HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN X DI KABUPATEN BOGOR Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh : Annisa Tristiana NIM. 11141030000028
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 8 September 2017
Annisa Tristiana
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN X DI KABUPATEN BOGOR Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked)
Oleh Annisa Tristiana NIM. 11141030000028
Pembimbing 1
Pembimbing 2
dr. Bisatyo Mardjikoen, SpOT NIP. 19660813 199103 1 003
dr. Marita Fadhilah, PhD NIP. 19780314 200604 2 001
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Dismenore Primer pada Santri di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor yang diajukan oleh Annisa Tristiana (NIM 11141030000028), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 19 September 2017. Laporan penelitian ini telah diperbaiki sesuai dengan masukan dan saran penguji, serta telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Ciputat, 19 September 2017 DEWAN PENGUJI Ketua Sidang
dr. Bisatyo Mardjikoen, SpOT NIP. 19660813 199103 1 003 Pembimbing 1
Pembimbing 2
dr. Bisatyo Mardjikoen, SpOT NIP. 19660813 199103 1 003
dr. Marita Fadhilah, PhD NIP. 19780314 200604 2 001
Penguji 1
Penguji 2
dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT NIP. 19780507 200501 1 005
drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD NIP. 19780402 200901 2 003
Pimpinan Fakultas Dekan FKIK UIN Jakarta
Kaprodi PSKPD UIN Jakarta
Prof. DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes NIP. 19650808 198803 1 002
dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS, FACS, PhD NIP. 19721103 200604 1 001
iv
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh., Bismillahirrahmaanirrahiim. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya. Sholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini tidak dapat tersusun dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari pihak terkait. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Orang tua tercinta, Atun Chotimatun, Agus Gartiwan, Ary Sabaryanto (alm), Hilda Heciriana, Drs. Amiruddin, dan Ii Aisyah yang selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan laporan penelitian ini.
2.
Kementerian Agama Republik Indonesia selaku penyedia program beasiswa santri berprestasi (PBSB).
3.
Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS, FACS selaku Ketua Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
dr. Bisatyo Mardjikoen, SpOT dan dr. Marita Fadhilah, PhD selaku Pembimbing yang telah memberikan arahan dan saran dalam penelitian ini.
6.
dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT dan drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku Penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam laporan penelitian ini.
7.
Chris Adhiyanto, S.Si, M.Biomed, PhD selaku Penanggung Jawab Riset Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2014 yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan laporan penelitian ini.
8.
dr. Ana Raudhah selaku dosen Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter yang telah membantu dalam pengambilan data untuk keperluan penelitian ini.
9.
Bapak Agus Fatkhullah selaku Pembina CSSMoRA yang telah memberikan dukungan kepada seluruh santri PBSB.
v
10. Kakak tercinta, Yudistira Paramayudha, S.Kom I dan Muhammad Rifqi Adiasya, S.Psi yang telah memberi motivasi untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. 11. Seluruh keluarga besar H. E. Moh Iyus Kosasi dan Tati Sungkono yang telah memberi dukungan untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. 12. Moch Rizki Ramadhan yang selalu membantu dan memberikan dukungan penuh untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. 13. Tasya Yutsna Istiqomah, S.E yang selalu memberikan dukungan penuh dalam penyelesaian laporan penelitian ini. 14. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia ikut serta dalam penelitian ini. 15. St. Rafida Ali, Syahriani Syukri, Sri Nur Shadrina, dan Ayu Rizki Saputri selaku teman seperjuangan dalam penelitian ini yang telah berjuang bersama dan memberi dukungan untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. 16. Teman-teman CSSMoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2014 yang selalu memberikan semangat untuk segera menyelesaikan laporan penelitian ini. 17. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk laporan penelitian ini agar ke depannya dapat jauh lebih baik. Besar harapan penulis bahwa laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Semoga penelitian yang telah dilakukan ini menghasilkan ilmu yang diberkahi dan diridhoi oleh Allah SWT. Aamiin. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Ciputat, 8 September 2017
Penulis
vi
ABSTRAK Annisa Tristiana. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Dismenore Primer pada Santri di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor. 2017. Latar Belakang: Dismenore merupakan nyeri yang dirasakan saat haid, terutama pada usia remaja. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi dismenore primer adalah aktivitas fisik. Santri dipilih sebagai subyek penelitian dikarenakan belum ada penelitian serupa yang berfokus pada santri. Tujuan: Mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer pada santri. Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional cross sectional. Setelah mengisi lembar persetujuan, seluruh sampel mengisi kuesioner aktivitas fisik (IPAQ) dan kuesioner dismenore (N = 86). Hasil: Riwayat dismenore primer pada santri sebesar 88,4%. Santri yang melakukan aktivitas fisik ringan dan mengalami dismenore primer sebesar 58,1%. Santri yang melakukan aktivitas fisik sedang dan mengalami dismenore primer sebesar 23,3%. Santri yang melakukan aktivitas fisik berat dan mengalami dismenore primer sebesar 7%. Tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer pada santri (p = 0,372). Simpulan: Aktivitas fisik tidak berhubungan dengan kejadian dismenore primer pada santri di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor. Kata kunci: aktivitas fisik, dismenore primer, santri
ABSTRACT Annisa Tristiana. Medical Doctor and Physician Profession Study Program. Relation of Physical Activity with Primary Dysmenorrhea Prevalence at Santri in X Boarding School in Bogor District. 2017. Background: Dysmenorrhea is a pain that is felt during menstruation, especially in adolescence. One of aspects that can affect primary dysmenorrhea is physical activity. Santri was chosen as the subject of research because there has been no similar research focused on santri. Objective: To determine the relation between physical activity with the prevalence of primary dysmenorrhea in santri. Method: This study used cross sectional observational analytic design. All respondents filled in the physical activity questionnaire (IPAQ) and dysmenorrhea questionnaire (N = 86). Result: The history of primary dysmenorrhea in santri was 88.4%. A total of 58.1% students who performed light physical activity experienced primary dysmenorrhea. While 23.3% students who performed moderate physical activity experienced primary dysmenorrhea. Seven percents students who performed heavy physical activity experienced primary dysmenorrhea. There was no relation between physical activity and primary dysmenorrhea prevalence in santri (p = 0.372). Conclusion: Physical activity is not related to the prevalence of primary dysmenorrhea among santri in X Boarding School in Bogor District. Keywords: physical activity, primary dysmenorrhea, santri
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ............................................................................................................i LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................ ii LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................iv KATA PENGANTAR .....................................................................................................v ABSTRAK ..................................................................................................................... vii ABSTRACT .................................................................................................................. vii DAFTAR ISI ................................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................x DAFTAR TABEL ...........................................................................................................xi DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ xiii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang .......................................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................2 1.3. Hipotesis ................................................................................................................3 1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................................................3 1.4.1. Tujuan Umum ..................................................................................................3 1.4.2. Tujuan Khusus .................................................................................................3 1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................................3 1.5.1. Manfaat bagi Peneliti ....................................................................................... 3 1.5.2. Manfaat bagi Institusi ......................................................................................3 1.5.3. Manfaat bagi Masyarakat ................................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................4 2.1. Landasan Teori ......................................................................................................4 2.1.1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita ................................................................ 4 2.1.2. Fisiologi Reproduksi Wanita ...........................................................................6 2.1.3. Dismenore ......................................................................................................11 2.1.4. Aktivitas Fisik ................................................................................................ 20 2.1.5. Santri ..............................................................................................................26 2.1.6. Pesantren ................................................................................................................. 27 2.2. Kerangka Teori .....................................................................................................29 2.3. Kerangka Konsep ..................................................................................................30 2.4. Definisi Operasional ............................................................................................. 30 BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................32 3.1. Desain Penelitian ..................................................................................................32 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................................................32 3.3. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 32
viii
3.3.1. Populasi Target ............................................................................................... 32 3.3.2. Populasi Terjangkau ....................................................................................... 32 3.3.3. Sampel ............................................................................................................32 3.4. Besar Sampel ........................................................................................................32 3.5. Teknik Pengambilan Sampel ................................................................................33 3.6. Kriteria Pemilihan Sampel ....................................................................................33 3.6.1. Kriteria Inklusi ............................................................................................... 33 3.6.2. Kriteria Eksklusi ............................................................................................ 34 3.7. Alur Penelitian ......................................................................................................34 3.8. Cara Kerja Penelitian ............................................................................................ 35 3.9. Manajemen Data ...................................................................................................36 3.9.1. Pengolahan Data ............................................................................................ 36 3.9.2. Analisis Data ..................................................................................................36 3.10. Etika Penelitian ...................................................................................................37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................38 4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Dismenore ............................................38 4.1.1. Uji Validitas ...................................................................................................38 4.1.2. Uji Reliabilitas ............................................................................................... 38 4.2. Jumlah Responden Yang Memenuhi Kriteria Inklusi ...........................................39 4.3. Analisis Univariat .................................................................................................39 4.4. Analisis Bivariat ....................................................................................................43 4.5. Keterbatasan Penelitian ......................................................................................... 45 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................46 5.1. Simpulan ...............................................................................................................46 5.2. Saran ..................................................................................................................... 46 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................47 LAMPIRAN ...................................................................................................................51
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Anatomi Organ Genitalia Interna Wanita Tampak Posterior ......................4 Gambar 2.2. Anatomi Organ Genitalia Interna Wanita Potongan Midsagital ..................6 Gambar 2.3. Siklus Ovarium ............................................................................................ 9 Gambar 2.4. Regulasi Hormon pada Siklus Ovarium dan Uterus ..................................10 Gambar 2.5. Penyebab Nyeri pada Dismenore ............................................................... 15 Gambar 2.6. Manajemen Tatalaksana Dismenore Primer ..............................................18
x
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Perbedaan Aktivitas Fisik Sedang dan Berat .................................................21 Tabel 2.2. Definisi Operasional ....................................................................................... 30 Tabel 4.1. Karakteristik Responden ...............................................................................39 Tabel 4.2. Hasil Analisis Univariat Riwayat Menstruasi ...............................................40 Tabel 4.3. Hasil Analisis Univariat Gejala Penyerta Saat Menstruasi ........................... 42 Tabel 4.4. Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Dismenore Primer .................44
xi
DAFTAR SINGKATAN
AFSM
Asian Federation of Sports Medicine
AKDR
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
CDC
Centers for Disease Control and Prevention
FSH
Folicle Stimulating Hormone
GPAQ
Global Physical Activity Questionnaire
IPAQ
International Physical Activity Questionnaire
LH
Luteinezing Hormone
LUNA
Laparoscopic Uterine Nerve Ablation
MET
Metabolic Equivalent
NO
Nitric Oxide
PAF
Platelet Activating Factor
PSI
Prostaglandin Synthase Inhibitors
USG
Ultrasonografi
WHO
World Health Organization
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent) .................................51 Lampiran 2. Lembar Persetujuan Etik (Ethical Approval) ..............................................53 Lampiran 3. Persetujuan Penggunaan IPAQ ...................................................................54 Lampiran 4. Kuesioner (IPAQ dan Kuesioner Dismenore) ...........................................55 Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Kuesioner Dismenore ...................................................67 Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Dismenore ...............................................71 Lampiran 7. Rincian Kriteria Eksklusi pada Responden .................................................74 Lampiran 8. Hasil Analisis Univariat ..............................................................................75 Lampiran 9. Hasil Analisis Bivariat ................................................................................79 Lampiran 10. Curriculum Vitae Peneliti .........................................................................80
xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri yang dirasakan saat haid. Dismenore merupakan salah satu penyebab nyeri pelvis kronik. Latthe, et al pada World Health Organization (WHO) systematic review menyebutkan prevalensi kejadian dismenore sekitar 16,8% – 81% untuk menyebabkan terjadinya nyeri pelvis kronik.1 Penelitian Zegeye, et al (2009) di Ethiopia menyebutkan bahwa 72% remaja perempuan usia 14 – 19 tahun mengalami dismenore.2 Menurut Jang, et al (2013), 58,8% penduduk wanita Vietnam yang tinggal di Korea Selatan mengalami dismenore.3 Menurut Mulastin (2010), 64,25% perempuan usia produktif di Indonesia mengalami nyeri saat haid. Thomas dan Magos (2009) menyebutkan prevalensi remaja perempuan Indonesia yang mengalami dismenore antara 43% - 93%. Penelitian yang dilakukan oleh Handayani, et al (2013) menunjukkan bahwa 87,7% remaja di Surakarta mengalami nyeri saat haid.4 Dismenore diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder. Hal yang membedakannya terletak pada ada atau tidaknya kelainan pada panggul. Dismenore primer merupakan nyeri saat haid yang dirasakan tanpa disertai dengan kelainan pada panggul.5 Dismenore primer merupakan masalah yang cukup krusial bagi para remaja perempuan karena dapat mengganggu aktivitas. Dismenore primer menyebabkan mual, muntah, diare, sakit kepala, lemas, dan nyeri punggung sehingga dapat menurunkan konsentrasi dalam belajar.6 Nyeri saat haid juga dapat mengganggu aktivitas sosial karena saat mengalami nyeri, penderita cenderung diam bahkan tidak ingin berinteraksi dengan orang lain, atau justru cenderung lebih emosi.7 Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan dismenore primer antara lain usia <20 tahun, upaya untuk menurunkan berat badan, depresi/ kecemasan, gangguan hubungan sosial (faktor sosioekonomi), menstruasi berat (pengeluaran darah menstruasi sangat banyak), nulliparitas, merokok, konsumsi alkohol, dan aktivitas fisik.8 Aktivitas fisik dapat menurunkan kejadian dismenore primer
1
dengan meningkatkan sekresi endorfin. Hal ini dapat menjadi analgesik non spesifik pada perempuan dengan dismenore primer.9 Dismenore primer menyerang siapa saja remaja perempuan, termasuk santri. Santri merupakan orang yang sedang menuntut pengetahuan agama di sebuah pondok pesantren.10 Menurut data pendidikan Islam tahun 2011 – 2012, jumlah santri adalah 3.759.198 orang yang tersebar di 27.230 pondok pesantren di seluruh Indonesia, terdiri dari 1.886.748 santri laki-laki dan 1.872.450 santri perempuan.11 Dari data tersebut diketahui bahwa 49,81% santri di Indonesia merupakan santri perempuan yang mungkin saja memiliki kecenderungan mengalami dismenore primer dan berisiko terganggu aktivitasnya. Hal ini dikhawatirkan akan berpengaruh pada kualitas santri ke depannya. Sudah banyak penelitian sebelumnya yang membahas tentang hubungan aktivitas fisik dengan dismenore primer, baik di Indonesia maupun luar negeri. Penelitian tersebut berfokus pada remaja SMA/ SMK dan mahasiswi. Belum ada penelitian yang berfokus pada santri, sehingga sampai saat ini belum ada upaya preventif nyata yang dilakukan untuk mencegah dismenore primer pada santri. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer pada santri di pesantren sehingga hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan pengetahuan untuk mencegah kejadian dismenore primer pada santri.
