Antara Perjuangan Dan Percaloan Bagikan 19 April 2009 jam 14:15 Dua kata dalam judul tulisan ini sesungguhnya sangat berbeda artinya, tetapi kadang dikaburkan. Suatu kegiatan, sesungguhnya lebih tepat jika disebut percaloan, tetapi dikatakan sebagai perjuangan. Misalnya kalimat, : “kamu akan saya perjuangkan agar bisa naik pangkat”. Ia memang melakukan apa saja, agar pangkat sebagaimana dijanjikan bisa benar-benar naik, dan akhirnya memang berhasil. Akan tetapi, ternyata orang yang mengaku berjuang itu setelah berhasil usahanya, meminta imbalan tertentu kepada orang yang diperjuangkan tersebut. Maka orang tersebut sesungguhnya, lebih tepat disebut sebagai calo dan bukan pejuang. Ia bekerja bukan didasari oleh rasa ikhlas menolong orang lain, melainkan ingin mencari penghasilan dari kegiatannya itu. Sesungguhnya perbedaan antara pejuang dan calo bisa diidentifikasi secara mudah. Orang yang melakukan sesuatu yang disertai pengorbanan, dengan maksud agar hasilnya dinikmati, tidak saja bagi dirinya tetapi juga orang lain, maka yang bersangkutan disebut sebagai pejuang. Disebut sebagai pejuang, makakala apa yang dilakukan itu diikuti oleh rasa tulus, ikhlas dan disertai kesediaan untuk berkorban. Sedangkan percaloan, manakala apa yang dilakukannya itu, tidak ada motif lain kecuali dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungannya pribadi. Memang, untuk meraih apa saja, baik skala kecil apalagi besar, selalu memerlukan perjuangan. Tidak terkecuali, negeri ini dulu berhasil meraih kemerdekaan, adalah merupakan hasil perjuangan oleh para pahlawan. Mereka itu, tanpa mengenal lelah, dan juga bahkan beresiko apapun, mengusir penjajah, melakukan perlawanan, menyusun strategi, mengorbankan apa saja yang dimiliki, termasuk nyawa sekalipun jika perlu, akhirnya perjuangannya berhasil. Mereka berjuang untuk bangsa dan negeri ini. Mereka disebut dan diakui sebagai pejuang karena semua usahanya itu dibarengi dengan pengorbanan. Dalam berjuang, mereka tidak memikirkan akan memperoleh imbalan apapun. Mereka memiliki cita-
cita yang mulia, dan melalui berbagai usahanya itu ingin mewujudkannya dalam kenyataan. Selain itu, tanpa menutup mata, di tengah-tengah masyarakat juga selalu saja ada orang-orang yang bermental calo. Mereka itu berpurapura berjuang, tetapi sesungguhnya apa yang ia lakukan tidak ada lain kecuali agar mendapatkan keuntungan pribadi. Bisa jadi dalam kontek berperang mengusir penjajah, mereka berperan strategis, mencari perlengkapan perang, seperti senjata, kendaraan, perbekalan lainnya. Akan tetapi usahanya itu sesungguhnya tidak ada lain kecuali dimaksudkan agar mendapatkan laba untuk kepentingan pribadi. Mereka yang masuk kategori kelompok ini, lebih tepat disebut sebagai calo dan bukan pejuang. Contoh-contoh untuk membedakan antara perjuangan dan percaloan di tengah masyarakat sesungguhnya sudah sedemikian banyak. Perjuangan dan percaloan selalu ada di semua lapisan kehidupan. Kedua istilah itu ada di mana-mana, di birokrasi, pemerintahan, pendidikan, social, hukum, politik dan apalagi proyek-proyek berukuran besar atau kecil, selalu ada. Ada orang yang berjuang dengan tulus dan ikhlas agar mendapat proyek, tetapi juga tidak menutup kemungkinan di sana ada pihak yang sesungguhnya melakukan peran-peran percaloan saja. Usaha apapun memerlukan kekuatan para pejuang. Negeri ini bisa berhasil meraih kemerdekaan, juga karena memiliki para pejuang yang tangguh. Mereka dengan mengorbankan apa saja, merebut kekuasaan dari penjajah. Dan akhirnya perjuangan itu berhasil, sehingga bangsa ini menjadi merdeka. Sedemikian penting jiwa berjuang bagi bangsa ini untuk selalu dipupuk dan ditumbuhkembangkan. Berbeda terhadap para pejuang, kita harus hati-hati dengan kehadiran para calo. Para calo, di balik kerja kerasnya, biasanya mereka menuntut upah. Dan jika memungkinkan, mereka selalu ingin mendapatkan keuntungan yang setingi-tingginya. Atas dasar orientasinya itu, maka banyak orang merasa dirugikan oleh para calo. Istilah calo atau percaloan kemudian berkonotasi buruk. Sehingga, sekalipun pekerjaannya adalah sebagai calo, maka profesi itu tidak pernah disebut secara terang-terangan. Mereka akan lebih suka mengaku sebagai pejuang, sekalipun sesungguhnya, ia sebatas
sebagai calo saja. Komunitas apa saja dan di mana saja akan menjadi berkembang dan maju, jika di sana terdapat para pejuang yang tangguh. Posisinya yang sedemikian strategis, sehingga selalu dibutuhkan kehadirannya. Islam juga mengajarkan agar umatnya selalu berjuang untuk menegakkan kebenaran, keadilan dan kejujuran. Perintah berjuang itu sedemikian jelas dan tegas dan bahkan dalam berjuang harus diikuti dengan pengorbanan, baik dengan harta dan bahkan dengan jiwa sekalipun. Islam tidak pernah menganjurkan umatnya melakukan percaloan, atau sebatas memotivasi umatnya agar menjadi calo. Bangsa ini sudah lama berharap menjadi maju. Penjajahan yang sekian lama telah berhasil dihentikan oleh para pejuang. Para pejuang itu kemudian diakui sebagai pahlawan-pahlawan bangsa. Setelah merdeka, bangsa ini terus ingin berjuang agar kehidupan yang dicitacitakan yakni adil, makmur, sejahtera bagi seluruh rakyat dapat diwujudkan di negeri ini. Para saat ini, orang yang layak disebut sebagai pejuang di negeri ini, -----betapapun harus diakui, masih banyak jumlahnya. Akan tetapi sebaliknya, tidak mustahil juga banyak para calo yang selalu mempermainkan perjuangan. Mereka itu menyatakan bekerja dan berjuang, padahal sebenarnya hanya justru untuk mendapat keuntungan diri sendiri. Mereka itu setelah berhasil mendapatkan kursi kekuasaan, menyusun sendiri besar gaji yang akan diterima. Rakyat cukup menyaksikan. Oleh karena itu, semogalah, bangsa ini benar-benar kaya para pejuang yang sebenarnya. Sebaliknya, semogalah mental percaloan, ---- yang ada di mana-mana, tidak banyak berkembang lagi, sehingga bangsa ini benar-benar segera maju sebagaimana yang telah lama dicita-citakan. Allahu a’lam.