Askep Cairan.docx

  • Uploaded by: Irna Nisaulkhusna Kadir
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Cairan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,364
  • Pages: 21
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

IKRIMAH SYAM MIFTAHUL ULYA AWALUDDIN SRI MAHARDIKA ILMY LIMYAH YULIADI YUSUF RULYANIS REZKY AMALIA BASIR FIFI LESTARI

9. NURHUDAYA FAUZIAH 10.ALMASARI KANITA 11.SYAHRA RAMADHANI 12.MUSLIMIN 13.RISKA 14.EVI ASHARI 15.FITRI RAMADHAN 16.NUR ATMASARI 17.MEGAWATI YUNUS

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2016

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan dasar yang berjudul “Asuhan keperawatan pada pemenuhan kebutuhan cairan ”. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengembangkan pengetahuan tentang kebutuhan cairan. Disampaikan secara kontekstual dan di hubungkan dengan berbagai fakta empiris. Kami menyadari bahwa makalah ini kurang sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang dapat membangun dari pembaca sangat kami mengharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dan memungkinkan makalah ini bisa diselesaikan. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menjadi referensi yang mendukung bagi pembaca.

Samata, 30 Oktober 2016

Penyusun (kelompok 1)

DAFTAR ISI

Kata pengantar ......................................................................................... Daftar Isi .................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................... B. Rumusan Masalah ............................................................................... C. Tujuan Penulisan ................................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Medis............................................................................ B. Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................... BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................... B. Saran .................................................................. DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan cairan dan elektorlit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh, agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Sel-sel

hidup

dalam

tubuh

diselubungi

cairan

interstisial

yang

mengandung konsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel. Kelangsungan hidup membuthkan lingkungan internak yang konstan. Kehidupan manusia sangat tergantung terhadap apa yang ada disekelilingnya termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan( air dan elektrolit). Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor yaitu, usia pada seseorang, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh. B. Rumusan masalah 1. Bagaimana konsep teori pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit? 2. Bagaimana sistematis

asuhan

keperawatan

pada

gangguan

kebtuhan cairan dan elektrolit? C. Tujuan umum 1.

Untuk mengetahui bagaimana pemenuhan kebutuhan cairan dalam tubuh

2.

Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan cairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.KONSEP TEORI 1. Definisi Cairan tubuh dalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut. Cairan tubuh adalah air beserta unsur-unsurnya yang dibutuhkan untuk kesehatan dan pertumbuhan sel. Sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikelpartikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan sangat diperlukan bagi tubuh dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan didalam tubuh adalah salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. (Asmadi, 2008) 2. Klasifikasi a. Cairan intraselular (CIS) CIS adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan menyusun sekitar 70%, dari total cairan tubuh (total body water/TBW). CIS merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel. Pada individu dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau 2/3 dari TBW. Sisanya, yaitu 1/3 TBW atau 20% berat tubuh, berada di luar sel yang disebut sebagai cairan ekstraselular (CES). b. Cairan ekstraselular (CES) CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan

intravaskular, cairan interstisial dan cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat dalam ruang antar sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan adalah: anion dan kation. (Ambarwati, 2014) 3. Etiologi a. Usia Pada bayi atau anak-anak, keseimbangan cairan dan elektrolit dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah asupan cairan yang besar yang diimbangi dengan haluaran yang besar pula, metabolisme tubuh yang tinggi, masalah yang muncul akibat imaturitas fungsi ginjal, serta banyaknya cairan yang keluar melalui ginjal, paru-paru, dan proses penguapan. Pada orang tua atau lansia gangguan yang muncul berkaitan dengan masalah ginjal dan jantung terjadi karena ginjal tidak lagi mampu mengatur konsentrasi urine. b. Temperatur lingkungan Lingkungan yang panas menstimulus sistem saraf simpatis dan menyebabkan seseorang berkeringat. Pada cuaca yang sangat panas, seseorang akan kehilangan 700-200 ml air/jam dan 15-30 g garam/hari.