1.2. Rumusan Masalah 1.
Bagaimana tingkat aktivitas fisik pada santri perempuan di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor?
2.
Bagaimana kejadian dismenore primer pada santri di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor?
3.
Apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer pada santri di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor?
2
1.3. Hipotesis 1.
Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer pada santri di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor.
1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum 1.
Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer pada santri di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor.
1.4.2. Tujuan Khusus 1.
Diketahuinya tingkat aktivitas fisik santri perempuan di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor.
2.
Diketahuinya prevalensi dismenore primer pada santri di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor.
3.
Diketahuinya hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer pada santri.
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat bagi Peneliti 1.
Menambah pengetahuan tentang hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer pada santri.
2.
Menambah pengetahuan tentang prevalensi dismenore primer pada santri.
1.5.2. Manfaat bagi Institusi 1.
Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.5.3. Manfaat bagi Masyarakat 1.
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang upaya pencegahan dismenore primer melalui aktivitas fisik.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita Sistem reproduksi wanita terdiri dari genitalia interna dan genitalia eksterna. Organ genitalia interna mencakup ovarium dan sistem duktus yang mayoritas terdapat di daerah rongga pelvis.12
Gambar 2.1 Anatomi Organ Genitalia Interna Wanita Tampak Posterior Sumber: Marieb, 2013
a.
Ovarium Ovarium merupakan organ tempat terjadinya pembentukan ovum.13
Ovarium berbentuk seperti almond dan terletak dekat dengan dinding lateral pelvis, tepat di inferior dari apertura pelvis superior.13 Setiap ovarium ditopang oleh beberapa ligamen, antara lain ligamentum suspentorium, ligamentum ovarii, dan mesovarium. Ovarium diperdarahi oleh arteri ovarii yang merupakan cabang dari arteri uterina.12
b.
Uterus 13 Uterus merupakan organ yang memiliki dinding berupa otot yang tebal.
Uterus terdiri dari corpus uteri dan cervix uteri. Corpus uteri merupakan bagian
4
uterus yang menjadi tempat implantasi blastocystis. Pada bagian inferior uterus akan bergabung dengan vagina.
c.
Tuba Uterina 13 Tuba uterina berbentuk memanjang dari setiap sisi superior corpus uteri
menuju dinding lateral pelvis. Tuba uterina dibagi menjadi 3 bagian, yaitu infundibulum tubae uterinae, ampulla tubae uterinae, dan isthmus tubae uterinae. Infundibulum merupakan ujung tuba yang berbentuk terompet yang meluas. Tepi infundibulum dikelilingi oleh tonjolan seperti jari kecil yang disebut fimbriae tubae yang berfungsi untuk menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium. Ampulla merupakan bagian tuba uterina yang meluas yang biasanya menjadi tempat fertilisasi, sedangkan isthmus adalah bagian tuba yang menyempit yang akan bergabung dengan corpus uteri.
d.
Cervix Uteri 13 Cervix uteri berbentuk seperti silinder yang lebar dan pendek dengan
saluran sempit di bagian tengahnya. Organ ini membentuk bagian inferior uterus. Cervix uteri membentuk sudut ke depan (anteversi) pada vagina. Cervix uteri memiliki sebuah saluran yang disebut canalis cervicis uteri yang berbentuk tabung terbuka. Canalis cervicis uteri ke bawah disebut ostium uteri externum yang akan menuju rongga vagina, sedangan canalis cervicis uteri ke atas disebut ostium uteri internum yang akan menuju cavitas uteri.
e.
Vagina 13 Vagina merupakan organ kopulasi pada wanita yang berbentuk seperti
tabung. Tabung yang terdiri atas fibromusculorum ini memanjang dari perineum dan masuk ke dalam cavitas pelvis. Ujung bagian dalam vagina membesar dan membentuk daerah yang disebut kubah vagina, yang menjadi tempat penyimpanan semen selama berhubungan seksual. Bagian anterior vagina berhubungan dengan vesica urinaria dan uretra, sedangkan bagian posteriornya berkaitan dengan rektum. Pada bagian inferior, vagina membuka ke dalam vestibulum vaginae.
5
Fornix vaginae adalah recessus yang terbentuk di antara tepi cervix uteri dan dinding vagina. Fornix vaginae dibagi menjadi 4 bagian berdasarkan posisinya, yaitu sebuah fornix vaginae pars posterior, sebuah fornix vaginae pars anterior, dan dua buah fornix vaginae pars lateralis.
Gambar 2.2 Anatomi Organ Genitalia Interna Wanita Potongan Midsagital Sumber: Marieb, 2013
2.1.2. a.
Fisiologi Reproduksi Wanita
Oogenesis 14 Oogenesis merupakan proses pembentuk ovum. Proses ini terjadi di dalam
ovarium. Oogonia yang merupakan sel germinativum primordial yang belum berdiferensiasi di ovarium janin akan membelah secara mitosis untuk menghasilkan 6 – 7 juta oogonia pada bulan kelima kehamilan. Pembelahan secara mitosis ini akan terhenti di akhir kehidupan janin dan akan berlangsung pembelahan meiosis. Pada akhir kehidupan janin, oogonia atau oosit primer akan memulai tahap awal pembelahan meiosis pertama tetapi tidak menyelesaikannya. Oosit primer tersebut tetap berada dalam keadaan istirahat (meiotic arrest) selama bertahuntahun sampai dipersiapkan untuk ovulasi. Sebelum lahir, oosit primer dikelilingi oleh satu lapisan sel granulosa dan akan membentuk folikel primer. Oosit yang tidak membentuk folikel kemudian akan mengalami apoptosis. Saat lahir hanya sekitar 2 juta foliker primer yang tersisa. Oosit primer mengandung 46 kromosom ganda. Oosit primer yang terdapat di dalam folikel primer akan berkembang menjadi oosit sekunder saat pubertas
6
sampai menopause. Oosit akan membesar akibat penimbunan bahan sitoplasma yang akan dibutuhkan oleh mudigah. Oosit primer yang tadi mengalami meiotic arrest akan menyelesaikan pembelahan pertamanya tepat sebelum ovulasi. Pembelahan ini akan menghasilkan dua sel anak dengan set haploid 23 kromosom ganda, namun hampir semua sitoplasma tetap berada di salah satu sel anak (oosit sekunder) dan akan berkembang menjadi ovum. Sel anak yang mengandung kromosom dan sedikit sitoplasma akan membentuk badan polar pertama. Badan polar yang kekurangan sitoplasma akan segera mengalami degenerasi karena kekurangan nutrisi. Pembelahan meiosis kedua pada oosit primer terjadi jika ada sperma yang masuk. Saat pembelahan meiosis kedua, separuh set kromosom bersama dengan sedikit sitoplasma akan dikeluarkan dan membentuk badan polar kedua. Separuh set lainnya (23 kromosom tak berpasangan) bersama sitoplasma yang tersisa akan membentuk ovum matang. Dua puluh tiga kromosom ibu akan menyatu dengan 23 kromosom ayah dari sperma yang masuk untuk menyelesaikan fertilisasi.
b.
Siklus Ovarium Siklus ovarium aktif setelah pubertas. Siklus ini terdiri dari dua fase yang
terjadi secara bergantian, yaitu fase folikular dan fase luteal.14 1. Fase Folikular Fase folikular ditandai oleh pembentukan folikel matang. Pembentukan folikel matang yang berasal dari folikel primer dipengaruhi oleh lingkungan hormonal untuk membantu proses pematangannya.14 Satu lapisan sel granulosa pada folikel primer akan berproliferasi untuk membentuk beberapa lapisan yang akan mengelilingi oosit. Sel granulosa ini akan mengeluarkan kulit kental yang menyerupai gel yang akan membentuk sekat, disebut sebagai zona pelusida.14 Ketika oosit sedang membesar dan sel granulosa berproliferasi, sel jaringan ikat ovarium khusus yang berkontak dengan sel granulosa yang berproliferasi dan berdiferensiasi akan membentuk suatu lapisan luar sel teka. Sel teka dan sel
7
granulosa bersama-sama membentuk
sel
folikel
yang berfungsi
untuk
mengeluarkan estrogen.14 Lingkungan hormonal mendorong pembesaran dan pengembangan kemampuan sekresi sel folikel dan akan mengubah folikel primer menjadi folikel sekunder (folikel antrum) yang akan memproduksi estrogen.14 Kemampuan folikel dalam mensekresi estrogen berbeda-beda sehingga nantinya akan terbentuk folikel dominan dan folikel atretik. Folikel dominan inilah yang akan berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang).15 Pada sekitar hari ke-14, folikel yang membesar tersebut akan pecah sehingga terjadi ovulasi, yaitu proses terlepasnya ovum dari ovarium. Ovum ini kemudian akan diambil oleh fimbrae dari tuba uterine kemudian disalurkan ke uterus dan akan keluar melalui vagina bila tidak terjadi fertilisasi.15 2. Fase Luteal 14 Fase luteal ditandai oleh adanya korpus luteum. Folikel yang pecah yang tertinggal di ovarium segera mengalami tansformasi struktur untuk membentuk korpus luteum. Sel folikel yang berubah menjadi sel luteal ini membesar dan berubah menjadi jaringan yang aktif memproduksi hormon steroid. Jaringan ini tampak kekuningan karena banyaknya simpanan kolesterol, molekul prekursor steroid, dan butir-butir lemak, sehingga disebut korpus luteum. Korpus luteum mengalami vaskularisasi hebat untuk mengeluarkan banyak progesteron dan sedikit estrogen ke dalam darah. Korpus luteum berfungsi secara maksimal dalam 4 hari setelah ovulasi, namun terus membesar selama 4 – 5 hari berikutnya. Korpus luteum akan mengalami degenerasi dalam waktu sekitar 14 hari setelah pembentukannya jika ovum yang telah dibebaskan tidak dibuahi. Sel luteal yang berdegenerasi akan difagositosis, vaskularisasi berkurang, dan jaringan ikat akan masuk untuk membentuk jaringan fibrosa yang dikenal dengan sebutan korpus albikans. Jika terjadi fertilisasi dan implantasi, korpus luteum akan menetap dan terus tumbuh untuk meningkatkan produksi progesteron dan estrogen. Korpus luteum kehamilan ini akan menetap sampai kehamilan berakhir.
8
Gambar 2.3 Siklus Ovarium Sumber: Sherwood, 2011
c.
Regulasi Hormon pada Siklus Ovarium 14 Ovarium memiliki dua unit endokrin, yaitu folikel yang menghasilkan
estrogen selama paruh pertama siklus dan korpus luteum yang menghasilkan progesteron dan estrogen selama paruh terakhir siklus. Selama fase folikular, folikel akan mengeluarkan estrogen di bawah pengaruh follicle stimulating hormone (FSH), luteinezing hormone (LH), dan estrogen itu sendiri. Peningkatan sedang kadar estrogen akan menghambat sekresi FSH yang menurun selama bagian terakhir fase folikular dan menekan sekresi tonik LH yang terus meningkat sepanjang fase folikular.
9
Gambar 2.4 Regulasi Hormon pada Siklus Ovarium dan Uterus Sumber: Sherwood, 2011
Jika produksi estrogen di folikel telah mencapai puncaknya, maka hal ini dapat memicu lonjakan sekresi LH pada pertengahan siklus. Lonjakan LH ini akan menyebabkan terjadinya ovulasi pada folikel yang matang. Sekresi estrogen akan menurun saat folikel mengalami kematian setelah ovulasi. Sel folikel yang telah mengalami ovulasi akan berubah menjadi korpus luteum yang menghasilkan progesteron serta estrogen. Progesteron akan menghambat kuat FSH dan LH. Korpus luteum akan berdegenerasi dalam waktu sekitar 2 minggu jika ovum yang dibebaskan tidak dibuahi dan terimplantasi di
10
uterus. Saat korpus luteum berdegenerasi, kadar progesteron dan estrogen turun tajam sehingga pengaruh hambatan pada FSH dan LH akan hilang. Sekresi FSH dan LH akan kembali meningkat sehingga muncul perkembangan folikel yang baru. d.
Siklus Uterus
15
Saat akhir menstruasi, seluruh lapisan endometrium akan terlepas, kecuali lapisan dalam. Endometrium terbentuk kembali di bawah pengaruh estrogen dari folikel yang sedang tumbuh. Endometrium yang semakin menebal akan menarik kelenjar uterus sehingga akan memanjang, namun tidak berkelok-kelok atau mengeluarkan sekret. Fase ini disebut fase proliferatif, fase praovulasi atau folikular. Peningkatan estrogen dan progesteron pasca ovulasi menyebabkan meningkatnya vaskularisasi endometrium. Hal ini menyebabkan kelenjar mulai bergelung dan berkelok-kelok. Endometrium juga mulai mengeluarkan sekret berupa cairan jernih sehingga fase ini disebut fase sekretorik atau luteal. Saat korpus luteum mengalami regresi, pasokan hormon yang menunjang endometrium pun terhenti. Hal ini menyebabkan endometrium menjadi lebih tipis dan menambah gulungan arteri spiralis. Terjadi fokus nekrosis di endometrium dan spasme serta degenerasi dinding arteri spiralis. Vasospasme juga ditimbulkan akibat adanya prostaglandin yang disekresikan saat fase sekretorik. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya bercak perdarahan. Fase proliferatif merupakan pemulihan epitel dari menstruasi sebelumnya, sedangkan fase sekretorik mempersiapkan uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Variasi lama siklus menstruasi mayoritas disebabkan akibat variasi lamanya fase proliferatif. Fase sekretorik biasa konstan, sekitar 14 hari.
2.1.3. a.
Dismenore
Definisi Dismenore Dismenore merupakan nyeri yang dirasakan saat haid, menyerupai kram di
abdomen bagian bawah. Dismenore berarti nyeri hebat saat haid yang menyebabkan pasien datang untuk berobat atau sengaja mengkonsumsi obat analgesik.5 Dismenore merupakan salah satu penyebab nyeri pelvis akut yang bersifat siklik.
11
Ini berarti seseorang yang mengalami dismenore akan mengalami nyeri pelvis akut yang bergantung pada siklus menstruasinya.16 Dismenore merupakan kram hebat di bagian abdomen bawah sesaat sebelum atau selama menstruasi. Dismenore cenderung terjadi pada wanita yang memiliki keluarga dengan dismenore. Kejadian dismenore sedikit ditemukan pada wanita yang sudah memiliki anak atau mengkonsumsi pil KB. Di sisi lain, dismenore juga lebih sering terjadi pada wanita yang melakukan olahraga yang berat.17 Dismenore menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari.18 Dismenore biasanya dimulai saat 6 – 12 bulan setelah menarche. Nyeri saat haid ini biasanya mulai dialami saat umur 15 – 17 tahun, mencapai puncaknya pada umur 20 – 24 tahun, dan akan mulai berkurang setelahnya. Perempuan dengan dismenore akan mengalami kontraksi dari ligamen di abdomen.18
b.
