Askep Arv.docx

  • Uploaded by: DEn BagOes Aditya
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Arv.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,147
  • Pages: 17
Askep Penatalaksanaan Pasien ARV dan Peran Perawat dalam Meningkatan Adherence

A. Askep penatalaksaan Pasien ARV HIV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien rentan terhadap serangan infeksi oportunistik. Antiretroviral (ARV) bisa diberikan pada pasien untuk menghentikana aktivitas virus, memulihkan sitem imun dan mengurangi terjadinya infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas hidup, dan menurunkan kecacatan. ARV tidak menyembuhkan pasien HIV, namun bisa memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia harapan hidup penderita HIV/AIDS. Obat ARV terdiri atas golongan seperti nukleoside reverse transcripetase inhibitor, non-nucleotide reverse transciptase inhibitor dan protease. 1. Tujuan pemberian ARV ARV diberikan pada pasien HIV/AIDS dengan tujuan untuk : a. Menghentikan replikasi HIV. b. Memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadi infeksi oportunistik. c. Memperbaiki kualitas hidup. d. Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV. 2. Jenis obat-obatan ARV Obat ARV terdiri atas beberapa golongan antara lain nucleoside reverse transcriptase inhibitor, non- nucleoside reverse transcriptase inhibitor, protease inhibitor dan fussion inhibitor.

a. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI) Obat

ini

dikenal

sebagai

analog

nukleosida

yang

menghambat

proses perubahan RNA virus menjadi DNA (proses ini dikenal oleh virus HIV agar bisa bereplikasi. Contoh dari obat ARV yang termasuk dalam golongan ini terdapat pada tabel di bawah ini. Nama Generik

Nama Dagang

Nama Lain

Zidovudine

Retrovir

AZT,ZCV

Didanosine

Videx

ddi

Zalzitabine

Hivid

ddC, dideokxycytidine

Stavudine

Zerit

d4t

Lamivudine

Epivir

3TC

Zidovudine/lamivudine

Combivir

Kombinasi AZT dan 3TC

Abacavir

Ziagen

ABC

Zidovu

Trizivir

Kombinasi AZT, 3TC dan

dine/lamivudine/abacavir tenofavir

abacavir viread

Bis-poc PMPA

b. Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI), yang termasuk golongan ini adalah tenofovir (TDF). c.

non- nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Golongan ini juga bekerja dengan menghambat proses perubahan RNA menajdi DNA dengan cara mengikat reverse transcriptase sehingga tidak berfungsi.

d. Protease inhibitor (PI, menghalangi kerja enzim protesa yang berfungsi memotong DNA yang dibentuk oleh virus dengan ukuran yang benar untuk memproduksi virus baru, contoh obat golongan ini adalah indinavir (APV), dan nelvinavir (NFV), squinavir (SQV), ritonavir (RTV), amprenavir (APV) dan loponavir/ritonavir (LPV/r). e. Fusion inhibitor. Yang termasuk golongan ini adalah enfuvirtide (T-20).

3. Efek samping ARV Pasien yang sedang mendapatkan HAART umumnya menderita efek samping. Sebagai akibatnya, pengobatan infeksi HIV dan risiko toksisitas yang kompleks antara menyeimbangkan keuntungan supresi HIV dan risiko toksisitas obat. Sekitar 25% penderita tidak meminum dosis yang dianjurkan karena takut akan efek samping yang ditimbulkan oleh ARV (Arminio Monforte, Chesney, Eron, 2000, dan Ammassari, 2001 dalam kapser et al , 2006). Obat-obat ARV mempunyai efek samping tertentu seperti Jenis

Obat

Efek Samping

ARV Zidovudine

Anemia, Neutropenia, Gastrointestinal, sakit kepala, sulit tidur, miopati, asidosis laktat dgn steatosis hepatis(jarang)

