Fraktur Femur - Pleno

  • Uploaded by: Elwiz Hutapea
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fraktur Femur - Pleno as PDF for free.

More details

  • Words: 3,409
  • Pages: 17
Fraktur pada Ekstremitas Bawah

Fraktur pada Ekstremitas Bawah

Nama : Edwinda Desy Ratu* NIM : 10.2010.229 Kelompok : D6

Alamat Korespondesi *Edwinda Desy Ratu UKRIDA 2010 Semester 4, Jl. Arjuna Utara Nomor : 6 Jakarta Barat 11510, E-mail : [email protected]

1

Fraktur pada Ekstremitas Bawah

Pendahuluan Pada zaman ini banyak kendaraan berkecepatan tinggi dan peningkatan penekanan terhadap kebugaran fisik dan atletik, maka trauma system musculoskeletal lazim ditemukan dan bertanggung jawab untuk sekitar 80% praktek umum ortopedi. Trauma bisa akut terjadi akibat traumatik tunggal atau bisa kronis akibat kumulatif episode trauma ringan berulang. Trauma yang sering membutuhkan penanganan khusus adalah trauma yang menimbulkan patahnya tulang atau fraktur. Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.[1]

Anamnesis Dengan anamnesa dapat diketahui riwayat tentang penyakit yang diceritakan oleh pasien. Jika pada anak yang belum dapat memberikan jawaban, maka dapat melakukan autoanamnesis, atau anamnesa yang dilakukan pada orangtua, wali, orang yang dekat dengan pasien. 

Menanyakan identitas, usia, dan pekerjaan.



Keluhan nyeri sendi (lokasi, onset, durasi, faktor pemberat).



Keluhan kaku sendi (lokasi, onset, durasi, faktor pemberat).



Keluhan bengkak pada sendi (lokasi, onset, durasi, faktor pemberat).

2

Fraktur pada Ekstremitas Bawah



Menanyakan gejala dan keluhan penyerta lain (demam, penurunan BB, mudah lelah, gejala sistemik lainnya).



Menanyakan riwayat penyakit dahulu (penyakit sebelumnya, riwayat trauma) dan sosial ( aktivitas sehari-hari, diet sehai-hari).



Menanyakan riwayat penyakit keluarga.[1]

Pemeriksaan Fisik Untuk pemeriksaan fisik dapat kita lihat dari skenario. Diketahui pasien tampak sakit sedang pada tungkai atas kanan di atas sendi lutut, tanda-tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan cor, pulmo, dan abdomen tidak terlihat kelainan. Untuk status lokali, pada regio femur dextra: Nyeri (+), deformitas (+), gerakan tungkai terbatas, nadi (+), dan tampak memar.

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan gambaran penyakit secara dini dan mencakup antara lain:  Pemeriksaan darah rutin(Hemoglobin,Leukosit,Hematokrit,Thrombosit)  Pemeriksaan gula darah sewaktu.  Golongan darah pasien.

Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Interpretasi

Hb (Hemoglobin)

11 g/dL

(Untuk lelaki

Hb normal

dewasa) 13-18 g/ dL

3

Fraktur pada Ekstremitas Bawah

Ht (Hematokrit)

34%

(Untuk lelaki

Ht menurun

dewasa) 37-49% 9000/ mm3

Leukosit

5000-10.000 /

Normal

mm3 Trombosit

200.000 / mm3

140.000-400.000 /

Normal

mm3 Tabel 1. Pemeriksaan laboratorium berdasarkan kasus Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan X-Ray mengikut Rules of Two:  2 posisi (Antero posterior dan Lateral)-lihat gambar 1  2 Sendi( Sendi atas& bawah tulang yang patah)  2 Ekstremitas (kanan & kiri)- Anak-anak

Gambar 1. Foto Fraktur Femur Distal AP dan Lateral

Pemeriksaan penunjang yang lain ialah MRI dan CT scan. MRI jarang dipakai untuk deteksi awal penyakit tetapi sangat berguna menunjukkan kondisi penyakit karena ia memperlihatkan jaringan lunak di sekitar sendi. Bagi pasien yang ada kontraindikasi dengan MRI,CT scan diguna sebagai ganti.[2]

