ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN
oleh KELOMPOK 2/ KELAS D
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2018
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Anatomi Fisiologi dalam Keperawatan dengan Dosen Pembimbing:
Nama : Ns. Dicky Endrian Kurniawan, S.Kep., M.Kep
oleh: 1. Shinta Nuriyah Fitrianingsih (182310101161) 2. Ulfia Choirun Nisa
(182310101162)
3. Ganesa Ariyanto
(182310101163)
4. Shinta Devi .P. H. P
(182310101165)
5. Cassia Daras Firjatullah
(182310101166)
6. Ghosa Oktaviani Putri
(182310101167)
7. Elvi Kurnia Damayanti
(182310101168)
8. Alfianza Febriany Astini
(182310101169)
9. Farel . G. A. Ariyanto
(182310101170)
10. Eklevina Nerotouw
(182310101171)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWAAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2018 ii
PRAKATA
Puji dan syukur panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatnyalah kami dari kelompok 2 dapat menyelesaikan makalah ini sebagai kewajiban yang harus kami selesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kami pada mata kuliah Anatomi Fisiologi dalam Keperawatan. Fungsi daripada makalah ini sendiri adalah menjelaskan tentang anatomi fisiologi sistem integumen. Sehingga, nantinya dapat memberikan begitu banyak manfaat, baik itu dalam praktik maupun sebagai teori keperawatan. Ucapan terima kasih tak lupa kami berikan sebanyak-banyaknya kepada: 1. Ns. Siswoyo, S,Kep., M.Kep. selaku dosen penanggung jawab mata kuliah Anatomi Fisiologi dalam Keperawatan 2. Ns. Dicky Endrian Kurniawan, S,Kep., M.Kep. selaku dosen pembimbing mata kuliah Anatomi Fisiologi dalam Keperawatan Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kami sebagai penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun. Penyusun berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi kami sebagai penulis pada khususnya, dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya . Jember, November 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii PRAKATA ........................................................................................................... iii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .……………………………………………………………….1 1.2 Rumusan Masalah ....………………….…………………………………...….2 1.3 Tujuan………………………………………………………………………... 2 BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................... 3 2.1 Pengertian Sistem Integumen ………………………………………………. 3 2.2 Kulit ……. …………………………………………………………................4 2.2.1 Fungsi Kulit....................................................................................................4 2.2.2 Warna Kulit…………………………………………………………………7 2.2.3 Proses Pembentukan Kulit ………………………………………………….8 2.2.4 Proses Pertumbuhan Kulit ………………………………………………….8 2.2.5 Penyembuhan Luka pada Kulit……......……………………………………9 2.3 Lapisan kulit dan bagian-bagiannya………………………………………....11 2.4 Derivat kulit .................................................................................................... 23 2.5 Gangguan pada sistem integumen …………………………………………. 26 BAB III. PENUTUP ............................................................................................ 33 3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………. 33 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 34
iv
DAFTAR GAMBAR 2.1 Lapisan Epidermis ………………………………………………………..….11 2.2 Lapisan Tanduk …………………………………………………………..… 12 2.3 Lapisan Bening …………………………………………………………...….13 2.4 Lapisan Berbutir ……………………………………………………………..14 2.5 Lapisan Bertaju ……………………………………………………………...14 2.6 Lapisan Benih ………………………………………………………………..15 2.7 Keratinocytes ………………………………………………………………...16 2.8 Melanocytes………………………………………………………………….16 2.9 Merkel Cells …………………………………………………………………17 2.10 Langerhans Cells……………………………………………………………17 2.11 Lapisan Dermis …………………………………………………………….18 2.12 Kelenjar Keringat …………………………………………………………..19 2.13 Kelenjar Palit ……………………………………………………………….21 2.14 Hipodermis …………………………………………………………………22 2.15 Rambut ……………………………………………………………………..23 2.16 Kuku ………………………………………………………………….…….24 2.17 Kanker Kulit ………………………………………………………………..26 2.18 Rubella ……………………………………………………………………..26 2.19 Jerawat ……………………………………………………………………..27 2.20 Hemangioma ……………………………………………………………….28 2.21 Cold Store ………………………………………………………………….28 2.22 Psoriasis ……………………………………………………………………29 2.23 Rosacea …………………………………………………………………….29 2.24 Seborric Eczema …………………………………………………………...30 2.25 Hives ……………………………………………………………………….31 2.26 Scabies ……………………………………………………………………..31 2.27 Luka ………………………………………………………………………..32
v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem integumen merupakan penutup pada bagian luar tubuh. Meliputi kulit, kuku, rambut dan lain sebagainya. Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus seluruh luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan-bahan kimia. Pada cahaya matahari terkandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh dari lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk mendapat kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi di kulit. Misalnya jadi pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan atau suhu kulit yang meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi di tubuh atau gangguan kulit dikarenakan penyakit tertentu. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik pada bagian dermis dan subkutis. Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh bagian dermis, peradaban diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik (Abdullah, 2001: 02).
Sistem organ terluar biasanya melindungi tubuh dari kerusakan, mencegah dehidrasi, menghasilkan vitamin dan hormon. Hal ini juga membantu untuk mempertahankan homeostasis dalam tubuh dengan pengaturan suhu tubuh dan keseimbangan air. Sistem integumen adalah pertahanan pertama tubuh terhadap bakteri, virus dan mikroba lainnya. Kulit juga membantu untuk memberikan perlindungan dari radiasi ultraviolet yang berbahaya. Kulit adalah organ sensorik yang memiliki reseptor untuk mendeteksi panas dan dingin, sentuhan, tekanan dan nyeri. Komponen kulit yaitu rambut, kuku, kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan otot. Kulit terdiri dari lapisan jaringan epitel (epidermis) yang didukung oleh lapisan jaringan ikat (dermis) dan lapisan yang mendasari (hipodermis atau subcutis) (Evelyn, 2002).