Lamivudine

Sedikit

toksisitas,

asidosis

laktat

dgn

steatosis hepatis(jarang) NRTI

Stavudine

Neuropati perifer, pankreatitis, lipodistrofi (efek samping jangka panjang), asidosis laktat dgn steatosis hepatis(jarang)

Didonosine

Pankreatitis,

neuropati

perifer,

lipodistrofi(efek samping jangka panjang), asidosis laktat dgn steatosis hepatis(jarang)

NNRTI

NVP

Ruam kulit berat, hepatitis

EFV

SSP, Terotogenik( jangan diberikan pada usia muda dalam usia reproduksi tanpa metode KB yang aman)

PI

NFV

Diare, hperglikemia, perpindahan lemak (lipodistrofi), kelainan lipid

Sumber: Depkes RI,2003

4. Asuhan keperawatan pada pasien ARV a. Pengkajian 1) Identitas Pasien Meliputi nama lengkap, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, alamat, no regestrasi dan diagnosa medis. 2) Status Kesehatan a) Alasan MRS b) Keluhan Utama : Pasien mengeluhkan badan terasa lemas, sakit kepala, susah tidur, diare dll. c) Riwayat Kesehatan Sekarang d) Riwayat Kesehatan Dahulu e) Riwayat Penyakit Keluarga 3) Pemeriksaan fisik a) Inspeksi b) Palpasi c) Perkusi d) Aukultasi 4) Aktivitas / istirahat Mengatakan susah tidur (pola tidur terganggu). 5)

Gejala:

Mudah

lelah, berkurangnya toleransi terhadap

aktivitas

biasanya, progresi kelelahan / malaise, Perubahan pola tidur 6) Psikososial Takut menghadapi kematian karena penyakitnya. b. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Berikut adalah diagnosa keperawatan yang didapatkan berdasarkan efek samping dari pemberian ARV sebagai berikut :

1) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (diare) Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Intervensi

Hasil Kekurangan volume

Keseimbangan elektrolit

- Pantau warna, jumlah

cairan Definisi :

dan asam basa;

dan frekuensi kehilangan

Kekurangan jumlah

keseimbangan elektrolit

cairan

cairan yang ada di dalam

dan non elektrolit dalam -- Observasi khususnya

tubuh

kompartemen intrasel

terhadap kehilangan

Batasan Karakteristik :

dan ekstrasel tubuh

cairan yang tinggi

Subjektif: Haus

- Hidrasi; keadekuatan

elektrolit

Objektif :

cairan yang adekuat

- Pantau perdarahan

- Perubahan status mental dalam kompartemen

- Identifikasi

- Penurunan turgor kulit

intrasel dan ekstrasel

factor pengaruh

dan lidah

tubuh

terhadap bertambah

- Penurunan haluaran

- Status nutrisi: asupan

buruknya dehidrasi

urin

makanan dan

- Kaji adanya vertigo atau

- Penurunan pengisian

cairan; jumlah makanan hipotensi postural

vena

dan cairan yang masuk

- Kaji orientasi terhadap

- Kulit dan membrane

kedalam tubuh selama

orang, tempat dan waktu

mukosa kering

periode 24 jam

- Pantau status hidrasi

- Kematokrit meningkat

- Timbang berat badan

- Suhu tubuh meningkat

setiap hari dan pantau

.Peningkatan frekuensi

kecenderungannya

nadi, penurunan

- Pertaruhkan keakuratan

TD, penurunan volume

catatan asupan dan

dan tekanan nadi

haluaran

- Konsentrasi urin meningkat - Penurunan berat badan yang tibatiba - Kelemahan

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Ketidakseimbangan

- Selera makan; keinginan

- Tentukan

nutrisi kurang dari

untuk makan ketika dalam

motivasi pasien untuk

kebutuhan tubuh

keadaan sakit atau sedang

mengubah kebiasaan

menjalani pengubatan

makan Pantau nilai

Batasan karakteristik :

