Aris Saputra.docx

  • Uploaded by: Dinsa Alima
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Aris Saputra.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,204
  • Pages: 7
MAKALAH PENYAKIT CAMPAK

DiSusun Oleh :

ARIS SAPUTRA (162121001)

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Widya Cipta Husada Semester VI Tahun Akademik 2018/2019 Kepanjen – Malang

A. DEFINISI Rubeola, atau yang lebih dikenal dengan penyakit campak adalah infeksi menular yang disebabkan oleh virus. Sebelum imunisasi campak digalakkan, campak adalah salah satu penyakit endemik yang menyebabkan kematian terbanyak setiap tahunnya. Penyakit ini disebabkan oleh virus dalam keluarga paramyxovirus yang biasanya ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita atau lewat udara. Virus menginfeksi saluran pernapasan dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh.( Abednego, H.M,2016) Gejala pertama adalah demam, lelah, batuk, hidung beringus, mata merah dan sakit, dan terasa kurang sehat. Beberapa hari kemudian timbul ruam. Ruam tersebut mulai pada muka, merebak ke tubuh dan berlanjut selama 4-7 hari. • Sampai sepertiga penderita campak mengalami komplikasi, yang termasuk infeksi telinga, diare dan pneumonia, dan mungkin memerlukan rawat inap. Kira-kira satu dari setiap 1000 penderita campak terkena ensefalitis (pembengkakan otak). Gejala spesifik dari penyakit ini adalah ruam kulit berwarna kemerahan yang muncul 7-14 hari setelah paparan dan dapat bertahan selama 4-10 hari. Pada anak-anak, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi serius yang mematikan jika tidak ditangani dengan baik. Oleh sebab itu, segera konsultasi ke dokter atau penyedia layanan kesehatan terdekat jika Anda atau anak Anda mengalami penyakit ini.( Abednego, H.M,2016)

B. PENYEBAB Penyakit ini disebabkan oleh virus yang sangat menular. Penularan dapat terjadi jika menghirup percikan air di udara dari bersin, batuk, atau ludah yang mengandung virus dari penderita. Selain itu, menyentuh barang yang terkontaminasi virus juga bisa menyebabkan Anda mengalami peyakit ini. Virus penyebab penyakit ini dapat bertahan di udara dan di permukaan hingga lebih dari 2 jam lamanya. Itu sebabnya, jika Anda menyentuh barang yang terkena percikan virus penyakit ini, lalu tidak sengaja mengucek

mata, menempelkan tangan ke hidung atau mulut, Anda bisa saja ikut terinfeksi.( Cahyono, K.D, 2017) Penyakit ini juga dapat ditularkan oleh orang yang terinfeksi dari 4 hari sebelum timbulnya gejala sampai 4 hari setelah gejala sudah mulai mereda. Dalam banyak kasus, jika penyakit ini tidak ditangani dengan baik dapat menjadi penyakit endemik yang menyebabkan banyak kematian, terutama di kalangan anak-anak yang kekurangan gizi. Meski penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak, Anda juga dapat terinfeksi virus ini apabila sebelumnya belum pernah terkena penyakit ini atau belum imunisasi.( Cahyono, K.D, 2017) C. CARA PENULARAN Penyakit ini disebabkan oleh virus yang sangat menular. Penularan dapat terjadi jika menghirup percikan air di udara dari bersin, batuk, atau ludah yang mengandung virus dari penderita. Selain itu, menyentuh barang yang terkontaminasi virus juga bisa menyebabkan Anda mengalami peyakit ini. Virus penyebab penyakit ini dapat bertahan di udara dan di permukaan hingga lebih dari 2 jam lamanya. Itu sebabnya, jika Anda menyentuh barang yang terkena percikan virus penyakit ini, lalu tidak sengaja mengucek mata, menempelkan tangan ke hidung atau mulut, Anda bisa saja ikut terinfeksi. Penyakit ini juga dapat ditularkan oleh orang yang terinfeksi dari 4 hari sebelum timbulnya gejala sampai 4 hari setelah gejala sudah mulai mereda. Dalam banyak kasus, jika penyakit ini tidak ditangani dengan baik dapat menjadi penyakit endemik yang menyebabkan banyak kematian, terutama di kalangan anak-anak yang kekurangan gizi. Meski penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak, Anda juga dapat terinfeksi virus ini apabila sebelumnya belum pernah terkena penyakit ini atau belum imunisasi.( Notoatmodjo, S, 2013)