1
Selain kulit, ada rambut dan kuku yang termasuk kedalam sistem integumen. Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit terluar. Rambut muncul dari epidermis (kulit terluar), walaupun berasal dari folikel rambut yang letaknya jauh di bawah dermis. Serta kuku tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan lalu terbentuk ketika mulai tumbuh dari ujung jari. Kulit ari pada pangkal kuku berguna melindungi dari kotoran. Fungsi utama kuku yaitu melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang terbentuk dari keratin protein yang kaya akan sulfur (Abdullah, 2001).
1.2 Rumusan Masalah 1) Apa pengertian dari sistem integumen 2) Bagaimana anatomi dari sistem integumen pada manusia 3) Bagaimana fisiologi dari sistem integumen pada manusia 4) Apa sajakah gangguan-gangguan sistem integumen pada manusia
1.3 Tujuan Penulisan 1) Mampu menjelaskan pengertian dari sistem integumen. 2) Mampu menjelaskan anatomi dari sistem integumen pada manusia. 3) Mampu menjelaskan fisiologi dari sistem integumen pada manusia. 4) Mampu menyebutkan gangguan-gangguan sistem integumen pada manusia.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Integumen Sistem integumen merupakan penutup pada bagian luar tubuh. Meliputi kulit, kuku, rambut dan lain sebagainya. Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus seluruh luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan-bahan kimia. Pada cahaya matahari terkandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh dari lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk mendapat kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi di kulit. Misalnya jadi pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan atau suhu kulit yang meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi di tubuh atau gangguan kulit dikarenakan penyakit tertentu. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik pada bagian dermis dan subkutis. Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh bagian dermis, peradaban diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik (Abdullah, 2001: 02).
Kuku tumbuh dari akarnya yang letaknya di bawah lapisan tipis kulit yang disebut kutikula. Pertumbuhan kuku berlangsung sepanjang hidup dengan pertumbuhan sekitar 0,1 mm. Pembaruan total kuku jaringan tangan memerlukan waktu rata-rata 170 hari. Sedangkan pada kaki sekitar 12 – 18 bulan. Di kulit, terdapat kelenjar kulit. Kelenjar kulit berada didalam dermis. Kelenjar terdiri atas tiga jenis yaitu, glandula sudorifera (kelenjar keringat), glandula sebasea (kelenjar minyak), dan kelenjar seruminus (Miauw, 2008:42).
Integumen membentuk lapisan terluar pada tubuh yang terdiri dari kulit dan beberapa derivat terspesialisasi tertentu antara lain kuku, rambut, dan beberapa jenis kelenjar. Lapisan dermis terbentuk dari jaringan pengikat kolagen dan jaringan elastis. Sensori apparatus berupa sentuhan, tekanan, temperatur, nyeri. 3
Terdiri dari dua bagian yaitu pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, yang berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah. Pars retikulare yaitu bagian yang banyak mengandung jaringan ikat, folikel rambut, pembuluh darah, saraf, kolagen. Lapisan subkutis yaitu lapisan kulit yang paling dalam. Berperan dalam pembentukan lemak dan penyimpanan lemak (Fatah, 2012: 65).
2.2 Kulit Kulit merupakan organ tubuh paling luas yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang berada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata sekitar 2 meter persegi dengan berat 10 kg apabila ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg apabila tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang. Kulit berfungsi melindungi bagian tubuh terhadap berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan pigmen melanin guna melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet matahari (Syarifuddin, 2006: 134).
2.2.1 Fungsi kulit 1. Pelindung (Proteksi) Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan tubuh bagian dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh luar seperti dari serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi oleh lapisan tipis lemak, yang membuat kulit tahan air. Kulit dapat mempertahankan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah dari zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalangi rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari (Arthur, 1999).
4
2. Penerima rangsang Kulit peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat perasa melalui ujung-ujung saraf sensasi (Abdullah, 2001).
3. Pengatur panas (Termoregulasi) Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler serta melalui respirasi yang dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6oF atau sekitar 36,5oC. Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit akan menyesuaikan seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah fungsi kulit sebagai organ diantara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang dengan terjadinya penguapan keringat (Ethel Sloane, 2003).
4. Pengeluaran (ekskresi) Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar keringat yang dikeluarkan lewat pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak hanya disalurkan melalui keringat tetapi juga lewat penguapan air transepidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari (Ethel Sloane, 2003).
5. Penyimpanan. Kulit sebagai penyimpan lemak di dalam kelenjar lemak (Fatah, 2012: 65).
6. Penyerapan terbata Kulit dapat menyerap zat-zat yang larut dalam lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka bisa masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang tipis. Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke saluran kelenjar palit (sebacea), menyerap melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah lalu ke berbagai organ tubuh lainnya (Ethel Sloane, 2003). 5
7. Pembentukan vitamin D Sintesis
vitamin
D
terjadi
dengan
mengaktivasi
prekursor 7
dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim pada hati dan ginjal kemudian memodifikasi prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah hormon yang berperan mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke pembuluh darah. Walaupun tubuh dapat memproduksi vitamin D sendiri, namun belum memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap dibutuhkan (Ethel Sloane, 2003).
