Analisis Tugas Baca Homeostasis Cairan.docx

  • Uploaded by: Fitria Fiera
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Analisis Tugas Baca Homeostasis Cairan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,257
  • Pages: 7
ANALISIS BACAAN HOMEOSTASIS CAIRAN

OLEH: Fitria Rizqifiera Octavia H1A016032 DOSEN PEMBIMBING: dr. Yunita Sabrina, M.Sc., PhD

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Nusa Tenggara Barat 2017

Homeostasis merupakan cara tubuh kita untuk memelihara lingkungan internalnya. Tubuh kita dapat mengontrol keseimbangan lingkungannya dengan berbagai macam sistem umpan balik. Pada sistem ini tubuh memantau kondisi terkontrol atau variabel yang termonitor seperti tekanan darah, suhu tubuh, dan sebagainya. Adanya perubahan pada variabel variabel ini akan dianggap sebagai stimulus yang akan merangsang reseptor dan selanjutnya reseptor akan meneruskan stimulus ini melali sebuah control center yang akan mengeluarkan output yang akan bereaksi pada efektor (Tortora & Derrickson 2011) Berdasarkan cara kerjanya, sistem umpan balik dalam tubuh dapat diebadakan menjadi dua; yang pertama adalah sistem umpan balik negatif dan yang kedua adalah sistem umpan balik positif (Marieb 2011) Pada tubuh hampir semua homeostasis dipertahankan dengan sistem umpan balik negatif. Salah satu contoh dari sistem ini adalah regulasi dari tekanan darah. Ketika terjadi peningkatan tekanan arah, baroreceptor yang merupakan reseptor sensitif terhadap tekanan yang terletak di dinding pembuluh darah tertentu akan terstimulus dan mengirimkan implus ke otak. Selanjutnya, otak akan merespon dengan mengeluarkan impuls (output) yang akan menstimulasi jantung untuk memperlambat detak jantung dan pembuluh darah yang akan berdilatasi sehingga tekanan darah bisa kembali normal. Contoh ini menunjukkan sistem pengaturan keseimbangan tubuh dimana tubuh menegatifkan stimulus awal sehingga variabel termonitor bisa kembali ke keadaan normal (Tortora & Derrickson 2011) Sedangkan, sistem umpan balik positif bekerja dengan cara yang berbeda. Sistem umpan balik positif lebih cenderung untuk memperkuat stimulus awalnya dan kadang malah berbahaya bagi tubuh. Salah satu contohnya adalah pada saat tubuh mengalami perdarahan hebat. Jika perdarahan yang terjadi sangat hebat, tekanan darah akan menurun dan sel sel darah dan juga jantung mendapat oksigen dan nutrisi yang kurang sehingga gagal untuk berfungsi secara efisien. Jika pendarahan tetap saja terjadi dan tidak dapat diantisipasi, sel jantung akan menjadi semakin lemah dan fungsi kerja pompa jantung juga semakin menurun dan bisa mengakibatkan konsekuensi yang serius dan bahkan kematian (Tortora & Derrickson 2011; Hall 2011) Homeostasis cairan pada manusia terjadi ketika adanya kestabilan pertukaran antara cairan dan zat yang terlarut dalam lingkungan cairan internal(Sherwood 2013; Hall 2011) cairan tubuh dibagi menjadi dua kompartemen yaitu; cairan di dalam sel (CIS) yang dikenal dengan sitosol dan cairan di luar sel (CES) yang dapat dibedakan menjadi dua lagi; cairan interstitial dan plasma dalam pembuluh darah (Mclafferty 2014)

Pengaturan volume CES dan osmolaritas CES sangat penting demi terpeliharanya keseimbangan cairan dalam tubuh. Pengaturan volume dan osmolaritas CES walaupun sama sama penting namun memiliki fungsi yang berbeda. Pengaturan volume CES berfungsi pada tekanan darah, sedangkan osmolaritas CES bertujuan pada mencegah terjadinya perubahan sel. Osmolaritas CES adalah ukuran konsentrasi zat terlarut yang terdapat pada CES. Jadi, semakin tinggi osmolaritas berarti semakin tinggi juga konsentrasi jumlah zat yang terlarut di dalam CES atau dalam kata lain semakin rendah juga konsentrasi H2O. Komponen utama tubuh manusia yang membentuk sekitar 60% dari berat tubuh manusia adalah H2O yang terdapat baik pada cairan dalam sel (CIS) dan cairan luar sel (CES) (Sherwood 2013). H2O masuk ke dalam tubuh melalui dua cara; yang pertama dalam bentuk air arau cairan yang ada di dalam makanan danyang kedua adalah sebagai hasil dari oksidasi karbohidrat (Hall 2011) setiap harinya tubuh kehilangan cairan melalui berbagai cara yaitu bisa lewat keringat, feses, urine, dan juga cara cara lain yan tidak dapat dirasakan oleh manusia itu sendiri seperti evaporasi dari traktus respiratorius (Hall 2011)

Setiap keadaan dimana ketidakseimbangannya pemasukan dan pengeluaran H2O yang tidak disertai dengan penambahan atau pengurangan yang setara akan menyebabkan perubahan osmolaritas. Jika osmolaritas antara CIS dan CES tidak sama, makan akan terjadi proses osmosis baik ke dalam atau ke luar sel yang bergantung pada cairan mana yang lebih pekat dan mana yang lebih encer. Sehingga, pengaturan osmolaritas sangat lah perlu dikarenakan, jika terjadi osmosis baik ke dalam atau ke luar sel akan menyebabkan perubahan bentuk dari sel itu sendiri (Sherwood 2013).