4

Fraktur pada Ekstremitas Bawah

Diagnosis Kerja Dari skenario yang diterima, dapat diketahui bahwa dagnosis fraktur yang di alami oleh pasien adalah fraktur distal femur atau fraktur suprakondiler. Karena trauma yang dialami oleh pasien relatif sedang, sehingga kemungkinan pasien tidak mengalami fraktur sampai intraartikuler. Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal kondilus femur dan batas metafisis dengan diafisis femur. Fraktur suprakondiler femur sering bersama-sama dengan fraktur intrakondiler yang memberikan masalah pengelolaan yang lebih kompleks. Klasifikasi menurut Geer, Gratham, Shelton (1967): -

Tipe I: fraktur suprakondiler dan kondiler berbentuk T

-

Tipe IIA: fraktur suprakondiler dan kendiler dengan sebagian metafisis (bentuk Y)

-

Tipe IIB: sama seperti IIA tetapi bagian metafisis lebih kecil

-

Tipe III: fraktur suprakondiler komunitif dengan fraktur kondiler yang tidak total [3]

Diagnosis Banding Fraktur Femur Interkondiler Fraktur ini relatif jarang dan biasanya terjadi sebagai akibat jatuh dengan lutut keadaan fleksi dari ketinggian. Permukaan belakang patella yang berbentuk baji, melesak ke dalam sendi lutut dan mengganjal di antara dua kondilus dan salah satu atau keduanya retak. Pada bagian proksimal kemungkinan terdapat komponen melintang sehingga didapati patah tulang dengan garis fraktur berbentuk seperti fraktur berbentuk seperti huruf T atau Y. Secara klinis, sendi lutut bengkak akibat hemartrosis dan biasanya disertai goresan atau memar pada bagian depan lutut yang menunjukkan adanya trauma. Di sini patella juga dapat mengalami fraktur. Untuk fraktur kondilus tunggal lateral atau medial, paling baik dilakukan reposisi terbuka dengan fiksasi intern dengan sekrup tulang spongiosa.

5

Fraktur pada Ekstremitas Bawah

Pada patah tulang kondilus ganda, yaitu fraktur kondilus T atau Y juga dilakukan reposisi terbuka dengan fiksasi internal yang kokoh pada kedua kondilus dan pada komponen melintang bila sarananya tersedia. Pada fraktur komunitif berat di inerkondiler, tindakan terbaik adalah traksi skelet kontinu yang memungkinkan gerakan sendi lutut begitu nyeri akut menghilang. Gerakan ini kadang dapat menjadi patokan untuk menilai apakah fragmen sendi sudah pada posisi yang diinginkan dan mengurangi resiko kekakuan sendi. Pada orang tua, fraktur femur intrakondiler femur umumnya lebih baik ditangani secara konservatif dengan traksi skelet.[4]

Gambar 2. Fraktur interkondiler sumber: http://dokterkecil.files.wordpress.com/2009/08/fr-suprakondiler-interkondiler.jpg?w=495

Dislokasi Lutut Ruda paksa berat pada lutut, misalnya akibat kecelakaan lalu lintas, dapat merobek keempat ligament utama, yaitu kedua ligament kolateral dan kedua ligament krusiatum, dan menyebabkan dislokasi sendi. Tidak jarang terjadi obstruksi a.poplitea karena terlipat atau tertekan.[4] Fraktur Kolum Femur Fraktur kolum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih sering pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses peniaan dan osteoporosis pasca menopause. Fraktur dapat berupa fraktur subkapital, transervikal, dan basal, yang kesemuanya terletak di dalam simpai sendi panggul atau intrakapsuler. Patah tulang intrakapsuler umumnya sukar mengalami pertautan dan cenderung terjadi nekrosis avaskuler kaput femur. Pendarahan

