1. MAP sensor MAP Sensor berfungsi mengukur jumlah udara yang masuk ke dalam silinder berdasarkan tekanan udara pada intake manifold. MAP Sensor digunakan pada EFI-D. Sensor ini sering disebut Pressure Intake Manifold sensor (PIM) atau Vacuum sensor. Data dari MAP Sensor sebagai dasar untuk menentukan jumlah injeksi dan saat pengapian. Kelebihan utama MAP Sensor dibandingkan air flow meter dalam mengukur jumlah udara adalah komponen mekanis lebih sedikit, tidak terpengaruh terhadap kebocoran pada manifold dan perubahan tekanan udara luar.
MAP Sensor merupakan piezoresistive silicon chip yang nilai tahanannya berubah akibat perubahan tekanan dan sebuah Integrated Circuit (IC). MAP Sensor dihubungkan ke intake manifold menggunakan selang. Semakin besar kevakuman (semakin rendah tekanan) pada intake manifold maka tahanan pada MAP Sensor lebih tinggi, sehingga tegangan output MAP Sensor semakin kecil. Apabila tekanan negatif intake air manifold tinggi, tegangan output pada MAP Sensor menjadi rendah, sehingga PCM menganggap (menentukan) volume udara adalah kecil dan mengurangi (menurunkan) volume fuel jet. Apabila tekanan negatif intake manifold rendah, tegangan output pada MAP sensor akan menjadi tinggi, sehingga PCM menganggap volume udara masuk intake manifold besar, dan menaikan volume injeksi bahan bakar. Rangkaian kelistrikan MAP Sensor pada unit mobil Timor adalah sebagai berikut :
Pada MAP Sensor tersebut terdapat 3 terminal yaitu C B A. a. Terminal A sebagai terminal catu daya dengan tegangan 5 V. b. Terminal B merupakan signal variabel tegangan yang mengambarkan perubahan tekanan udara pada intake manifold. c. Terminal C sebagai terminal massa. Pemeriksaan MAP Sensor dengan melakukan pengukuran tegangan pada terminal MAP Sensor. Pemeriksaan tegangan antara terminal A – C adalah sebesar 4 – 5 Volt. Pemeriksaan tegangan antara terminal B – A besarnya adalah sesuai dengan besarnya kevakuman pada intake manifold. 2. Langkah Kerja a. Persiapkan alat dan bahan. b. Identifikasi konstruksi dan posisi lokasi/tempat pemasangan Manifold Absolute Pressure Sensor (MAP) pada mesin. c. Identifikasi nama teminal, fungsi tiap-tiap terminal dan warna kabel tiap terminal pada Manifold Absolute Pressure Sensor (MAP) dan hubunganya dengan PCM. d. Lakukan pemeriksaan rangkaian kelistrikan pada MAP SENSOR dan IAT serta hubunganya dengan PCM.
Pemeriksaan Rangkaian Kelistrikan MAP sensor e. Pemeriksaan rangkaian kelistrikan – kunci kontak pada posisi OFF.
–
Lepaskan socket terminal pada MAP sensor.
–
Lepaskan socket terminal pada PCM.
– Periksa hubungan antara terminal A pada socket terminal MAP sensor dan terminal 45 pada socket terminal PCM. – Periksa hubungan antara terminal B pada socket terminal MAP sensor dan terminal 16 pada socket terminal PCM. – Periksa hubungan antara terminal c pada socket terminal MAP sensor dan terminal 44 pada socket terminal PCM. – Periksa kondisi rangkaian kelistrikan terhadap hubungan singkat, rangkaian putus, atau kemungkinan kondisi kabel sudah mempunyai nilai hambatan yang tinggi. f. Pemeriksaan rangkaian terbuka pada MAP sensor – Putar kunci kontak pada posisi ON (mesin dalam keadaan mati). –
Lepaskan socket terminal pada MAP sensor.
–
Periksa tegangan antara terminal A dan C pada socket.
Jumper (+) Voltmeter pada terminal A dan Jumper (-) pada terminal C. – Bila tegangan menunjukan antara 4,2 – 5 Volt, maka kondisi rangkaian kelistrikan dan Power Train Control Module (PCM) baik. – Bila tegangan menunjukan kurang dari 4,2 Volt, maka kerusakan bisa terjadi pada rangkaian kelistrikan atau pada PCM-nya. g. Pemeriksaan rangkaian terbuka pada Power Train Control Module (PCM) – Putar kunci kontak pada posisi ON (mesin dalam keadaan mati). –
Lepaskan socket terminal pada MAP sensor.
