ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BY. NY S DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG MELATI RSUD Dr. H SOEWONDO KENDAL
DI SUSUN OLEH:
1. Oktaviana Putri
(1808031)
2. Ririn Eka Saputri
(1808036)
3. Riyan Yogi Abdillah
(1808038)
4. Siska`
(1808041)
5. Wariq Aufa
(1808045)
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES WIDYA HUSADA KOTA SEMARANG 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kami mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izinNya Kami dapat menyelesaikan tugas akhir stase ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada By. Ny S Dengan Bayi Berat Lahir Rendah Di Ruang Melati Rsud Dr. H Soewondo Kendal” ini merupakan salah satu pokok bahasan dalam praktek Stase Anak. Semoga dengan adanya laporan ini dapat menambah pengetahuan dan dan bisa mengaplikasikannya. Menyadari bahwa banyak pihak yang terkait dan terlibat dalam penyusunan KaryaTulis Ilmiah ini, maka penulis pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati ingin menyampaikan terima kasih kepada 1. Tri Sakti W, M.Kep,Sp.Kep.An selaku pembimbing akademik stase Keperawatan Anak. Terima kasih atas bimbingan, pengarahan, saran, dan nasehatnya. Terima kasih atas kebesaran hatinya yang sabar dalam membimbing penulis selama ini. 2. Aprilia Widiyastuti, S.Kep, Ns., sebagai pembimbing klinik terima kasih atas masukan dan sarannya yang sangat mendukung penulis. 3. Semua pihak yang telah membantu dalam memberikan dorongan moril yang tidakdapat menyebutkan satu – persatu. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan maupun kesalahan. Oleh karena itu, Kami sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini, terutama pada Dosen Pembimbing. Kendal, April 2019
Penulis
BAB I LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang Masalah BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan prediktor tertinggi angka kematian bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan (Kemenkes RI,2015). Bayi BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali lipat lebih besar di bandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia lahir dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR lahir di negara yang sedang berkembang, contohnya di Indonesia. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2014-2015, angka prevalensi BBLR di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 9% dengan sebaran yang cukup bervariasi pada masing-masing provinsi. Angka terendah tercatat di Bali (5,8%) dan tertinggi di Papua (27%), sedangkan di Provinsi Jawa Tengah berkisar 7% (Kemenkes RI,2015). BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas),dan IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) yang dalam bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti faktor ibu, plasenta, janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah umumnya mengalami proses hidup jangka panjang yang kurang baik. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan berkembang lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Selain gangguan tumbuh kembang, individu dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi, penyakit jantung dan diabetes setelah mencapai usia 40 tahun (Juaria dan Henry, 2014) Pada masa sekarang ini, sudah dikembangkan tatalaksana awal terhadap bayi BBLR dengan menjaga suhu optimal bayi, memberi nutrisi adekuat dan melakukan pencegahan infeksi. Meskipun demikian, masih didapatkan 50% bayi BBLR yang meninggal pada masa neonatus atau bertahan hidup dengan malnutrisi, infeksi berulang dan kecacatan perkembangan neurologis. Oleh karena itu,pencegahan insiden BBLR lebih diutamakan dalam usaha menekan Angka Kematian Bayi (Prawiroharjo, 2014).
B. Tujuan 1. Tujuan umum Mengetahui tindakan keperawatan yang tepat pada pasien dengan kejadian berat badan lahir rendah. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui prevalensi kejadian berat badan lahir rendah di rumah sakit RSUD Dr. H Soewondo Kendal. b. Mengetahui intervensi keperawatan pada bayi dengan kejadian berat badan lahir rendah pada bayi post partum. c. Mengetahui implementai keperawatan pada bayi dengan kejadian berat badan lahir rendah pada bayi post partum.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Berat badan lahir rendah merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Markum, 2009). Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir. Dalam hal ini dibedakan menjadi : 1.
Prematuritas murni, yaitu bayi pada kehamilan <37 minggu dengan berat badan sesuai.
2.
Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan (Hardi Kusuma & Amin Huda,2012:68).
