Apa Itu Culture Shock Dan Bagaimana Cara Mengatasinya.docx

  • Uploaded by: Fafa Fadhlurrahman
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Apa Itu Culture Shock Dan Bagaimana Cara Mengatasinya.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,515
  • Pages: 4
Ada empat tahapan timbulnya culture shock: 1. Tahapan pertama yaitu the honeymoon phase Suatu tahapan di mana kamu akan merasa bahagia setibanya di negara yang baru, apalagi yang belum pernah kamu kunjungi sebelumnya. 2. Tahap kedua, the crisis phase Yaitu perbedaan di negara baru tidak pas baik itu makanannya, logat yang susah dimengerti, kebiasaan jual beli dan merasa kesepian. Hal tersebut hanya membuat kamu merasa terasing dari lingkungan. Namun kamu akan segera melaluinya jika mampu menyesuaikan diri dengan baik. 3. Tahap ketiga, the adjustment phase Dalam fase ini, kamu sudah mulai bisa berinteraksi dengan lingkungan di negara baru. 4. Tahap keempat, bi-cultural phase Kamu merasa nyaman hidup dengan dua kebudayaan sekaligus. Ini merupakan indikasi bagus, karena kamu telah berhasil melalui suatu seleksi alam kecil. Namun ada pula mahasiswa yang terlalu memuja kebudayaan asing sehingga ketika pulang ke negeri sendiri, ia malah merasa asing kembali. Untuk itu harus ada keseimbangan antara memahami kebudayaan tanpa meninggalkan identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Lalu, bagaimana agar tidak mengalami depresi akibat culture shock? Jawabannya adalah: 

Tambah wawasan kamu mengenai negara tujuan kuliah.



Cari tahu juga mengenai budaya, kebiasaan, olahraga yang populer di negara tujuan hingga topik pembicaraaan sehari-hari serta bahasa tubuh. Satu lagi yang perlu kamu ketahui adalah selera humor di negara tujuan, jangan sampai bahan berckamu kita di tanah air malah menyinggung perasaan teman di negara asing, menjengkelkan atau bahkan garing



Setibanya di negara tujuan, segera kenali kehidupan setempat dan ketahui tempat-tempat penting seperti kantor pos, toko, dokter, dan kantor pelayanan mahasiswa internasional.

…………………….................................................................................................................................... Apa Itu Culture Shock? Istilah culture shock pertama kali diperkenalkan oleh tokoh antropologis Oberg. Menurutnya, culture shock didefinisikan sebagai kegelisahan yang mengendap yang muncul dari kehilangan

semua lambang dan simbol yang familiar dalam hubungan sosial, termasuk didalamnya seribu satu cara yang mengarahkan kita dalam situasi keseharian, Di indonesia cultural shock sering disebut dengan istilah gegar budaya di mana seseorang mengalami goncangan perasaan (kecemasan) yang diakibatkan oleh perbedaan nilai kebudayaan baru yang tidak sesuai dengan pola nilai kebudayaan yang sudah di anutnya sejak lama. Tingkat-tingkat Culture shock (u-curve) sebagian besar literatur menyatakan bahwa orang biasanya melewati 4 tingkatan culture shock. Keempat tingkatan ini dapat digambarkan dalam bentuk kurva u, sehingga disebut u-curve. Fase optimistic, fase pertama yang digambarkan berada pada bagian kiri atas dari kurva U. fase ini berisi kegembiraan, rasa penuh harapan, dan euphoria sebagai antisipasi individu sebelum memasuki budaya baru Masalah cultural, fase kedua di mana maslah dengan lingkungan baru mulai berkembang, misalnya karena kesulitan bahasa, system lalu lintas baru, sekolah baru, dll. Fase ini biasanya ditandai dengan rasa kecewa dan ketidakpuasan. Ini adalah periode krisis daalm culture shock. Orang menjadi bingung dan tercengan dengan sekitarnya, dan dapat menjadi frustasi dan mudah tersinggung, bersikap permusuhan, mudah marah, tidak sabaran, dan bahkan menjadi tidak kompeten. Fase recovery, fase ketiga dimana orang mulai mengerti mengenai budaya barunya. Pada tahap ini, orang secara bertahap membuat penyesuaian dan perubahan dalam caranya menanggulangi budaya baru. Orang-orang dan peristiwa dalam lingkungan baru mulai dapat terprediksi dan tidak terlalu menekan. Fase penyesuaian, fase terakhir, pada puncak kanan U, orang telah mengertpi elemen kunci dari budaya barunya (nilai-nilai, adapt khusus, pola keomunikasi, keyakinan, dll). Kemampuan untuk hidup dalam 2 budaya yang berbeda, biasanya uga disertai dengan rasa puas dan menikmati. Namun beberapa ahli menyatakan bahwa, untuk dapat hidup dalam 2 budaya tersebut, seseorang akan perlu beradaptasi kembali dengan budayanya terdahulu, dan memunculkan gagasan tentang W curve, yaitu gabungan dari 2 U curve. Manusia secara alamiah memang merupakan mahluk yang paling pandai dan cepat untuk menyesuaikan dirinya pada suatu keadaan yang baru di bandingkan mahluk yang lain. Akan tetapi manuasia memerlukan rentang waktu yang cukup untuk memposisikan dirinya dengan segala hal yang baru tersebut. Contoh dari hal sederhana, bagi seseorang yang sudah terbiasa tidur dengan waktu ideal 8 jam perhari akan merasakan pusing ataupun lemas ketika sehari saja ia hanya tidur selama 5 jam. Orang yang menjalankan ibadah puasa, ketika berbuka tidak lantas makan besar karena akan menyababkan gangguan lambung ia setidaknya minum air hangat agarmemberi kesempatan bagi tubuhnya untuk menyesuaikan. Jika dari hal sederhana saja tubuh manusia memerlukan waktu untuk mengadaptasiakan dirinya apalagi dengan lingkungan sosial.

