda
dengan kontrol sesuai
tanda pola nafas telah
tidal volum
efektif kembali 5. Untuk mengetahui apakah ada tanda tanda pola nafas telah efektif kembali 6. Bagging sesuuai
respirasi dan tidal volum dapat membuat nafas spontan kembali Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan cairan
dan
berhubungan vasodilatasi
elektrolit keperawatan selama pasien dengan berada di ruang operasi, pembuluh diharapkan
darah dampak agen anestesi
keseimbangan
1. Kaji
kebutuhan
cairan pasien
pasien
2. Kolaborasi pemberian
1. Pemenuhan
cairan sesuai
dengan kebutuhan cairan
2. Terapi cairan untuk
cairan pasien tercukupi.
dan elektrolit, dan
mencegah terjadinya
Kriteria hasil:
vaso konstriktor
syok hipovolemi
1. Akral kulit hangat
hemodinamik
2. Hemodinamik normal
4. Monitor input dan
3. Masukan
dan
keluaran
cairan
imbang
3. Monitor
output cairan
3. Penurunan tekanan darah
dan
peningkatan denyut jantung mengindikasikan pasien
kekurangan
volume cairan 4. Menentukan balance cairan pasien
Pasca Anestesi Bersihan jalan nafas tidak
Setelah dilakukan asuhan
efektif berhubungan dengan
keperawatan selama pasien
mukus banyak, efek general
di RR diharapkan bersihan
anestesi
jalan nafas efektif dengan kriteria : 1. Tidak ada suara nafas tambahan
1. Observasi hemodinamik
1.
Bersihan jalan nafas yang tidak efektif
2. Atur posisi miring
menyebabkan 3. Ajarkan cara melakukan
gangguan pola dan
batuk efektif 4. Kaji adanya suara nafas
frekuensi pernafasan 2.
Posisi iring mencegah aspirasi
tambahan
lendir ke dalam 2. Pasien bernafas spontan
5. Suction bila terdapat secret
paru-paru 3.
Batuk efektif membantu
3. Suara nafas vesikuler
mengeluarkan 4. RR 14 x/menit
lender 4.
Suara nafas gurgling mengindikasikan adanya obstruksi cairan pada airway, stridor karena obstruksi oleh lidah, wheezing karena
penyempitan. 5.
Suction dilakukan untuk mengeluarkan lender/cairan
Risiko jatuh berhubungan Setelah dilakukan asuhan dengan anestesi
efek
general keperawatan selama pasien dirawat di ruang pemulihan,
1. Posisikan
pasien
dengan nyaman 2. Pasang restrain di sisi
1. Posisi yang nyaman mencegah pasien bergerak-gerak
diharapkan resiko jatuh
kanan kiri klien untuk
tidak terjadi.
menjaga keamanan
meminimalkan pasien
Kriteria hasil :
klien.
terjatuh dari brankar.
1. Rasa nyaman pasien terpenuhi 2. Pasien terhindar dari cidera
3. Berikan informasi pada
2. Restrain
3. Klien mampu
klien bahwa dirinya
meminimalkan
masih berada dibawah
pergerakan yang bisa
pengaruh anestesi
mencederainya
E. Implementasi-Evaluasi Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
Pre Anestesi Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan masalah pembiusan
Selasa, 16 Mei 2017 1. Memberi
Selasa, 16 Mei 2017
informasi
tentang DS :
tindakan dan efek anestesi yang
1. Klien mengatakan merasa
akan dilakukan 2. Meminta
lebih tenang setelah diberikan pasien
mengungkapkan
perasaan
untuk dan
informasi 2. Klien mengatakan akan selalu
persepsi 3. Menganjurkan
berdoa demi kelancaran untuk
menggunakan tehnik relaksasi
operasi hari ini 3. Klien mengatakan berusaha
pengalihan perhatian
mengalihkan perhatian untuk mengurangi rasa cemasnya DO : 1. Klien nampak lebih tenang 2. Klien nampak rileks A : Ansietas teratasi P: Dampingi klien menuju ruang operasi
Intra Anestesi Ketidakefektifan berhubungan
pola dengan
nafas Selasa, 16 Mei 2017 pengaruh
sekunder: obat-obatan anestesi
Selasa, 16 Mei 2017
1. Menjaga jalan nafas
DS : -
2. Memberi suplai oksigen sesuai
DO : -
Pasien terpasang ETT ukuran 7,0
-
Suara nafas vesikuler
-
Suara nafas bilateral
4. Memantau pola nafas
-
TD : 110/75 mmHg
5. Membantu nafas dengan
-
Nadi : 72 x/menit
memberikan bagging dengan
-
SpO2 : 100%
kontrol sesuai tidal volume
-
Tidal volume 360 cc
tidal volume 3. Memantau tanda tanda vital dan saturasi O2
A : Ketidakefektifan pola nafas teratasi P: -
Jaga jalan nafas
-
Pantau tanda tanda vital dan saturasi O2
-
Pantau pola nafas
-
Bantu nafas dengan memberikan bagging dengan kontrol sesuai tidal volume
Risiko ketidakseimbangan cairan dan Selasa, 16 Mei 2017 elektrolit
berhubungan
dengan
vasodilatasi pembuluh darah dampak agen anestesi
1. Mengkaji
Selasa, 16 Mei 2017
kebutuhan
cairan DS : -
pasien
DO :
2. Mengelola pemberian cairan dan
-
elektrolit
cairan
volume
cairan
seimbang
3. Memonitor hemodinamik 4. Memonitor
Kebutuhan
input
dan
output
-
Aliran tetesan infus lancar
-
Cairan masuk : 2000 ml
-
Cairan keluar : 500 ml
-
TD : 109/67 mmHg
-
Nadi : 70 x/menit
A : Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit tidak terjadi P: -
Kelola pemberian cairan dan elektrolit
-
Monitor hemodinamik
-
Monitor input dan output cairan
Pasca Anestesi Bersihan jalan nafas tidak efektif Selasa, 16 Mei 2017 berhubungan dengan mukus banyak, efek general anestesi
1. Mengobservasi hemodinamik pasien
Selasa, 16 Mei 2017 DS : DO :
2. Mengkaji suara nafas
-
Suara nafas vesikuler
3. Mengatur posisi miring
-
TD : 110/74 mmHg
-
Nadi 88 x/menit
-
RR - (Apnea, dilakukan bagging)
-
Posisi pasien supinasi
-
Pasien terpasang ETT
-
SpO2 100%
A : Ketidak efektifan bersihan jalan nafas teratasi P: -
Observasi TTV
-
Kaji suara nafas
Risiko jatuh berhubungan dengan Selasa, 16 Mei 2017 efek general anestesi
1. Memposisikan
Selasa, 16 Mei 2017 klien
di DS: -
brankar
DO:
2. Memasang restrain di sisi kanan dan kiri
1. Pasien masih dibawah pengaruh general anestesi
3. Memberikan informasi pada
2. Pasien terpasang ETT
klien bahwa dirinya masih
3. Kesadaran koma
berada
4. Pasien berbaring ditempat
anestesi
dibawah
pengaruh
tidur 5. Restrain sudah terpasang 6. Aldrete skor 4 7. Pasien selesai operasi dipindahkan ke ICU A : Risiko jatuh teratasi sebagian P : Lanjutkan pemantauan pasien sampai pengaruh anestesi hilang