–
Periksa tegangan antara terminal 45 dan 44 pada PCM.
Jumper (+) Voltmeter pada terminal 45 dan Jumper (-) pada terminal 44. –
Bila tegangan menunjukan antara 4,2 – 5 Volt, maka kondisi PCM baik.
– Bila tegangan menunjukan kurang dari 4,2 Volt, maka kerusakan terjadi pada PCM. e. Lakukan pemeriksaan pada MAP SENSOR. i. Lepaskan selang vakum (dari intake manifold) pada MAP sensor, dan gantilah dengan pompa vakum. ii. Putar kunci kontak pada posisi ON (soket terpasang pada MAP sensor dan PCM, kondisi mesin dalam keadaan mati). iii. Pemeriksaan tegangan input AFM antara terminal A – C adalah sebesar 4 – 5 Volt. iv. Beri kevakuman pada MAP sensor. v. Periksa variabel tegangan output MAP sensor (antara terminal B – A). Bandingkan hasil pemeriksaan dengan tabel spesifikasi di bawah ini.
Besar tekanan
Tegangan
(mmHg)
(Volt)
100
0,3 – 0,5
200
0,7 – 0,9
300
1,1 – 1,4
400
1,5 – 1,7
500
1,9 – 2,1
– Catat pada tabel dan buat grafik hubungan tekanan dan tegangan output sensor. – Simpulkan keadaan sensor suhu. Bersihkan alat dan training obyek yang digunakan. Melaporkan pada instruktur atau teknisi untuk pemeriksaan kondisi training obyek 7. Data Praktik dan Pembahasan Rangkaian Kelistrikan MAP Sensor
Identifikasi Terminal MAP Sensor dan Hubunganya dengan PCM Terminal MAP – PCM Warna Kabel
Hubungan / Fungsi
1
C
Lg/R
Input MAP dari PCM
2
A
R/y
Masa MAP
Pemeriksaan Rangkaian Kelistrikan MAP Sensor dan Hubunganya dengan PCM Pemeriksaan
Hasil / Kesimpulan
1
Rangkaian terbuka MAP sensor
4,5 Volt
2
Rangkaian terbuka pada PCM
4,6 Volt
3
Rangkaian kelistrikan
Pemeriksaan Kerja MAP Sensor
Besar Vakum (mmHg)
100
200
300
400
Tegangan (Volt)
Gambar grafik hubungan tekanan intake manifold dan tegangan output MAP sensor
500
8. Kesimpulan MAP Sensor mengukur perubahan tekanan udara yang terjadi pada saluran masuk disebabkan oleh putaran dan beban motor. Perubahan tekanan udara masuk yang terjadi akan menyebabkan perubahan tegangan antara 0 – 5 Volt tegangan ini berasal dari tegangan referensi ECU/Unit Kontrol Elektronis. Kontrol Unit Elektronis/ECU memanfaatkan perubahan tegangan sinyal ini untuk menghitung perubahan tekanan udara pada saluran masuk atau untuk menentukan/menyesuaikan penyemprotan bensin oleh injector. Terdapat 3 terminal pada MAP sensor yaitu terminal : a. Terminal C MAP/terminal 44 ECU = Power suplai dari ECU untuk mengaktifkan MAP sensor b. Terminal B MAP/terminal 16 ECU = Rangkaian sinyal dari MAP sensor c. Terminal A MAP/terminal 45 ECU = Rangkaian masa dari MAP sensor Dapat disimpulkan bahwa MAP sensor bekerja berdasarkan kevakuman intake manifold. Semakin besar kevakuman (semakin rendah tekanan) pada intake manifold maka tahanan pada MAP sensor lebih tinggi, sehingga tegangan yang keluar dari MAP sensor semakin kecil. Dapat diartikan bahwa nilai tegangan yang dikirim oleh MAP sensor berbanding lurus dengan tekanan pada intake manifold, dan berbanding terbalik dengan kevakuman pada intake manifold.