Klasifikasi Dismenore
1.
Dismenore primer (spasmodik) Dismenore primer adalah nyeri haid yang timbul akibat kontraksi berlebih
dari miometrium tanpa adanya kelainan pada panggul.5, 18 Dismenore primer terjadi hanya pada siklus ovulatori. Insiden dismenore primer yang menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari sebesar 15 – 20%.18 Peningkatan kadar prostaglandin dari fase proliferasi ke fase sekresi akan menstimulasi kontraksi uterus, biasanya terjadi pada 48 jam pertama. Prostaglandin yang menyebabkan kontraksi miometrium akan menyebabkan terjadinya iskemia sehingga pasien akan merasa nyeri. Prostaglandin yang masuk ke sistemik dapat menyebabkan mual, muntah, bahkan diare serta nyeri kepala.19 Dismenore primer biasanya terjadi pada remaja perempuan dan muncul dalam dua tahun menarche.17, 18
2.
Dismenore sekunder Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai dengan adanya kelainan
pada panggul, seperti endometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis uteri, dan lain-lain.5 Biasanya pasien berusia sekitar 30 tahun, sudah pernah melahirkan (parous), dan tidak berhubungan dengan stasus sosial.17, 18
12
c.
Etiologi Dismenore Pada dismenore primer, mekanisme inisiasi nyeri sulit ditetapkan, namun
beberapa yang sering berhubungan adalah usia remaja, terbatas pada siklus ovulasi, kontraksi uterus yang tidak ritmis, dan hipoksia uterus. 18 Sedangkan etiologi nyeri pada pasien dengan dismenore sekunder adalah ketegangan pada jaringan pelvis akibat kongesti pelvis pre-menstruasi atau adanya peningkatan vaskularisasi pada pelvis. Penyebab umum dismenore sekunder adalah stenosis serviks, infeksi kronis pada pelvis, endometriosis pelvis, adhesi pelvis, adenomiosis, fibroid uteri, polip endometrium, penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), dan kongesti pelvis serta obstruksi akibat malformasi duktus Mulleri.18
d.
Faktor Risiko Dismenore Primer 20
1.
Usia Dismenore primer umumnya terjadi pada usia 15 – 30 tahun. Umumnya
terjadi pada usia 15 – 25 tahun dan mulai berkurang hingga hilang pada usia 20 – 30 tahun. Semakin tua umur seseorang, ia telah sering mengalami menstruasi dan akan semakin lebar serviks uterinya sehingga sekresi prostaglandin akan menurun. Dalam proses penuaan juga akan terjadi penurunan fungsi saraf pada uterus.
2.
Usia menarche Menarche pada usia lebih awal dapat menjadi faktor risiko dismenore
primer karena belum siapnya organ reproduksi untuk mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan serviks uteri.
3.
Lama menstruasi Semakin lama menstruasi, maka akan semakin sering uterus berkontraksi.
Hal ini dapat menyebabkan semakin banyak prostaglandin yang dikeluarkan sehingga akan timbul rasa nyeri. Di sisi lain, kontraksi uterus yang terus-menerus akan menyebabkan pasokan darah ke uterus terhenti sementara sehingga menyebabkan iskemia dan menimbulkan nyeri. 4.
Status gizi
13
Perempuan dengan status gizi overweight/ obesitas dapat berisiko mengalami dismenore primer. Hal ini terjadi karena banyaknya jaringan lemak di dalam tubuh sehingga dapat mendesak pembuluh darah, termasuk pembuluh darah dalam organ reproduksi. Proses ini mengakibatkan aliran darah saat menstruasi terganggu.
5.
Riwayat keluarga Riwayat keluarga memiliki pengaruh dalam kejadian dismenore primer.
Dua dari tiga perempuan yang mengalami dismenore primer memiliki riwayat keluarga dengan dismenore primer.
6.
Kebiasaan olahraga Jarang atau tidak pernah berolahraga akan meningkatkan risiko terjadinya
dismenore primer. Hal ini karena menurunnya sirkulasi darah dan oksigen sehingga aliran darah dan oksigen yang menuju uterus tidak lancar dan menyebabkan rasa nyeri. Kurang berolahraga juga akan menurunkan produksi endorfin otak sehingga stress akan meningkat. Hal ini juga dapat menyebabkan terjadi dismenore primer secara tidak langsung.
e.
Patofisiologi Dismenore Terdapat beberapa faktor dan jalur untuk menyebabkan terjadinya
dismenore primer, yaitu: 1.
Faktor psikosomatis Pada usia remaja, peranan faktor psikosomatis sangat berkaitan erat, seperti
ketegangan dan kecemasan. Hal ini akan menurunkan ambang nyeri sehingga menyebabkan mudahnya para remaja mengalami nyeri saat menstruasi pada perangsangan yang minimal.19
2.
Abnormalitas anatomi dan fisiologi miometrium Pada dismenore primer, ditemukan perbedaan struktur dan fungsi lapisan
luar dan lapisan subendometrium pada miometrium. Hal ini akan menyebabkan hiperaktivitas miometrium. Pada wanita dengan endometriosis dan adenomiosis,
14
ditemukan adanya perubahan pada lapisan subendometrium (junctional zone) yang menyebabkan timbulnya gerakan hiperperistaltik. Dapat juga terjadi junctional zone hyperplasia, yaitu penebalan dan hiperplasia otot polos disertai penurunan vaskularisasi. Mekanisme penting pada dismenore primer yang harus diingat adalah disperistaltis dan hiperaktivitas junctional zone uterus.19
3.
Ketidakseimbangan kontrol saraf otonom miometrium Aktivitas yang berlebihan dari saraf simpatis menyebabkan hipertonisitas
miometrium.19 Selama kontraksi miometrium, terjadi reduksi aliran darah ke endometrium yang akan menyebabkan iskemia sehingga akan timbul rasa nyeri.21
4.
Peran prostaglandin Siklus ovulasi yang terjadi di bawah pengaruh progesteron akan
menyebabkan
sintesis
prostaglandin
(PGF2α,
PGE2).
PGF2α
merupakan
vasokonstriktor kuat yang menyebabkan iskemia pada miometrium.
Gambar 2.5 Penyebab Nyeri pada Dismenore Sumber: Konar, 2013
Peningkatan
produksi
prostaglandin
atau
peningkatan
sensitivitas
miometrium untuk memproduksi prostaglandin secara normal menyebabkan peningkatan kontraksi miometrium dengan atau tanpa adanya disritmia.19,
21
Prostanoid juga dapat merangsang serabut saraf nyeri pada uterus secara langsung.21
15
5.
Endotelin Endotelin menyebabkan kontraksi otot polos miometrium, khususnya di
junctional zone. Endotelin dapat menginduksi PGF2α. Iskemia miometrium yang lokal diakibatkan karena adanya endotelin dan diperburuk oleh adanya PGF2α yang menyebabkan disperistaltis dan hiperaktivitas uterus.19
6.
Platelet activating factor (PAF) Konsentrasi PAF dan leukotrien yang tinggi akan menyebabkan
vasokonstriksi dan menstimulasi kontraksi miometrium.19
f.
Manifestasi Klinis Dismenore Pada dismenore primer, terjadi rasa nyeri spasmodik dan terbatas pada
abdomen bagian bawah. Nyeri dirasakan beberapa jam sebelum menstruasi atau tepat saat onset menstruasi. Keparahan nyeri terjadi saat meluruhnya endometrium dengan cepat, sekitar 12 jam setelah menstruasi dimulai sampai maksimal 24 jam, jarang yang terjadi lebih dari 48 jam.19,21 Nyeri dapat menyebar ke bagian punggung dan medial paha.19 Gejala sistemik dapat juga muncul pada dismenore primer berupa mual, muntah, kelelahan, diare, sakit kepala, dan takikardia. Perubahan vasomotor menyebabkan pasien terlihat pucat, berkeringat dingin, dan terkadang pingsan.19 Gambaran klinis pada dismenore sekunder meliputi rasa nyeri di bagian punggung tanpa ada penyebaran. Biasanya dimulai saat hari ketiga sampai kelima sebelum periode menstruasi. Onset dan durasinya bergantung pada patologi penyebab dismenore sekunder. Tidak ada gejala sistemik yang dikeluhkan seperti pada pasien dismenore primer. Pasien mungkin saja mengalami rasa tidak nyaman di antara dua periode menstruasi. Dismenore sekunder diikuti dengan gejala yang berhubungan dengan kondisi patologi pelvis.19
16
g.
Derajat Dismenore 22 Dismenore dibagi menjadi 3 derajat, yaitu:
1.
Dismenore ringan Dismenore berlangsung hanya beberapa saat. Penderita dapat melanjutkan
kegiatan seperti biasanya.
2.
Dismenore sedang Penderita dismenore sedang dapat menjalani kegiatan seperti biasanya
dengan terlebih dahulu mengkonsumsi analgesik.
3.
Dismenore berat Penderita dismenore berat biasanya mengalami gejala sistemik yang cukup
hebat dan memerlukan istirahat untuk beberapa hari.
h.
Diagnosis Dismenore Diagnosis dismenore primer ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan dan
pemeriksaan yang normal pada pelvis serta rektovaginal.16, 21 Dismenore primer biasanya terjadi pada usia remaja. Nyeri biasanya terjadi sebelum menstruasi dan meningkat saat hari pertama sampai kedua menstruasi.16 Dismenore sekunder dicurigai bila terdapat patologi panggul, kelainan bawaan, dan tidak adanya respon terhadap pengobatan amenorea primer.10 Dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG), infus salin sonografi, laparoskopi, laparotomi, dan histeroskopi. 16, 19
i.
Tata laksana Dismenore
1.
Tata laksana non farmakologi Dalam penatalaksanaan dismenore, perbaikan gaya hidup dan kebiasaan
sehari-hari penting dilakukan. Hal ini meliputi perbaikan kesehatan umum, psikoterapi sederhana, dan olahraga rutin.19
17
Gambar 2.6 Manajemen Tatalaksana Dismenore Primer Sumber: Konar, 2013
2.
Tata laksana farmakologi •
Prostaglandin synthase inhibitors (PSI) Obat ini bekerja dengan jalan menghambat sintesis prostaglandin dan menekan jumlah darah haid yang keluar.16 PSI tidak hanya menghambat sintesis prostaglandin dari jalur siklooksigenase, namun juga secara langsung beperan sebagai analgesik Tekanan intra uteri akan menurun setelah penggunaan obat ini. Penggunaannya secara oral pada 2 – 3 hari bersamaan dengan onset periode menstruasi, diulang selama 3 – 6 kali siklus. Obat yang biasa digunakan antara lain asam mefenamat (250 – 500 mg setiap 8 jam), asam flufenamat (100 – 200 mg setiap 8 jam), ibuprofen (400 mg setiap 8 jam), naproksen (250 mg setiap 6 jam), dan indometasin (25 mg setiap 8 jam).19
18
•
Kontrasepsi oral (kombinasi estrogen dan progesteron) Pil kontrasepsi bekerja mengurangi jumlah darah haid dan sintesis prostaglandin serta kram uterus dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan pertumbuhan jaringan endometrium. Penggunaannya juga akan menyebabkan teraturnya siklus menstruasi.16 Indikasi pemberian kontrasepsi oral adalah pasien menginginkan tindakan preventif dengan kontrasepsi, pasien dengan periode berat, dan pasien yang tidak responsif atau memiliki kontraindikasi dengan penggunaan inhibitor sintesis prostaglandin. Pil tersebut harus digunakan untuk 3 – 6 siklus.19 Didrogesteron tidak menghambat ovulasi, namun mungkin mengganggu steroidogenesis ovarium. Obat ini harus digunakan pada hari kelima siklus.19
•
Obat lain Antagonis kalsium, misalnya nifedipin dapat digunakan untuk mencegah kontraksi uterus. Selain itu, antagonis reseptor V1 dan reseptor oksitosin juga memiliki efek terapeutik bagi pasien dismenore karena produk lipooksigenase, vasopressin, dan oksitosin juga memegang peranan dalam terjadinya dismenore. Pengurangan nitric oxide (NO) juga dapat membantu relaksasi otot polos uterus.21 Jika tata laksana tersebut gagal, mungkin perlu dilakukan laparoskopi untuk
memastikan apakah ada patologi dari pelvis (misalnya endometriosis).19
3.
Tindakan operatif Laparoscopic uterine nerve ablation (LUNA) belum ditemukan manfaatnya
bagi dismenore primer. Laparoscopic presacral neurectomy dilakukan untuk mengurangi jalur sensorik melalui T11 – T12 dari uterus. Hal ini tidak membantu pada kasus nyeri adneksa (T9 – T10).19 Dapat juga dilakukan dilatasi saluran serviks untuk menghilangkan rasa sakit dengan menghilangkan ujung saraf sensorik, namun hal ini tidak umum dikerjakan.19
19
Pada kasus dismenore sekunder, perlu adanya tata laksana kausatif. Jenis pengobatan bergantung pada tingkat keparahan, usia, dan paritas.19
j.
Alat Ukur Dismenore Dismenore dapat diukur dengan kuesioner. Terdapat beberapa kuesioner
yang dapat membantu pengukuran dismenore, antara lain: 1.
Women’s Health Questionnaire Kuesioner tersebut ditujukan untuk perempuan yang telah menstruasi,
menopause, atau mengalami masalah ginekologi. Data yang diisi dalam kuesioner merupakan data enam bulan sebelumnya, terhitung saat mengisi kuesioner.23
2.
Numeric Pain Rating Scale Skala yang digunakan untuk menilai tingkat nyeri. Pasien diminta untuk
membuat tiga penilaian nyeri, sesuai dengan rasa sakit saat ini, terbaik dan terburuk yang dialami selama 24 jam terakhir. Rata-rata ketiga peringkat digunakan untuk mewakili tingkat nyeri pasien selama 24 jam sebelumnya.24
3.
Menstrual History Questionnaire 25
4.
Menstrual Symptometric Kuesioner digunakan untuk menentukan jumlah darah yang keluar,
dismenore, dan sindrom premenstruasi. Ada beberapa perangkat yang digunakan, antara lain kalender, ikon darah yang keluar dengan menggunakan piktogram, skala analog visual, kuesioner kesehatan umum, dan formulir pendek – 36. 26
2.1.4. a.
Aktivitas Fisik
Definisi Aktivitas Fisik Menurut WHO, aktivitas fisik adalah segala bentuk gerakan tubuh yang
memerlukan pengeluaran energi dan pembakaran kalori, dapat berupa olahraga maupun aktivitas fisik sehari-hari, dilakukan selama sepuluh menit tanpa henti.27 Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, aktivitas fisik dinilai cukup bila dilakukan selama 30 menit setiap hari atau 3 – 5 hari dalam satu minggu.28
20
Aktivitas fisik diartikan sebagai setiap gerakan tubuh yang disebabkan karena adanya kontraksi otot sehingga terjadi pemakaian energi dalam tubuh.29 Sedangkan menurut Baecke, aktivitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan seharihari mencakup olahraga, kegiatan di waktu bekerja, dan kegiatan di waktu luang.30
b.