c. Kondisi stres Kondisi stres memengaruhi metabolisme sel, konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Kondisi stres mencetuskan pelepasan hormon antidieuretik sehingga produksi urine menurun. d. Keadaan sakit Kondisi pada saat sakit yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain luka bakar, gagal ginjal, dan payah jantung. e. Diet Diet dapat memengaruhi asupan cairan dan elektrolit. Asupan nutrisi yang tidak adekuat dapat berpengaruh terhadap kadar albumin serum. Jika albumin serum menurun, cairan interstisial tidak bisa masuk ke pembuluh darah sehingga terjadi edema. (Widianti, 2011) 4. Patofisiologi Sirkulasi cairan terjadi dalam tiga tahap. Pertama, plasma darah begerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua, cairan interstisial dan komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel. Terakhir, cairan dan substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel. Sedangkan mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu : a. Difusi. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah dengan melintasi membran semipermeabel. Pada proses ini, cairan dan elektrolit masuk melintasi membran yang memisahkan dua kompartemen sehingga

konsentrasi di kedua kompartemen itu seimbang. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh tiga hal, yakni : 1) Ukuran molekul, molekul yang ukurannya lebih besar cenderung bergerak lebih lambat dibandingkan molekul yang ukurannya kecil. 2) Konsentrasi larutan, larutan yang berkonsentrasi tinggi bergerak lebih cepat dibandingkan larutan berkonsentrasi rendah. 3) Temperatur larutan, semakin tinggi temperatur larutan maka semakin besar kecepatan difusinya. Dinding pembuluh darah yang sifatnya semipermeabel memungkinkan molekul kecil dan elektrolit melintas dengan bebas. Molekul bebas yang tidak dapat lewat melalui proses difusi (misalnya : glukosa) diangkut dengan bantuan bahan pembawa melalui proses yang disebut difusi terbantu. b. Osmosis Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membran semipermeabel dari area berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini, cairan melintasi membran untuk mengencerkan larutan yang berkonsentrasi tinggi sampai diperoleh keseimbangan pada kedua sisi membran. Perbedaan osmotik ini salah satunya dipengaruhi oleh distribusi protein yang tidak merata. Karena ukuran molekulnya besar, protein tidak dapat bebas melintasi membran plasma. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan tekanan osmotik koloid (tekanan onkotik) sehingga cairan tertarik ke dalam ruang intravaskular.

c. Transpor aktif Transpor aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah melintasi membran sel melawan gradien konsentrasinya. Proses ini memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). ATP berguna untuk mempertahankan konsentrasi ion natrium dan kalium dalam ruang ektrasel dan intrasel melalui suatu proses yang disebut pompa “natrium-kalium. (Ambarwati, 2014) 5. Tanda dan gejala a. Kehilangan berat badan b. Kehilangan cairan berlebih c. Ketidakcukupan asupan cairan( mual muntah, depresi, konfusi, anoreksia) d. Asupan natrium yang berlebihan (Asmadi, 2008) 6. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk mengkaji kebutuhan cairan difokuskan pada kulit, rongga mulut, mata, vena-vena tangan dan sistem neurologis. b. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan mengenai hematokrit (Ht), osmolalitas. (Heriana, 2014)

7. Komplikasi a. Dehidrasi (Berat, sedang, ringan) b. Kejang pada dehidrasi hipertonik

c. Gagal ginjal akut atau kronik d. Infark miokard (Aziz, 2006)

8. Prognosis a. Dehidrasi Jika terjadi kekurangan cairan ekstra sel dalam waktu yang lama, kadar nitrogen, urea dan kretinin akan meningkat sehingga menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebihan disertai dengan berkeringat dalam waktu lama dan terus menerus. b. Kejang pada dehidrasi hipertonik Apabila tidak cepat diatasi akan menyebabkan malnutrisi energi, karena selain diare dan muntah pasien juga mengalami kelaparan. c. Gagal ginjal kronis Gagal ginjal ini akan menyebabkan menurunnya fungsi finjal, dan akan berakibat fatal. d. Infark miokard Merupakan suatu penyakit tidak berfungsinya otot jantung yang sangat berakibat fatal dikarenakan terjadi penyempitan pada pembuluh darah yang di sebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi dan cairan bersama pembuluh darah ke jantung. (Ambarwati, 2014)

B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Riwayat Keperawatan 1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral,parental) 2) Tanda umum masalah elektrolit 3) Tanda kekurangan cairan 4) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan 5) Pengobatan tertentu yang di jalani dapat mengganggu status cairan 6) Status perkembangan seperti usia 7) Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan b. Pengukuran Klinis 1)

Berat badan Kehilangan / bertambahnya BB menunjukkan adanya masalah keseimbangan cairan : +2% (ringan), +5% (sedang), +10% (berat) Pengukuran BB dilakukan setiap hari pada waktu yang sama

2)

Keadaan umum : TTV dan tingkat kesadaran

3)

Pengukuran masukan cairan : oral dan NGT, intra vena, irigasi kateter atau NGT termasuk makanan yang mengandung air

4)

Pengukuran pengeluaran cairan : urine, feses, muntah, drainase dan IWL

5)

Ukur keseimbangan cairan dengan akurat: normalnya sekitar + 200 Ml

c.