B. Penyebab Kelahiran premature disebababkan oleh beberapa faktor yang berhubungan, yaitu : 1.
Faktor ibu meliputi faktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma fisik), faktor usia ibu dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan
antepartum,
malnutrisi,
kelainan
uterus,
hidramnion,
penyakit
jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi dan kehamilan multiple. 2. Aktivitas ibu meliputi :stress fisik yang lama
berhubungan dengan gangguan
pertumbuhan intra uterin dan maturitas. 3. Faktor janin meliputi : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini. 4. Faktor Plasenta meliputi :Penyakit vaskuler, kehamilan ganda, malformasi, tumor, plasenta privea. 5. Keadaan sosial dan ekonomi yang rendah, diukur berdasarkan pendapatan keluarga, tingkat pendidikan,status sosial dan pekerjaan/jabatan. 6. RAS, dari data penelitian menunjukkan angka kelahiran premature 2 kali lipat banyak pada ibu-ibu kulit putih yang merupakan 1/3 dari seluruh BKB (bayi kurang bulan) (Markum, 2009).
C. Tanda dan Gejala 1.
Sebelum bayi lahir a)
Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati
b) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan c)
Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
d) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya
dan
sering
dijumpai
kehamilan
dengan
oligolidramnion
gravidarum atau perdarahan antepartum. 2. Setelah bayi lahir a)
Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
b) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu c)
Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
d) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm e)
Rambut lanugo masih banyak
f)
Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
g) Tumit mengkilap dan telapak kaki halus h) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah (Sacharin, 2006).
D. Patofisiologi BBLR menyebabkan bayi lahir premature. Prematuritas disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor ibu, faktor plasenta dan faktor janin, akan menyebabkan dinding otot rahim bagian bawah rahim lemah sehingga rahim terbuka sebelum usia kehamilan dan bayi lahir premature dengan berat badan kurang dari 2500 gram (BB <2500 gram). Bayi yang lahir premature akan mengalami imatur fungsi mekanis pencernaan seperti refleks menghisap dan menelan lemah, gangguan digestif dan absorbsi yang mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Paru belum matang akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif, asfiksia, kulit tipis, transparan dan lemak subkutan sedikit sehingga dapat terjadi risiko gangguan integritas kulit, thermoregulasi tidak efektif dan pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matur sehingga
system immunologi belum berkembang dengan baik dan dapat terjadi imatur system saraf pusat (Hardi Kusuma & Amin Huda,2012:68).
E. Pemeriksaan Diagnostik Adapun pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan pada berat badan lahir rendah pada bayi yaitu : 1.
Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).
2.
Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek).
3.
Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
4.
Pengkajian spesifik
5.
Pemeriksaan fungsi paru
6.
Pemeriksaan fungsi kardiovaskular.
F. Penatalaksanaan Medis Adapun penatalaksanaan medik dari BBLR antara lain: 1. Pemberian O2 (oksigen) 2. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat. 3. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi. 4. Pengawasan nutrisi/ASI. Reflex menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. 5. Penimbangan ketat. Adanya perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat. 6. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih, pertahankan suhu tetap hangat. 7. Tali pusat harus dalam keadaan bersih 8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI 9. Bila tidak mungkin infuse dekstrose 10 % + bikarbonat natrikus 1,5 % = 4:1, hari 1 = 60 cc/kg/hari ,kolaborasi dengan dokter dan berikan antibiotic (Sacharin, 2006).
G. Komplikasi Komplikasi BBLR sangat tergantung dari klasifikasi dari BBLR itu sendiri yaitu : 1.
Pada bayi kurang bulan, system fungsi dan struktur organ tubuh masih sangat muda/imatur,muda /premature belum berfungsi optimal sehingga akan muncul komplikasi/penyakit sebagai berikut : a.
Asfiksia perinatal
b.
Komplikasi pada saluran pernafasan seperti penyakit membrane hialin, apnea rekuren, sindroma kebocoran udara, bronkopulmonary dysplasia
c.
Termoregulator dan pusat panas seperti hipertermi dan hipotermi
d.
Pada saluran kardiovaskuler seperti hipertensi
e.
Pada saluran pencernaan seperti prematuritas dan imaturitas menyebabkan terjadi enterokolitis nekrotikan (EKN)
f. 2.
Komplikasi hematologis seperti anemia prematuritas.
BBLR yang mengalami gangguan pertumbuhan intrauterine dapat berhubungan dengan adanya kelainan congenital,selama intrauterine tidak tumbuh optimal dan lahir BBLR. Komplikasi yang muncul pada BBLR kecil masa kehamilan sebagai berikut : a.
Depresi perinatal
b.
Aspirasi mekonium
c.
Perdarahan paru
d.
Hipertensi paru-paru persisten (HPP)
e.
Hipoksemia,
hiperglikemi,
hipokalsemia,
hiponatremia,
polisitemia
(Erlina,2008).