Klasifikasi Aktivitas Fisik Aktivitas fisik diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu aktivitas fisik
ringan, sedang, dan berat.31 Sedangkan menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan Asian Federation of Sports Medicine (AFSM), aktivitas fisik umum dibagi menjadi dua bagian berdasarkan tingkat intensitasnya, yaitu aktivitas sedang dan aktivitas berat. Keduanya dibagi berdasarkan jumlah oksigen yang digunakan tubuh selama beraktivitas yang disebut dengan metabolic equivalent (MET). Satu MET didefinisikan sebagai pengeluaran energi saat duduk diam, pada orang dewasa mendekati 3,5 ml penyerapan oksigen per kilogram berat badan per menit (1,2 kkal/menit untuk individu dengan berat 70 kg).32 Aktivitas sedang ditetapkan bila nilai MET di antara 3,0 – 6,0 atau setara dengan 3,5 – 7,0 kkal/menit, sedangkan aktivitas berat ditetapkan bila nilai MET lebih dari 6,0 atau lebih dari 7,0 kkal.menit.32 Berikut ini dijelaskan perbedaan antara aktivitas sedang dan aktivitas berat.
Tabel 2.1 Perbedaan Aktivitas Fisik Sedang dan Berat Aktivitas Fisik Sedang
Aktivitas Fisik Berat
• Berjalan pada langkah cepat 4,8 –
• Berjalan cepat dan jalan aerobik ≥7,4 km/jam
7,2 km/jam pada permukaan rata di
• Bersepeda
dalam atau di luar rumah, di kelas, ke tempat kerja atau ke toko
saat
km/jam,
tanah
mendaki
• Berjalan santai • Berjalan
>15
• Sepeda stationer dengan tenaga istirahat
berat
kerja/
sekolah • Bersepeda 8 – 15 km/jam, tanah datar atau dengan beberapa bukit
21
Lanjutan Tabel 2.1 • Sepeda stationer dengan tenaga sedang • Senam aerobik (low impact)
• Senam aerobik (high impact)
• Aerobik air
• Step aerobic
• Latihan kalistenik ringan
• Jogging air
• Yoga
• Mengajar kelas aerobic
• Senam • Latihan kalistenik, push up, dan sits
• Latihan beban (latihan sedang
up dengan tenaga kuat
menggunakan beban bebas) • Tinju
menggunakan
• Latihan
kantung
beban
(latihan
sirkuit
training)
pukulan (punching bag)
• Dansa ballroom (profesional,
• Dansa Ballroom (agak cepat) • Disco
energentik)
• Folk dance • Bermain tenis meja atau pingpong
• Bermain tenis perseorangan
(kompetitif)
• Bermain bola basket (kompetitif)
• Tenis ganda
• Bermain sepak bola (kompetitif)
• Bermain
golf
(membawa
dan
menarik kantung golf) • Berenang (rekreasi)
• Berenang (kompetitif)
• Aerobik air
• Polo air
• Ski air
• Mendayung perahu >6,4 km/jam
• Menyelam
• Jogging
• Mendayung
perahu
<6,436
• Lari • Mendorong kursi roda
km/jam • Bermain basket
• Berjalan dan mendaki bukit
• Menembak
• Membawa beban punggung
• Melempar Frisbee
• Naik gunung
22
Lanjutan Tabel 2.1 • Bermain billiard atau bowling
• Roller atau inline skating
• Bermain bulu tangkis dan bola voli (kompetitif) • Bermain tangkapan (softball
• Bermain
tangkapan lambat)
bola
voli
pantai,
handball, atau squash
• Bermain skate board atau roller
• Bermain bola basket • Bermain bulu tangkis dan bola voli
skate
(kompetitif) • Rafting arung jeram
• Loncat tali, menggunakan mesin
• Berlayar (rekreasi dan kompetisi)
stair climber, rowing machine, mesin dayung tangan • Cross country skiing • Berkebun dan pekerjaan halaman
• Berkebun dan pekerjaan halaman rumah:
menanam
pohon,
rumah:
menanam
pohon,
memangkas semak, memotong
memangkas semak,
ranting, dan mendorong mesin
ranting, dan mendorong mesin
pangkas rumput
pangkas rumput
• Aktif bermain dengan anak: jalan-
memotong
• Aktif bermain dengan anak: jalan-
jalan, berlarian
jalan, berlarian
• Mendaki bukit ketika bermain
• Mendaki bukit ketika bermain
dengan anak
dengan anak • Menggendong anak • Tinju di ring (sparring) • Gulat kompetitif
Sumber: CDC, 1999
23
c.
Efek Aktivitas Fisik pada Sistem Reproduksi Wanita Aktivitas fisik dapat meningkatkan ataupun menurunkan risiko terjadinya
gangguan menstruasi, bergantung pada intensitasnya. Semakin tinggi frekuensi dan intensitas aktivitas fisik, maka risiko terjadinya gangguan menstruasi akan meningkat. Aktivitas fisik yang dilakukan dengan intenstias sedang dapat menurunkan risiko terjadinya gangguan menstruasi.33 Atlet perempuan yang belum menstruasi akan mengalami keterlambatan menarche. Perempuan yang berolahraga dengan intensitas tinggi juga berisiko mengalami amenorea, kemungkinannya karena peningkatan hormon androgen, penurunan fungsi ovarium, kehilangan lemak tubuh, atau konsumsi obat penunda menstruasi.34 Amenorea pada atlet juga dapat disebabkan oleh menurunnya kadar FSH dan LH pada latihan yang keras atau berat.35 Olahraga dapat menjadi salah satu intervensi untuk mengurangi risiko kejadian dismenore. Olahraga dapat bermanfaat dalam rangka meningkatkan aliran darah ke bagian pelvis dan juga akan menstimulasi endorfin yang berperan sebagai analgesik non spesifik.36 Olahraga dapat mengurangi stress, lelah, dan mood depresi yang biasanya dapat terjadi pada dismenore primer.
d.
Alat Ukur Aktivitas Fisik Aktivitas fisik dapat diukur dengan beberapa cara, antara lain:
1.
Pedometer Pedometer merupakan sebuah alat kecil yang digunakan untuk menghitung
jumlah langkah kaki. Beberapa pedometer dapat mengukur seberapa jauh jarak yang ditempuh dengan berjalan dan berapa banyak kalori yang terbakar, namun tidak akurat.37
2.
International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) merupakan kuesioner
yang digunakan untuk mengukur aktivitas fisik selama tujuh hari terakhir. IPAQ terdiri dari dua bentuk, yaitu bentuk singkat dan panjang. IPAQ bentuk singkat meliputi aktivitas berjalan dan aktivitas menetap baik sedang maupun berat. IPAQ bentuk panjang mengukur secara rinci aktivitas berjalan serta aktivitas sedang dan
24
berat di empat situasi, yaitu pekerjaan, transportasi, halaman/ kebun dan rumah tangga, serta waktu luang.38 IPAQ dalam bahasa Inggris memiliki hasil uji reliabilitas yang baik dengan korelasi 0.81 (95% CI = 0.79 – 0.82), sedangkan hasil uji validitas menunjukkan angka 0.33 (95% CI = 0.26 – 0.39). IPAQ dalam bahasa Indonesia bersifat reliabel.38 Berdasarkan sistem skor IPAQ
39
, aktivitas fisik akan dibagi menjadi tiga
tingkatan, yaitu: •
Aktivitas fisik ringan Tidak ada aktivitas yang dilaporkan ATAU Beberapa aktivitas dilaporkan namun tidak memenuhi kategori 2 atau 3.
•
Aktivitas fisik sedang Melakukan aktivitas fisik berat selama 3 hari atau lebih, minimal 20 menit/ hari ATAU Melakukan aktivitas fisik sedang selama 5 hari atau lebih dan/ atau berjalan, minimal 30 menit/ hari ATAU Melakukan kombinasi dari berjalan, aktivitas fisik sedang, dan aktivitas fisik berat selama 5 hari atau lebih, minimal 600 METmenit/ minggu.
•
Aktivitas fisik berat Melakukan aktivitas fisik berat minimal 3 hari dengan total 1500 MET-menit/ minggu ATAU Melakukan kombinasi dari berjalan, aktivitas fisik sedang, dan aktivitas fisik berat selama 7 hari atau lebih, minimal 3000 METmenit/ minggu.
3.
Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) merupakan kuesioner yang
dikembangkan oleh WHO dalam rangka melakukan surveilans aktivitas fisik di berbagai negara. GPAQ terdiri dari enam belas pertanyaan yang meliputi tiga
25
situasi, yaitu aktivitas di tempat kerja, perjalanan ke dan dari suatu tempat, serta aktivitas rekreasi.40
4.
Rapid Assessment of Physical Activity Rapid Assessment of Physical Activity merupakan kuesioner yang
dikembangkan oleh University of Washington Health Promotion Research Center untuk mengukur level dan intensitas aktivitas fisik.41
5.
Adult Physical Activity Question Adult Physical Activity Question berisi pertanyaan seputar aktivitas fisik dan
latihan pada orang dewasa yang ditanyakan pada National Health Interview Survey.42
2.1.5. a.
Santri Definisi Santri Terdapat dua pendapat mengenai asal kata santri. Pendapat pertama
mengatakan bahwa santri berasal dari bahasa Sansekerta, artinya melek huruf. Hal ini disebabkan pengetahuan mereka tentang ilmu agama yang baik, Pendapat kedua mengatakan bahwa santri berasal dari bahasa Jawa, tepatnya dari kata cantik. Ini berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru ke mana pun guru tersebut menetap.43 Santri merupakan sekelompok peserta murid sebuah pendidikan pesantren dan akar budaya sekelompok pemeluk Islam taat. Santri adalah komunitas muslim yang tinggal bersama, belajar bersama, dan menjalani kehidupan bersama.44 Santri identik dengan peserta didik, murid, siswa, atau pelajar yang sedang menuntut ilmu pada suatu lembaga pendidikan. Jumlah santri dapat mempengaruhi besar kecilnya suatu pesantren.9
26
b.
Klasifikasi Santri Zamakhsyari Dhofier membagi santri menjadi dua bagian:
1.
Santri mukim Santri mukim adalah santri yang menetap dalam kompleks pesantren.
Biasanya santri yang bermukim ingin mempelajari ilmu agama Islam dan kitabkitab klasik secara langsung di bawah bimbingan kiai secara langsung, ingin memperoleh pengalaman pendidikan pesantren, dan ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukkan oleh kewajiban sehari-hari di rumah.9
2.
Santri kalong Santri kalong adalah santri yang biasanya tidak menetap dalam pesantren
untuk mengikuti pelajaran di pesantren, mereka pulang pergi dari rumah sendiri.9
2.1.6. a.
Pesantren Definisi Pesantren Secara etimologi, pesantren berasal dari kata santri dengan tambahan
imbuhan “pe-an”, berarti tempat tinggal santri. Ada juga yang berpendapat bahwa pesantren merupakan gabungan dari kata sant (manusia baik) dan ira (suka menolong), sehingga pesantren berarti tempat pendidikan manusia baik-baik. Profesor John berpendapat bahwa santri berasal dari bahasa Tamil, artinya guru mengaji. CC Berg juga berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa India, shastni yang berarti orang-orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu.9 Secara terminologi, pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang memiliki ciri khas tersendiri dalam menyelenggarakan sistem pendidikan dan pengajaran agama. Steenbrink menjelaskan bahwa pendidikan pesantren berasal dari India jika dilihat dari segi bentuk dan sistemnya.9 Prinsip pendidikan yang diterapkan di pesantren
antara lain berupa
kebijakan, bebas terpimpin, mandiri, kebersamaan, hubungan guru, ilmu pengetahuan diperoleh di samping ketajaman akal juga sangat tergantung kepada kesucian hati dan berkah kiai, kemampuan mengatur diri sendiri, sederhana, metode pengajaran yang luas, dan ibadah.9
27
Pesantren memiliki lima elemen pokok, yaitu pondok/ asrama, masjid, pengajaran kitab-kitab klasik, santri, dan kiai. Terdapat 27.230 pondok pesantren yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Banten merupakan wilayah dengan populasi pesantren terbesar, yaitu sebesar 78,6% dari jumlah pondok pesantren di Indonesia.10 Berdasarkan tipologi, pesantren dibagi menjadi tiga tipe, yaitu Pesantren Salafiyah, Pesantren Khalafiyah/ Ashriyah, dan Pesantren Kombinasi. Pesantren salafiyah adalah pesantren yang mempetahankan kitab-kitab klasik sebagai inti pendidikan, sedangkan pesantren khalafiyah adalah pesantren yang mencantumkan pelajaran umum dalam kurikulumnya.10
b.
Tujuan Pesantren 9
1.
Tujuan khusus, yaitu untuk mempersiapkan para santri menjadi orang alim dalam ilmu agama serta mengamalkannya dalam masyarakat.
2.
Tujuan umum, yaitu untuk membimbing murid agar menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang dengan agamanya dapat menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar.
c.
Fungsi dan Karakteristik Pesantren 9 Terdapat tiga fungsi pesantren Salafiyah, yaitu transmisi dan transfer ilmu-
ilmu Islam, memelihara tradisi Islam, dan reproduksi ulama. Sedangkan karakteristik pendidikan pesantren adalah: 1.
Adanya hubungan yang akrab antara santri dengan kiai
2.
Kepatuhan santri kepada kiai.
3.
Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujudkan dalam lingkungan pesantren.
4.
Kemandirian sangat terasa di pesantren.
5.
Jiwa tolong-menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnai pergaulan pesantren.
6.
Disiplin sangat dianjurkan di pesantren.
28
7.
Berani menderita untuk mencapai suatu tujuan merupakan salah satu segi pendidikan yang diperoleh para santri di pesantren.
8.
Pemberian ijazah.
d.
Unsur-unsur Kelembagaan Pesantren 9
1.
Adanya kiai yang mengajar
2.
Adanya santri
3.
Adanya masjid atau musholla tempat beribadah dan belajar
4.
Adanya asrama atau pondok tempat tinggal para santri
5.
Pengajaran kitab
2.2. Kerangka Teori
29
2.3. Kerangka Konsep
Aktivitas Fisik
Dismenore Primer
1. Usia menarche 2. Status gizi 3. Stress Keterangan: Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti
2.4.
Definisi Operasional Dalam penelitian ini peneliti menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan
sebagai berikut.
Tabel 2.2 Definisi Operasional No.
Variabel
1.
Aktivitas fisik
Definisi Kegiatan
yang
Alat ukur
Skala
Skor
International
Ordinal
1. Aktivtas fisik
dapat
Physical
ringan (<600
menghasilkan
Activity
MET-menit/
energi
dan
dilakukan secara
Questionnaire (IPAQ)
minggu) 2. Aktivitas
terencana dengan
fisik
durasi minimal 10
(600 – 3000
menit
MET-menit/
berturut-
turut.
sedang
minggu)
30
Lanjutan Tabel 2.2 3. Aktivitas fisik berat (>3000 MET-menit/ minggu) 2.