Manusia yang disebut sebagai zone politikon tidak akan mampu bertahan hidup tanpa bantuan dari orang di sekitarnya. Bahkan manusia sangat memerlukan pengakuan dari orang disekitarnya atas eksistensinya. Dalam pola hubungan masyarakat tetulah akan ada sistem tata nilai kebudayaan yang dianut. Dimana kebudayaan tersebut dijadikan dasar bagi masyarakat tertentu untuk menjalin keakraban dan mencapai kerukunan bersama. Goncangan kebudayaan atau cultural shock sebagai salah satu fenomena sosial dapat di alami oleh siapapun saat orang tersebut tidak mampu memposisikan dirinya dengan kebudayaan baru di sekitarnya. Pengalaman Goncangan kebudayaan atau dalam bahasa kerennya sering disebut dengan istilah cultural shocksaya alami ketika awal masuk kuliah. Ketika awal masuk universitas yang amat pekat dengan nuasa agama Islam. Karena pendidikan saya dari SD.SMP,hingga SMA saya tempuh di umum saya kurangterbiasa dengan pelajaran agama secara mendalam sedangkan di universitas mau tidak mau saya harus menjalaninya karena merupakan mata kuliah wajib yang harus di tempuh. Diawali dengan mata kuliah sejarah kebudayaan islam, hadist, tauhid, dan tasawuf di semester pertama cukup membuat saya kelimpungan untuk memahami dan mengerti mata kuliah tersebut. Ditambah pada semester dua ada mata kuliah bahasa Arab yang belum saya pelajari, karena belum pernah ada di mata pelajaran ketika jenjang pendidikan saya sebelumnya, alhasil dalam minggu-minggu awal masuk kuliah semester dua saya sering tidak masuk kuliah karena biasanya dosen meminta mahasiswa untukmembacateks bahasa arab yang tidak ada harokatnya. Pengalaman lain saya yang lain, ketika saya harus tinggal di Jogja dan satu kos dengan teman yang dari beberapa daerah yaitu Pati, Pondowoso, Bogor, Wonogiri, dan Solo. Meski kami sama-sama orangJawa namun ternyata bahasa yang kami gunakan berbeda. Meski katanya sama namun berbeda makna yang menyebabkan kami harus mnyesuaikan satu dengan yang lain. Suatu ketika saat hari minggu saya dan teman satu kos untuk makan bersama, ketika itu kami membeli mie ayam dan bakso di pedagang kaki lima dekat kos. Saat sedang asyik menikmati makanan tiba-tiba teman saya Riza dari Pati berkata “ hawane kok anyep banget ya” saya yang tepat di sampingnya sejenak bingung, istilah “anyep” yang saya ketahui biasanya untuk menunjukkan mkanan yang hambar bukan untuk cuaca, untuk itulah saya putuskan untuk bertanya apa makna kata tersebut. Ternyata di daerah Pati kata “anyep” bermakna dingin. Kejadian lain yang agak konyol yaitu saat saya meminta tolong teman sekamar saya Nurul yang berasal dari Bogor untuk membelikan buah pisang di warung depan kos untuk makan tablet vitamin. Tanpa berfikir panjang dengan logat jawa yang melekat saya mengatakan “ Nurul, aku nitip gedhangneng warung ngarep ya” . Ketika ia pulang alngkah terkejutnya saya ketika yang ia belikan bukanlah buah yang saya maksud. Dengan santai ia berkata “ini gedhangnya” sambil menyerahkan buah itu. Namun yang ia berikan bukanlah “gedhang” yang saya maksud pisang melainkan pepaya. Singkatnya ternyata di Bogor menyebut buah pisang bukanlah “gedhang” melainkan pepaya atau kalau orang jawa menyebutnya “gandul”. Untuk itulah ketrampilan memahami kebudayaan masyarakat lain sangat perlu dilakukan agar kita mampu menjalin komunikasi yang efektif. Dengan komunikasi yang efektif akan