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Langkah-langkah dalam proses keperawatan ini meliputi : 1. Pengkajian Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan diagnosa medis BBLR adalah sebagai berikut : a. Identitas pasien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, dan anak ke berapa. b. Identitas penanggung jawab meliputi nama orang tua, pekerjaan orang tua, alamat, jenis kelamin, pendidikan, dan usia orang tua. c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh klien sehingga dibawa ketempat pelayanan kesehatan. 2) Keluhan saat ini : keluhan yang dirasakan oleh klien disaat melakukan pengkajian. 3) Riwayat kesehatan dahulu :Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu. 4) Riwayat kesehatan keluarga : pengkajian tentang riwayat kesehatan keluarga, apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit. d. Riwayat Kehamilan / persalinan. 1) Prenatal a) Menanyakan riwayat sebelum melahirkan yang berkaitan dengan kebutuhan pemenuhan nutrisi, vitamin penambah darah, dan kalisium laktat. b) Menanyakan kondisi kehamilan pada saat sebelum persalinan. c) Perubahan berat badan sebelum melahirkan. d) Riwayat imunisasi TT. e) Keluhan ibu pada saat ANC. f) Riwayat antenatal care. 2) Natal a) Menanyakan riwayat persalinan yang meliputi dimana tempat melahirkan, dibantu oleh siapa. b) Berat bayi, cacat apa tidak, anus ada/tidak, panjang badan bayi saat baru lahir. c) Apakah bayi langsung menangis atau tidak. Nilai APGAR skor d) Umur kehamilan, lahir secara normal, VE atau SC, ada atau tidaknya lubang anus, dan ada atau tidaknya cacat aat lahir. e) Lingkar lengan atas dan lingkar kepala, lingkar dada. 3) Post Natal Menanyakan kondisi ibu setelah melahirkan, apakah ada masalah kesehatan atau tidak. e. Riwayat Imunisasi Pengkajian tentang imunisasi apakah klien sudah mendapatkan imunisasi lengkap atau tidak. f. Data BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL.
1) Pernapasan Bagaimana pernapasan sebelum dan sesudah sakit, apakah ada kontraksi dinding dada dan cuping hidung, Respirasi dalam batas normal (40-60x/m) atau tidak. 2) Nutrisi dan cairan Pemasukan intake makanan dan minuman, terdiri dari frekuensi, dan proporsi dalam waktu sehari. 3) Eliminasi BAB : warna, frekuensi, konsistensi, dan bau. BAK : warna, frekuensi, konsistensi, dan bau. 4) Aktifitas Gejala : kegiatan yang dapat dilakukan, apakah mandiri atau dibantu orang lain. 5) Istirahat dan tidur Kebutuhan istirahat tidur, lama tidur, frekuensi tidur dalam waktu sehari. 6) Personal hygene Mengkaji kebersihan meliputi, kuku kaki, kuku tangan, kebersihan mulut, dan badan. g. Lakukan pengkajian fisik 1) Pemeriksaan fisik a) Keadaan umum : - (baik, lemah) b) Kesadaran
: compos mentis, apatis, delirium, Somnolen, stupor,
atau coma. c) Vital sign
: Suhu:37,5 Nadi:120 sampai 160
RR: 40-60
kali/menit. 2) Pemeriksaan Head to toe: a) Kepala Inspeksi: bentuk simetris, distribusi rambut merata, kebersihan rambut. Palpasi: apakah ada lesi dan benjolan. b) Mata Inspeksi: bentuk simetris, cornea jernih, iris simetris, conjungtiva pucat, sclera jernih, koordinasi gerak bola mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan benda. Palpasi: apakah ada nyeri.
c) Hidung Inspeksi: bentuk simetris, adanya pernafasan menggunakan cuping hidung, apakah ada tanpak secret, apakah kotor atau bersih. Palpasi: apakah ada nyeri tekan. d) Telinga Inspeksi: bentuk simetris, apakah bersih atau kotor. Palpasi: apakah ada nyeri tekan, pemeriksaan tes wibber dan winer. e) Mulut Inspeksi: simetris, bersih, tidak sumbing, gigi, mukosa bibir, laring dan faring. Palpasi: apakah ada nyeri tekan. f) Leher Inspeksi: bentuk normal, apakah ada pembesaran kelenjar tyroid, apakah terdapat pembesaran vena jagularis, apakah ada benjolan. Palpasi: apakah ada nyeri tekan. g) Dada/thorax Inspeksi: bentuk simetris, apakah ada tanpak pernapasan abdomen dan retraksi dinding dada, frekwensi pernafasan. Palpasi: apakah ada teraba masa dan nyeri tekan. h) Abdomen Inspeksi: bentuk simetris, jaringan perut. Palpasi: masa dan nyeri tekan. i) Integument / kulit Inspeksi: warna kulit, kelembaban kulit, turgor munurun. Palpasi: turgor kulit kembali dalam 2 detik. j) Genetalia labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan klitoris menonjol, testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak pada skrotum.