- Perawatan diri: makan;

laboratotium, khususnya

- Berat badan kurang

kemampuan untuk

transferin, albumin, dan

dari 20% atau lebih

mempersiapkan dan

elektrolit

dibawah berat badan

mengingesti makanan dan

- Manajemen nutrisi:

ideal untuk tinggi badan

cairan secara mandiri

Ketahui makanan

dan rangka tubuh

dengan atau tanpa alat

kesukaan pasien

- Kehilangan berat baan

bantu

-Tentukan

dengan asupan makanan

- Berat badan: masa

kemampuan pasien

yang adekuat

tubuh; tingkat kesesuaian

untuk memenuhi

- Melaporkan kurangnya

berat badan, otot, dan

kebutuhan nutrisi

makanan

lemak dengan tinggi

- Pantau kandungan

- Diare atau steatore

badan, rangka tubuh, jenis

nutrisi dan kalori pada

kelamin dan usia.

catatan asupan - Timbang pasien pada interval yang tepat

3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan efek samping obat Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Gangguan pola tidur

NOC

NIC

Definisi : Gangguan

- Anxiety reduction

Sleep Enhancement

kualitas dan kuantitas

- Comfort level Pain

- Determinasi efek-efek

waktu tidur akibat

level

medikasi terhadap pola

faktor eksternal

- Rest : Extent and Pattern

tidur

- Sleep : Extent an Pattern

- Jelaskan pentingnya

Batasan Karakteristik :

Kriteria Hasil :

tidur yang adekuat

- Perubahan pola tidur

- Jumlah jam tidur dalam

- Fasilitas untuk

normal

batas normal 6-8 jam/hari mempertahankan

- Penurunan

- Pola tidur, kualitas

aktivitas sebelum tidur

kemampuan berfungsi

dalam batas normal

(membaca)

- Ketidakpuasan tidur

- Perasaan segar sesudah

- Ciptakan lingkungan

- Menyatakan sering

tidur atau istirahat

yang nyaman

terjaga -- Meyatakan

- Mampu mengidentifikasi

-

tidak mengalami

kan hal-hal yang

Kolaborasikan pemberia

kesulitan tidur

meningkatkan tidur

n obat tidur

- Menyatakan tidak

- Diskusikan

merasa cukup istirahat

dengan pasien dan

Faktor Yang

keluarga tentang teknik

Berhubungan :

tidur pasien

- Kelembaban

- Instruksikan untuk

lingkungan sekitar

memonitor tidur pasien

- Suhu lingkungan

- Monitor waktu makan

sekitar

dan minum dengan

- Tanggung jawab

waktu tidur

memberi asuhan

- Monitor/catat

- Perubahan pejanan

kebutuhan tidur pasien

terhadap cahaya gelap

setiap hari dan jam

- Gangguan(mis.,untuk tujuan terapeutik, pemantaua n, pemeriksaan laboratorium) - Kurang kontrol tidur - Kurang privasi, Pencahayaan

4) Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian Diagnosa Keperawatan Ansietas

Tujuan dan Kriteria Hasil

berhubungan -

Klien

mampu - Gunakan pendekatan

dengan ancaman kematian mengindentifikasi mengungkapkan

Intervensi

dan yang menenangkan. gejala

cemas

- Beritahu pada pasien segala

sesuatu

yang

- Menunjukkan teknik membuat pasien cemas untuk mengontrol cemas

-

Jelaskan

prosedur

- TTV dalm batas normal

kegiatan semua

- Postur tubuh, mimik - Bantu pasien untuk dan

tingkat

menunjukkan berkurang.