memudahkan kita bersosialisasi dengan pola nilai kebudayaan masyarakat yang baru. Apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ragam adat istiadat, bahasa, dan kebiasaan. Sehingga goncangan kebudayaan atau cultural shock dapat kita minimalisir dan yang paling penting untuk menghindari adanya bentrokan dan permusuhan karena adanya miskomunikasi antar kelompok masyarakat yang satu dengan yang lain. ………………………………………………… Bagaimana Cara Mengatasi Culture Shock? Lalu, bagaimana agar tidak mengalami depresi akibat culture shock ketika kuliah di Amerika atau negara lainnya? Cara paling mudah adalah dengan mempelajari dengan baik tempat tujuan anda. Baca buku panduan tentang daerah tujuan anda, tanya kepada yang sudah pernah tinggal di sana, atau cari informasi dari internet. Saran saya, jangan sekali-kali membayangkan daerah tujuan anda seperti yang ditayangkan di film, karena kenyataannya akan sangat jauh berbeda. Cara terbaik untuk mendapatkan teman adalah dengan humor. Tapi ingat untuk mempelajari budaya Amerika, atau negara lain tujuan anda, terlebih dahulu sehingga humor anda tidak menyinggung perasaan orang lokal. Pelajari tempat-tempat penting seperti supermarket, rumah sakit, kantor pos, restoran, dan lainlain di daerah anda. Anda harus aktif bertanya kepada penduduk lokal. Mengetahui posisi tempat-tempat umum sangat penting, terutama jika anda belum terlalu mengenal tempat tinggal anda yang baru. Bacalah berita! Berita lokal Amerika dan berita Indonesia harus selalu anda ikuti. Hal ini sangat penting karena bisa menjadi bahan diskusi dengan teman baru anda. Orang Amerika sangat terbuka dan suka berdiskusi. Mereka akan sangat menghargai anda jika anda mengetahui apa yang sedang terjadi saat ini. Menurut pengalaman saya, teman-teman Amerika saya sangat menyukai ketika saya membicarakan tentang gubernur DKI Jakarta (Jokowi), pariwisata di Indonesia khususnya Bali, dan isu politik lainnya. Aktif dalam kegiatan kampus. Amerika adalah negara yang sangat terbuka bagi siapapun. Anda akan selalu diterima dalam aktivitas apapun. Saya termasuk mahasiswa yang cukup rajin bermain basket di kampus. Dari sana saya mendapatkan lebih banyak teman, sehingga proses adaptasi saya jauh lebih mudah. Orang Amerika sangat terbuka dan straight forward. Mereka juga menjunjung tinggi kebebasan berpendapat, tetapi juga berusaha untuk tetap sopan dalam mengutarakan pendapat. Jika anda berada dalam sebuah diskusi, anda bebas untuk menyuarakan pendapat anda, selama pendapat anda valid dan tidak menyinggung perasaan orang.

Related Documents


More Documents from "Anonymous WZKx99"