D. PATOFISIOLOGI Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel epitel saluran napas. Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan penyebaran ke kelenjar limfe regional. Setelah penyebaran ini, terjadi viremia primer disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus. Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit dan saluran pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke14, virus ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan makrofag.( Notoatmodjo, S, 2013)

E. EPIDEMOLOGI Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi 145.700 kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar 400 kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak kurang dari 5 tahun.2 Berdasarkan laporan DirJen PP&PL DepKes RI tahun 2014, masih banyak kasus campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang dilaporkan mencapai 12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104 kasus. Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia SD. Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada kelompok umur 14 tahun (3383 kasus).( Ibrahim, D.P., 2015)

F. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella). Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014, vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan. Selanjutnya, vaksin penguat dapat diberikan pada usia 2 tahun. Apabila vaksin MMR diberikan pada usia 15 bulan, tidak perlu vaksinasi campak pada usia 2 tahun. Selanjutnya, MMR ulangan diberikan pada usia 5-6 tahun.13 Dosis vaksin campak ataupun vaksin MMR 0,5 mL subkutan. Imunisasi ini tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi primer, pasien tuberkulosis yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ, pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak terinfeksi HIV tanpa imunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat imunisasi campak. Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi) yang dapat terjadi pasca-vaksinasi campak berupa demam pada 5-15% kasus, yang dimulai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi, dan berlangsung selama 5 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, yang timbul pada hari ke 7 s/d 10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Reaksi KIPI dianggap berat jika ditemukan gangguan sistem saraf pusat, seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca-imunisasi. Risiko kedua efek samping tersebut dalam 30 hari sesudah imunisasi diperkirakan 1 di antara 1.000.000 dosis vaksin. Reaksi KIPI ( reaksi/peradangan dalam tubuh), vaksinasi MMR yang dilaporkan pada penelitian mencakup 6000 anak berusia 1-2 tahun berupa malaise, demam, atau ruam 1 minggu setelah imunisasi dan berlangsung 2-3 hari. Vaksinasi MMR dapat menyebabkan efek samping demam, terutama karena komponen campak.

Kurang lebih 5-15% anak akan mengalami demam >39,40 C setelah imunisasi MMR. Reaksi demam tersebut biasanya berlangsung 7-12 hari setelah imunisasi, ada yang selama 1-2 hari. Dalam 6-11 hari setelah imunisasi, dapat terjadi kejang demam pada 0,1% anak, ensefalitis pasca-imunisasi terjadi pada < 1/1OOO.OOO dosis.( Ibrahim, D.P., 2015)

DAFTAR PUSTAKA Abednego, H.M,2016, Strategi dan Pengembangan Program Imunisasi di Indonesia Menjelang Abad 21, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. Ali, M, 2013, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja Tentang Imunisasi, Medan (published2013) http://digilib.litbang.depkes.go.id/go Azwar, A, 2015, Pengantar Epidemiologi, Binarupa Aksara, Jakarta. Cahyono, K.D, 2017, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan Imunisasi Anak Usia 12-23 Bulan Di Indonesia Tahun 2014 (berdasarkan Data SDKI 2013-2014) Himawan, A. W, 2016, Hubungan Antara Karakteristik Ibu dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang (Berdasarkan Data Penelitian 2016). Ibrahim, D.P., 2015, Hubungan Karakteristik Ibu dengan Status Imunisasi Campak Anak Umur 9-36 Bulan di Sulawesi Selatan Tahun 2013.(published 2013).http://digilib.litbang.depkes.go.id/go Idwar, 2008, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi Hepatitis B pada Bayi (0-11 Bulan) di Kabupaten Aceh Besar Propinsi Daerah Istimewa Aceh Tahun2013/2014(published 2014) http://digilib.litbang.depkes.go.id/go Notoatmodjo, S, 2013, Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku, Andi Offset, Yogyakarta Notoatmodjo, S,2013, Ilmu

Related Documents

Aris
April 2020 22
Aris
October 2019 23
Aris Saputra.docx
May 2020 12
Aris Bahan.docx
December 2019 27
Aris Jakarta
June 2020 18
Vibration Aris Ok
May 2020 8

More Documents from "aries triwidajati"

Aris Saputra.docx
May 2020 12