aktivitas mengenal situasi yang cemas menimbulkan cemas. dalam untuk

Ajarkan pada

nafas pasien

mengurangi

cemas dan membuat lebih relaksasi

B. Peran perawat dalam meningkatkan adherence Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawatn maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Adherence atau patuh adalah kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesiaonal kesehatan (Niven, N, 2002). Kepatuhan atau adherence pada terapi adalah sesuatu keadaan dimana pasien mematuhi pengobatannya atas dasar kesadaran sendiri, bukan hanya karena mematuhi perintah dokter. Hal ini penting karena diharapkan akan lebih meningkatkan tingkat kepatuhan minum obat. Adherence atau kepatuhan harus selalu dipantau dan dievaluasi secara teratur pada setiap kunjungan. Kegagalan terapi ARV sering diakibatkan oleh ketidak-patuhan pasien mengkonsumsi

ARV. Untuk mencapai supresi virologis yang baik diperlukan tingkat kepatuhan terapi ARV yang sangat tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai tingkat supresi virus yang optimal, setidaknya 95% dari semua dosis tidak boleh terlupakan. Resiko kegagalan terapi timbul jika pasien sering lupa minum obat. Kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dengan pasien serta komunikasi dan suasana pengobatan yang konstruktif akan membantu pasien untuk patuh minum obat. Kepatuhan

adalah

istilah

yang

digunakan

utnuk

menggambarkan

perilaku pasien dalam minum obat secara benar tentang dosis, frekuensi dan waktunya. Supaya patuh, pasien dilibatkan dalam memutuskan apakah minum obat atau tidak. Kepatuhan ini amat penting dalam penatalaksaan ART, karena: a. Bila obat tidak mencapai konsentrasi optimal dalam darah maka akan memungkinkan berkembangnya resistensi. b. Minum dosis obat tepat waktu dan meminumnya secara benar. c. Derajat kepatuhan sangat berkolerasi dengan keberhasilan dalam mempertahankan supresi virus. Terdapat kolerasi positif antara kepatuhan dengan keberhasilan, dan HAART sangat efektif bila diminum sesuai aturan. Hal ini berkaitan dengan. a.

Resistensi obat. Semua obat antiretroviral diberikan dalam bentuk kombinasi, di samping meningkatkan efektivitas juga penting dalam mencegah resistensi. Kepatuhan terhadap aturan pemakaian obat juga sangat membantu mencegah terjadinya resitensi. Virus yang resisten terhadap obat akan berkembang cepat dan berakibat bertambah buruknya perjalanan penyakit.

b. Menekan virus secara terus menerus. Obat-obatan ARV harus diminum seumur hidup secara teratur, berkelanjutan, dan tepat waktu. Cara terbaik untuk menekan virus secara terus menerus adalah dengan meminum obat secara tepat waktu dan mengikuti petunjuk minum obat dengan benar serta di anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.

c.

Kiat penting untuk mengingat minum obat. 1) Minumlah obat pada waktu yang sama setiap hari. 2) Harus selalu tersedia obat di mana pun biasanya penderita berada, misalnya dikantor, di rumah, dan lain-lain. 3) Bawa obat kemanapun pergi. 4) Gunakan alarm untuk mengingatkan waktu minum obat

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi atau faktor prediksi kepatuhan: Fasilitas layanan kesehatan. Sistem layanan yang berbelit, sistem pembiayaan kesehatan yang mahal, tidak jelas dan birokratik adalah penghambat yang berperan

sangat

signifikan

terhadap

kepatuhan,

karena

hal

tersebut

menyebabkan pasien tidak dapat mengakses layanan kesehatan dengan mudah. Termasuk

diantaranya

ruangan

yang

nyaman,

jaminan

kerahasiaan

dan penjadwalan yang baik, petugas yang ramah dan membantu pasien. a.

Karakteristik Pasien. Meliputi faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, ras / etnis, penghasilan, pendidikan, buta/melek huruf, asuransi kesehatan, dan asal kelompok dalam masyarakat misal waria atau pekerja seks komersial) dan faktor psikososial (kesehatan jiwa, penggunaan napza, lingkungan dan dukungan sosial, pengetahuan dan perilaku terhadap HIV dan terapinya).

b. Paduan terapi ARV. Meliputi jenis obat yang digunakan dalam paduan, bentuk paduan (FDC atau bukan FDC), jumlah pil yang harus diminum, kompleksnya paduan (frekuensi minum dan pengaruh dengan makanan), karakteristik obat dan efek samping dan mudah tidaknya akses untuk mendapatkan ARV. c.

