Askeb Asfiksia.docx

  • Uploaded by: masye
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askeb Asfiksia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,086
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami

gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. Salah satu faktor kegagalan pernapasan dapat disebabkan oleh adanya gangguan sirkulasi dari ibu ke janin karena ketuban telah pecah atau ketuban pecah dini (Abdul Rahman & Lidya 2014:34). Menurut World Health Organization (WHO) 2012, setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia, Kira-kira 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi mengalami asfiksia neonatorum, hampir 1 juta (27,78%) bayi ini meninggal . Di Indonesia, Asfiksia pada pada bayi baru lahir menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian bayi baru lahir setiap tahun. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan di suatu negara seluruh dunia. AKB di Indonesia masih sangat tinggi, menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) bahwa AKB di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 31/1000 KH (kelahiran hidup). Apabila dibandingkan dengan target dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 17/1000 KH, ternyata AKB di Indonesia masih sangat tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan kejadian asfiksia neonatorum di Sulawesi Selatan pada tahun 2009 sebanyak 151 kasus (18,39%), dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu terdapat 212 kasus (21,74%) asfiksia neonatorum (Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan, 2012). Dari hasil pengumpulan data profil kesehatan tahun 2014 jumlah kematian bayi menjadi 1.056 bayi atau 7,23 per 1000 kelahiran hidup, maka masih perlu peran dari semua pihak yang terkait dalam rangka penurunan angka tersebut sehingga target (Millinium Development Goals) MDGs khususnya penurunan angka kematian dapat tercapai. Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Berbagai faktor pada ibu dan bayi berperan sebagai faktor risiko asfiksia perinatal. Penilaian perinatal terhadap faktor risiko dan penanganan perinatal yang baik pada kehamilan risiko tinggi sangat mutlak pada asfiksia perinatal Apabila komplikasi asfiksia sudah terjadi maka diperlukan pendekatan multi disiplin untuk mencegah kerusakan yang sudah terjadi agar tidak bertambah berat. (Prambudi, 2013).

Asfiksia dapat menyebabkan kerusakan organ berat dan berakibat fatal pada bayi baru lahir. Redistribusi sirkulasi yang ditemukan pada pasien hipoksia dan iskemia akut telah memberikan gambaran yang jelas mengapa terjadi disfungsi berbagai organ tubuh pada bayi asfiksia. Gangguan fungsi berbagai organ pada bayi asfiksia tergantung pada lamanya asfiksia terjadi dan kecepatan penanganan. Berdasarkan hasil penelitian lanjut Riskesdas, asfiksia merupakan penyebab kematian kedua pada bayi setelah infeksi (Opitasari 2015:111). Hasil pengambilan data awal, yang dilakukan di Klinik Tiberias Tobelo sejak bulan Januari sampai bulan April 2018 jumlah 25 BBLR dan ada 7 kasus Asfiksia. Asfiksia

pada Bayi Baru lahir merupakan masalah yang penting karena dapat

meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir. Selain itu angka kematian dikarenakan Asfiksia juga masih tinggi dan masih merupakan wewenang bidan dalam memberikan manajemen asuhan kebidanan. Maka dari itu penulis tertarik menerapkan prinsip-prinsip Asuhan manajemen pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia di Klinik Tiberias Tobelo tahun 2018. B. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup penulisan karya tulis ilmiah meliputi : Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di Klinik Tiberias Tobelo C. Tujuan penulisan 1. Tujuan Umum Dapat melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di Klinik Tiberias Tobelo tahun 2018 dengan penerapan manajemen asuhan kebidanaan sesuai wewenang bidan. 2. Tujuan Khusus a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisis data Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di Klinik Tiberias Tobelo tahun 2018. b. Dapat merumuskan diagnosa/masalah aktual Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di Klinik Tiberias Tobelo tahun 2018. c. Dapat mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di Klinik Tiberias Tobelo tahun 2018.