8. Sidik Jari Sidik jari merupakan gambaran khas dari tonjolan dan lekukan pada permukaan kulit telapak ujung jari tangan dan kaki, yang ditentukan secara genetis. Sidik jari setiap orang berbeda dan tidak akan berubah. Sidik jari terbentuk pada janin ketika epidermis berkembang menyesuaikan diri dengan perkembangan tonjolan papila dermis.
Sidik jari (fingerprint) adalah hasil
reproduksi tapak jari baik yang sengaja diambil, dicapkan dengan tinta, ataupun bekas yang ditinggalkan pada sebuah benda karena pernah tersentuh kulit telapak tangan atau kaki (Syarifuddin, 2006).
Identifikasi sidik jari, biasanya dikenal dengan daktiloskopi adalah ilmu yang mempelajari sidik jari guna keperluan pengenalan kembali identitas orang dengan cara mengamati garis yang ada pada guratan garis jari tangan dan telapak kaki. Fleksibilitas dari gelombang di kulit berarti tidak ada dua sidik jari atau telapak tangan yang sama persis di setiap detailnya. Pengidentifikasian sidik jari melibatkan seorang pakar, atau sistem pakar komputer, yang menentukan apakah dua sidik jari berasal dari jari atau telapak yang sama. Sidik jari merupakan gambaran khas dari tonjolan dan lekukan pada permukaan kulit telapak ujung jari tangan dan kaki, yang ditentukan secara genetis. Sidik jari setiap orang berbeda dan tidak akan berubah. Sidik jari
6
terbentuk pada janin ketika epidermis berkembang menyesuaikan diri dengan perkembangan tonjolan papila dermis (Syarifuddin, 2006).
2.2.2 Warna Kulit Warna kulit sangat bervariasi, dari yang berwarna putih mulus, kuning, coklat, kemerahan atau hitam. Setiap warna kulit memiliki keunikan tersendiri yang jika dirawat dengan baik bisa menampilkan karakter yang menarik. Warna kulit ditentukan oleh : 1.
Oxyhemoglobin yang warnanya merah
2.
Hemoglobin tereduksi yang memberi warna merah kebiruan
3.
Melanin yang warnanya coklat
4.
Keratohyalin yang memberikan penampakan opaque di kulit
5.
Lapisan stratum corneum yang mempunyai warna putih kekuningan atau keabu-abuan. (Abdullah, 2001).
Dari keseluruhan bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling menentukan warna kulit yaitu pigmen melanin. Banyaknya pigmen melanin pada kulit ditentukan oleh faktor ras, individu, dan lingkungan. Melanin dibentuk dari tirosin sejenis asam amino dan dengan oksidasi, tirosin diubah menjadi butir-butir melanin yang berwarna coklat, serta pada proses ini dibutuhkan adanya e n z i m Tirosinase dan oksigen. Oksidasi tirosin menjadi melanin berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi atau di bawah sinar ultraviolet. Jumlah, tipe, ukuran dan distribusi pigmen melanin ini akan menentukan perbedaan w a r n a kulit berbagai golongan ras atau bangsa di dunia. Proses pembentukan p i g m e n melanin kulit terjadi pada butir-butir melanosom yang dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang ada di antara sel-sel basal keratinosit pada lapisan benih (Abdullah, 2001).
Faktor yang mempengaruhi perbedaan warna kulit : 1. Kapiler darah yang berada dalam dermis 2. Adanya pigmen karoten yang terdapat di dermis 7
3. Adanya pigmen melanin yang terdapat di lapisan epidermis bawah (spinosum dan basalis) Seseorang yang kehilangan kemampuan untuk memproduksi melanin disebut albino, kulitnya berwarna putih kemerahan, irisnya berwarna merah dan rambutnya memutih. Melanosit yang berkumpul banyak disuatu tempat akan terlihat bercak kehitaman atau biasa disebut freckles (Abdullah, 2001).