Karakteristik penyakit penyerta. Meliputi stadium klinis dan lamanya sejak terdiagnosis HIV, jenis infeksi oportunistik penyerta, dan gejala yang berhubungan dengan HIV. Adanya infeksi oportunistik atau penyakit lain menyebabkan penambahan jumlah obat yang harus diminum.

d. Hubungan pasien-tenaga kesehatan. Karakteristik hubungan pasientenaga kesehatan yang dapat mempengaruhi kepatuhan meliputi: kepuasan dan kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan dan staf klinik, pandangan

pasien terhadap kompetensi tenaga kesehatan, komunikasi yang melibatkan pasien dalam proses penentuan keputusan, nada afeksi dari hubungan tersebut (hangat, terbuka, kooperatif, dll) dan kesesuaian kemampuan dan kapasitas tempat layanan dengan kebutuhan pasien.

Sebelum memulai terapi, pasien harus memahami program terapi ARV beserta konsekuensinya. Proses pemberian informasi, konseling dan dukungan kepatuhan harus dilakukan oleh petugas (konselor dan/atau pendukung sebaya/ODHA). Tiga langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan antara lain: Langkah 1: Memberikan informasi Klien diberi informasi dasar tentang pengobatan ARV, rencana terapi, kemungkinan timbulnya efek samping dan konsekuensi ketidakpatuhan. Perlu diberikan informasi yang mengutamakan aspek

positif dari pengobatan sehingga dapat membangkitkan

komitmen kepatuhan berobat. Langkah 2: Konseling perorangan Petugas

kesehatan

perlu

membantu

klien

untuk

mengeksplorasi kesiapan pengobatannya. Sebagian klien sudah jenuh dengan beban keluarga atau rumah tangga, pekerjaan dan tidak dapat menjamin kepatuhan berobat. Sebagian klien tidak siap untuk membuka status nya kepada orang lain. Hal ini sering mengganggu kepatuhan minum ARV, sehingga sering menjadi hambatan dalam menjaga kepatuhan. Ketidak siapan pasien bukan merupakan dasar untuk tidak memberikan ARV, untuk itu klien perlu didukung agar mampu menghadapi kenyataan dan menentukan siapa yang perlu mengetahui statusnya. Langkah

3:

Mencari

membuat rencana terapi.

penyelesaian

masalah

praktis

dan

Setelah memahami keadaan dan masalah klien, perlu dilanjutkan dengan diskusi untuk mencari penyelesaian masalah tersebut secara bersama dan membuat perencanaan praktis. Hal-hal praktis yang perlu didiskusikan antara lain: 1) Di mana obat ARV akan disimpan? 2) Pada jam berapa akan diminum? 3) Siapa yang akan mengingatkan setiap hari untuk minum obat? 4) Apa yang akan diperbuat bila terjadi penyimpangan kebiasaan seharihari? Harus direncanakan mekanisme untuk mengingatkan klien berkunjung dan mengambil obat secara teratur sesuai dengan kondisi pasien. Perlu dibangun hubungan yang saling percaya antara klien dan petugas kesehatan. Perjanjian berkala dan kunjungan ulang menjadi kunci kesinambungan perawatan dan pengobatan pasien. Sikap petugas yang mendukung dan peduli, tidak mengadili dan menyalahkan pasien, akan mendorong klien untuk bersikap jujur tentang kepatuhan makan obatnya. 2. Kesiapan Pasien Sebelum Memulai Terapi ARV Menelaah kesiapan pasien untuk terapi ARV. Mempersiapan pasien untuk memulai terapi ARV dapat dilakukan dengan cara: a. Mengutamakan manfaat minum obat daripada membuat pasien takut minum obat dengan semua kemunginan efek samping dan kegagalan pengobatan. b. Membantu pasien agar mampu memenuhi janji berkunjung ke klinik. c. Mampu minum obat profilaksis IO secara teratur dan tidak terlewatkan d. Mampu menyelesaikan terapi TB dengan sempurna. e. Mengingatkan pasien bahwa terapi harus dijalani seumur hidupnya. f. Jelaskan bahwa waktu makan obat adalah sangat penting, yaitu kalau dikatakan dua kali sehari berarti harus ditelan setiap 12 jam.