d. Dapat menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di Klinik Tiberias Tobelo tahun 2018. e. Dapat melaksanakan tindakan asuhan yang disusun pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di Klinik Tiberias Tobelo tahun 2018. f. Dapat mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di Klinik Tiberias Tobelo tahun 2018. g. Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan yang telah diberikan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di Klinik Tiberias Tobelo tahun 2018. D. Manfaat penulisan Adapun manfaat penulisan pada kasus tersebut diatas adalah : 1. Manfaat Praktis Adapun sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan program di RSUD Haji Makassar dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan penanganan yang tepat pada bayi baru lahir dengan Asfiksia . 2. Manfaat Institusi Untuk menambah wacana bagi pembaca di perpustakaan dan informasi mengenai asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir khususnya Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia. 3. Manfaat ilmiah Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan menambah pengetahuan serta bahan acuan bagi penulis selanjutnya. 4. Manfaat bagi penulis Penulisan ini merupakan pengalaman ilmiah yang sangat berharga bagi penulis karena meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan baru tentang Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia . 5. Manfaat bagi pembaca khususnya ibu Nifas Sumber informasi dan menambah pengetahuan bagi para pembaca khususnya ibu nifas yang baru saja melahirkan bayi yang mengalami Asfiksia . E. Metode Penelitian Penulisan ini menggunakan beberapa metode yaitu: 1. Studi Kepustakaan Penulis mempelajari buku-buku, literatur dan media internet yang berhubungan dengan Bayi Baru Lahir khususnya bayi dengan Asfiksia . 2. Studi Kasus

Penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan proses manajemen asuhan kebidanan oleh Helen Varney, dengan 7 langkah yang meliputi : identifikasi data dasar, identifikasi Diagnosa/masalah aktual, identifikasi diagnosa/masalah potensial, tindakan emergency/kolaborasi. Rencana asuhan / intervensi, implementasi dan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan. Dalam pengumpulan data, pengkajian ini menggunakan teknik antara lain: a. Anamnesa Penulis menggunakan tanya jawab atau diskusi yang dilakukan dengan klien, keluarga dan bidan yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. b. Pemeriksaan fisik Dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai kaki dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. 1)

Inspeksi, merupakan proses observasi dengan menggunakan mata, inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik.

2) Palpasi, dilakukan dengan menggunakan sentuhan dan rabaan. Metode ini dilakukan untuk mendeteksi cirri-ciri jaringan atau organ. 3) Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk. 4) Auskultasi merupakan metode pengkajian yang menggunakan stetoskop untuk memperjelas mendengar denyut jantung, paru paru, bunyi usus serta untuk mengatur tekanan darah sedangkan lenec digunakan untuk mendengar denyut jantung bayi (DJB). c. Pengkajian psikososial Pengkajian psikososial meliputi pengkajian status emosional,respon terhadap kondisi yang dialami serta pola interaksi bayi terhadap ibu , keluarga, petugas kesehatan dan lingkungannya. 3. Studi Dokumentasi Yaitu studi yang mempelajari status klien, baik yang bersumber dari catatan buku status pasien seperti catatan dokter dan bidan. 4. Diskusi Penulis melakukan diskusi dengan ibu klien, kluarga klien dan dosen pembimbing baik yang di lahan maupun di institusi yang membantu untuk kelancaran penyusuna karya tulsi ilmiah ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Bayi Baru Lahir 1. Pengertian Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Saleha 2012:2). Aspek penting dari asuhan segera setelah lahir adalah: a. Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat. b. Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu. c. Ganti handuk / kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut dan memastikan bahwa kepala telah terlindungi dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh. d. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit. 1) Bila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksilah bayi. 2) Bila suhu bayi <36,5°C, segera hangatkan bayi tersebut. 3) Kontak dini dengan bayi (Yongky dkk, 2012:51-52). 2. Ciri – ciri Bayi Baru Lahir a. Berat badan 2500 – 4000 gr. b. Panjang badan lahir 48 – 52 cm. c. Lingkar dada 30 – 38 cm. d. Lingkar kepala 33 – 45 cm. e. Bunyi jantung dalam menit – menit pertama kira – kira 180x/menit, kemudian menurun sampai 120-140 kali/menit. f. Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80kali/menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40kali/menit. g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi vernix caseosa. h. Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna. i. Kuku telah agak panjang dan lemas.

j. Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), testis suduh turun (pada laki-laki). k. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik. l. Refleks moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk. m. Graff refleks sudah baik, apabila diletakkan sesuatu benda di atas telapak tangan, bayi akan menggenggam/adanya gerakan refleks. n. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarnna hitam kecoklatan (Rahardjo & Marmi2014:8-9). 3. Perubahan – perubahan pada Bayi Baru Lahir a. Perubahan metabolisme karbohidrat. Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula darah, untuk menambah energy pada jam-jam pertama setelah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak, bila karena sesuatu hal misalnya bayi mengalami hipotermi, metabolisme asam lemak tidak dapat memenuhi kebutuhan pada neonatus maka kemungkinan besar bayi akan menderita hipoglikemia, missal pada bayi BBLR, bayi dari ibu yang menderita DM dan lain-lainnya (Sari,2014:240) b. Perubahan suhu tubuh Ketika bayi baru lahir berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah dari suhu di dalam rahim ibu. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25° C maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi sebanyak 200 kal/kg bb/menit Sedangkan produksi panas yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/10 nya. Keadaan ini menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2°C dalam waktu 15 menit akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat. 1) Perubahan pernafasan. Selama dalam uterus, janin mendapatkan O2 dari pertukaran gas melalui plesenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas harus melalui paru paru bayi. Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama ialah : (1) Tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan lahir. (2) Penurunan pa O2 dan kenaikan pa C02 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinuskarotis. (3) Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permukaan gerakan nafas (Sari, 2014:241).

2) Perubahan Struktur Dengan berkembangnya paru-paru mengakibatkan tekanan O2 meningkat tekanan CO2 menurun. Hal ini mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh darah paru-paru sebagian sehingga aliran darah ke pembuluh darah tersebut meningkat. Hal ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup. Dan menciutnya arteri dan vena umbilikalis kemudian tali pusat dipotong sehinggah aliran darah dari plasenta melalui vena cava interior dan foramen oval antrium kiri terhenti sirkulasi darah bayi sekarang berubah menjadi seperti semula (Sudarti & Afrah Fauziah 2012 : 4). 4. Penilaian APGAR SCORE Bayi Baru Lahir Penilaian keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah bayi lahir dengan penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk menilai apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Adapun penilaian meliputi : a. Frekuensi jantung (heart rate) b. Usaha napas (respiratory effort) c. Tonus otot (muscle tone) d. Warna kulit (colour) e. Reaksi terhadap rangsangan (respon to stimuli). Setiap penilaian diberi angka 0,1 dan 2. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi normal (jika diperoleh nilai APGAR 7-10), asfiksia sedang ringan (nilai APGAR 4-6) atau bayi menderita asfiksia (nilai APGAR 0-3). Bila nilai APGAR dalam 2 menit tidak mencapai 7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut karena kalau bayi menderita asfiksia lebih dari 5 menit kemungkinan terjadi gejala-gejala neurologic lanjutan dikemudian hari akan lebih besar, maka penilaian APGAR selain dilakukan pada menit pertama juga dilakukan pada menit ke-5 setelah bayi lahir (Tando 2013:145-146). Tabel 2.1 APGAR score Nilai Appereance

0 Tseluruh tubuh

1 Badan merah

2 Seluruh tubuh

Pulse (nadi) Greemace

biru atau putih Tidak ada Tidak ada

ekstremitas biru <100 kali permenit Perubahan mimic

kemerahan >100 kali permenit Bersin/menangis

Activity (tonus

Tidak ada

(menyeringai) Ekstremitas sedikit

Gerakan

fleksi

aktif/ekstremitas

otot)

Respiratory

Tidak ada

(pernafasan)