6

Fraktur pada Ekstremitas Bawah

kolum yang terletak intraartikuler dan pendarahan kaput femur berasal dari proksimal a.sirkumfleksa femoris lateralis melalui simpai sendi. Sumber pendarahn ini putus pada patah tulang intraartikuler. Pendarahan oleh arteru di dalam ligamentum terse sangat terbatas dan sering tidak berartipada arteri luksasi ini robek. Epifisis dan daerah trokanter cukup kaya pendarahannya, karena mendapat darah dari simpai sendi, periost, dan a.nutrisia diafisis femur. Patah tulang kolum femur yang terletak intraartikuler sukar sembuh karena bagian proksimal pendarahnnya sangat terbatas sehingga memerlukan fiksasi kokoh untuk waktu yang cukup lama. Semua patah tulang di daerah ini umumnya tidak stabil sehingga tidak ada cara reposisi tertutup terhadap fraktur ini, kecuali jenis fraktur yang impaksi, baik yang subservikal maupun yang basal. Sering dapat dilihat pemendekan jika dibandingkan tungkai kiri dan tungkai kanan. Jarak antara 2 trokanter mayor dan spina iliaka anterior superior lebih pendek karena trokanter terlihat lebih tinggi akibat pergeseran tungkai ke arah kranial. Penderita umumnya datang dengan keluhan tidak bisa jalan setelah jatuh dan nyeri. Umumnya penderita tidur dengan keadaan tungkai bawah dalam keadaan seditkit fleksi dan eksorotasi serta memendek. Gambaran radiologis menunjukkan parah tulang leher femur dengan dislokasi pergeseran ke kranial atau impaksi ke dalam kaput.[4]

Gambar 3. Fraktur collum femur

7

Fraktur pada Ekstremitas Bawah

Fraktur Batang Femur Pada fraktur ini biasanya pendarahan cukup luas dan besar sehingga dapat menimbulkan syok. Secara klinis penderita tidak dapat bangun, bukan saja jarena nyeri, tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur. Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi keluar, terlihat lebih pendek, dan bengkak pada bagian proksimal sebagai akibat pendarahan ke dalam jaringan lunak. Pertautan biasanya diperoleh dengan penanganan tertutup dan normalnya memerlukan waktu 20 minggu atau lebih.[4]

Gambar 4. Fraktur batang femur

Patofisiologi Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atu tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. Fraktur terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, ada 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur yaitu ekstrinsik (meliputi kecepatan, sedangkan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan

8

Fraktur pada Ekstremitas Bawah

kekuatan), intrinsik meliputi kapasitas tulang mengabsorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan adanya densitas tulang – tulang yang dapat menyebabkan terjadinya patah pada tulang bermacam-macam, antara lain trauma langsung dan tidak langsung, akibat keadaan patologi serta secara spontan.[5]

Etiologi Penyebab fraktur tulang yang paling sering adalah trauma, terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Jatuh dan cedera olahraga adalah penyebab umum fraktur traumatuk. Pada anak, penganiayaan harus dipertimbangkan ketika mengevaluasi fraktur, terutama apabila terdapat riwayat fraktur sebelumnya atau apabila riwayat fraktur saat ini tidak meyakinkan. Beberapa fraktur dapat terjadi setelah trauma minimal atau tekanan ringan apabila tulang lemah, hal ini disebut fraktur patologis. Fraktur patologis sering terjadi pada lansia yang mengalami osteoporosis, atau individu yang mengalami tumor tulang, infeksi, atau penyakit lain. Fraktur stress dapat terjadi pada tulang normal akibat stress tingkat rendah yang berkepanjangan atau berulang. Fraktur stress, yang juga disebut fraktur keletihan (fatigue fracture), biasanya menyertai peningkatan yang cepat tingkat latihan atlet, atau permulaan aktivitas fisik yang baru. Karena kekakuan otot meningkat lebih cepat dari pada kekuatan tulang, individu dapat merasa mampu melakukan aktivitas melebihi tingkat sebelumnya walaupun tulang mungkin tidak mampi menunjang peningkatan tekanan. Fraktur stress paling sering terjadi pada individu yang melakukan olahraga daya tahan seperti pelari jarak jauh. Factor stress dapat terjadi pada tulang yang lemah sebagai respons terhadap peningkatan level aktivitas yang hanya sedikit. Individu yang mengalami fraktur stress harus didorong untuk mngikuti diet sehat-tulang dan diskrining untuk mengetahui adanya penurunan densitas tulang.[6]