2. Diagnosa Keperawatan Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada BBLR pada bayi adalah : a) Hipotermia berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu tubuh serta berkurangnya lemak subcutan di dalam tubuh.
b) Resiko Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna). c) Resiko infeksi berhubungan ketidakadekuatan kekebalan tubuh. d) Hipotermi berhubungan dengan imatur control dan pengatur suhu tubuh serta berkurangnya lemak subkutan di dalam tubuh.
3. Rencana Keperawatan No
Diagnosa
Tujuan & KH
Rencana tindakan
Rasional
Keperawatan 1.
Resiko
gangguan Setelah
pemenuhan
nutrisi tindakan
keperawatan
kurang dari kebutuhan selama tubuh
berhubungan kebutuhan
Intake dan output
dilakukan Mandiri :
3x24jam carian
dan
dengan
elektrolit dapat terpenuhi
ketidakmampuan
Kriteria:
mengabsorbsi nutrisi.
Keseimbangan intake
Pertahankan
yang
intake
dan
output
yang
adekuat
Elektrolit
dalam
output
yang adekuat
batas normal Mukosa bibir lembab Turgor kulit baik
mempengaruhi
cairan
Monitor intake dan
sangat
keseimbangan
Kolaborasi:
dan output cairan
adekuat
Untuk menentukan keseimbangan cairan
Monitor
berat
badan Bayi
Untuk mengetahui perkembangan berat badan bayi
Edukasi: Beri ASI 2.
Hipotermi
Setelah
Amati
imaturitas control dan selama 3x24jam kriteria
tubuh
dengan tindakan
Mengetahui suhu
dilakukan Mandiri : keperawatan
berhubungan
Nutrisi terpenuhi
suhu
tubuh
Amati pengaruh
Untuk
pengatur suhu tubuh hasil:suhu tubuh dalam Kolaborasi : serta
berkurangnya batas normal
lemak
subkutan
dalam tubuh
di
therapy yang di
mempercepat
berikan
proses
dokter Edukasi :
oleh
penyembuhan
Pertahankan suhu lingkungan
Untuk
menjaga
supaya
suhu
tubuh stabil Monitor
status
suhu tubuh
Mengetahui perubahan
suhu
tubuh
Beri ASI
Untuk mengetahui perkembangan berat badan bayi dan nutrisi bayi
3.
Resiko
infeksi Setelah
berhubungan
dengan tindakan
ketidakadekuatan sistem tubuh.
selama
di
keperawatan 3x24
kekebalan harapkan tubuh
jam
di
kekebalan yang
Pemeriksaan
lakukan- Mandiri :
adekuat
Monitor
ttv
sangat mendorong
keadaan umum
untuk
serta
mengetui
tanda-
tanda vital.
untuk adanya
infeksi.
dengan kriteria hasil : tidak terjadi infeksi
Kolaborasi : Observasi tandatanda infeksi.
Salah
satu
cara
untuk mengetahui secara dini adanya
Amati Pengaruh Terapi Diberika
Yang
infeksi
adalah
dengan
mengkaji
adanya tanda-tanda infeksi. Pemberian
obat
secara baik akan mengurangi
rasa
nyeri dan infeksi.