Ketika konsentrasi zat terlarut pada CES berlebih atau dalam kata lain H2O kurang, makan akan terjadi Hipertonisitas. Hipertonisitas dapat terjadi karena tiga cara utama; pemasukan air yang tidak adekuat, pengeluaran air yang berlebih, dan pada penderita diabetes insipidus. Yang terjadi ketika kompartemen CES menjadi hipertonik adalah H2O yang ada di dalam sel akan berpindah ke luar sel menuju CES sampai terjadi keseimbangan osmolaritas CIS dengan CES. Ini akan menyebabkan sel menciut (Sherwood 2013) Hipotonisitas terjadi ketika zat terlarut yang ada di CES lebih sedikit daripada H2O bebasnya, sehingga CES menjadi lebih encer. Kondisi ini secara umum terjadi ketika pasien dengan gagal ginjal mengonsumsi lebih banyak H2O, pada orang sehat jika H2O masuk dengan cepat dan banyak namun ginjal belum bisa secara cepat mengeluarkan H2O, dan bisa juga karena sekresi vasopresin yang tidak sesuai. Perbedaan osmolaritas antara CIS dan CES akan memicu terjadinya osmosis ke dalam CIS sehingga sel akan membengkak karena kemasukan H2O yang berlebih (Sherwood 2013). Keseimbangan antara pemasukan dengan pengeluaran H2O dapat diatur oleh tubuh melalui dua cara, yaitu; rasa haus dan penyesuaian jumlah pembentukan urin. Ketika tubuh mengalami dehidrasi, makan pusat haus pada hipotalamus akan terrangsang sehingga akan dirasakan sensasi rasa haus yang akan mendorong kita untung menelan H2O. Pengaturan yang dilakukan oleh ginjal adalah dengan reabsorpsi atau eksresi H2O yang dilakukan secara parsial sehingga terpisah dengan reabsorpsi atau eksresi garam. Ini membuat mekanisme penyesuaian yang dilakukan oleh ginjal tidak mengganggu osmolaritas lebih lanjut. Reabsorpsi dan eksresi H2O bebas dilakukan di tubulus distal dan koligentes yang dipengaruhi oleh sekresi vasopresin yang diproduksi di hipotalamus dan disekresi oleh kelenjar hipofisis posterior. perangsang lain untuk rasa haus dan vasopresin selain ketidakseimbangannya H2O bebas adalah angiotensin II (Sherwood 2013)

Jika pada jaringan tubuh didapati adanya akumulasi cairan yang berlebih keadaan tersebut dinamakan sebagai edema. Edema dapat terjadi baik pada kompartemen ekstraseluler maupun kompartemen intraseluler. Edema intrasel umumnya terjadi karena 3 hal; depresi sistem metabolisme jaringan, suplai nutrisi dan oksigen ke jaringan yang tidak

adekuat, dan hiponatremia. Contohnya adalah ketika aliran darah pada jaringan menjadi terlalu redah atau tidak adekuat untuk jaringan melakukan metabolisme secara normal, maka akan terjadi depresi pada pompa ion yang ada di membran yang mengakibatkan kelebihan natrium yang ada di dalam sel tidak bisa dipompa keluar sehingga karena perbedaan osmolaritas H2O akan masuk ke kompartemen intrasel dan membuat sel menjadi bengkak, akumulasi dari sel sel yang bengkak ini menyebabkan jaringan membesar h(Hall 2011) Edema ekstrasel terjadi ketika adanya cairan yang berlebih pada ruang interstitial. Keadaan ini dapat terjadi akibat 2 penyebab umum; yaitu, kebocoran abnormal dari plasma ke interstitial dan kegagalan sistem limfa untuk mengembalikan cairan dari interstitial ke dalam darah(Hall 2011). Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat menyebabkan edema ekstrasel: 1. Peningkatan tekanan kapiler a. Retensi garam dan air yang berlebihan dalam ginjal i. Kelebihan mineralokortikoid ii. Gagal ginjal (akut atau kronik) b. Tekanan vena yang tinggi dan konstriksi vena i. Gagal jantung ii. Obstruksi vena iii. Kegagalan pompa vena c. Penurunan resistensi alkohol 2. Penurunan protein plasma a. Sindrom nefrotik b. Kehilangan protein dari kulit yang terkelupas c. Kegagalan produksi protein i. Malnutrusi ii. Sirosis 3. Peningkatan permeabilitas kapiler a. Reaksi imun yang menyebabkan pelepasan histamin dan produk imun lainnya b. Toksin c. Infeksi bakteri d. Defisiensi vitamin e. Iskemia yang lama f. Luka bakar

4. Hambatan aliran balik limfe a. Kanker b. Infeksi c. Pembedahan d. Kelainan (Hall 2011)

Daftar pustaka:

Hall, J. e., 2011. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology, Marieb, E.N., 2011. Essentials of Human Anatomy and Physiology 10th ed., Pearson. Mclafferty, E., 2014. Fluid and electrolyte balance. , pp.42–49. Sherwood, L., 2013. Fisiologl Manusia. , 6. Tortora, G.J. & Derrickson, B.H., 2011. Principles of Anatomy and Physiology 13th ed., Wiley.

Related Documents

Homeostasis
April 2020 17
Homeostasis
June 2020 7
Homeostasis
July 2020 13
Homeostasis
June 2020 15
Electrolyte Homeostasis
December 2019 26

More Documents from "marie"