Lemah/tidak

fleks Menangis

teratur

kuat/keras

5. Penilaian Bayi Baru Lahir a. Kulit Integritas kulit (tidak ada luka, kering dll). Termasuk berikut ini : 1) Warna : pucat (penampilan pucat) atau sianosis (warna sedikit kebiru biruan) dapat mengawali sirkulasi yang buruk atau oksigenasi, kemerahan dapat mengindikasi meningkatnya aliran darah ke kulit karena infeksi atau jaundice (warna sedikit kuning). 2) Tekstur kulit, kekeringan, atau kelembaban (vernix caseosa ringan pada bayi aterm, berat pada bayi premature, dan sedikit hingga tidak ada pada bayi post term), suhu umunya di atas 36,5°C (97,7°F). 3) Pemucatan / pengisian kembali pembuluh kapiler (kepucatan diikuti dengan kembalinya cahaya kemerah-merahan setelah ditekan, kurang dari 3 detik mengindikasi kecukupan sirkulasi). 4) Tanda lahir atau deviasi warna kulit lain (nonpatologis) 5) Acchymosis (area biru / hitam atau luka memar seringkali akibat luka berat) atau luka lecet (yang mengindikasi luka berat, kebetulan atau disengaja), atau petechiae, perdarahan bintik-bintik kecil ke bawah kulit, dapat mengindikasi gangguan pendarahan karena kurang trombosit b. Rambut 1)

Catatlah warna, distribusi, kualitas, tekstur, dan elastisitas. Bayi baru lahir mungkin memiliki rambut kepala sedikit atau jumlahnya banyak sekali, khususnya jika post-term. Keanekaragaman budaya mengenai kekasaran atau kekeritingan rambut mungkin dicatat, tapi rambut dan jangat kepala harus bersih tanpa bekas luka.

2)

Lanugo (rambut yang bagus) mungkin terdapat di punggung bagian atas. Distribusi rambut tidak biasa di muka, lengan, badan atau tungkai mengindikasi patologi.

3) Kebotakan pada bayi dapat memerlukan lebih sering perubahan posisi tidur.

4) Amati kulit kepala untuk odema atau hematoma atau kulit berlapis lapis, yang dapat mengindikasi caput succadeneum, cephalhematoma, iritasi kulit kepala atau infeksi. c. Jari-jari 1) Ujung jari sianosis mungkin mengindikasi disfungsi pernafasan atau jantung. 2) Kuku – kuku harus halus dan fleksibel. d. Kepala dan Leher 1) Ukuran, bentuk dan simetris, monitor peningkatan ukuran kepala, laporkan asimetri ekstrem untuk evaluasi selanjutnya, 2) Daerah fontanel terbuka sehingga area melembut, catatlah tonjolan / cembung, yang dapat mengindikasi meningkatkannya tekanan intracranial atau cekung di daerah fontanel yang dapat mengindikasi dehidrasi. 3) Catat jika terjadi pembesaran kelenjar leher, kekakuan leher, atau rentang agak menurun. 4) Laporkan adanya perubahan di trakes (kemungkinan masalah paru paru), atau benjolan di leher. e. Mata dan Penglihatan 1) Catatalah ukuran, simetris, warna dan gerakan mata, dan juga struktur nagian luar dan jarak antara mata, laporkan deviasi dari celah kelopak mata lurus (condong ke arah atas normalnya ditemukan pada klien Asia). Sindrom Down mungkin dicirkan dengan lipatan kulit pada kedua sisi hidung yang dapat menutupi kantus internamata (empchanthal), kemiringan celah kelopak mata, dan hypertelorism (ruang lebar antar mata). 2) Kelopak mata harus licin tanpa terasa berat atau salah posisi, catatlah refleks kedipan. 3) Periksalah pupil terhadap kebulatan, ukuran sama, reaktivitas terhadap cahaya, akomodasi, dan ukuran, warna, dan kejelasan selaput pelangi (bintik hitam dan putih seperti yang dilhat pada sindrom Down). 4) Lensa mata normalnya tidak tampak, titik hitam atau putih dapat mengindikasi katarak. 5) Bayi baru lahir akan memiliki periode kewaspadaan selama wajah dan objek terang akan mengarahkan tatapan dan mengikuti objek atau wajah dengan mata. 6) Laporkan, gerakan mata tidak biasa, strabismus/juling (mungkin normal pada bayi baru lahir) atau mata menyilang secara berlebihan.