Dismenore primer
Nyeri perut bawah
Kuesioner
yang
dirasakan
Dismenore
saat
menstruasi
tanpa
Nominal 1. Ya 2. Tidak
adanya
kelainan
pada
pelvis, yang dapat mengganggu aktivitas
sehari-
hari. 3.
Usia menarche
Usia saat pertama
Kuesioner
Nominal 1. <11 tahun
kali
Dismenore
2. ≥11 tahun
mengalami
menstruasi. 4.
Siklus
Proses perdarahan
Kuesioner
menstruasi
pada wanita yang
Dismenore
terjadi
secara
Nominal 1. <21 hari 2. 21 – 35 hari 3. >35 hari
periodik. 5.
Lama
Lama
waktu
Kuesioner
menstruasi
selama
proses
Dismenore
perdarahan
saat
menstruasi.
Nominal 1. <5 hari 2. 5 – 7 hari 3. 7 – 14 hari 4. >14 hari
31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.
Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan analitik observasional cross sectional.
3.2.
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2016 hingga Juli 2017.
Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor.
3.3. 3.3.1.
Populasi dan Sampel Populasi Target Populasi target meliputi santri perempuan yang sudah mengalami
menstruasi di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor. 3.3.2.
Populasi Terjangkau Populasi terjangkau penelitian ini meliputi santri perempuan tingkat
Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor. 3.3.3.
Sampel Sampel adalah populasi terjangkau yang telah terpilih dengan total
sampling.
3.4.
Besar Sampel Jumlah sampel didapat melalui perhitungan uji hipotesis terhadap dua
proporsi 45 sebagai berikut : (𝑍𝛼 √2 𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 √𝑃1 𝑄1 + 𝑃2 𝑄2 ) 𝑛1 = 𝑛2 = [ ] (𝑃1 − 𝑃2 )
2
2
(1,282 √2 𝑥 0,8025 𝑥 0,1975 + 0,842 √(0,9 𝑥 0,1) + (0,705 𝑥 0,295)) = [ ] (0,9 − 0.705) 𝑛1 = 𝑛2 = 36,705 = 37 𝑛 = 74
32
Keterangan: Zα
: derivat baku alfa (1,282)
Zβ
: derivat baku beta (0,842)
P2
: proporsi kelompok yang sudah diketahui nilainya (0,705) 20
Q2
: 1 – P2 = 1 – 0,705 = 0,295
P1
: proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti (0,9)
Q1
: 1 – P1 = 1 – 0,9 = 0,1
P1 – P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna (0,195) 𝑃1 + 𝑃2
=
0,9+0,705
= 0,8025
P
:
Q
: 1 – P = 1 – 0,8025 = 0,1975
2
2
Jumlah sampel berdasarkan perhitungan adalah 74, dengan antisipasi drop out sebesar 10% sehingga sampel minimal yang diperlukan adalah 82 orang.
3.5.
Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling, yaitu seluruh
santri perempuan tingkat Madrasah Aliyah Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor diminta untuk mengisi kuesioner. Penggunaan metode ini dilakukan karena mampu laksana dan tidak diperoleh data lengkap santri perempuan untuk digunakan sebagai sampling frame mengingat para wali kelas sedang sibuk mengurus ujian dan melakukan pengisian rapor.
3.6.
Kriteria Pemilihan Sampel Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini terdiri dari kriteria inklusi dan
eksklusi. 3.6.1. Kriteria Inklusi 1.
Santri perempuan tingkat Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor.
2.
Sudah mengalami menstruasi.
3.
Bersedia mengikuti penelitian ini dengan mengisi dan menandatangani lembar informed consent.
33
3.6.2. Kriteria Eksklusi 1.
Memiliki riwayat gangguan kandungan
2.
Menderita penyakit kronik
3.
Memiliki riwayat menjalani pengobatan rutin
4.
Memiliki riwayat cedera abdomen
5.
Pernah mengalami operasi pada bagian abdomen
6.
Memiliki riwayat nyeri perut bawah di luar siklus menstruasi
7.
Memiliki riwayat perdarahan di luar siklus menstruasi
8.
Adanya hendaya dalam melakukan aktivitas fisik
9.
Tidak mengisi kuesioner dengan lengkap
3.7.
Alur Penelitian
1
Persiapan penelitian
2
Identifikasi subyek penelitian
3
Informed consent
Tidak bersedia
Bersedia
4
Pengisian identitas dan kuesioner
5
Tidak memenuhi kriteria
a. Pengembangan kuesioner b. Perizinan
Sortir data
Memenuhi kriteria
6
Analisis data
34
a. Penjelasan penelitian b. Pengisian lembar persetujuan
3.8. 1.
Cara Kerja Penelitian Persiapan Penelitian a. Pengembangan kuesioner •
Kuesioner aktivitas fisik yang digunakan adalah IPAQ versi bahasa Indonesia yang telah digunakan pada penelitian Janatin (2013).38
•
Kuesioner dismenore diadaptasi dari beberapa kuesioner yang telah digunakan sebelumnya, yaitu women’s health questionnaire dari Hunter (2003)
22
, numeric pain rating scale dari McCaffery, et al
(1989) 23, menstrual history questionnaire dari Hendrix (2013) 24, dan menstrual symptometrics dari Wyatt (2002)
25
dengan tambahan
referensi dari beberapa buku obstetri dan ginekologi, seperti Pernoll (2011) 17 dan Konar (2013) 18. Selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang.
b. Perizinan •
Perizinan pengambilan data untuk uji validitas dan reliabilitas kuesioner dismenore.
•
Perizinan penggunaan IPAQ.
•
Perizinan pengambilan data lengkap kuesioner aktivitas fisik dan dismenore.
2.
Identifikasi Subyek Penelitian Pemilihan subyek yang menjadi sasaran penelitian dengan menggunakan metode total sampling .
3.
Informed Consent a. Penjelasan penelitian Penjelasan kepada subyek penelitian tentang apa saja yang akan dilakukan dalam penelitian.
b. Pengisian lembar persetujuan Pengisian lembar persetujuan penelitian oleh subyek penelitian.
35
4.
Pengisian identitas dan kuesioner Subyek penelitian mengisi identitas dan kuesioner aktivitas fisik serta dismenore.
5.
Sortir Data Penilaian lebih lanjut terhadap subyek penelitian. Apabila memenuhi kriteria, maka akan diikutsertakan dalam penelitian. Jika tidak memenuhi kriteria, maka akan dikeluarkan.
6.
Analisis Data Pengumpulan dan pengolahan data dengan aplikasi IBM Statistics SPSS 22.0.
3.9.
Manajemen Data
2.9.1. Pengolahan Data Pengolahan data penelitian menggunakan aplikasi IBM Statistics SPSS 22.0, yaitu melakukan pemeriksaan seluruh data yang terkumpul, memberi angka-angka atau kode tertentu yang telah disepakati terhadap data primer yang diambil dari pasien yang memenuhi kriteria, memasukkan data sesuai dengan kode yang telah ditentukan menjadi suatu data dasar, dan mengurutkan serta menyederhanakan data sehingga mudah diinterpretasikan.
3.9.2. Analisis Data 1.
Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk melihat karakteristik responden. Data
yang diperoleh berupa frekuensi dan persentase yang disajikan dalam bentuk tabel.
2.
Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Data yang diperoleh pada penelitian ini merupakan data kategorik 2 kelompok tidak berpasangan, sehingga uji yang digunakan adalah uji Chi Square. Apabila tidak memenuhi syarat uji Chi Square, maka dilakukan uji Fisher.45
36
Pada uji Chi Square akan diperoleh nilai p yang akan menunjukkan ada atau tidaknya hubungan antar variabel. Dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,1. Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dikatakan bermakna jika memiliki nilai p ≤ 0,1. 45
3.10. Etika Penelitian Dalam proses pengambilan data yang telah dilakukan, peneliti memberikan lembar persetujuan sebelum penjelasan (informed consent) kepada para responden yang menunjukkan bahwa responden bersedia diikutsertakan pada penelitian ini setelah menyetujui dan menandatangani lembar tersebut (lampiran 1). Selain itu penelitian ini mendapatkan ethical clearance dari Tim Kaji Etik Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Agustus 2017 (lampiran 2).
37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.
Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Dismenore Uji validitas dan realibilitas kuesioner dismenore dilakukan kepada 30
responden, yaitu siswi MTsN Pandeglang II Labuan.
4.1.1. Uji Validitas Pada penelitian ini didapatkan nilai kritis untuk korelasi r product-moment (r table) sebesar 0,361. Nilai tersebut diperoleh dari jumlah sampel untuk validitas sebesar 30 dengan tingkat signifikan 5%. Suatu item dapat disebut valid jika memiliki nilai Pearson Correlation (r hitung) yang lebih besar dari r tabel.45 Hasil uji validitas menunjukkan terdapat 10 item kuesioner yang valid dengan nilai r > 0,361. Selain itu terdapat 13 item yang tidak valid dan 8 item yang konstan (lampiran 5). Item yang tidak valid dapat dikarenakan kalimat pertanyaan yang diberikan sulit dipahami oleh responden. Dari total 13 item kuesioner yang tidak valid, 9 item kuesioner diubah kalimatnya oleh peneliti karena item kuesioner tersebut dianggap dapat membantu penentuan dismenore primer, sedangkan 4 item kuesioner yang tidak valid lainnya tidak dicantumkan oleh peneliti karena dianggap tidak mempengaruhi penentuan dismenore primer. Item yang konstan dapat dikarenakan jawaban dari responden yang tidak bervariasi. Dari total 8 item kuesioner yang konstan, 6 item kuesioner tetap dicantumkan oleh peneliti karena dianggap dapat membantu penentuan dismenore primer, sedangkan 2 item kuesioner yang konstan tidak dicantumkan oleh peneliti karena dianggap tidak mempengaruhi penentuan dismenore primer.
4.1.2. Uji Reliabilitas Hasil uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha. Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha untuk kuesioner dismenore sebesar 0,611 yang berarti bahwa kuesioner dismenore
38
bersifat reliabel (lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner tersebut cukup konsisten jika digunakan untuk responden yang berbeda.45
4.2.
Jumlah Responden Yang Memenuhi Kriteria Inklusi Penelitian ini diikuti oleh 183 responden yang berasal dari santri perempuan
kelas X dan XI di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan, didapatkan 86 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi (lampiran 7).
4.3.
Analisis Univariat Pada
analisis
univariat
akan
didapatkan
karakteristik
responden.
Karakteristik responden secara umum meliputi variabel aktivitas fisik dan dismenore primer.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden (N = 86) No.
1
2
Variabel
Aktivitas fisik
Dismenore primer
Kategori
Jumlah N
Persentase (%)
Ringan
56
65,1
Sedang
22
25,6
Berat
8
9,3
Ya
76
88,4
Tidak
10
11,6
Berdasarkan tabel 4.1, diketahui 56 responden (65,1%) memiliki aktivitas fisik ringan, 22 responden (25,6%) memiliki aktivitas fisik sedang, dan 8 responden (9,3%) memiliki aktivitas fisik berat. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriana, et al (2015) yang menunjukkan bahwa mayoritas remaja putri usia 13 – 15 tahun memiliki tingkat aktivitas fisik ringan (77,3%).46 Berdasarkan kejadian dismenore primer didapatkan 76 responden (88,4%) mengalami dismenore primer dan 10 responden (11,6%) tidak mengalami
39
dismenore primer. Hasil ini sejalan dengan penelitian Febriana, et al (2015) yang mendapatkan 67% remaja usia 13 – 15 tahun mengalami dismenore primer.46
Tabel 4.2 Hasil Analisis Univariat Riwayat Menstruasi (N = 86) No.
1
2
3
4
5
Variabel
Kategori
Jumlah N
Persentase (%)
<11 tahun
2
2,3
≥11 tahun
84
97,7
<5 hari
0
0
5 – 7 hari
56
65,1
7 – 14 hari
30
34,9
>14 hari
0
0
<21 hari
22
25,6
21 – 35 hari
59
68,6
>35 hari
5
5,8
Ya
70
81,4
Tidak
16
18,6
Tingkat nyeri saat
Tidak nyeri
10
11,6
menstruasi
Nyeri ringan
26
30,2
Nyeri sedang
31
37,2
Nyeri berat
17
19,8
1
1,2
Usia menarche
Lama menstruasi
Siklus menstruasi
Teratur menstruasi
terkontrol Nyeri berat tidak terkontrol
Berdasarkan tabel 4.2, didapatkan 2 responden (2,3%) mengalami menarche saat usia <11 tahun , yaitu saat usia 10 tahun, sedangkan 84 responden (97,7%) lainnya mengalami menarche saat usia ≥11 tahun, yaitu saat usia 11 tahun, 12 tahun,
40
13 tahun, dan 14 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan Novia, et al (2008) juga menunjukkan 90% perempuan usia 15 – 30 tahun yang diteliti mengalami menarche pada usia ≥12 tahun.20 Lama menstruasi responden dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu <5 hari, 5 – 7 hari, 7 – 14 hari, dan >14 hari. Berdasarkan tabel 4.3, tidak ditemukan responden dengan lama menstruasi <5 hari atau >14 hari, 56 responden (65,1%) mengalami menstruasi selama 5 – 7 hari, sedangkan 30 responden (34,9%) lainnya mengalami menstruasi selama 7 – 14 hari. Siklus menstruasi responden dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu <21 hari, 21 – 35 hari, dan >35 hari. Berdasarkan hasil perolehan data yang telah dilakukan, didapatkan 22 responden (25,6%) memiliki siklus menstruasi selama <21 hari, 59 responden (68,6%) memiliki siklus menstruasi selama 21 – 35 hari, sedangkan 9 responden (5,8%) memiliki siklus menstruasi selama >35 hari. Hasil penelitian Zegeye, et al (2007) juga menunjukkan mayoritas remaja usia sekolah memiliki siklus menstruasi 21 – 35 hari (73,9%). Remaja yang memiliki siklus menstruasi <21 hari sebanyak 16,2%, sedangkan remaja yang memiliki siklus menstruasi >35 hari sebanyak 9,8%. 2 Berdasarkan keteraturan menstruasi responden, diketahui 70 responden (81,4%) mengalami menstruasi teratur, sedangkan 16 responden (18,6%) mengalami menstruasi tidak teratur. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Zegeye, et al (2007) bahwa mayoritas remaja usia sekolah di Northwest Ethiopia mengalami menstruasi teratur (57,2%).2 Tingkat nyeri saat menstruasi dikategorikan menjadi 5 kelompok, yaitu tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat terkontrol, dan nyeri berat tidak terkontrol. Dari total 86 responden didapatkan 10 responden (11,6%) tidak mengalami nyeri saat menstruasi, sedangkan 76 responden lainnya mengalami nyeri saat menstruasi. Dari total 76 responden yang mengalami nyeri saat menstruasi, 26 responden (30,2%) mengaku mengalami nyeri ringan, 31 responden (37,2%) mengalami nyeri sedang, 17 responden (19,8%) mengalami nyeri berat terkontrol, dan 1 responden (1,2%) mengalami nyeri berat tidak terkontrol.