Pemeriksaan fisik 1)

Integumen: keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani dan sensasi rasa

2)

Kardiovaskular : distensi vena jugularis, tekanan darah, Hb dan bunyi jantung

3)

Mata : cekung, air mata kering

4)

Neurologi : reflens, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran

5)

Gastrointestinals : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah dan bising usus. (Heriana, 2014)

2. Diagnosa keperawatan Menurut NANDA (2003), masalah keperawatan utama untuk gangguan cairan adalah: 1) Kekurangan volume cairan 2) kelebihan volume cairan 3) resiko kekurangan volume cairan 4) resiko ketidakseimbangan volume cairan 5) gangguan pertukaran gas

3. Intervensi

Diagnosa

NOC

Keperawatan 1. Kekurangan

NIC

Kriteria Hasil:

Rasional

1. Pertahankan

1. Kondisi

volume cairan 1. Mempertahan

Definisi: Penurunan cairan

kan

intravaskular,

output sesuai

interstisial, atau

dan/

intraseluler.

Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan tanpa

perubahan

urine

dengan

catatan intake

dehidrasi

dan

dapat

output

yang akurat.

usia 2. Mengatur

meningkatkan laju

filtrasi

dan BB, BJ

Monitor

glomerulus.

urine normal,

status hidrasi

Akibatnya

HT normal.

(kelembaban

haluaran urine

membran

tidak

2. Tekanan

dapat

pada natrium.

darah,

nadi,

mukosa, nadi

membersihkan

Batasan

suhu

tubuh

adekuat,

limbah secara

Karakteristik:

dalam

batas

tekanan darah

adekuat

ortostatik),

sehingga

jika

kadar

diperlukan.

elektrolit

a. Perubahan status mental b. Penurunan tekanan darah c. Penurunan tekanan nadi d. Penurunan volume nadi e. Penurunan

normal. 3. Tidak

ada

tanda dehidrasi

3. Mengatur

4. Elastisitas turgor

meningkat.

monitor kulit

2. Pengukuran

masukan

berat

badan

baik,

makanan/

yang

akurat

membran

cairan

mukosa

hitung intake

mendeteksi

lembab, tidak

kalori harian.

kehilangan

dari

dapat

turgor kulit f. Penurunan turgor lidah

ada rasa haus 4. Mengajukan

cairan.

g. Penurunan

yang

kolaborasi

3. Untuk

berlebihan.

pemberian

membantu

cairan.

berat

haluaran urin h. Penurunan pengisisan

5. Mengatur

vena i. Membran mukosa kering j. Kulit kering k. Peningkatan hematokrit l. Peningkatan suhu tubuh m. Peningkatan frekuensi nadi n. Peningkatan konsentrasi

badan

secara efektif,

monitor status

penimbangan

nutrisi.

harus

6. Mendorong masukan oral. 7. Menganjurka

dilakukan saat

di yang

sama dengan

n pemberian

mengenakan

penggantian

pakaian yang

nesogatrik

beratnya

sesuai output.

hampir sama.

8. Mengajukan

4. Mengonsumsi

urin o. Penurunan berat badan p. Haus kelemahan

dan

kepada

gula, alkohol,

keluarga agar

dan

memberikan

dalam jumlah

dorongan

besar

untuk

meningkatkan

membantu

produksi urine

pasien

dan

makan.

menyebabkan

9. Mengatur kemungkinan transfusi 10. Mempersiapk

kafein

dapat

dehidrasi.

an

untuk

transfusi 2. Kelebihan volume

Kriteria Hasil:

1. Menentukan

1. Terbebas dari

riwayat

cairan.

edema, efusi,

jumlah

Definsi:

anaskara

tipe

Peningkatan

1. Edema menghambat

dan intake

menuju

retensi 2. Bunyi

nafas

cairan

cairan isotonik.

bersih,

tidak

eliminasi.