MAP Sensor mengukur perubahan tekanan udara yang terjadi pada saluran masuk disebabkan oleh putaran dan beban motor. Perubahan tekanan udara masuk yang terjadi akan menyebabkan perubahan tegangan antara 0 – 5 Volt tegangan ini berasal dari tegangan referensi ECU/Unit Kontrol Elektronis. Kontrol Unit Elektronis/ECU memanfaatkan perubahan tegangan sinyal ini untuk menghitung perubahan tekanan udara pada saluran masuk atau untuk menentukan/menyesuaikan penyemprotan bensin oleh injector. Terdapat 3 terminal pada MAP sensor yaitu terminal : 1. Terminal C MAP/terminal 44 ECU = Power suplai dari ECU untuk mengaktifkan MAP sensor 2. Terminal B MAP/terminal 16 ECU = Rangkaian sinyal dari MAP sensor 3. Terminal A MAP/terminal 45 ECU = Rangkaian masa dari MAP sensor Dapat disimpulkan bahwa MAP sensor bekerja berdasarkan kevakuman intake manifold. Semakin besar kevakuman (semakin rendah tekanan) pada intake manifold maka tahanan pada MAP sensor lebih tinggi, sehingga tegangan yang keluar dari MAP sensor semakin kecil. Dapat diartikan bahwa nilai tegangan yang dikirim oleh MAP sensor berbanding lurus dengan tekanan pada intake manifold, dan berbanding terbalik dengan kevakuman pada intake manifold.
Fungsi Sensor Air Flow Meter juan prasetyadi
Salah satu sensor yang ada pada mesin EFI adalah sensor air flow meter atau mass air flow. Sensor air flow meter ini terdapat pada EFI tipe L (L-EFI). Untuk lebih jelasnya tentang sensor air flow meter ini, perhatikan gambar di bawah ini :
Letak sensor ini berada di antara komponen filter udara (saringan udara) dan throttle body. Pada umunya di dalam sensor ini juga terdapat sensor intake air temperature (IATS). Sensor air flow meter ini berfungsi untuk mendeteksi atau mengukur jumlah udara yang masuk ke dalam ruang bakar. Perubahan banyak tidaknya udara yang masuk ini sesuai dengan besar kecilnya bukaan katup throttle. Banyaknya aliran udara yang masuk akan merubah output signal dari sensor ini yang menuju ke ECU. Perubahan signal pada sensor ini dengan memanfaatkan perubahan tahanan yang terjadi berdasarkan banyak sedikitnya aliran udara yang masuk. Pada mesin L-EFI, sensor air flow meter ini sangatlah penting, sehingga sensor ini harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain : 1. Respon yang akurat terhadap berbagai perubahan aliran udara yang masuk 2. Respon yang cepat terhadap berbagai perubahan aliran udara yang masuk 3. Proses signal mudah Sensor air flow meter ini memiliki 2 tipe pendeteksian udaranya yaitu sensor air flow meter tipe langsung dan sensor air flow meter tipe deteksi tidak langsung. Pada tipe deteksi langsung ini, untuk melakukan pendeteksiannya menggunakan beberapa cara yaitu sensor air flow dengan menggunakan vane, sensor air flow meter tipe karman vortek dan sensor air flow meter dengan pendeteksian berat yaitu dengan hot wire type dan dengan hot file type. Sedangkan untuk pendeteksian secara tidak langsung yaitu sensor air flow meter dengan menggunakan tipe speed density dan sensror air flow meter tipe throttle speed.