41
Tabel 4.3 Hasil Analisis Univariat Gejala Penyerta Saat Menstruasi No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Variabel
Kategori
Jumlah N
Persentase (%)
Ya
17
19,8
Tidak
69
80,2
Ya
21
24,4
Tidak
65
75,6
Ya
11
12,8
Tidak
75
87,2
Ya
3
3,5
Tidak
83
96,5
Ya
43
50
Tidak
43
50
Ya
21
24,4
Tidak
65
75,6
Ya
39
45,3
Tidak
47
54,7
Ya
31
36
Tidak
55
64
Nyeri paha bagian
Ya
17
19,8
dalam
Tidak
69
80,2
Kaku otot
Sakit kepala
Mual
Muntah
Lemas/ lemah
Nyeri punggung
Nyeri pinggang
Nyeri panggul
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan 17 responden (19,8%) mengalami kaku otot saat menstruasi, sedangkan 69 responden (80,2%) lainnya tidak. Selain itu, 21
42
responden (24,4%) mengalami sakit kepala saat menstruasi, sedangkan 65 responden (75,6%) lainnya tidak. Pada penelitian Novia, et al (2008), 25,4% responden mengalami keluhan pusing saat menstruasi.20 Di sisi lain, 11 responden (12,8%) mengalami mual saat menstruasi, sementara 75 responden (87,2%) tidak mengalami mual. Novia, et al (2008) mendapatkan 14,1% responden dalam penelitiannya mengalami gejala mual saat menstruasi.20 Tiga responden (3,5%) mengalami muntah saat menstruasi, sedangkan 83 responden (96,5%) lainnya tidak mengalami muntah saat menstruasi. Pada gejala lemas/ lemah, 43 responden (50%) mengalami gejala lemas/ lemah, sementara 43 responden (50%) lainnya tidak. Pada gejala nyeri punggung, 21 responden (24,4%) mengalami kejadian nyeri punggung saat menstruasi, sedangkan 65 responden (75,6%) lainnya tidak mengalami nyeri punggung. Jika dilihat dari gejala nyeri pinggang, 39 responden (45,3%) mengalami gejala nyeri pinggang saat menstruasi, sedangkan 47 (54,7%) responden tidak mengalami gejala nyeri pinggang. Pada gejala nyeri panggul, 31 responden (36%) mengalami nyeri panggul saat menstruasi, sedangkan 55 responden (64%) lainnya tidak mengalami nyeri panggul. Di sisi lain, 17 responden (19,8%) mengalami nyeri paha bagian dalam saat menstruasi, sedangkan 69 responden (80,2%) lainnya tidak. Penelitian Novia, et al (2008) menjelaskan terdapat 29,6 responden yang mengeluh merasakan ngilu pada bagian paha.20
4.4.
Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. Variabel yang dimaksud dalam hal ini adalah aktivitas fisik dan dismenore primer. Jumlah responden yang mengalami kejadian dismenore primer pada kelompok aktivitas fisik ringan sebesar 50 orang (58,1%), pada kelompok aktivitas fisik sedang sebesar 20 orang (23,3%), dan pada kelompok aktivitas fisik berat sebesar 6 orang (7%). Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer diuji dengan menggunakan Fisher exact test. Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer
43
(p=0,372, Fisher). Hasil ini berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer.
Tabel 4.4 Hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian dismenore primer Kategori
Kategori Kejadian
Aktivitas Fisik
Dismenore Primer
Total
Dismenore
Tidak
Primer
Dismenore
p-value
Primer N
%
N
%
N
%
Ringan
50
58,1
6
7,0
56
65,1
Sedang
20
23,3
2
2,3
22
25,6
Berat
6
7,0
2
2,3
8
9,3
Total
76
88,4
10
11,6
86
100
0,372*
Keterangan: *nilai Fisher Exact Test
Hal ini dapat disebabkan karena faktor psikosomatik yang kerap dialami oleh para anak dan remaja, termasuk para responden yang usianya 14 – 17 tahun. Faktor psikosomatik ini menyebabkan seseorang memiliki ambang nyeri yang rendah sehingga dengan sedikit rangsang nyeri saja seseorang dapat mempersepsikan nyeri tersebut sebagai sesuatu yang mengganggu.19 Sebuah penelitian menyatakan bahwa dengan metode psikoanalisis, seseorang dapat membuat sugesti pada dirinya jika nyeri tersebut dapat dihilangkan, sehingga rasa nyeri berkurang dan gejalanya hilang.47 Faktor psikologi juga dapat menjadi faktor risiko mengalami dismenore primer. Penelitian Faramarzi, et al (2014) menjelaskan bahwa depresi, ansietas, dan stress memiliki hubungan dengan kejadian dismenore primer.48
44
4.5.
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
1.
Pengambilan data hanya dilakukan di satu tempat dengan sampel homogen sehingga hasil penelitian kurang bermakna.
2.
Penegakan dismenore primer yang hanya berdasarkan kuesioner, tidak melakukan pemeriksaan fisik secara langsung pada tiap responden.
3.
Tidak melakukan skoring untuk menentukan derajat keparahan dismenore primer.
4.
Tidak melakukan penilaian status gizi dan tingkat stress pada responden.
45
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa
simpulan sebagai berikut. 1.
Tingkat aktivitas fisik pada santri perempuan di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor terdiri atas aktivitas fisik ringan, sedang, dan berat. Mayoritas santri memiliki tingkat aktivitas fisik ringan, yaitu 56 orang (65,1%), sedangkan 22 orang (25,6%) memiliki tingkat aktivitas fisik sedang dan 8 orang (9,3%) memiliki tingkat aktivitas fisik berat.
2.
Kejadian dismenore primer pada santri di Pondok Pesantren X di Kabupaten Bogor terbilang tinggi, yaitu 76 orang (88,4%) mengalami dismenore primer, sedangkan 10 orang (11,6%) lainnya tidak mengalami dismenore primer.
3.
Tidak ada hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer (Fisher, p=0,372).
5.2.
Saran Berikut beberapa saran yang dapat dilakukan untuk penelitian selanjutnya.
1.
Penelitian dengan desain kohort agar dapat mengukur aktivitas fisik lebih detil dan mengikuti perjalanan dismenore primer yang dialami.
2.
Pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis dismenore primer.
3.
Penyempurnaan kuesioner dismenore agar dapat menentukan derajat keparahan dismenore primer berdasarkan skor.
4.
Pengukuran status gizi dan tingkat stress untuk menyingkirkan faktor perancu timbulnya dismenore primer.
46
DAFTAR PUSTAKA
1.
Latthe P, Latthe M, Say L, Gulmezoglu M, Khan KS. WHO systematic review of prevalence of chronic pelvic pain: a neglected reproductive health morbidity. BioMed Central. 2006;6:177.
2.
Zegeye DT, Megabiaw B, Mulu A. Age at menarche and the menstrual pattern of secondary school adolescents in Northwest Ethiopia. BioMed Central. 2009;9:29.
3.
Jang IA, Kim MY, Lee SR, Jeong KA, Chung HW. Factors related to dysmenorrhea among Vietnamese and Vietnamese marriage immigrant women in South Korea. Obstet Gynecol Sci. 2013;56(4):242-248.
4.
Handayani, Gamayanti IL, Julia M. Dismenore dan kecemasan pada remaja. Sari Pediatri. 2013;15(1):27-31.
5.
Anwar M, Baziad A, Prabowo RP. Ilmu kandungan. PT Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo. 2011;3:182-3.
6.
Aziato L, Dedey F, Clegg-Lamptey JNA. The experience of dysmenorrhoea among Ghanaian senior high and university students: pain characteristics and effects. Reproductive Health. 2014;11:58.
7.
Shiferaw MT, Wubshet M, Tegabu D. Menstrual problems and associated factors among students of Bahir Dar University, Amhara National Regional State, Ethiopia: A cross-sectional survey. PanAfrican Medical Journal. 2014;17:246.
8.
French L. Dysmenorrhea. Am Fam Physician. 2005;71(2):285-291.
9.
Abbaspour M, Rostami M, Najjar Sh. The effects of exercise on primary dysmenorrhea. J Res Health Sci. 2006;6(1):26-31.
10. Nizar S. Sejarah sosial & dinamika intelektual pendidikan Islam di nusantara. Jakarta: Kencana; 2013. 11. Kementerian Agama Republik Indonesia. Analisis dan interpretasi data pada pondok pesantren, madrasah diniyah (madin), taman pendidikan Qur’an (TPQ) tahun pelajaran 2011 – 2012. Kemenag RI. 2012 12. Marieb EN, Hoehn K. Human anatomy & physiology. Pearson. 2013;9:103540.
47
13. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Elsevier Churchill Livingstone. 2012:228-30. 14. Sherwood L. Human physiology: From cells to systems. Brooks/Cole. 2011;764-76. 15. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. EGC: 2008;22:451-4. 16. Longo DL, et al. Harrison’s manual of medicine. Mc Graw Hill: 2013;8:1154. 17. Pernoll ML. Benson & Pernoll’s handbook of obstetrics& gynecology. McGraw Hill: 2011;10:723-5. 18. Konar H. DC DUTTA’s textbook of gynecology including contraception. Jaypee Brother Medical Publisher: 2013;6:178-81. 19. Calis KA. Dysmenorrhea treatment & management. 2016 Oct 27 [diakses tanggal 2 Desember 2016]. Tersedia di http://emedicine.medcscape.com/article/253812-treatment 20. Novia I. Puspitasari N. Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian dismenore primer. The Indonesian Journal of Public Health. 2008;4(2):96-104. 21. Strauss JF, Barbieri RL. Yen and Jaffe’s reproductive endocrinology: physiology, pathophysiology, and clinical management. Saunders Elsevier. 2009;6. 22. Manuaba IBG. Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan kb. EGC. 2001. 23. Hunter MS. The women’s health questionnaire (WHQ): frequently asked questions (FAQ). BioMed Central. 2003 24. McCaffery M, Beebe A, et al. Pain: Clinical manual for nursing practice. Mosby St. Louis, MO. 1989 25. Hendrix L. Menstrual history questionnaire. 2013 Nov 26 [diakses tanggal 6 Februari 2017]. Tersedia di http://www.westcospineandjoint.com 26. Wyatt KM, at al. Menstrual Symptometrics. Elsevier. 2002 27. World Health Organization. Physical activity. [Diakses tanggal 23 Januari 2017]. Tersedia di http://www.who.int/topics/physical_activity/en/ 28. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan nasional riset kesehatan dasar (riskesdas) 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2008
48
29. William L, Wilkins L. ACSM’s guidelines for exercise testing and prescription. ACSM’s Publisher. 2009;8 30. Baecke, JAH, et al. A short questionnaire for the measurement of habitual physical activity in epidemiological studies. The American Journal of Clinical Nutrition. 1989 31. Blakey H, et al. Is exercise associated with primary dysmenorrhea in young women?. BJOG. 2010;117:222-224. 32. U.S. Department of Health and Human Services, Public Health Service, Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, Division of Nutrition and Physical Activity. Promoting physical activity: a guide for community action. Human Kinetics. 1999 33. Sianipar O, et al. Prevalensi gangguan menstruasi dan faktor-faktor yang berhubungan pada siswi SMU di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur. Maj Kedoktr Indon. 2009;59(7):308-13. 34. Budayati ES. Olahraga dan fisiologi reproduksi wanita. MEDIKORA. 2010;6(2):1-8. 35. Kanca IN. Olahraga dan kesehatan reproduksi. MEDIKORA. 2006;2(2):205218. 36. Onur O, et al. Impact of home-based exercise on quality of life of women with primary dysmenorrhea. SAJOG. 2012 37. American College of Cardiology. Exercise: how to use a pedometer. Healthwise. 2007 38. Janatin H. Anthropometry and body composition of Indonesian adults: an evaluation of body image, eating behaviours, and physical activity [tesis]. [Brisbane, Queensland]: Queensland University of Technology; 2013 39. International Physical Activity Questionnaire. Guidelines for data processing and analysis of the international physical activity questionnaire (IPAQ) – short and long forms. 2005 Nov 4 [diakses tanggal 16 Juni 2017]. Tersedia di http://www.researchgate.net/file.PostFileLoader.html 40. World Health Organization. Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) Analysis Guide. WHO. 2010
49
41. University of Washington Health Promotion Research Center. How physically active are you? : an assessment of level and intensity of physical activity. University of Washington Health Promotion Research Center. 2006 42. Communicable Disease Center (CDC). Adults physical activity questions on the national health interview survey 1975 – 2012. 2012 Mar 29 [diakses tanggal 27 Agustus 2016]. Tersedia di http://www.cdc.gov/nchs/nhis/physical_activity/pa_guide.htm 43. Madjid N. Bilik-bilik pesantren: sebuah potret perjalanan. Paramadina. 1997 44. Mastuki HS. Kebangkitan kelas menengah santri: dari tradisionalisme, liberalisme, post-tradisionalisme, hingga fundamentalisme. Tangerang Selatan: Pustaka Dunia; 2010. 45. Tantur S. Panduan penelitian untuk skripsi kedokteran & kesehatan. Jakarta; 2017. h. 20-23, 36, 102-105. 46. Febriana, et al. Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan dysmenorrhea primer pada remaja umur 13 – 15 tahun di SMP K. Harapan Denpasar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 2015:5-6. 47. Hunter WE, Rolf BB. The psychosomatic aspect of dysmenorrhea; a sensory conditioning process. Am. J. Obst. & Gynec. 1947;53:123-31. 48. Faramarzi M, Salmalian H. Association of psychologic and nonpsychologic factor
with
primary
dysmenorrhea.
2014;16(8):e16307.
50
Iran
Red
Crescent
Med
J.
Lampiran 1 Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Dismenore Primer pada Santri di Pondok Pesantren Santri yang terhormat, Saat ini saya, Annisa Tristiana sebagai peneliti di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian mengenai “Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Dismenore Primer pada Santri di Pondok Pesantren”. Sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan di universitas kami, maka Anda akan menjalani penelitian ini melalui pengisian dua buah kuesioner, yaitu kuesioner aktivitas fisik dan kuesioner dismenore. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer pada santri di pondok pesantren. Anda berkesempatan untuk menanyakan segala hal yang berhubungan dengan penelitian ini dan berhak menolak ikut serta dalam penelitian ini atau sewaktuwaktu ingin berhenti dalam penelitian ini. Oleh karena penelitian ini penting sekali, diharapkan agar Anda dapat menjalani ini dengan jujur dan sebaik-baiknya. Data yang terisi hanya akan digunakan untuk penelitian ini dan akan saya jaga kerahasiaannya.