Batasan

ada

karakteristik:

dyspneu/ortop

kemungkinan

menjadi buruk

neu.

faktor resiko

dan

dari

kerentanan

distensi vena

ketidakseimb

terhadap

jugularis,

angan cairan

cedera

c. Ansietas

reflek

(Hipertemia,

meningkat.

d. Anasarka

hepatojugular

terapi

a. Bunyi

napas

adventisius b. Gangguan elektrolit

e. Perubahan

dan

jaringan darah

2. Menentukan

3. Terbebas dari

akibatnya nutrisi

sel

2. Asupan

diuretik,

antrium yang

tekanan vena

kelainan

tinggi

sentral,

renal,

status mental

tekanan

ginjal,

retensi cairan.

g. Perubahan pola

kapiler

jantung,

Makanan yang

tekanan darah f. Perubahan

4. Memelihara

jaringan,

paru,

gagal

menyebabkan

pernapasan

output jantung

diaporesis,

tinggi natrium

h. Penurunan

dan vital sign

disfungsi

antara

dalam

hati.)

kudapan asin,

hematrokrit i. Penurunan hemoglobin

batas

normal. 5. Terbebas dari

3. Monitor berat badan

lain

keju cheddar, acar,

kecap,

j. Peningkatan

kelelahan,

tekanan

kecemasan

serum

atau

elektrolit

kaleng,

kebingungan.

urine

mustard.

vena

sentral k. Asupan

4. Monitor

MSG, dan

sayuran,

melebihi

6. Menjelaskan

5. Memonitor

Beberapa obat

haluaran

indikator

serum

bebas seperti

l. Refleksi

kelebihan

osmilalitas

antasida, juga

cairan.

rine

mengandung

hepatojugular positif

6. Memonitor

m. Perubahan tekanan

dan

arteri

pulmonal n. Kongesti pulmonal o. Gelisah p. Perubahan berat jenis urin q. Penambahan

tekanan darah orthostatik,

natrium. 3. Kortikosteroid

dan

mengandung

perubahan

unsur

irama

glukokortikoi

jantung.

d

7. Memonitor

dan

mineralokorti

parameter

koid

hemodinamik

meningkatkan reabsorpsi

berat

badan

infasif

dalam

waktu

8. Mencatat

yang singkat.

tinggi

natrium

secara akurat

ekskresi

intake

kalium

dan

output.

yang

dan

di

tubulus ginjal.

9. Memonitor

Retensi

adanya

natrium

distensi leher,

menyebabkan

rinchi, eodem

peningkatan

perifer

volume cairan

dan

penambahan

ekstraselular

BB

dengan

10. Memonitor

mencegah

tanda

dan

ekskresi

gejala

dari

cairan.

odema.

4. Edema terjadi setelah cairan ekstraselular yang meningkat memasuki ruang interstisial dan darah sehingga volume cairan interstisial dan darah meningkat.

4. Evaluasi 1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal dan HT normal 2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal. 3) Tidak ada tanda dehidrasi 4) Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebiha 5) Terbebas dari edema, efusi, anaskara 6) Bunyi nafas bersih. 7) Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal 8) Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Cairan tubuh adalah air pelarut, substansi terlarut/ zat terlarut. Cairan sangat diperlukan bagi tubuh dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan didalam tubuh adalah salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Cairan terbagi atas dua yaitu cairan intraselular dan cairan ekstraselular. B. Saran Kebutuhan cairan tubuh tak hanya berasal dari konsumsi air putih saja, melainkan juga dari makanan dan minuman yang megandung air. Meskipun begitu akan jauh lebih baik jika kita mengonsumsi air putih ketimbang jenis minuman lainnya yang banyak mengandung gula, kalori, kafein dan zat lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul

H,

A.Azis.

(2006).

Konsep

kebutuhan

dasar

manusia

I.

Jakarta: Salemba Medika Pelapina Heriana.(2014). Buku ajar kebutuhan dasar manusia Pamulang : BINARUPA AKSARA Nuarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:MediAction Asmadi. (2008). Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika Ambarwati,

Fitri

Respati.

(2014).

Konsep

kebutuhan

dasar

manusia.

Yogyakarta:Parama ilmu Widianti, Anggriyana Tri. (2011). Catatan kuliah kebutuhan dasar manusia (KDM) Yogyakarta : Nuka Medika

Related Documents

Askep
October 2019 90
Askep
July 2020 51
Askep
May 2020 71
Askep Malaria.docx
April 2020 6
Askep Parkinson.pptx
November 2019 14

More Documents from ""

Bab 1.pptx
April 2020 7
Lp Nilam.docx
June 2020 13
Askep Cairan.docx
April 2020 11
Lucu.docx
April 2020 9