g. Membantu pasien mengenai cara minum obat dengan menyesuaikan kondisi pasien baik kultur, ekonomi, kebiasaan hidup (contohnya jika perlu disertai dengan banyak minum wajib menanyakan sumber air, dll). h. Membantu pasien mengerti efek samping dari setiap obat tanpa membuat pasien takut terhadap pasien, ingatkan bahwa semua obatmempunyai efek samping untuk menetralkan ketakutan terhadap ARV. i. Tekankan bahwa meskipun sudah menjalani terapi ARV harus tetap menggunakan kondom ketika melakukan aktifitas seksual atau menggunakan alat suntik steril bagi para penasun. k. Sampaikan bahwa obat tradisional (herbal) dapat berinteraksi dengan obat ARV yang diminumnya. Pasien perlu diingatkan untuk komunikasi dengan dokter untuk diskusi dengan dokter tentang obatobat yang boleh terus dikonsumsi dan tidak. l. Menanyakan cara yang terbaik untuk menghubungi pasien agar dapat memenuhi janji/jadwal berkunjung. m. Membantu pasien dalam menemukan solusi penyebab ketidak patuhan tanpa menyalahkan pasien atau memarahi pasien jika lupa minum obat. n. Mengevaluasi sistem internal rumah sakit dan etika petugas dan aspek lain diluar pasien sebagai bagian dari prosedur tetap untuk evaluasi ketidak patuhan pasien. 3. Unsur Konseling untuk Kepatuhan Berobat a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien b. Memberikan informasi yang benar dan mengutamakan manfaat postif dari ARV c.Mendorong keterlibatan kelompok dukungan sebaya dan membantu menemukan seseorang sebagai pendukung berobat

d. Mengembangkan rencana terapi secara individual yang sesuai dengan gaya hidup sehari-hari pasien dan temukan cara yang dapat digunakan sebagai pengingat minum obat e. Paduan obat ARV harus disederhanakan untuk mengurangi jumlah pil yang harus diminum dan frekuensinya (dosis sekali sehari atau dua kali sehari), dan meminimalkan efek samping obat. f. Penyelesaian masalah kepatuhan yang tidak optimum adalah tergantung dari faktor penyebabnya. Kepatuhan dapat dinilai dari laporan pasien sendiri, dengan menghitung sisa obat yang ada dan laporan dari keluarga atau

pendamping yang membantu pengobatan. Konseling kepatuhan

dilakukan pada setiap kunjungan dan dilakukan secara terus menerus dan berulang kali dan perlu dilakukan tanpa membuat pasien merasa bosan. 4. Monitoring Selain adanya kesadaran pasien untuk mematuhi peraturan ART, doperlukan juga adanya monitoring yang dilakukan oleh pihak yang berwenag (perawat, konselor dan dokter) atau pihak yang berhubungan dnegan ODHA lainnya. Upaya monitoring terdiri atas : a. Monitoring berkala. Monitoring ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu : 1) Monitoring kepatuhan (adherence) yang harus didiskusikan pada setiap kunjungan. 2) Monitoring efek samping ART, yang terdiri atas pertanyaan langsung, pemeriksaan klinis dan tes laboratorium. 3) Monitoring keberhasilan ART. Monitoring ini berupa indikastor klinis, misalnya berat badan yang meningkat, jumlah CD4 dan viral load.