Peneliti, Annisa Tristiana Mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Jalan Puri Laras 1 Kavling 21 – 22 Tarumanegara 78 Ciputat Timur Tangerang Selatan Tlp. 083812707123
51
Lanjutan Lampiran 1 Surat Persetujuan untuk Mengisi Kuesioner Yang bertanda tangan di bawah ini Nama
:
Usia
:
Kelas
:
Alamat
:
Nomor telp/ hp
:
Menyatakan bahwa saya telah mengerti sepenuhnya atas penjelasan yang diberikan oleh Annisa Tristiana dari PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan bersedia menjalani penelitian mengenai “Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Dismenore Primer pada Santri di Pondok Pesantren”. Pernyataan ini dibuat dengan kesadaran penuh tanpa paksaan.
Ciputat,
2017
Mengetahui, Peneliti
Peserta Penelitian
(Annisa Tristiana)
(
52
)
Lampiran 2
53
Lampiran 3 Persetujuan Penggunaan IPAQ
54
Lampiran 4 INTERNATIONAL PHYSICAL ACTIVITY QUESTIONNAIRE (IPAQ) Kami tertarik untuk mengetahui berbagai aktivitas fisik yang dikerjakan masyarakat sebagai bagian dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan berikut akan menanyakan kepada anda tentang waktu yang anda habiskan untuk aktif secara fisik selama 7 hari terakhir. Jawablah tiap-tiap pertanyaan meskipun anda tidak menganggap diri anda sebagai orang yang aktif. Pikirkanlah aktivitas yang anda kerjakan saat anda bekerja, sebagai bagian dari pekerjaan rumah dan halaman, perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, dan dalam waktu luang anda pada saat rekreasi, latihan, atau olahraga. Pikirkanlah segala aktivitas fisik berat maupun sedang yang anda kerjakan dalam 7 hari terakhir. Aktivitas fisik berat merupakan aktivitas yang membutuhkan tenaga fisik yang kuat dan membuat tarikan nafas anda lebih cepat dari normal. Aktivitas fisik sedang merupakan aktivitas yang membutuhkan kekuatan fisik sedang dan membuat tarikan nafas anda sedikit lebih cepat daripada normal. BAGIAN 1: AKTIVITAS FISIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGIATAN BELAJAR Bagian pertama berikut tentang kegiatan belajar Anda, termasuk kegiatan belajar di luar rumah maupun di luar asrama. Perlu diketahui, jangan memasukkan pekerjaan yang anda kerjakan di dalam maupun di sekitar rumah seperti pekerjaan sehari-hari dalam rumah, pekerjaan di pekarangan rumah, perawatan secara umum, perawatan rumah dan keluarga, dan lain-lain. Hal tersebut akan ditanyakan pada Bagian 3.
1
Apakah akhir-akhir ini anda mempunyai kegiatan belajar di sekolah atau di tempat kursus di luar rumah atau asrama? a. Ya
Jika
tidak
ada,
b. Tidak
lanjutkan ke BAGIAN 2: TRANSPORTASI
55
Lanjutan Lampiran 4 Pertanyaan selanjutnya tentang aktivitas fisik yang anda kerjakan selama 7 hari terakhir sebagai bagian dari kegiatan belajar di luar rumah. Tidak termasuk perjalanan berangkat dan pulang ke tempat belajar. Pikirkan hanya aktivitas fisik yang anda kerjakan minimal 10 menit sekali waktu. Selama 7 hari terakhir, berapa hari anda melakukan aktivitas fisik berat seperti mengangkat benda-benda berat, naik tangga, dan olahraga wajib di 2
jam sekolah (bermain bola voli, bola basket, dan sepak bola, dan sebagainya)? Hanya pikirkan tentang aktivitas fisik yang Anda lakukan setidaknya 10 menit sekali waktu. a. ……. hari per minggu
Jika tidak ada, lanjutkan
b. Tidak ada kegiatan belajar yang menuntut ke pertanyaan no. 4 aktivitas fisik berat Berapa lama waktu yang biasa anda habiskan dalam sehari untuk melakukan 3
aktivitas fisik berat sebagai bagian dari kegiatan belajar anda (pertanyaan no. 2)? a. ……menit per hari Lagi, pikirkanlah hanya aktivitas fisik yang Anda kerjakan selama paling
4
tidak 10 menit sekali waktu. Selama 7 hari terakhir berapa hari anda melakukan aktivitas fisik sedang seperti mengangkat benda ringan sebagai bagian dari kegiatan belajar Anda? Tidak termasuk berjalan. a. ……. hari per minggu
Jika tidak ada, lanjutkan
b. Tidak ada kegiatan belajar yang menuntut ke pertanyaan no. 6 aktivitas fisik sedang 5
Berapa banyak waktu yang biasa anda habiskan pada satu hari untuk melakukan aktivitas fisik sedang sebagai bagian dari kegiatan belajar anda (pertanyaan no. 4)?
56
Lanjutan Lampiran 4 a.
....…. menit per hari
Selama 7 hari terakhir, berapa hari anda berjalan selama minimum 10 6
menit sebagai bagian dalam kegiatan belajar anda? Tidak termasuk berjalan dalam rangka berangkat ke ataupun pulang dari tempat belajar. a. ……. hari per minggu b. Tidak
ada
waktu
Jika tidak ada, lanjutkan berjalan
yang ke pertanyaan no. 8
berhubungan dengan kegiatan belajar 7
Berapa lama waktu biasanya Anda habiskan untuk berjalan pada hari-hari tersebut sebagai bagian dari kegiatan belajar Anda (pertanyaan no. 6)? a. ……. menit per hari
BAGIAN 2: AKTIVITAS FISIK DALAM TRANSPORTASI Pertanyaan berikut tentang bagaimana anda melakukan perjalanan dari dan ke suatu tempat, termasuk tempat belajar, kantin, toko, pasar, dan sebagainya selama 7 hari terakhir, minimum 10 menit.
8
Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda bepergian menggunakan kendaraan bermotor seperti sepeda motor, kereta api, bus, mobil, dan lain-lain? a. ……. hari per minggu b. Tidak
ada
perjalanan
Jika tidak ada, lanjutkan menggunakan ke pertanyaan no. 10
kendaraan bermotor Berapa rata-rata waktu yang biasa Anda habiskan untuk bepergian dengan 9
kendaraan bermotor seperti sepeda motor, kereta api, bus, mobil, dan lainlain dalam satu hari ? (sesuai jawaban pertanyaan no. 8) a. ……. menit per hari
10 Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda bersepeda paling sedikit 10 menit terus-menerus dari satu tempat ke tempat lain?
57
Lanjutan Lampiran 4 a. ……. hari per minggu
Jika tidak ada, lanjutkan
b. Tidak ada bersepeda dari satu tempat ke
ke pertanyaan no. 12
tempat lain 11 Berapa rata-rata waktu yang biasa Anda habiskan untuk bersepeda dalam satu hari ? (sesuai jawaban pertanyaan no. 10) a. ……. menit per hari
12
Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda berjalan paling sedikit 10 menit terus-menerus dari satu tempat ke tempat lain? a. ……. hari per minggu
Jika tidak ada, lanjutkan
b. Tidak ada
ke pertanyaan no. 14
13 Berapa rata-rata waktu yang biasa Anda habiskan untuk berjalan dalam satu hari? (sesuai jawaban pertanyaan no. 12) a. ……. menit per hari
BAGIAN 3: KEGIATAN DI RUMAH ATAU ASRAMA Bagian ini tentang beberapa kegiatan fisik yang mungkin Anda lakukan dalam 7 hari terakhir di dalam dan sekitar rumah atau asrama, seperti menyapu, mengepel, membersihkan kamar atau rumah, mencuci, menyetrika, dan lain-lain. Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda melakukan kegiatan fisik yang 14 berat paling sedikit 10 menit terus-menerus seperti mengangkat benda berat, memotong kayu, menggali di halaman atau, atau menimba air di sumur? a. ……. hari per minggu
Jika tidak ada, lanjutkan
b. Tidak melakukan aktivitas fisik berat
ke pertanyaan no. 16
Berapa rata-rata waktu yang biasa Anda habiskan untuk melakukan kegiatan 15 fisik yang berat di halaman dalam satu hari? (sesuai jawaban pertanyaan no. 14) a.
……. menit per hari
58
Lanjutan Lampiran 4 Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda melakukan kegiatan fisik yang 16 sedang paling sedikit 10 menit terus-menerus seperti membawa benda ringan, mengelap jendela, mencabut rumput, atau menyapu di halaman? a. ……. hari per minggu
Jika tidak ada, lanjutkan
b. Tidak melakukan aktivitas fisik sedang
ke pertanyaan no. 18
17 Berapa rata-rata waktu yang biasa Anda habiskan untuk melakukan aktivitas fisik sedang di halaman dalam satu hari? (sesuai jawaban pertanyaan no. 16) a. ……. menit per hari Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda melakukan kegiatan fisik yang 18 sedang paling sedikit 10 menit terus-menerus seperti membawa benda ringan, mengelap jendela, menyikat lantai dan menyapu di dalam rumah atau asrama Anda? a. ……. hari per minggu
Jika tidak ada, lanjutkan
b. Tidak melakukan aktivitas fisik sedang
ke pertanyaan no. 20
Berapa rata-rata waktu yang biasa Anda habiskan untuk melakukan aktivitas 19 fisik sedang di rumah atau asrama dalam satu hari? (sesuai jawaban pertanyaan no. 18) a. ……. menit per hari BAGIAN 4: REKREASI, OLAHRAGA, DAN AKTIVITAS FISIK DI WAKTU SANTAI Bagian ini tentang semua kegiatan fisik yang Anda lakukan dalam 7 hari terakhir untuk rekreasi, olahraga, hiburan lain di waktu santai. Aktivitas fisik yang sudah Anda sebutkan pada pertanyaan-pertanyaan sebelumnya jangan disebutkan lagi. Bagian ini tentang aktivitas fisik yang Anda kerjakan selama 7 hari terakhir paling sedikit 10 menit terus-menerus tentang rekreasi, olahraga, atau hiburan lain di waktu santai. Aktivitas fisik yang sudah Anda sebutkan pada pertanyaanpertanyaan sebelumnya jangan disebutkan lagi.
59
Lanjutan Lampiran 4 Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda berjalan paling sedikit 10 menit 20 terus-menerus di waktu santai Anda? (selain kegiatan berjalan yang ada di bagian 2) a. ……. hari per minggu
Jika tidak ada, lanjutkan
b. Tidak ada aktivitas berjalan pada waktu
ke pertanyaan no. 22
santai 21 Berapa rata-rata waktu yang biasa Anda habiskan untuk berjalan di waktu santai Anda dalam satu hari? (sesuai jawaban pertannyaan no. 20) a. ……. menit per hari Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda melakukan kegiatan fisik yang kuat 22 minimal 10 menit seperti aerobik, berlari, bersepeda cepat, atau berenang cepat di waktu santai Anda? a. ……. hari per minggu
Jika tidak ada, lanjutkan
b. Tidak ada aktivitas yang kuat di waktu
ke pertanyaan no. 24
luang Berapa rata-rata waktu yang biasa Anda habiskan untuk melakukan kegiatan 23 fisik yang kuat di waktu santai Anda dalam satu hari? (sesuai jawaban pertannyaan no. 22) a. ……. menit per hari Selama 7 hari terakhir, berapa hari Anda melakukan kegiatan fisik sedang 24 minimal 10 menit seperti bersepeda pada kecepatan biasa, berenang dengan kecepatan biasa, dan tenis di waktu santai Anda? a. ……. hari per minggu
Jika tidak ada, lanjutkan
b. Tidak ada aktivitas yang sedang di waktu ke pertanyaan no. 26 luang 25 Berapa banyak waktu yang biasa Anda habiskan untuk melakukan aktivitas fisik sedang dalam waktu santai Anda dalam satu hari? (sesuai jawaban pertannyaan no. 24)
60
Lanjutan Lampiran 4 a. ……. menit per hari BAGIAN 5: WAKTU UNTUK DUDUK Pertanyaan terakhir tentang waktu yang Anda habiskan duduk saat hari sekolah, di rumah atau asrama, dan selama waktu luang. Ini mungkin termasuk waktu yang dihabiskan duduk di meja, mengunjungi teman, membaca atau duduk atau berbaring untuk menonton televisi. Tidak termasuk waktu yang dihabiskan untuk duduk di kendaraan bermotor seperti yang telah Anda sebutkan sebelumnya. Selama 7 hari terakhir, berapa banyak waktu yang biasanya Anda habiskan 26 untuk duduk saat hari sekolah? (di rumah atau asrama maupun di tempat belajar) a. ……. menit per hari
27
Selama 7 hari terakhir, berapa banyak waktu yang biasanya Anda habiskan untuk duduk selama hari libur? a. ……. menit per hari
KUESIONER DISMENORE A. Riwayat Menstruasi 1. Berapa usia Anda saat pertama kali menstruasi?