2.2.3 Proses Pembentukan Kulit Proses pembentukan kulit terdiri dari suatu lapisan luar yang disebut epidermis, berupa suatu epitel yang berasal dari lapisan lembaga ektoderm. Selain itu kulit juga dibangun oleh suatu lapisan jaringan ikat yang disebut dermis serta berasal dari lapisan lembaga mesoderm (Handari Susilo: 1993). Pembentukan kulit dimulai dari pembentukan bumbung ektoderm yaitu : 1. Terbentuk selapis sel epidermis. 2. Terbentuk dua lapis sel periderm dan stratum germinativus. 3. Sel-sel mesenkim muncul di bagian bawah epidermis. 4. Terbentuknya stratum corneum dari epidermis sebelah luar yang mempunyai lapisan sel menanduk dan mengelupas terus-menerus. 5. Dari derivat epidermis yang bertekstur “tanduk” tumbuh berupa papilla yang menjorok ke dermis. 6. Dari epidermis tumbuh lapisan enamel sisik yu dan gigi. Selain itu, tumbuh pula kelenjar peluh, minyak dan kelenjar susu yang berasal dari tonjolan epidermis. 7. Sedangkan warna kulit berasal dari chromatophore yang dihasilkan dari neural crest (jambul neural). (Handari Susilo: 1993). 2.2.4
Proses Pertumbuhan Kulit Sel kulit yang baru terbentuk pada bagian paling bawah dari lapisan
epidermis. Sel perlahan-lahan naik ke bagian
atas permukaan, kehilangan
kelembapannya lalu merapatkan diri dengan permukaan kulit. Permukaan sel yang 8
telah rapat ini banyaknya sekitar 20 lapis kemudian membentuk stratum corneum. Sel yang memiliki ketebalan setipis kertas ini sangatlah penting, karena sel membantu mencegah kulit menjadi kering, melindungi kulit dari unsur-unsur berbahaya yang ada di lingkungan serta melindungi organ tubuh dan sel-sel tubuh bagian dalam (Djuanda, 2007). Kelenjar keringat dan kelenjar minyak (sebum) membentuk lapisan pelindung tambahan pada bagian atas sel ini. Lapisan sel ini yang perlu dirawat dan dipelihara kelembapannya. Sel-sel yang ada di permukaan kulit akan mengelupas secara teratur untuk memberikan tempat bagi sel-sel yang baru (Djuanda, 2007). Proses pertumbuhan kulit pada orang yang masih muda berlangsung kirakira hingga 3 minggu, sementara di kulit orang dewasa berlangsung dua kali lebih lama daripada kulit orang muda. Semakin lama proses itu berlangsung, semakin mudah kulit menjadi kering (Djuanda, 2007). 2.2.5 Penyembuhan Luka Pada Kulit Luka adalah bentuk masalah atau kerusakan pada kulit yang bisa disebabkan oleh tergores benda tajam, terkena cairan panas, hasil dari tindakan medis maupun perubahan kondisi fisiologis (R. Sjamsu Hidayat, 1997). Berdasarkan waktu dan proses penyembuhan luka di bagi menjadi dua, yaitu luka akut dan luka kronik : 1. Luka akut Luka akut adalah cedera jaringan kulit yang dapat disembuhkan kembali seperti keadaan normal, dengan bekas luka dapat menghilang dalam waktu delapan hingga dua belas minggu. Luka akut dapat terjadi karena kontak dengan permukaan yang tajam, luka pasca operasi, luka tembak luka bakar maupun cedera kimiawi. 2. Luka kronik Luka kronik adalah luka dengan waktu pemulihan yang lambat dan dapat berlangsung lebih dari dua belas minggu dan terkadang bisa menyebabkan 9
kecacatan. Salah satu yang dalat menyebabkan luka kronis adalah kegagalan pemulihan karena kondisi fisiologis, rendahnya tingkat pengobatan, dan isfeksi yang terus menerus (R. Sjamsu Hidayat, 1997). Penyembuhan luka adalah proses kompleks karena adanya kegiatan biokimia dan bioseluler yang terjaid berkesinambungan. Penyembuhan luka tidak hanya terjadi terbatas pada penyembuhan regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh umur, nutrisi, imonologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik, dan faktor endogen (R. Sjamsu Hidayat, 1997). Penyembuhan luka dibagi lima tahap, yaitu tahap homeostasis, inflamasi, migrasi, proliferasi, dan maturasi (Subandono Jarot, 2012). 1. Homeostasis Memiliki peran protektif yang membantu dalam penyembuhan luka, Pelepasan eksudat ke dalam luka menyebabkan vasodilatasi dan pelepasan histamin maupun serotonin. Hal ini membuat fagosit memasuki daerah yang luka dan memakan sel-sel mati. Eksudat adalah cairan yang diproduksi oleh luka kronik atau luka akut, serta merupakan kunci
dalam
penyembuhan
luka,
mengaliri
luka
secara
berkesinambungan dan menjaga keadaan tetap lembab. Eksudat juga memberikan luka suatu nutrisi dan menyediakan kondisi untuk mitosis dari sel-sel epitel 2. Inflamasi Pada tahapan ini terjadi kemerahan, nyeri, ekimosis, dan udema. Inflamasi ini terjadi dikarenakan adanya mediasi oleh sitoksin, factor pertumbuhan, dan efek kepada reseptor. 3. Migrasi Merupakan pergerakan sel epitel dan fibroblas pada luka untuk menggantikan jaringan yang rusak atau hilang. Sel ini meregenerasi dari 10
tepi, dan secara cepat bertumbuh di daerah luka pada bagian yang telah tertutup darah beku bersamaan dengan pengerasan epitel 4. Proliferasi. Terjadi secara bersamaan dengan tahap migrasi yang terjadi selama 23 hari. Tahap proliferasi terdiri dari neoangiogenesis, pembentukan jaringan yang tergranulasi, dan epitelisasi kembali. Jaringan yang tergranulasi terbentuk oleh pembuluh darah kapiler dan limfatik ke dalam luka dan kolagen disintesis oleh fibroblas dan memberikan kekuatan pada kulit. Sel epitel kemudian mengeras dan memberikan waktu untuk kolagen memperbaiki jaringan yang luka. Proliferasi dari fibroblas dan sintesis kolagen berlangsung selama dua minggu (Subandono Jarot, 2012). 2.3 Lapisan Kulit dan Bagian-bagian Pelengkapnya 1.
Epidermis
Gambar 2.1 Epidermis
Epidermis merupakan bagian kulit terluar. Ketebalan epidermis bervariasi pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Selepidermis disebut keratinosit. Tidak terdapat pembuluh darah pada 11
epidermis. Epidermis melekat pada dermis karena secara fungsional epidermis mendapat zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes lewat dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis. (Arthur, 1999: 125).
Epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu : 1. Lapisan tanduk (stratum corneum)
Gambar 2.2 Lapisan tanduk
Merupakan lapisan epidermis yang letaknya paling atas, dan menutup semua lapisan epidermis lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri dari beberapa lapis sel pipih, tidak mempunyai inti, tidak mengalami metabolisme, tidak berwarna dan hanya sedikit mengandung air. Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit lebih banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk lebih tebal (Gunarso, 1979).
Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri dari keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan ini biasanya dikenal dengan lapisan horny, terdiri atas milyaran sel pipih yang mudah lepas dan digantikan oleh sel baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya hanya 28 hari. Ketika terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar sampai muncul lapisan baru (Gunarso, 1979). 12
Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup, menjadikan kulit ari mempunyai self repairing capacity atau kemampuan memperbaiki diri. Bertambahnya usia bisa menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi memerlukan waktu sekitar 45 - 50 hari, akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercakbercak
putih
karena
melanosit
lebih
lambat
bekerja
dan
penyebaran melanin tidak merata serta tidak lagi cepat diganti oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah penguapan air dari lapisan kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan tanduk mempunyai daya serap air yang cukup besar (Gunarso, 1979).
2. Lapisan bening (stratum lucidum)
Gambar 2. 3 Lapisan bening
Disebut juga lapisan barrier, letaknya di bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung antara lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri atas protoplasma sel-sel jernih yang kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat menembus sinar. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi dimula dari lapisan bening (Gunarso, 1979). 13
3. Lapisan berbutir (stratum granulosum)
Gambar 2.4 Lapisan berbutir Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir pada protoplasmanya, berbutir kasar dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak jelas di kulit telapak tangan dan telapak kaki (Gunarso, 1979). 4. Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Gambar 2.5 Lapisan bertaju
Disebut juga lapisan malphigi, terdiri dari sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel terkandung filamen-filamen kecil yang terdiri dari serabut protein. Sel-sel di 14
lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris. Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan semakin ke arah permukaan kulit semakin besar ukurannya. Diantara sel-sel taju ada celah antar sel halus yang gunanya untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang terdapat dalam salah satu tahap mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan taju memiliki susunan kimiawi yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol dan asam amino (Gunarso, 1979). 5.
Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
Gambar 2.6 Lapisan benih Merupakan lapisan yang letaknya paling bawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis yang terletak di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi antara epidermis dengan dermis. Lamina basalis berpengaruh cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsifungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak lewat mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan yang lebih atas, 15
sehingga menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih ada pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit (Evelyn, 2002 : 240). Tipe-Tipe Sel Epidermis 1.
Keratinocytes
Gambar 2.7 Keratinocytes Subtansi terbanyak dari sel-sel epidermis, karena keratinocytes selalu mengelupas di permukaaan epidermis, maka harus selalu digunakan. Pergantian dilakukan pada aktivitas mitosis dari lapisan basal (di malam hari). Selama perjalanannya ke luar menuju permukaan. Keratinocyes berdeferensiasi jadi keratin filamen dalam sitoplasma. Proses dari basal sampai korneum terjadi selama 20-30 hari. Karena proses cytomorhose dari keratinocytes yang gerakannya dari basal ke korneum, lima lapisan dapat diidentifikasi yang terdiri dari basal, spimosum, granulosum, losidum dan kornium (Arthur, 1999). 2.
Melanocytes
Gambar 2.8 Melanocytes Diperoleh dari ujung saraf, memproduksi pigmen melanin yang memberi warna coklat pada kulit. Berbentuk silindris, bulat dan panjang. 16
Mengandung tirosinase yang didapat dari REG, kemudian tirosinase tersebut dikelola oleh Aparatus Golgi menjadi oval granules (melanosomes). Ketika asam amino tirosin berpindah ke dalam melanosomes, melanosomes berubah jadi melanin. Enzim tirosinase diaktifkan oleh sinar ultra violet.. Kemudian melanin meninggalkan badan melanicytes menuju ke sitoplasma dari sel-sel dalam lapisan stratum spinosum. Sehingga pigmen melanin didegradasi oleh keratinocytes (Arthur, 1999). 3. Merkel Cells
Gambar 2.9 Merkel cells
Banyak terdapat pada daerah kulit yang mempunyai sedikit rambut (fingertips, oral mucosa, daerah dasar folikel rambut). Menyebar pada lapisan stratum basal yang banyak terdapat kandungan keratinocytes (Arthur, 1999). 4. Langerhans Cells
Gambar 2.10 Langerhans cell Disebut juga dendritic cells karena biasanya bekerja pada lapisan stratum spinosum. Merupakan sel yang memiliki kandungan antibodi. Sebanyak 2% 17
– 4 % dari keseluruhan sel epidermis. Selain itu, banyak terdapat di bagian dermis pada lubang mulut, esophagus, dan vagina. Langerhans cells berfungsi untuk responisasi terhadap imun karena memiliki antibodi (Arthur, 1999). 2.