BAB III LAPORAN KASUS
Nama
: Kelompok
Tempat praktek
: 25 Maret 2019
Tanggal pengkajian
: 26 Maret 2019
A. Pengkajian 1. Identitas data a. Identitas pasien Nama
: By Ny. S
Tempat/tanggal lahir
: Kendal/21 Maret 2019
Jenis kelamin
: Perempuan
Pendidikan
:-
Alamat
: Sendang Dawung
Agama
: Islam
b. Identitas penanggung jawab Nama
: Ny. S
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Alamat
: Sendang Dawung
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Hubungan dengan klien : Ibu 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama Ny. S mengatakan anaknya memiliki berat badan 2000gram. b. Riwayat penyakit sekarang Ny. S mengatakan melahirkan secara sesar di RSUD dr H. Soewondo Kendal, karena kandungannya merupakan kehamilan gemelli, maka disarankan untuk operasi sesar pada tanggal 21 Maret 2019 pukul 22.10 setelah dioperasi kedua bayinya di bawa ke ruang Melati diberi perawatan yang lebih intensif yaitu pemasangan infus D10% 6 tpm, Oksigen nasal kanul 2 liter, diberi injeksi dexa 0,3 mg, dan obat oral amoxilin 0,2 cc. c. Riwayat masa lalu
Prenatal Ny. S mengatakan selalu memeriksakan anaknya secara rutin pasien tidak pernah mengalami keguguran tidak minum obat dan jamu Natal Ny. S memiliki 2 orang anak keduanya dilahirkan secara noraml atau spontan yang anak pertama dilahirkan dirumah dan hanya meengundang bidan desa, anak ke dua Ny. S dilahirkan di RSUD dr H Soewondo Kendal. Post natal Kedua anak Ny. S tidak pernah dirawat di Rumah Sakit semua keluar secara spontan dan menangis, APGAR skor menit 1: 8, menit ke 5: 9, menit 10: 10 d. Riwayat sosial Ny. S mengatakan semua anaknya diasuh oleh dia kadang dibantu oleh mertua ataupun suaminya. e. Keadaan kesehatan saat ini Anak Ny. S mengalami kekurangan dalam berat badan saat ini adalah 2000gram, telah dilakukan tindakan atau terapi pemasangan infus D10%, diberi injeksi dexametason 0,3 mg, obat oral amoxilin 0,2 cc, obat similac 1x1. 3. Pengkajian Pola Fungsional Gordon a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan Ny. S selama hamil selalu memeriksakan kehamilannya secara rutin b. Nutrisi – pola metabolik Nutrisi Bayi Ny. S Selama dirawat di ruang Melati Ny. S selalu memberikan ASI selama 2 jam sekali, namun reflek pada saat menghisap tidak kuat. c. Pola eliminasi Eliminasi Bayi Ny. S Bayi Ny. S biasanya BAB 4x dalam sehari, berwarna kekuningan lembek dan bau khas, tidak terdapat lendir ataupun perdarahan. d. Aktivitas – pola latihan Aktivitas Bayi Ny. S Bayi Ny. S lebih banyak tidur jika haus atau merasa tidak nyaman dengan popoknya dan biasanya menangis. Menangis tidak kuat, ada reflek moro saat diberi rangsangan gerakan, reflek babinski saat telapak kaki di sentuh. e. Pola istirahat/tidur
Istirahat/tidur Bayi Ny. S Bayi Ny. S tidur lebih dari banyak bangun saat ingin susu dan popoknya penuh, kadang jam 12.00 malam terbangun. 4. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum
: Baik, kurus
b. Tanda vital
: S: 35,9 OC
c. PB/BB
: 45 cm / 2000 gram
d. Lingkar kepala
: 31cm
e. LILA
: 8cm
f. Mata
N: 125x/menit
RR: 45x/menit
lingkar dada: 30cm
: Mata simetris, belum dapat merasakan rangsangan cahaya, pupil
menngecil saat diberi rangsang cahaya g. Hidung
: Tidak terdapat sekret, tidak menggunakan alat bantu pernafasan.
h. Mulut
: Bibir lembab, terdapat sisa susu, menghisap lemah
i. Telinga
: Simetris, tidak ada kekurangan
j. Leher
:-
k. Dada Jantung
:
I : Tidak terdapat pembesaran pada jantung P : Bayi berespon, jantung teraba kuat dan cepat P : Pekak A : Bunyi jantung I lup jantung II dup Pari-paru : I : Simetris, saat inspirasi dan ekpirasi kedua dada sama P : Tidak terdapat nyeri tekan, tulang rusuk teraba P : Sonor A :Vesikuler l. Perut : Perut rata, tidak terdapat nyeri tekan m. Punggung : Rata tidak ada kelainan pada tulang belakang n. Genetalia : Jenis kelamin perempuan, bersih o. Ekstremitas : Gerak aktif jika diberi rangsangan p. Kulit : Berwarna merah 5. Pemeriksaan Perkembangan a. Refleks moro (terkejut) : Bayi terkejut jika diberi rangsangan sentuhan
b. Refleks grasping (menggengam) : Saat diberi sentuhan pada tangan bayi otomatis menggengam c. Refleks babinski : Saat membelai telapak kaki bayi akan merespon d. Refleks rooting : Saat bayi dibelai pipinya dia tidak merespon datangnya rangsangan e. Refleks sucking (menghisap) : Bayi lemah dalam menghisap ASI 6. Pemeriksaan penunjang a. Laboratorium Pada tanggal 25 Maret 2019 pukul 19.05 Jenis Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai rujukan
Metode
16,7
gr/dl
17-21
Cyanmet
Lekosit
6,85
10^3/uL
4-10
Elek impedance
Trombosit
182
10^3/uL
150-500
Elek impedance
Hematokrit
47,5
10^3/uL
45-65
HEMATOLOGI Darah Rutin: Hemoglobin
L
Kalkulasi
KIMIA KLINIK Bilirubin Total
H
7,51
mg/dl
<1
DCA
Bilirubin Direk
L
0,27
mg/dl
0,4-1
DCA
Bilirubin Indirek
H
7,25
mg/dl
0-0,75
Kalkulasi
b. Terapi Infus D10% 6 tpm Injeksi Dexametasone 0,3mg Obat oral Amocillin 0,2cc Obat oral campur di susu Similac 1x1 7. Analisa Data No. Data Fokus 1.