Sensor Temperatur Udara/ Intake Air Temperature Sensor (IATS) juan prasetyadi
Salah satu sensor pada sistem EFI adalah intake air temperatur sensor (IATS). Intake air temperatur sensor atau disingkat dengan IAT sensor, sensor ini berfungsi untuk mengukur atau mendeteksi temperatur udara yang masuk ke dalam intake manifold. Kemudian sensor IAT sensor ini akan mengirimkan sinyal ke ECU berdasarkan hasil pengukuran temperatur udara yang masuk ke dalam intake manifold. Sinyal dari IAT sensor ini kemudian digunakan oleh ECU salah satunya untuk mengatur berapa banyaknya jumlah penyemprotan bahan bakar yang akan diinjeksikan oleh injektor. IAT Sensor pada mesin injeksi tipe L-EFI menyatu dengan Air flow sensor dan IAT sensor ini berada disaluran antara filter udara dan throttle body, sedangkan pada mesin injeksi tipe D-EFI, IAT sensor ini berada di belakang air filter. Lokasi dari IAT sensor dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar. IAT Sensor pada mesin injeksi tipe D-EFI (a) Penempatan, (b) konstruksi
Pada komponen IAT Sensor ini menggunakan komponen elektronika yaitu thermistor yang digunakan sebagai pendeteksi temperatur udara yang masuk ke dalam intake manifold. Besar kecilnya tahanan pada komponen thermistor ini berubah-ubah sesuai dengan tingginya temperatur udara. Thermistor yang digunakan pada IAT sensor ini tipenya adalah NTC (Negative Temperature Coefisien) yang artinya perbandingan antara temperatur udara dan resistansi atau tahanan pada IAT sensor ini adalah berbanding terbalik. Semakin tinggi temperatur udara yang masuk ke dalam intake manifold maka tahanan pada thermistornya akan semakin rendah, dan sebaliknya bila semakin rendah temperatur udara yang masuk ke dalam intake manifold maka tahanan pada thermistornya akan semakin tinggi. Perhatikan gambar dibawah akan diperlihatkan rangkaian kelistrikan dari IAT sensor. Cara kerja rangkaian kelistrikan IAT sensor ini adalah ECU akan memberikan sinyal tegangan sebesar 5 volt ke IAT sensor melalui internal resistor. Nilai tegangan ini akan berubah sesuai dengan kondisi dari temperatur udara yang masuk ke dalam intake manifold. Fluktuasi dari tegangan yang ditimbulkan oleh IAT sensor ini akan dideteksi oleh ECU sebagai perubahan temperatur udara yang masuk pada sensor dan menjadi sinyal inputan dari ECU.
Gambar. Rangkaian kelistrikan dari IAT sensor
Fungsi dan Cara Kerja Water Temperature Sensor (WTS) juan prasetyadi
Sensor WTS (Water Temperature Sensor) merupakan salah satu dari sensorsensor yang ada pada mesin EFI. Sensor WTS memiliki fungsi untuk mensensor atau mendeteksi suhu dari air pendingin. Sensor WTS ini juga ada yang menyebutnya dengan istilah sensor ECT (Engine Coolant Temperature). Letak dari sensor WTS ini yaitu di tempatkan di blok mesin atau pada rumah thermostat bagian bawah. Sensor ini menggunakan komponen elektronika yaitu thermistor tipe NTC (Negative Temperature Coefisien), yaitu bekerjanya sensor ini adalah ketika suhu air pendingin naik maka tahanan atau resistansi pada sensor ini akan menurun dan sebaliknya bila suhu air pendingin ini turun maka tahanan atau resistansi pada sensor ini akan naik. Sensor WTS dihubungkan ke ECU (Engine Control Unit), ECU akan memberikan signal tegangan sumber sebesar 5 volt ke sensor melalui terminal THW. Tegangan output dari sensor WTS ini akan berubah-ubah besarnya sesuai dengan nilai tahanan atau resistansi yang ada pada sensor WTS ini, kemudian output signal sensor WTS ini (pada terminal E2) akan dikirim kembali ke ECU dan akan menjadi signal inputan ECU yang nantinya akan digunakan sebagai data masukkan untuk mengontrol aktuator-aktuator pada mesin EFI. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar sirkuit kelistrikan sensor WTS di bawah ini :
Untuk grafik hubungan antara suhu (temperatur) air pendingin dengan resistansi (tahanan) pada sensor, dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Fungsi dan Cara Kerja Water Temperature Sensor (WTS) juan prasetyadi
Sensor WTS (Water Temperature Sensor) merupakan salah satu dari sensorsensor yang ada pada mesin EFI. Sensor WTS memiliki fungsi untuk mensensor atau mendeteksi suhu dari air pendingin. Sensor WTS ini juga ada yang menyebutnya dengan istilah sensor ECT (Engine Coolant Temperature). Letak dari sensor WTS ini yaitu di tempatkan di blok mesin atau pada rumah thermostat bagian bawah. Sensor ini menggunakan komponen elektronika yaitu thermistor tipe NTC (Negative Temperature Coefisien), yaitu bekerjanya sensor ini adalah ketika suhu air pendingin naik maka tahanan atau resistansi pada sensor ini akan menurun dan sebaliknya bila suhu air pendingin ini turun maka tahanan atau resistansi pada sensor ini akan naik. Sensor WTS dihubungkan ke ECU (Engine Control Unit), ECU akan memberikan signal tegangan sumber sebesar 5 volt ke sensor melalui terminal THW. Tegangan output dari sensor WTS ini akan berubah-ubah besarnya sesuai dengan nilai tahanan atau resistansi yang ada pada sensor WTS ini, kemudian output signal sensor WTS ini (pada terminal E2) akan dikirim kembali ke ECU dan akan menjadi signal inputan ECU yang nantinya akan digunakan sebagai data masukkan untuk mengontrol aktuator-aktuator pada mesin EFI. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar sirkuit kelistrikan sensor WTS di bawah ini :
Untuk grafik hubungan antara suhu (temperatur) air pendingin dengan resistansi (tahanan) pada sensor, dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Pengertian, Fungsi dan Cara Kerja Knock Sensor Pada Mesin Injeksi EFI juan prasetyadi
Knock sensor atau knocking sensor merupakan salah satu sensor yang ada pada mesin injeksi EFI.