DERMIS ( Korium)
Gambar 2.11 Dermis Kulit jangat atau dermis merupakan tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit (Sebacea) atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang letaknya di dasar kandung rambut, terus membelah dalam pembentukan batang rambut. Kelenjar palit yang melekat di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit lewat muara kandung rambut. Kulit jangat biasanya disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis berada di kelopak mata serta yang paling tebal pada telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk dari serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel (Syarifuddin, 2006: 135). Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat, menjadikan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf perasa mempunyai fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga memungkinkan bereaksi terhadap hal-hal yang bisa merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau 18
sangat tegang, otot penegak rambut yang melekat di kandung rambut, akan mengerut dan menbuat bulu roma atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar palit yan melekat di kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan lewat muara kandung rambut. Kelenjar keringat memproduksi cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit lewat pori-pori kulit (Syarifuddin, 2006). Pada dasarnya dermis terdiri dari sekumpulan serat-serat elastis yang membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut jaringan penunjang, karena fungsinya untuk membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit (Syarifuddin, 2006). Berkurangnya protein akan menjadikan kulit kurang elastis dan mudah mengendur sehingga timbul kerutan. Faktor lain yang menjadikan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat bisa menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak mempunyai kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari (Syarifuddin, 2006).
Di dalam lapisan kulit jangat ada dua macam kelenjar yaitu : 1. Kelenjar keringat (Sudorifera)
Gambar 2.12 Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdiri atas fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara di permukaan kulit membentuk pori19
pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi oleh kelenjar keringat dan lebih banyak berada dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu pembuangan sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dipengaruhi oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu (Pagarra, 2011).
Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu : 1)
Kelenjar keringat ekrin Kelenjar keringat mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang memiliki kandung 95-97 persen air dan beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism seluler. Kelenjar keringat ini berada di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dengan waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung di permukaan kulit yang tidak ada rambutnya (Pagarra, 2011).
2)
Kelenjar keringat apokrin Hanya berada di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga bisa menimbulkan bau. Muaranya
berdekatan
dengan
muara
kelenjar
sebasea
di
saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi hormon (Pagarra, 2011).
20
2. Kelenjar palit (Sebacea)
Gambar 2.13 Kelenjar palit Kelenjar palit terletak di bagian atas kulit jangat berdekatan dengan kandung rambut terdiri atas gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung meminyaki
rambut kulit
(folikel). Folikel rambut serta
menjaga
mengeluarkan
kelunakan
rambut.
lemak
yang
Kelenjar
palit
menghasilkan sebum atau urap kulit. Terkecuali di telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar palit berada di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka (Rika Andriani, 2012: 142).
Pada umumnya, satu batang rambut hanya memiliki satu kelenjar palit atau kelenjar sebasea yang bermuara di saluran folikel rambut. Di kulit kepala, kelenjar palit atau kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut serta kulit kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan kelenjar palit atau
kelenjar sebasea membesar
sedangkan folikel rambut
mengecil. Pada kulit badan termasuk di bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat (Rika Andriani, 2012: 142).
21
3. HIPODERMIS / SUBCUTIS.
Gambar 2.14 Hipodermis
Lapisan ini mengandung jaringan lemak, pembuluh darah, limfe, dan sarafsaraf yang sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluhpembuluh dan saraf-saraf menuju ke lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi untuk bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan (Rika Andriani, 2012: 142).
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak berbeda-beda sepanjang kontur tubuh, paling tebal pada daerah pantat dan paling tipis di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga akan menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang akhirnya kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur (Rika Andriani, 2012: 142).
22
2.4 1.
Derivat Kulit Rambut
Gambar 2.15 Rambut
Rambut merupakan struktur berkeratin panjang yang asalnya dari invaginasi epitel epidermis. Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali di telapak tangan, telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minora. Pertumbuhan rambut di daerah-daerah tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat dipengaruhi tidak hanya oleh hormon kelamin terutama androgen tetapi juga oleh hormon adrenal dan hormon tiroid. Setiap rambut berkembang dari sebuah invaginasi epidermal, yaitu folikel rambut yang selama masa pertumbuhannya memiliki pelebaran pada ujung disebut bulbus rambut. Pada dasar bulbus rambut bisa dilihat papila dermis. Papila dermis mengandung jalinan kapiler yang vital untuk kelangsungan hidup folikel rambut (Fahmi, 2012). Terdapat 2 jenis rambut : 1.
Rambut terminal ( dapat panjang dan pendek)
2.
Rambut velus ( pendek, halus dan lembut).
Fungsi rambut 1. Melindungi kulit dari pengaruh buruk, seperti alis mata melindungi mata dari keringat supaya tidak mengalir ke mata, bulu hidung (vibrissae) untuk menyaring udara. 23