Ds:
Ny.
Problem S
mengatakan
dalam Resiko
Etiologi gangguan Ketidakmampuan
menghisap ASI bayinya lemah
pemenuhan
Do:
kurang dari kebutuhan
By. Ny S di beri ASI
tubuh
By. Ny S kadang berhenti saat
nutrisi mengabsorbsi nutrisi ASI
dimenghisap 2.
Ds: -
Hipotermi
Imaturitas
Do:
control
dan
pengatur suhu tubuh serta
Menangis
saat
dibuka
berkurangnya
lama
lemak
subkutan di dalam tubuh
bedongya S: 35,9 OC N: 125x/menit RR: 45x/menit 3.
Ds: -
Resiko infeksi
Ketidakadekuatan
Do:
sistem
kekebalan tubuh.
Terdapat
pemasangan
infus
melalui umbilikal Umbilikal berwarna kekuningan Perban pada umbilikan berwarna kecoklatan dan kotor
B. Daftar Masalah Berdasrkan Prioritas Diagnosa Keperawatan 1. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi ASI 2. Hipotermi berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu tubuh serta berkurangnya lemak subkutan di dalam tubuh 3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan sistem kekebalan tubuh.
C. Rencana Tindakan Keperawatan
No
Diagnosa
Tujuan & KH
Rencana tindakan
Rasional
Keperawatan 1.
Resiko
gangguan Setelah
pemenuhan
nutrisi tindakan
kurang dari kebutuhan selama tubuh
berhubungan kebutuhan
dilakukan Mandiri : keperawatan Pertahankan 3x24jam carian
dan
dengan
elektrolit dapat terpenuhi
ketidakmampuan
Kriteria:
Intake dan output yang
adekuat
intake dan output
sangat
yang adekuat
mempengaruhi
Kolaborasi: Monitor intake
keseimbangan cairan
mengabsorbsi
nutrisi Keseimbangan intake
ASI
output
yang adekuat
dan output cairan Elektrolit
dan
Monitor
Mukosa bibir lembab
menentukan keseimbangan
dalam
batas normal
Untuk
berat
cairan Untuk
badan Bayi
Turgor kulit baik
mengetahui Edukasi:
perkembangan
Beri ASI
berat badan bayi Nutrisi terpenuhi
2.
Hipotermi
Setelah
keperawatan
Amati
imaturitas control dan selama 3x24jam kriteria
tubuh
berhubungan
Mengetahui suhu
dilakukan Mandiri :
dengan tindakan
suhu
tubuh
Amati pengaruh
Untuk
pengatur suhu tubuh hasil:suhu tubuh dalam Kolaborasi : serta
berkurangnya batas normal
lemak
subkutan
di
dalam tubuh
therapy yang di
mempercepat
berikan
proses
oleh
dokter
penyembuhan
Edukasi : Pertahankan suhu lingkungan
Untuk
menjaga
supaya
suhu
tubuh stabil Monitor
status
suhu tubuh
Mengetahui perubahan
suhu
tubuh
Beri ASI
Untuk mengetahui perkembangan berat badan bayi dan nutrisi bayi
3.
Resiko
infeksi Setelah
berhubungan
dengan tindakan
ketidakadekuatan sistem
selama
kekebalan harapkan
di
keperawatan 3x24
Pemeriksaan
lakukan- Mandiri :
jam
di
kekebalan
Monitor
ttv
sangat mendorong
keadaan umum
untuk
serta
mengetui
tanda-
untuk adanya
tubuh.
tubuh
yang
adekuat
tanda vital.
infeksi.
dengan kriteria hasil : tidak terjadi infeksi
Kolaborasi : Observasi tandatanda infeksi. Salah Amati Pengaruh Terapi
satu
cara
untuk mengetahui
Yang
secara dini adanya
Diberika
infeksi
adalah
dengan
mengkaji
adanya tanda-tanda infeksi. Pemberian
obat
secara baik akan mengurangi
rasa
nyeri dan infeksi.
D. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan No 1.
Tgl/jam 26
Maret
No Dx 1,2,3
2019
Tindakan 1. Melakukan
Respon
pemeriksaan Ds: -
tanda-tanda vital pada By Do: Ny. S
TTD
S: 35,9 OC N: 125x/menit RR: 45x/menit
1,2,3
2. Memberikan injeksi melalui Ds: infus pada umbilikal
Do: -
Injeksi
Dexametason
3x0,3 mg 1
3. Memonitor berat badan bayi Ds: Do: -
BB awal bayi: 2000gram
-
Pukul 05.00 wib: 1800
gram 1
4. Mengedukasi
pada
ibu Ds: Ny. S mengatakan ASInya
pentingnya pemberian ASI
keluar tetapi jika dipompa
keluarnya sedikit Do: -
Pasien mengerti tentang manfaat
dan
keuntungannya ASI 1
5. Memberikan
pengetahuan Ds:
S
mengatakan
tentang KMC atau Kanguru memahami apa
yang telah
Mother Care
Ny.
disampaikan Do: -
Ny. S kooperatif
-
Ny. S mengerti tentang metode KMC
2
1. Memonitor status
suhu Ds: -
bayi
2
Do:
2. Membedong
S: 36 oC
atau Ds: -
menyelimuti bayi agar tidak Do: kedinginan
-
By Ny. S lebih tenang saat dibedong
-
Bayi
dalam
keadaan
dibedong 2
3. Mempertahankan
suhu
normal pada bayi
Ds: Do: -
Meletakan box bayi tidak
dibawah ac -
Lampu pada box bayi selalu menyala
3
1. Memonitor
tanda-tanda
infeksi pada area infus
Ds: -
Do: -
Balutan
kotor
dan
berwarna kecoklatan 3
2. Mengganti
balutan
Tali pusat sedikit terlihat
yang Ds: -
bersih pada area umbilikal
Do: -
Balutan diganti
dengan
yang bersih 3
Tali pusat tertutup semua
3. Mengindari terkena BAB Ds: dan BAK saat menganti Do: popok
-
Sebelum mengganti popok
tali pusat dinaikkan 2.
27
Maret
1,2,3
2019
1. Melakukan
pemeriksaan Ds: -
tanda-tanda vital pada By Do: S: 36 OC
Ny. S
N: 130x/menit RR: 40x/menit 1,2,3
2. Memberikan injeksi melalui Ds: infus pada umbilikal dan Do: memberikan obat oral
-
Injeksi
Dexametason
3x0,3 mg -
Amocilin 3x0,2 cc
-
Similac 1x1 dicampur susu
1
3. Memonitor berat badan bayi Ds: Do: -
1
BB: 1750 gram
4. Memberikan ASI terhadap Ds: Ny. S mengatakan ASInya bayi
keluar dan bayinya menghisap
tidak kuat Do: 1
5. Mengajarkan melakukan
cara Ds: KMC
Kanguru Mother Care
atau Do: -
Ny.
S
mengdemonstrasikan cara melakukan KMC 2
1. Memonitor status bayi
Do: -
2
suhu Ds: -
2. Membedong
S: 36,5 oC
atau Ds: -
menyelimuti bayi agar tidak Do: kedinginan
-
By Ny. S lebih tenang saat dibedong
-
Bayi
dalam
keadaan
dibedong 2
3. Mempertahankan
suhu
normal pada bayi
Ds: Do: -
Meletakan box bayi tidak dibawah ac
-
Lampu pada box bayi selalu menyala
3
1. Memonitor
tanda-tanda
infeksi pada area infus
Ds: Do: -
Balutan sedikit kotor dan berwarna kekuningan
3
2. Mengganti
balutan
yang
bersih pada area umbilikal
Tali pusat tertutup
Ds: Do: -
Balutan diganti
dengan
yang bersih 3
3. Mengindari terkena BAB dan BAK saat menganti popok
Ds: -
Do: -
Sebelum mengganti popok tali pusat dinaikkan
3.