b. Monitoring klinis. Monitoring klinis dilakukan agar didapatkan riwayat penyakit yang jelas dan dilakukan pemeriksaan klinis yang teratur. Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan setiap kali dilakukannya pemeriksaan klinis. 1) Follow up pertama setelah satu atau dua minggu. Lebih awal jika terjadi efek samping. 2) Kunjungan bulanan sesudahnya, atau lebih bila doperlukan. 3) Tiap kunjungan tanyakan tentang gejal, kepatuhan, maslah yang berhubungan dnegan HIV dan non HIV, dan kualitas hidup. 4) Pemeriksaan, berat badan, dan suhu. c. Pemeriksaan laboratorium dasar 1) Hitung darah dan hitung jenis (Hb, leukosit, dan TLC-total limfosit count tiap 3 bulan dan pada awlah pemakaian ARV). 2) SGOT dan SGPT. 3) Hitung CD4, dilakukan pada awal terapi dan tiap 6 bulan. d. Monitoring efektivitas ARV dinilai efektif bila : 1) Menurunnya/menghilangnya gejala. 2) Meningkatkan berat badan. 3) Menurunnya lesi kaposi. 4) Meningkatkan TLC. 5) Meningkatnya hitungan CD4. 6) Supresi VL yang bertahan lama

Penutup A. Kesimpulan Antiretroviral (ARV) adalah obat yang diberikan untuk pasien HIV/AIDS dengan tujuan menghentikana aktivitas virus, memulihkan sitem imun dan mengurangi terjadinya infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas hidup, dan menurunkan kecacatan. ARV tidak menyembuhkan pasien HIV, namun bisa memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia harapan hidup penderita HIV/AIDS. Peran perawat dalam menigkatkan kepatuhan minum obat pasien sangat penting yaitu dengan cara memberikan informasi seputar pengobatan ARV, konseling perorangan untuk mengeksplorasi kesiapan pengobatan pasien dan membuat rencana terapi pasien. B. Saran Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan tindakan keperawatan kepada pasien dengan HIV harus berhati-hati dan sesuai dengan SOP agar keamanan pasien dan keamanan perawat terjaga. Selain masalah fisiologis pada pasien, perawat juga harus mampu melakukan asuhan keperawatan terhadap masalah psikologis dan social dari pasien. Oleh sebab itu, perlu di bangun hubungan saling percaya antara klien dan petugas kesehatan. Kunjungan ulang menjadi kunci kesinambungan perawatan dan pengobatan pasien.

Daftar pustaka Arif Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapiuus. DEPKES RI (2011). Pedoman nasional Tatalaksana klinis infeksi HI V dan teravi antirotroviral. Kemetrian kesehatan republik indonesia. DEPKES RI. 2003. Pedoman nasional perawatan, dukungan, dan pengobatan bagi ODHA. Buku pedoman untuk petugas kesehatan dan petugas lainnya. Jakarta: Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan lingkungan Depkes RI. IMAI. 2003. Perawatan kronis HI V dan pengobatan ARV . Surabaya; Integrated Management of Adolescent and Adult ilness, WHO, Unair, RsU Dr. Soetomo Surabaya. Nurarif, Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA. Media Action Publishing: Yogyakarta Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HI V/AI DSJakarta : Salemba Medika Stewart G. 1997, Managing HI V . Sydney: MJA Published. Nurarif, Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA. Media Action Publishing: Yogyakarta

Related Documents

Askep
October 2019 90
Askep
July 2020 51
Askep
May 2020 71
Askep Malaria.docx
April 2020 6
Askep Parkinson.pptx
November 2019 14

More Documents from ""

Sekaten.ppt
December 2019 5
Askep Arv.docx
December 2019 18
Lp Halusinasi.docx
December 2019 10
Konsep Hidroponik.pdf
December 2019 6