9

Fraktur pada Ekstremitas Bawah

Epidemiologi Pada kasus fraktur akibat kecelakaan, rata-rata resiko lbih tingga pada dewasa muda, lakilaki>wanita.[7]

Gambaran Klinis Tanda-tanda fraktur dapat berupa nyeri gerak, nyeri sumbu, dan krepitasi di tempat fraktur. untuk tanda pasti fraktur berupa pemendekan ekstremitas, rotasi, angulasi, dan false movement. False movement ini maksudnya adalah adanya gerakan pada bagian-bagian ekstremitas tertentu padahal pada bagian tersebut tidak terdapat sendi. Tanda tidak pasti fraktur: odema, nyeri, dan memar.[7]

Komplikasi Nonunion Diagnosis nonunion dibuat ketika ada kegagalan penyembuhan lengkap dalam enam sampai sembilan bulan tergantung pada jenis fraktur dan lokasi. Fraktur tibia adalah penyembuhan yang relatif lambat, terutama patah tulang terbuka. Fraktur femur sembuh lebih cepat. Nonunion makin rumit dengan adanya keropos tulang, kegagalan penjajaran yang signifikan, atau infeksi. Ini adalah tantangan yang sangat sulit bagi pasien dan ahli bedah. Pengobatan untuk re-union mungkin memerlukan dua sampai lima tahun dan beberapa kali operasi.[8] Sindrom Kompartemen Sindrom kompartemen ditandai oleh kerusakan atau destruksi saraf dan pembuluh darah yang disebebkan oleh pembengkakan dan edema di daerah fraktur. Dengan pembengkakan intersisial yang intens, tekanan pada pembuluh darah yang menyuplai daerah tersebut dapat menyebabkan pembuluh darah tersebut kolaps. Hal ini menimbulkan hipoksia jaringan dan dapat menyebabkan kematian saraf yang mempersaradi daerah tersebut. Biasanya timbul nyeri

10

Fraktur pada Ekstremitas Bawah

hebat, individu mungkin tidak dapat menggerakkan jari tangan atau kakinya. Sindrom kompartemen biasanya terjadi pada ektremitas yang memiliki restriksi volume yang ketat, seperti lengan. Risiko terjadinya sindrom kompartemen paling besar apabila terjadi trauma otot disertai dengan patah tulang karena pembengkakan yang terjadi akan hebat. Pemasangan gips pada ekstremitas dan fraktur yang terlalu dini atau terlalu ketat dapat menyebabkan peningkatan tekanan di kompartemen ekstremitas, dan hilangnya fungsi secara permanen atau hilangnya ekstremitas dapat terjadi. Gips harus segera dilepas dan kandang-kandang kulit ekstremitas harus dirobek. Untuk memeriksa sindrom kompartemen, hal berikut ini dievaluasi dengan sering pada tulang yang cedera atau digips: nyeri, pucat, parestesia, dan paralisis. Denyut nadi mungkjn teraba atau mungkin tidak.[6] Embolus Lemak Dapat timbul setelah patah tulang, terutama tulang panjang. Embolus lemak dapat timbul akibat pajanan sumsum tulang atau dapat terjadi akibat aktivasi sistem saraf simpatis yang menumbulkan stimulasi mobilisasi asam lemak bebas setelah trauma. Embolus lemak yang timbul setelah patah tulang panjang sering tersangkut di sirkulasi paru dan dapat menimbulkan gawat napas dan gagal napas. [6]

Penatalaksanaan Masalah unik untuk fraktur suprakondilar femur adalah hilangnya fiksasi fragmen distal femur, terutama di tulang osteoporosis, dengan menggunakan implan konvensional, seperti pelat penopang kondilus. Kedua osteosythesis pelat konvensional serta prosedur nail intramedulla dikaitkan dengan tingkat tinggi jika kerugian primer atau sekunder pengurangan, malunions, nonunions, dan infeksi. Penekanan terbaru yanglebih baik adalah pendekatan dengan teknik invasif minimal dalam hubungannya dengan perkembangan sudut-stabil implan yang memungkinkan penempatan precutaneous penguncian baut kepala telah menghasilkan hasil yang lebih baik. Tanpa perlu tambahan bone grafting dan penurunan angka infeksi dan kerugian