2. Kapan terakhir Anda mengalami menstruasi? (tanggal, bulan, dan tahun atau berapa bulan/ minggu yang lalu)
3. Lama siklus menstruasi selama enam bulan terakhir a. Setiap <21 hari b. Setiap 21 – 35 hari c. Setiap >35 hari
61
Lanjutan Lampiran 4 4. Lama menstruasi a. <5 hari b. 5 – 7 hari c. 7 – 14 hari d. >14 hari 5. Apakah Anda mengalami menstruasi secara teratur? a. Ya b. Tidak
6. Berapa kali Anda mengalami menstruasi dalam enam bulan terakhir? a. 1
c. 3
e. 5
b. 2
d. 4
f. 6
7. Berapa kali Anda mengganti pembalut dalam sehari saat menstruasi? a. 1 kali b. 2 – 3 kali c. >3 kali
8. Apakah Anda pernah mengalami perdarahan yang keluar dari kemaluan selain saat menstruasi? a. Ya b. Tidak
9. Apakah Anda mengalami nyeri perut bawah saat menstruasi? a. Ya b. Tidak
10. Kapan nyeri perut bawah mulai dirasakan? a. Beberapa jam sebelum menstruasi b. Di awal menstruasi c. Di tengah menstruasi 62
Lanjutan Lampiran 4
d. Di akhir menstruasi e. Selama menstruasi
11. Kapan pertama kali Anda merasakan nyeri perut bawah saat menstruasi? a. Sejak menstruasi pertama b. Kurang dari 6 bulan sejak menstruasi pertama c. Lebih dari 6 bulan sejak menstruasi pertama
12. Berapa tingkat nyeri Anda jika diukur menggunakan angka 0 - 10? (lingkari salah satu angka yang sesuai)
13. Adakah keluhan lain yang menyertai nyeri perut bawah maupun kram perut bawah? (beri tanda X pada kolom yang sesuai) Keluhan Penyerta
YA
Kekakuan otot Sakit kepala Mual Muntah Lemas atau lemah Nyeri punggung Nyeri pinggang Nyeri panggul Nyeri paha bagian dalam
64
TIDAK
Lanjutan Lampiran 4 B. Riwayat Penyakit Dahulu 1. Apakah Anda pernah ke dokter kandungan? a. Ya b. Tidak
2. Apakah Anda pernah dinyatakan memiliki penyakit atau gangguan kandungan? a. Ya, sebutkan nama penyakitnya:
b. Tidak
3. Apakah Anda pernah dioperasi pada bagian perut? a. Ya, sebutkan apa penyebabnya:
b. Tidak
4. Apakah Anda pernah mengalami cedera pada perut? a. Ya, sebutkan cederanya:
b. Tidak
5. Apakah Anda pernah mengalami nyeri perut bawah luar siklus menstruasi? a. Ya b. Tidak
6. Apakah Anda pernah atau sedang menjalani pengobatan rutin? a. Ya, sebutkan nama obat yang diminum atau pengobatan yang dilakukan:
b. Tidak
65
Lanjutan Lampiran 4
7. Apakah Anda memiliki penyakit tertentu? a. Ya, sebutkan nama penyakitnya:
b. Tidak
C. Riwayat Keluarga 1. Apakah ada anggota keluarga Anda (ibu kandung atau saudara kandung) yang mengalami nyeri saat menstruasi? a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
2. Apakah ada anggota keluarga Anda (ibu kandung atau saudara kandung) yang memiliki penyakit atau gangguan pada kandungan? a. Ya, sebutkan siapa dan nama penyakitnya:
b. Tidak c. Tidak tahu
66
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Kuesioner Dismenore S Usia Menarche
Pearson Correlation
.006
Sig. (2-tailed)
.973
N Lama Siklus Menstruasi
30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Lama Menstruasi
.114 30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Teratur Menstruasi
-.295
-.401* .028 30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
-.183 .332 30
Frekuensi Menstruasi dalam
Pearson Correlation
.164
6 Bulan Terakhir
Sig. (2-tailed)
.385
N
30
Frekuensi Ganti Pembalut
Pearson Correlation
dalam Sehari
Sig. (2-tailed) N
-.234 .213 30
Perdarahan di Luar Siklus
Pearson Correlation
.079
Menstruasi
Sig. (2-tailed)
.678
N
30
Nyeri dan/atau Kram Perut
Pearson Correlation
.113
Bawah saat Menstruasi
Sig. (2-tailed)
.551
N Waktu Nyeri dan/atau Kram
30
Pearson Correlation
Perut Bawah saat Menstruasi Sig. (2-tailed) N
.388* .034 30
67
Lanjutan Lampiran 5 Konsumsi Obat Penghilang
Pearson Correlation
.159
Nyeri
Sig. (2-tailed)
.401
N Tidak Pergi ke Sekolah
30
Pearson Correlation
.159
Sig. (2-tailed)
.401
N
30
Kurang Semangat Untuk
Pearson Correlation
.343
Sekolah atau Olahraga
Sig. (2-tailed)
.064
N
30
Mengurangi Aktivitas
Pearson Correlation
Olahraga atau Latihan
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Pekerjaan atau Kegiatan
Sig. (2-tailed)
Harian
N
Mampu Melanjutkan
Pearson Correlation
.619** .000 30
Pekerjaan Sehari-hari Namun Sig. (2-tailed) Mengurangi Olahraga
N
Mengurangi Sedikit Beban
Pearson Correlation
Pekerjaan Sehari-hari
Sig. (2-tailed)
.080 .673 30
N
.438* .016 30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Berobat ke Dokter
.012 30
Melewatkan Beberapa
Kompres Hangat pada Perut
.452*
.a . 30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.a . 30
68
Lanjutan Lampiran 5 Tingkat Nyeri
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Kekakuan Otot
Pearson Correlation
N
.213
Sig. (2-tailed)
.258 30
Pearson Correlation
N
.251
Sig. (2-tailed)
.181 30
Pearson Correlation
.242
Sig. (2-tailed)
.197 30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Nyeri Pinggang
Pearson Correlation
N
.008
.570** .001 30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Nyeri Paha Bagian Dalam
.472**
30
Sig. (2-tailed)
Nyeri Panggul
.001
Pearson Correlation
N Nyeri Punggung
.577**
30
N Lemas atau Lemah
.024
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Muntah
.411*
30
N Mual
.000 30
Sig. (2-tailed)
Sakit Kepala
.682**
.548** .002 30
Pearson Correlation
.093
Sig. (2-tailed)
.625
N
30
69
Lanjutan Lampiran 5 Riwayat ke Dokter
Pearson Correlation
Kandungan
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Kandungan
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
N
.
.a . 30
Pearson Correlation
.159
Sig. (2-tailed)
.401
N
30
Nyeri dan/atau Kram Perut
Pearson Correlation
Bawah di Luar Siklus
Sig. (2-tailed)
Menstruasi
N
Pernah atau Sedang
Pearson Correlation
-.139 .465 30
Menjalani Pengobatan Rutin Sig. (2-tailed) N Memiliki Penyakit Tertentu
.a
29
Sig. (2-tailed)
Cedera pada Perut
. 30
Penyakit atau Gangguan
Operasi pada Bagian Perut
.a
.a . 30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.a . 30
Anggota Keluarga
Pearson Correlation
.175
Mengalami Nyeri saat
Sig. (2-tailed)
.381
Menstruasi
N
Anggota Keluarga Memiliki Penyakit atau Gangguan Kandungan
Pearson Correlation
Total
27
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
.a . 30 1
Sig. (2-tailed) N
30
70
Lampiran 6 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Dismenore
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.611
31
Item-Total Statistics
Perdarahan di Luar Siklus Menstruasi
Scale Mean
Scale
Corrected
Cronbach's
if Item
Variance if
Item-Total
Alpha if Item
Deleted
Item Deleted
Correlation
Deleted
9.31
11.262
-.034
.620
8.65
11.035
.026
.619
7.65
9.355
.255
.597
9.42
11.294
.000
.612
9.38
11.126
.099
.609
9.15
10.215
.302
.588
9.08
9.754
.431
.570
9.15
9.575
.541
.558
Nyeri dan/atau Kram Perut Bawah saat Menstruasi Waktu Nyeri dan/atau Kram Perut Bawah saat Menstruasi Konsumsi Obat Penghilang Nyeri Tidak Pergi ke Sekolah Kurang Semangat Untuk Sekolah atau Olahraga Mengurangi Aktivitas Olahraga atau Latihan Melewatkan Beberapa Pekerjaan atau Kegiatan Harian
71
Lanjutan Lampiran 6 Mampu Melanjutkan Pekerjaan Sehari-hari
9.04
11.398
-.105
.638
8.77
10.105
.309
.586
9.42
11. 294
.000
.612
Berobat ke Dokter
9.42
11.294
.000
.612
Tingkat Nyeri
7.85
8.135
.598
.520
Kekakuan Otot
9.27
10.525
.266
.594
Sakit Kepala
9.12
10.906
.053
.618
Mual
9.27
10.045
.478
.573
Muntah
9.35
11.035
.102
.609
Lemas atau Lemah
8.62
10.406
.280
.592
Nyeri Punggung
9.15
10.055
.360
.581
Nyeri Pinggang
9.15
9.735
.480
.566
Nyeri Panggul
9.27
10.045
.478
.573
9.31
11.422
-.106
.626
9.42
11.294
.000
.612
9.42
11.294
.000
.612
9.42
11.294
.000
.612
9.38
11.126
.099
.609
9.04
12.198
-.332
.664
Namun Mengurangi Olahraga Mengurangi Sedikit Beban Pekerjaan Sehari-hari Kompres Hangat pada Perut
Nyeri Paha Bagian Dalam Riwayat ke Dokter Kandungan Penyakit atau Gangguan Kandungan Operasi pada Bagian Perut Cedera pada Perut Nyeri dan/atau Kram Perut Bawah di Luar Siklus Menstruasi
72
Lanjutan Lampiran 6 Pernah atau Sedang Menjalani Pengobatan
9.42
11.294
.000
.612
9.42
11.294
.000
.612
8.92
11.034
.000
.626 (lanjutan)
9.42
11.294
.000
.612
Rutin Memiliki Penyakit Tertentu Anggota Keluarga Mengalami Nyeri saat Menstruasi Anggota Keluarga Memiliki Penyakit atau Gangguan Kandungan
73
Lampiran 7 Rincian Kriteria Eksklusi pada Responden
Kriteria Eksklusi
Frekuensi
Tidak mengisi salah satu kuesioner
23
Riwayat mengalami penyakit tertentu
17
Riwayat menjalani pengobatan rutin
9
Riwayat mengalami nyeri perut bawah di luar siklus
56
menstruasi Riwayat mengalami cedera perut
1
Riwayat menjalani operasi perut
4
Riwayat mengalami penyakit kandungan
1
Riwayat mengalami perdarahan di luar siklus menstruasi
18
Keterangan: Beberapa responden memiliki kriteria eksklusi lebih dari satu
74
Lampiran 8 Hasil Analisis Univariat Aktivitas Fisik
Valid
Berat Ringan Sedang Total
Frequency Percent 8 9.3 56 65.1 22 25.6 86 100.0
Valid Percent 9.3 65.1 25.6 100.0
Cumulative Percent 9.3 74.4 100.0
Dismenore
Valid Dismenore Tidak Dismenore Total
Frequency Percent 76 88.4
Valid Percent 88.4
Cumulative Percent 88.4 100.0
10
11.6
11.6
86
100.0
100.0
Usia Menarche
Valid
Frequency Percent <11 tahun 2 2.3 ≥11 tahun 84 97.7 Total 86 100.0
Valid Percent 2.3 97.7 100.0
Cumulative Percent 2.3 100.0
Lama Menstruasi
Valid
5 - 7 hari 7 - 14 hari Total
Frequency Percent 56 65.1
Valid Cumulative Percent Percent 65.1 65.1
30
34.9
34.9
86
100.0
100.0
75
100.0
Lanjutan Lampiran 8
Valid <21 hari >35 hari 21 - 35 hari Total
Siklus Menstruasi Frequenc Valid y Percent Percent Cumulative Percent 22 25.6 25.6 25.6 5 5.8 5.8 31.4
Frequency Valid Tidak 16 Ya 70 Total 86
59
68.6
68.6
86
100.0
100.0
Menstruasi Teratur Valid Percent Percent 18.6 18.6 81.4 81.4 100.0 100.0
100.0
Cumulative Percent 18.6 100.0
Tingkat Nyeri
Va Nyeri berat terkontrol lid Nyeri berat tidak terkontrol Nyeri ringan Nyeri sedang Tidak Nyeri Total
Frequency Percent 17 19.8
Valid Cumulativ Percent e Percent 19.8 19.8
1
1.2
1.2
20.9
26 32 10 86
30.2 37.2 11.6 100.0
30.2 37.2 11.6 100.0
51.2 88.4 100.0
Kaku Otot
Valid
Frequency Percent Tidak 69 80.2 Ya 17 19.8 Total 86 100.0
76
Valid Percent 80.2 19.8 100.0
Cumulative Percent 80.2 100.0
Lanjutan Lampiran 8
Frequency Valid Tidak 65 Ya 21 Total 86
Sakit Kepala Valid Percent Percent 75.6 75.6 24.4 24.4 100.0 100.0
Cumulative Percent 75.6 100.0
Mual Frequency Percent Tidak 75 87.2 Ya 11 12.8 Total 86 100.0
Valid
Valid Percent 87.2 12.8 100.0
Cumulative Percent 87.2 100.0
Muntah Frequency Percent Tidak 83 96.5 Ya 3 3.5 Total 86 100.0
Valid
Lemas/ Lemah Valid Frequency Percent Percent Valid Tidak 43 50.0 50.0 Ya Total
43 86
50.0 100.0
50.0 100.0
77
Valid Cumulative Percent Percent 96.5 96.5 3.5 100.0 100.0
Cumulative Percent 50.0 100.0
Lanjutan Lampiran 8
Valid
Nyeri Punggung Valid Frequency Percent Percent Cumulative Percent Tidak 65 75.6 75.6 75.6 Ya 21 24.4 24.4 100.0 Total 86 100.0 100.0
Nyeri Pinggang
Valid
Frequency Percent Tidak 47 54.7 Ya 39 45.3 Total 86 100.0
Valid Percent 54.7 45.3 100.0
Cumulative Percent 54.7 100.0
Nyeri Panggul
Valid
Frequency Percent Tidak 55 64.0 Ya 31 36.0 Total 86 100.0
Valid Cumulative Percent Percent 64.0 64.0 36.0 100.0 100.0
Nyeri Paha Dalam
Valid
Frequency Percent Tidak 69 80.2 Ya Total
17 86
19.8 100.0
78
Valid Cumulative Percent Percent 80.2 80.2 19.8 100.0
100.0
Lampiran 9 Hasil Analisis Bivariat
Value 1.575a 1.287 1.784
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1df (2-sided) sided) sided) 2 .455 .531 2 .525 .703 .372
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear .646b 1 .421 .447 .281 Association N of Valid Cases 86 a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .93. b. The standardized statistic is -.804.
79
Point Probability
.134
Lampiran 10 CURRICULUM VITAE A. Identitas Diri Nama
: Annisa Tristiana
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir
: Bekasi, 9 Juli 1996
Glongan Darah
:O
Agama
: Islam
E-mail
:
[email protected]
Alamat
: Jalan Perintis Kemerdekaan Nomor 01 RT/ RW 001/ 003 Menes – Pandeglang – Banten 42262
B. Pendidikan Sekolah Dasar
: SDN Jaka Setia III Bekasi Selatan
Sekolah Menengah Pertama : MTs Mathla’ul Anwar Pusat Menes Sekolah Menengah Atas
: MA Mathla’ul Anwar Pusat Menes
Universitas
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
C. Pengalaman Organisasi 1. Anggota Sie. Pendidikan OSIS MTs Mathla’ul Anwar Pusat Menes 2009 - 2010 2. Anggota Sie. Pendidikan OSIS MA Mathla’ul Anwar Pusat Menes 2012 – 2013 3. Anggota DENTA CSSMoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015 – 2016 4. Anggota Departemen Pendidikan dan Profesi CSSMoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016 -2017 5. Bendahara UIN Syahid Medical Rescue (USMR) 2015 - 2017
80
D. Penghargaan 1. Juara 1 Calistung Tingkat SD se-Kecamatan Bekasi Selatan Tahun 2002 2. Juara 1 Lomba Kreasi Mading Tingkat SMP/MTs se-Kecamatan Menes Tahun 2009 3. Juara 3 Lomba Cipta Cerpen Tingkat SMP/MTs se-Kabupaten Pandeglang Tahun 2009 4. Juara 1 Olimpiade Fisika Eureka HMP Fisika UIN SGD Bandung Tingkat SMP/MTs se-Jawa Barat dan Banten Tahun 2010 5. Delegasi Indonesian Medical Olympiad FK UPH 2016 Cabang Muskuloskeletal.
81