Knock sensor atau knocking sensor pada kendaraan yang bermesin injeksi EFI berfungsi untuk mendeteksi atau mensensor jika terjadi knocking atau atau getaran atau ketukan pada mesin.
Knocking pada kendaraan dapat terjadi atau disebabkan salah satunya adalah karena pengapian yang terlalu maju.
Knocking merupakan getaran yang berfrekuensi tinggi yang disebabkan oleh terjadinya ledakan atau pembakaran yang prematur di dalam ruang bakar silinder.
Bila terjadi engine knocking pada kendaraan maka akan mengakibatkan turunnya tenaga pada mesin sehingga kinerjanya menjadi kurang optimal dan juga dapat menyebabkan komponen-komponen di ada dalam mesin akan cepat aus atau rusak.
Sehingga bila terjadi knocking pada mesin akan sangat merugikan pengendara. Oleh sebab itu, bila terjadi engine knocking maka perlu diatasi dan harus dihilangkan secepat mungkin.
Pada mesin injeksi EFI dilengkapi dengan sensor knocking yang bertujuan untuk mengatasi masalah knocking yang terjadi pada mesin.
Letak dari knock sensor pada mesin injeksi EFI dapat terletak di bagian blog silinder. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah ini :
Cara Kerja Knock Sensor
Ketika mesin mengalami ketukan atau knocking maka knock sensor akan mendeteksinya. Kemudian knock sensor akan mengirimkan data ke ECU bahwa telah terjadi knocking pada mesin.
Untuk mendeteksi getaran atau knocking pada mesin maka knock sensor memakai komponen piezo electric. Komponen piezo electric ini akan mengirimkan signal output yang sebanding dengan getaran yang terjadi pada mesin.
Ketika ECU menerima data dari knocking sensor maka ECU akan memerintahkan pengapian untuk dimundurkan beberapa derajat sampai tidak terjadi lagi knocking.
Setelah knocking hilang, maka knocking sensor akan mendeteksi bahwa tidak ada lagi getaran atau kenocking pada mesin dan kemudian knocking sensor akan mengirimkan data signal ke ECU.
Pada ECU akan memajukan kembali saat pengapian seperti semula jika tidak terjadi lagi knocking.
VSS (Vehicle Speed Sensor)
VSS berfungsi untuk menyensor atau mendeteksi kecepatan dari kendaraan 8. Crank Angle Sensor atau Crank Shaft Position Sensor dan Cam Angle Sensor atau Cam Shaft Position Sensor
Crank Angle Sensor atau Crank Shaft Position Sensor berfungsi untuk mendeteksi sudut dari crank shaft atau poros engkol. Sedangkan Cam Angle Sensor atau Cam Shaft Position Sensor berfungsi untuk mendeteksi sudut daricam shaft atau poros nok. Kedua sensor ini secara keseluruhan digunakan untuk mensensor atau mendeteksi putaran dari engine dan mengidentifikasi posisi piston. 9. A/F (Air Fuel Ratio) Sensor
A/F sensor berfungsi untuk mensensor atau mendeteksi setelan campuran udara dan bahan bakar saat kendaraan pada kecepatan idle atau stasioner