f. Telinga dan Pendengaran 1) Periksalah struktur telinga luar untuk penjajaran, catatlah fleksibilitas tulang rawan telinga. 2) Bayi harus merespons pada suara keras (refleks terkejut). g. Mulut, Tenggorokan, Hidung, Sinus, dan Leher 1) Perhatikan area oral pada langit-langit bayi baru lahir, (catatlah celah pada lidah atau langit-langit). 2)Laporkan

adanya

pelebaran

cuping

hidung,

yang

dapat

mengindikasi

ketidaknormalan pernapasan. 3) Catatlah luka tenggorakan, mulut, atau hidung, dan kemerahan atau kekeringan yang mengindikasi infeksi. 4) Celah, inflamasi mulut, atau inflamasi lidah mungkin mengindikasi kurangnya cairan atau nutrisi. 5) Bercak-bercak putih pada kulit pada bayi baru lahir mengindikasi candidialisis. 6) Rabalah kepala dan leher untuk bengkak getah bening atau laporkan bercak-bercak bengkak, lunak, atau hangat yang mungkin mengindikasi adanya infeksi. h. Dada 1) Bentuk dada, simetris, gerakan harus dicatat. Laporkan penarikan signifikan otot dada, yang dapat mengindikasi gangguan pernapasan 2) Periksalah putting susu untuk simetrisnya. 3) Dengarkan jantung dengan bayi dalam posisi terlentang, catatlah desiran bunyi abnormal jantung dan rekamlah lokasi dan intensitas volumenya. 4) Catatlah indikasi penyakit jantung bawaan (misalnya sulit bernafas, air liur berbusa). 5) Proses penggelembungan pembuluh darah leher dapat mengindikasi kegagalan jantung kongesti. 6) Laporkan jika bayi menjadi lelah atau menunjukkan nafas pendek selama makan. Seperti ini mungkin mengindikasi tanda-tanda penurunan sirkulasi atau fungsi jantung. 7) Kisaran denyut nadi istirahat pada bayi baru lahir adalah 110 sampai 160 denyut permenit dengan ketidakteraturan tipis. Hitunglah selama satu menit penuh. 8) Tekanan darah mungkin tidak dinilai pada bayi baru lahir yang sehat, kecuali dengan pengawasan dalam perawatan kritis. Tekanan darah 7050/30-45 mmHg. i. Paru-paru pernapasan

1) Suara nafas harus jelas. Suara nafas yang menurun atau tidak ada nafas dapat mnegindikasi kongesti paru-paru atau konsolidasi. 2) Suara nafas abnormal harus di deskripsikan bukan hanya dinamai untuk mendukung diagnosis dan monitoring oleh berbagai petugas kesehatan. 3) Frekuensi pernafasan bayi baru lahir adalah 30 sampai 60 napas per menit. j. Daerah perut (Abdomen) 1) Selalu dengarkan suara dalam sebelum rabaan atau mengetuk daerah perut untuk menghindari pola suara usus berubah dengan stimulasi kegiatan usus buatan. 2) Dengan hati-hati, rabalah daerah perut, jangan merab daerah perut jika ada tumor Wilms. 3) Periksalah keempat kuadran daerah perut, penampilan berbentuk silinder tanpa proses penggelembungan (masalah gastrointestinal) atau penampilan berlubang (kemungkinan hernia diafragma). 4) Laporkan gelombang peristaltik yang tampak, yang mungkin mengindikasi posisi patologis. 5) Catatlah ketiadaan atau refleks abdominal asimetris. 6) Catatlah daerah perut selama bayi yang baru lahir sedang menangis, yang meningkatkan tekanan dalam daerah perut, dan telitilah bila ada hernia. 7) Laporkan gerakan peristaltik berlebihan yang ditandai dengan suara usus hiperaktif, atau tidak adanya suara usus, keduanya mungkin mengindikasi masalah gastrointestinal. 8) Kurangnya timpani pada saat perkusi dapat mengindikasi perut yang penuh atau adanya tumor cair atau padat, hindari pemeriksaan perut secara langsung setelah makan. 9) Catatlah kekembungan dan nyeri tekan, khususnya kelembutan mengganjal, atau rasa sakit yag dapat mengindikasi inflamasi atau infeksi. k. Genitourinary 1) Catatlah struktur, ukuran, dan penampilan perkemihan dan genetalia. 2) Catat dan laaporkan, testis tidak menurun (cryptorchidism) lubang masuk ke dalam sebuah lintasan urine (urinary meatus) yang tidak di tengah pucuk batang penis, kurang buah pelir yang besar atau klitoris yang membesar. 3) Jika bengkak, luka kulit, inflamasi, kekeringan, atau ketidakteraturan dicatat, laporkan untuk penilaian lanjutan untuk kemungkinan infeksi.