11

Fraktur pada Ekstremitas Bawah

jika pengurangan dengan menggunakan jika minimal-invasif atau kurang-invasif teknik pelapisan terkunci atau intramedulla retrograde nail. Prinsip yang berlaku umum untuk manajemen fraktur artikular termasuk pengurangan anatomi dan fiksasi dari permukaan articular, dengan fiksasi cukup stabil untuk memungkinkan gerak aktif dan / atau pasif langsung dari sendi, dan bantalan berat tertunda sampai permukaan artikular telah pulih dan patah tulang sembuh secukupnya. Sebuah implan klasik dikembangkan pada tahun 1960 oleh Maurice Muller di Swiss adalah pisau plat condylar 95o yang menyediakan stabilitas yang memadai untuk pengobatan patah tulang femur distal. Namun, teknik pelapisan pisau membutuhkan tingkat tinggi keterampilan dan pengalaman dan dapat mengakibatkan kegagalan jika tidak diterapkan dengan benar. Patah tulang intraarticular parsial dari kondilus femur biasanya diobati dengan open reduction and internal fixation (ORIF), untuk memastikan pengurangan anatomi patah tulang dari permukaan artikular. Sebuah contoh khas adalah "fraktur Hoffa" yang menunjukkan pembelahan padan kondilus femur. Ekstra-artikular komponen dalam C-jenis patah tulang sering dapat dikelola dengan teknik pengurangan tidak langsung untuk mengembalikan keselarasan dari segmen artikular ke dahan. Mengandalkan ise penggunaan yang tepat dari implan khusus, minimal atau kurang-invasif, seperti piring penguncian generasi baru.[10] Traksi Traksi dan spica casting atau cast bracing mempunyai banyak kerugian dalam hal memerlukan masa berbaring dan rehabilitasi yang lama, meskipun merupakan penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak. Oleh karena itu, tindakan ini tidak banyak dilakukan pada orang dewasa. Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat diimobilisasi dengan salah satu dan empat cara berikut ini: 1) Traksi. 2) Fiksasi interna. 3) Fiksasi eksterna.

12

Fraktur pada Ekstremitas Bawah

4) Cast bracing Traksi Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin Metode Pemasangan traksi: Traksi Manual Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency. Dilakukan dengan menarik bagian tubuh. Traksi Mekanik Ada dua macam, yaitu : Traksi Kulit Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips. Traksi Skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal. Kegunaan Pemasangan traksi Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya : 

Mengurangi nyeri akibat spasme otot



Memperbaiki dan mencegah deformitas



Immobilisasi



Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).



Mengencangkan pada perlekatannya.

13

Fraktur pada Ekstremitas Bawah

Comminuted fracture dan fraktur yang tidak sesuai untuk intramedullary nailing paling baik diatasi dengan manipulasi di bawah anestesi dan balanced sliding skeletal traction yang dipasang melalui tibial pin. Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen harus ditopang di posterior untuk mencegah peleng-kungan. Enam belas pon biasanya cukup, tetapi penderita yang gemuk memerlukan beban yang lebih besar dari penderita yang kurus membutuhkan beban yang lebih kecil. Lakukan pemeriksaan radiologis setelah 24 jam untuk mengetahui apakah berat beban tepat; bila terdapat overdistraction, berat beban dikurangi, tetapi jika terdapat tumpang tindih, berat ditambah. Pemeriksaan radiologi selanjutnya perlu dilakukan dua kali seminggu selama dua minggu yang pertama dan setiap minggu sesudahnya untuk memastikan apakah posisi dipertahankan. Jika hal ini tidak dilakukan, fraktur dapat terselip perlahan-lahan dan menyatu dengan posisi yang buruk.

Macam-macam traksi Traksi Panggul Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka. Traksi Ekstension (Buck’s Extention) Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot. Traksi Cervikal Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala. Traksi Russell’s Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.