28 2019
Maret
1,2,3
1. Melakukan
pemeriksaan Ds: -
tanda-tanda vital pada By Do: Ny. S
S: 36,8 OC
N: 120x/menit RR: 35x/menit 1,2,3
2. Memberikan injeksi melalui Ds: infus pada umbilikal dan Do: memberikan obat oral
-
Injeksi
Dexametason
3x0,3 mg -
Amocilin 3x0,2 cc
-
Similac
1x1
dicampur
susu 1
3. Memonitor berat badan bayi Ds: Do: -
1
BB: 1820 gram
4. Memberikan ASI terhadap Ds: Ny. S mengatakan bayinya bayi
saat minum ASI menghisapnya tidak seperti kemarin, hari ini lumayan kuat Do: -
2
1. Memonitor status
suhu Ds: -
bayi
Do: -
2
By Ny. S minum ASI
2. Membedong
S: 36,8 oC
atau Ds: -
menyelimuti bayi agar tidak Do: kedinginan
-
By Ny. S lebih tenang saat dibedong
-
Bayi
dalam
keadaan
dibedong 2
3. Mempertahankan
suhu
normal pada bayi
Ds: Do: -
Meletakan box bayi tidak dibawah ac
-
Lampu pada box bayi selalu menyala
1. Memonitor
tanda-tanda
3
infeksi pada area infus
Ds: Do:
3
2. Mengganti
balutan
-
Balutan tidak kotor
-
Tali pusat tertutup
yang Ds: -
bersih pada area umbilikal
Do: -
Balutan diganti
dengan
yang bersih 3
Tali pusat tertutup semua
3. Mengindari terkena BAB Ds: -
dan BAK saat menganti Do: popok
Sebelum mengganti popok tali pusat dinaikkan
E. Catatan Perkembangan No 1.
Tgl/jam 26 Maret
No DX 1
2019
Evaluasi S : Ny. S mengatakan bayinya jika diberi ASI tidak menghisap dengan kuat
TTD
Ny. S mengerti cara menggunakan metode KMC O: S: 35,9 OC N: 125x/menit RR: 45x/menit BB: 1800 gram A : Masalah belum teratasi -
By Ny. S masih lemah dalam menghisap
P : Lanjutkan intervensi -
Memonitor berat badan
-
Memberikan ASI
I: By Ny. S mengalami kenaikan pada bilirubin yaitu 7,51 mg/dl E : Dilakukan Phototherapy selama 36 jam dan diberi obat tambahan similac 1x1 dicampur dengan susu 2
S:-
O: -
S: 35,9 OC
-
Bayi menangis jika bedong terbuka terlalu lama
A : Masalah belum teratasi -
Memonitor status suhu bayi
P : Lanjutkan intervensi
3
-
Bayi dibedong
-
Box bayi tidak diletakan di bawah ac
-
Lampu pada box selalu menyala
S:O: -
Balutan kotor dan kecoklatan
-
Tali pusat terlihat
A : Masalah belum teratasi -
Balutan kotor dan warna kecoklatan
-
Tali pusat tidak tertutup semua
P : Lanjutkan intervensi
2.
27 Maret 2019
1
-
Mengganti balutan dengan yang bersih
-
Menutup tali pusat
-
Menghindari terkena BAB/BAK bayi
S : Ny. S mengatakan bayinya jika diberi ASI tidak menghisap dengan kuat Ny. S sudah bisa menggunakan cara metode KMC O: S: 36 OC N: 130x/menit RR: 40x/menit BB: 1750 gram A : Masalah belum teratasi -
By Ny. S masih lemah dalam menghisap
P : Lanjutkan intervensi -
Memonitor berat badan
-
Memberikan ASI
2
Memberi obat similac 1x1
S:-
O: S: 36,5 OC
-
A : Masalah teratasi P : Lanjutkan intervensi
3
-
Membedong bayi
-
Meletakkan box bayi tidak dibawah ac
-
Lampu box bayi selalu dinyalakan
S:-
O: -
Balutan sedikit kotor
A : Masalah belum teratasi -
Balutan masih kotor
P : Lanjutkan intervensi
3.
28 Maret
1
2019
-
Mengganti balutan dengan yang bersih
-
Menghindari terkena BAB/BAK bayi
S : Ny. S mengatakan bayinya jika diberi ASI agak kuat dalam menghisapdan terdapat kenaikan berat badan
O: S: 35,9 OC N: 120x/menit RR: 35x/menit BB: 1820 gram A : Masalah belum teratasi -
By Ny. S masih agak lemah dalam menghisap
P : Lanjutkan intervensi
2
-
Memonitor berat badan
-
Memberikan ASI
-
Memberi obat similac 1x1
S:-
O: -
S: 36 ,5OC
-
Bayi dibedong
-
Box bayi tidak diletakan di bawah ac
-
Lampu pada box selalu menyala
A : Masalah teratasi P : Pertahankan intervensi 3
S:O: -
Balutan bersih dan tidak kotor
-
Mengganti popok dengan memosisikan tali pusat keatas
A : Masalah teratasi P : Panjutkan intervensi