4) Anus yang menonjol keluar, ambeien, luka, iritasi, atau mucosal tag harus dicatat dan membutuhkan tindakan lanjutan. l. Punggung dan Kaki-Tangan 1) Catat kekurangan atau kesulitan mobilitas, atau anggota tubuh yang terlihat tidak seimbang. 2) Dengan bayi baru lahir yang tengkurap, catatlah jika lekukan tulang punggung ada dan laporkan untuk pemeriksaan selanjutnya. 3) Lemahnya otot atau paresis atau asimetris ekstrem pada kekuatan kaki, tangan dan jari-jari harus dicatat. Banyak kelambatan perkembangan terbukti atau terdeteksi selama penilaian bayi baru lahir. Pemeriksaan pada 6 minggu dan selanjutnya dengan alat pemeriksa perkembangan seperti Denver II atau penemuan lain, harus dimonitor dan kekurangannya dilaporkan bersama dengan data historis yang relevan. Bantuan dan pendampingan disediakan bagi keluarga sesuai yang di butuhkan (Wahyu & Icemi Sukarni 2013:325-330). 6. Refleks – refleks Fisiologis Bayi Baru Lahir Bayi yang bru lahir normal memiliki refleks-refleks fisiologis yang ditunjukkan oleh organ-organ vitalnya. Adapun refleks – refleks fisiologis bayi baru lahir normal adalah sebagai berikut : a. Mata Pada bayi baru lahir normal, refleks fisiologis yang ditunjukkan melalui mata antara lain sebagai berikut : 1) Berkedip atau refleks corneal Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba-tiba atau pada pandel atau objek ke arah kornea. Refleks ini harus menetapkan sepanjang hidup. Jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial. 2) Pupil Pupil akan berkontraksi bila sinar terang diarahkan padanya. Refleks ini harus sepanjang hidup. 3) Glabela Ketukan halus pada Glabela (bagian dahi antara dua alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat. b. Mulut dan Tenggorokan Adapun refleks fisiologis yang ditunjukkan mulut dan tenggorokan antara lain sebagai berikut :

1) Mengisap. Bayi harus memulai gerakan mengisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon terhadap rangsagan. Refleks ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti saat tidur. 2) Muntah Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, isapan, atau masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami refleks muntah. Refleks ini harus menetap sepanjang hidup. 3) Rooting Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi membalikkan kepala ke arah sisi tersebut, dan mulai mengisap. Refleks ini harus hilang pada usia kira-kira 3-4 bulan. 4) Menguap Respons spontan terhadap penurunan oksigen dengan meningkatkan jumlah udara inspirasi. Refleks ini harus menetap sepanjang hidup. 5) Ekstruksi Jika lidah disentuh atau ditekan maka bayi akan merespons dengan mendorongnya keluar. Refleks ini akan (harus) menghilang pada usia 4 bulan. 6) Batuk Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk. Refleks ini harus terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir (Putra 2012:192) c. Ekstremitas Adapun refleks fisiologi yang berkaitan dengan ekstremitas adalah sebagai berikut : 1) Menggenggam. Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan fleksi tangan dan jari. 2) Babinski Tekanan di telapak kaki bagian luar ke arah atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi. 3) Masa Tumbuh Ada beberapa refleks pada masa tubuh. Diantaranya adalah sebagai berikut : (1) Refleks moro, yaitu kejutan atau perubahan tiba-tiba dalam equilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstremitas yang tiba- tiba serta mengisap jari