14

Fraktur pada Ekstremitas Bawah

Traksi khusus untuk anak-anak Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif. [9] Fiksasi Interna Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir selalu menyebabkan non-union. Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dápat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi, trauma bedah tambahan dan risiko infeksi. Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling baik dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan rotasi. [3] Fiksasi Eksterna Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuk tindakan ini. [3]

Rehabilitasi Rehabilitasi setelah cedera pada ekstremitas bawah dimulai sesegera mungkin dan harus memiliki pendekatan multidisiplin untuk menyediakan kebutuhan fisik, emosional, dan kebutuhan lain pasien. Dokter, terapis, psikolog, dan pekerja ortopedi lainnya seperti orthotists dan pekerja sosial biasanya terlibat. Status medis pasien; cedera lainnya; kondisi fisiologis dan

15

Fraktur pada Ekstremitas Bawah

psikologis, status keluarga, teman, lingkungan rumah, pekerjaan, dan rekreasi, dan sumber daya yang tersedia semua harus dipertimbangkan untuk mengetahui besarnya cedera. Tujuan umumnya adalah untuk memaksimalkan potensi fungsional yang tersisa setelah cedera dengan memperbaiki deformitas ekstremitas, memaksimalkan kekuatan otot dan kontrol motor, dan meminimalkan resiko dan keparahan dari komplikasi. Namun, tujuan yang realistis tertentu harus diuraikan pada rehabilitasi setiap pasien termasuk endpoint fungsional yang sesuai dan batas waktu untuk pencapaian mereka. Tergantung pada cedera, mungkin dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk pemulihan lengkap. Kekakuan dan kontraktur harus dihindari setelah cedera signifikan pada ekstremitas bawah. Kontraktur terjadi bila bagian tubuh kaku dalam posisi tidak berfungsi (misalnya, posisi equines plantraflexion pergelangan kaki), yang mengganggu saat berdiri dan berjalan. Efektif belat dan rentang gerakan latihan dapat mencegah atau meminimalkan masalah tersebut, kecuali masalah saraf otot berat seperti kelenturan dari cedera pada otak atau sumsum tulang belakang yang hadir. Dalam kasus tersebut, rilis bedah kontraktur dan / atau operasi untuk menghilangkan atau mengarahkan kekuatan deformasi (tendon release atau perpanjangan) mungkin diperlukan.[5]

Prognosis Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan. Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam penyembuhan fraktur.[3]

16

Fraktur pada Ekstremitas Bawah

Kesimpulan Hipotesis diterima. Pasien dengan keluhan nyeri sedang pada daerah femur dextra dan memiliki tanda-tanda pasti fraktur yaitu deformitas, mengalami fraktur pada bagian suprakondilus atau di bagian distal dari pada femur.

Daftar Pustaka 1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Ilmu penyakit dalam. Ed 5. Jakarta: EGC; 2009 .h. 2385. 2. Anwar R,Tuson K, Khan SA. Femoral shaft fracture. Classification and Diagnosis in Orthopaedic Trauma. Cambridge University Press;2008. 3. Rasjad C. Buku pengantar ilmu bedah ortopedi. Edisi 3. Jakarta: EGC, 2007.h.352-489. 4. Anwar R,Tuson K, Khan SA. Femoral shaft fracture. Classification and Diagnosis in Orthopaedic Trauma. Cambridge University Press;2008. 5. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2003.h.878-82 6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses - proses penyakit volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC,2005.h.1365 7. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC, 2007.h.335-9 8. Khumarga H. Bahan kuliah musculoskeletal 2. Jakarta: Ukrida, 2012. 9. Feliciano DV, Mattox KL, Moore EE. Trauma. 6th Edition. USA: McGraw-Hill, 2008.p.9235,933-6

17

Related Documents


More Documents from "Asriana Timang"

Gangguan Fungsi Hati.docx
October 2019 21
Brinkitis.docx
October 2019 26
Demam+tifoid
October 2019 31
Gangguan Fungsi Hati
October 2019 43
Oksiuriasis Sp
October 2019 30