2. Pengatur suhu tubuh 3. Pendorong penguapan pada keringat 4. Indera peraba yang bersifat sensitive.
2. Kuku
Gambar 2.16 Kuku
Kuku tersusun dari protein yang mengeras disebut keratin. Fungsinya untuk melindungi ujung jari tangan dan jari kaki. Lempeng kuku (LK) yang berbentuk empat persegi panjang, keras, cembung ke arah lateral dan dorsal, transparan, letaknya pada dorsalo paling distal. LK terbentuk oleh bahan tanduk yang tumbuh ke arah dorsal untuk waktu yang tidak terbatas. Kecepatan tumbuh kuku jari tangan: lebih kurang 0,1 mm/ hari, kuku jari kaki 1/3-1/2 kecepatan kuku jari tangan.Tebal kuku tangan berbeda-beda maulai dari 0,5 mm- 0,75 mm, dan di kaki bisa mencapai 1,0 mm LK terdiri atas tiga lapisan horizontal yang masing-masing adalah : 1. Lapisan dorsal tipis yang dibentuk dari matriks bagian proksimal (1/3 bagian). 2. Lapisan intermediet yang dibentuk dari matriks bagian distal (2/3 bagian). 3. Lapisan ventral yang dibentuk dari lapisan tanduk dasar kuku dan hiponikium yang mengandung keratin lunak. (Aditia, 2013). 24
Lunula atau bulan sabit berada di proksimal LK. Lunula adalah ujung akhir matriks kuku. Warna putih lunula disebabkan oleh epitel yang lebih tebal dari epitel kasar kuku dan kurang menempelnya epitel dibawahnya sehingga transmisi warna pembuluh darah kurang dipancarkan. Daerah yang berada di bawah LK disebut hiponikium. Alur kuku dan lipat kuku adalah batas dan pelindung kuku. Lipat kuku proksimal adalah perluasan epidermis, dengan kuku yang melindungi matriks kuku. Produk akhirnya adalah kutikel. Pada matriks kuku ada sel melanosit (Aditia, 2013).
Bagian-bagian kuku : 1. Matriks kuku merupakan bagian yang membentuk jaringan kuku yang baru. 2. Dinding kuku (nail wall) merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi pinggir dan atas. 3. Dasar kuku (nail bed) merupakan bagian kulit yang ditutupi oleh kuku. 4. Alur kuku (nail groove) merupakan celah diantara dinding dan dasar kuku. 5. Akar kuku (nail root) merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi oleh dinding kuku. 6. Lempeng kuku (nail plate) merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi oleh dinding kuku. 7. Lunula merupakan bagian lempeng kuku berwarna putih dekat akar kuku yang memiliki bentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit. 8. Eponikium merupakan dinding kuku dibagian proksimal, kulit arinya menutup pada permukaan lempeng kuku. 9. Hiponikium merupakan dasar kuku, kulit ari pada bawah kuku yang bebas (free edge)menebal. (Aditia, 2013).
25
2.5 Gangguan Pada Sistem Integumen Manusia 1.
Kanker Kulit
Gambar 2.17 Kanker kulit
Penyebab Kanker kulit adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkontrol pada jaringan kulit. Jika tidak diobati, sel sel kanker ini akan menyebar ke bagian organ lain seperti kelenjar getah bening, tulang, jaringan lunak, dan lain lain. Kanker kulit merupakan salah satu jenis kanker yang paling dominan didunia. Di Amerika kanker kulit diderita oleh 1 dari 5 orang dengan jumlah sekitar 20% menurut Yayasan Kanker Kulit. (Ajoemedi, 2006).
2.Rubella atau Penyakit Campak
Gambar 2.18 Rubella
Penyebab rubella adalah infeksi yang disebabkan oleh virus yang berkembang pada sel di daerah tenggorokan dan paru paru. Rubella sangatlah menular, dan cepat menyebar lewat media udara saat penderita rubeola batuk atau bersin. Orang yang menderita Rubeola biasanya akan merasakan demam, batuk, hidung berair, dan ruam ruam di kulit sebagai 26
puncak dari penyakit Rubeola. Jika tidak dirawat bisa menyebabkan komplikasi seperti radang infeksi telinga, pneunomia dan encephalitis (pembengkakan otak). (Abdulla, 2001). 3. Jerawat
Gambar 2.19 Jerawat Penyebab penyakit jerawat adalah terhalangnya pori pori tubuh oleh minyak, kulit mati, dan atau bakteri. Setiap pori-pori pada kulit kita terdapat folikel, folikel ini terbuat dari rambut dan kelenjar minyak. Kelenjar minyak mengeluarkan sebum, yang berjalan melalui rambut/bulu, keluar lewat pori pori dan berakhir pada kulit. Sebum membuat kulit lembab dan lembut, jika menderita penyakit Jerawat, mungkin saja terjadi gangguan pada proses ini. Menurut Mitsui (1997) bahwa hal hal yang paling sering menyebabkan jerawat adalah 1) Terlalu banyak sebum yang dihasilkan kelenjar minyak kulit 2) Sel kulit mati yang bertumpuk di pori pori 3) Bakteri telah tumbuh berkembang di pori pori
27
4. Hemangioma
Gambar 2.20 Hemangioma
Hemangioma adalah pertumbuhan daging atau kulit tetapi berbeda dengan kanker yang tumbuh karena pertumbuhan jaringan darah abnormal. Hemangioma biasanya ditemukan pada lapisan dari organ dalam biasanya hati. Karena hemangioma tidak disebabkan oleh faktor luar, biasanya penderita hemangioma berkembang sebelum orang lahir, saat mereka masih didalam kandungan. Hemangioma didalam hati biasanya tidak mengakibatkan kelainan. Biasanya juga tidak terdeteksi sebelum melakukan pemeriksaan diri dan biasanya pemeriksaan yang tidak berkaitan sama sekali dengan hemangioma (Hamzah, 2009).