dengan jari telunjuk dan ibu jari membentu “C” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstremitas , kaki dapat fleksi dan lemah. (2)

Startle, yaitu suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam.

(3) Tonik leher, jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah satu sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut, dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi. (4) Neck-righting, jika bayi terlentang dan kepala dipalingkan ke salah satu sisi, maka bahu dan batang tubuh akan membalik kearah tersebut, serta diikuti dengan pelvis. (5) Inkurvasi batang tubuh (gallant). Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang terstimulasi (Lailiyana dkk, 2012:249-250). 7. Cara Memotong Tali Pusat Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil maka dilakukan pengikatan puntung tali pusat. Yang pertama dilakukan adalah mencelupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam klorin 0,5% untuk membersihkan dari darah dan sekret lainnya. Kemudian bilas dengan air DTT, lalu keringkan dengan handuk bersih dari dinding perut bayi (pusat). Gunakan benang atau klem plastic DTT/steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat. Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkaran benang disekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati bagian di bagian berlawanan. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan dalam klorin 0,5%. Kemudian (2) Startle, yaitu suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam. (3) Tonik leher, jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah satu sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut, dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi. (4) Neck-righting, jika bayi terlentang dan kepala dipalingkan ke salah satu sisi, maka bahu dan batang tubuh akan membalik kea rah tersebut, serta diikuti dengan pelvis. (5) Inkurvasi batang tubuh (gallant). Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang terstimulasi (Lailiyana dkk, 2012:249-250).

7. Cara Memotong Tali Pusat Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil maka dilakukan pengikatan puntung tali pusat. Yang pertama dilakukan adalah mencelupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam klorin 0,5% untuk membersihkan dari darah dan sekret lainnya. Kemudian bilas dengan air DTT, lalu keringkan dengan handuk bersih dari dinding perut bayi (pusat). Gunakan benang atau klem plastic DTT/steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat. Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkaran benang disekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati bagian di bagian berlawanan. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan dalam klorin 0,5%. Kemudian selimuti bayi kembali dengan menggunakan kain yang bersih dan kering (Wahyu P 2013). 8. Inisiasi Menyusui Dini Pada Bayi Baru Lahir Inisiasi menyusu dini adalah melakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi segera setelah lahir selama sedikitnya satu jam dan membantu ibu mengenali kapan bayinya siap menyusu. Pemberian ASI lebih dari satu jam dalam 24 jam pertama kala bayi lahir akan meningkatkan risiko kematian 1,5 kali. Keuntungan pemberian ASI dini yaitu : a. Merangsang produksi ASI b. Memperkuat refleks mengisap (refleks mengisap awal pada bayi, paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir). Memulai pemberian ASI secara dini akan member pengaruh yang positif bagi bayi. c. Mempromosikan hubungan hubungan emosional antara ibu dan bayi. d. Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum. e. Merangsang kontraksi uterus (Lailiyana 2012). 9. Bounding Attachment Bayi Baru Lahir Bounding merupakan suatu langkah awal untuk mengungkapkan perasaan afeksi (Kasih Sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir. Attachment merupakan interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu. Jadi, Bounding Attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih saying yang merupakan dasar

Related Documents

Askeb
October 2019 72
Askeb Pkl.docx
April 2020 37
Askeb Kehamilan.docx
May 2020 31
Askeb Keluarga.docx
November 2019 46
Askeb Persalinan.docx
June 2020 5
Askeb Anc.docx
April 2020 24

More Documents from "sandra"