5. Cold Sore (Herpes Simplex Virus)
Gambar 2.21 Cold store
Cold sores adalah keadaan kulit melepuh berbentuk bulat berisi cairan yang biasanya tumbuh pada sekitar mulut atau sekitar wajah. Terkadang 28
lepuhan juga muncul pada jari, hidung atau didalam mulut, tetapi itu jarang terjadi. Biasanya penyebab Cold Sore adalah virus Herpes. Terkadang penyakit ini akan kambuh tanpa adanya tanda-tanda, dan harus berhati-hati karena cairan didalam cold sore tersebut mudah menular (Abdulla, 2001). 6. Psoriasis
Gambar 2.22 Psoriasis Penyakit psoriasis adalah gangguan kulit kronis yang ditandai dengan bercak merah terkadang menyerupai sisik di kulit. Psoriasis bisa terlihat bervariasi tergantung dimana dan jenis apa yang menyerang kita. (Assourence,2002)
7. Rosacea
Gambar 2.23 Rosacea Rosacea adalah salah satu gangguan kulit kronis yang menyerang lebih dari 16 juta warga di Amerika. Penyebab Rosacea masih belum diketahui 29
dan juga tidak ada obatnya. Namun ilmuwan belakangan ini mampu mengembangkan jenis perawatan yang bisa menekan gejala - gejala yang ditimbulkan oleh penyakit Rosacea. Ciri khas rosacea yaitu adanya lingkaran kecil berwarna merah berisi nanah yang tumbuh pada kulit. Biasanya Rosacea hanya tumbuh di
bagian hidung, pipi dan
kening. Rosacea bisa menghilang dan timbul dengan sendirinya, biasanya mempunyai siklus. Jadi saat menderita penyakit ini, bisa saja gejala- gejala nya akan hilang tetapi akan muncul kembali di masa yang akan datang (Abdulla, 2001).
8. Seborrheic Eczema (Eksim Seborrheic)
Gambar 2.24 Seborric Eczema Biasanya dikenal dengan sebutan Dermatitis Seborrheic. Saat bayi menderita penyakit ini disebut juga cradle cap. Ada 2 penyebab penyakit Eksim Seborrheic, yaitu pertama adalah produksi minyak sebum di kulit yang berlebihan, dan kedua adalah jamur yang disebut Malassezia. Biasanya ditemukan pada kelenjar minyak kulit dan dipercaya menjadi penyebab iritasi. Walaupun tidak ada obat untuk penyakit ini, tetapi kita bisa mengenali dan mempelajari penyebab serta pemicu penyakit Eksim ini dan mengembangkan cara untuk menghindarinya, seperti menjaga kesehatan tubuh utamanya kulit secara teratur dan benar (Fitzpatrick, 2010).
30
9. Hives / Urticaria (Gatal Alergi)
Gambar 2.25 Hives
Hives, Urticaria, gatal karena alergi adalah perasaan gatal yang disertai timbulnya benjolan-benjolan kecil di kulit. Biasanya berwarna merah dan sakit saat disentuh. Kebanyakan pada kasus urticaria, disebabkan oleh reaksi terhadap pengobatan dan atau reaksi alergi terhadap benda yang menyebabkan iritasi (Baskoro, 2009). 10. Scabies
Gambar 2.26 Scabies Scabies biasanya dikenal dengan nama kudis atau gudik, adalah kondisi dimana kulit mengalami gatal karena tungau bernama Sarcoptes scabiei. Setelah bereproduksi pada atas permukaan kulit, tungau masuk ke dalam kulit untuk bertelur dan hal ini membuat kulit terasa sangat gatal di area tersebut sebagai reaksi alergi. Pada malam hari, rasa gatal akan 31
meningkat. Tungau yang sangat kecil itu bisa berada pada dalam kulit sampai dua bulan. Scabies atau kudis dianggap sebagai penyakit menular yang bisa menyebar dengan cepat lewat kontak fisik yang dekat dalam keluarga, atau teman dan orang lain. Wardhana dkk. (2006) 11. Luka
Gambar 2.27 Luka Luka adalah cedera yang melibatkan rusaknya jaringan tubuh dan biasanya terjadi di kulit. Jika kulit mengalami luka, kuman bisa dengan mudahnya masuk ke kulit dan menimbulkan infeksi. Baret, tusukan, sayatan, dan terbakar merupakan jenis-jenis luka. Selain itu, bekas jahitan juga termasuk ke dalam luka. Penyebab luka yang paling umum biasanya yaitu terkena benda tajam, jatuh, tersiram air panas, dan kecelakaan ( Taylor, 1997).
32
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Sistem Integumen pada manusia adalah terdiri atas kulit, kuku, rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak dan kelenjar susu. Anatomi sistem integumen pada manusia tersusun dari tiga lapisan, yaitu : epidermis, dermis, hipodermis / subcutis (Evelyn, 2002). Kulit
mempunyai
banyak
fungsi,
yang
gunanya
dalam
menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi : fungsi proteksi, absorpsi, penerima rangsang, pengaturan suhu tubuh, eksresi, penyimpanan lemak (Abdullah, 2001) Gangguan pada sistem integumen manusia diantaranya yaitu kanker kulit, rubeola atau penyakit campak, jerawat, hemangioma, cold sore (herpes simplex virus), psoriasis, rosacea, seborrheic eczema (eksim seborrheic), dan hives / urticaria (gatal alergi), scabies, dan luka.
33
DAFTAR PUSTAKA
Ethel, S. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Guyton, H. 2012.Buku ajar fisiologi kedokteran.Jakarta: Buku Kedokteran EGC Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Latifah F., R. Iswari. 2013.Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Abdullah. 2001. Sistem integumen. Surabaya : Reski Pratama. Subandono, J. 2012. Manajemen Luka. Solo : Laboratorium Keterampilan Klinis Fakultas Kedokteran UNS. Fatah, G. 2012. Kulit. Jakarta: Breid. Arthur. 1999 . Kamus Pintar Bergambar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Gunarso, W. 1979. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.
34