ANALISIS PENDAPATAN PADA LAPORAN KEUANGAN PT. KIMIA FARMA Tbk. Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisa Laporan Keuangan Dosen Pengampu : Fury Khristianty Fitriyah, SE. M.Ak. QIA.,Ak.,CA
Disusun oleh : Muhammad Ikhsan S. Bella Agustin Andriani Christina Pardede
120110160016 120110160110 120110160082
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI JATINANGOR 2019
KATA PENGATAR Assalammualaikam Wr, Wb Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan pencipta alam semesta. Berkat rahmat, karunia serta izinNya kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Analisa Laporan Keuangan yang berjudul “Analisis Pendapatan Pada Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk.”. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih ada kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kepada semua pihak kami sangat terbuka untuk menerima saran, kritik maupun masukan sebagai penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca. Jatinangor, 27 Maret 2019 Tim Penyusun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero). Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia). Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia. Visi PT Kimia Farma (Persero) Tbk Menjadi perusahaan Healthcare pilihan utama yang terintegrasi dan menghasilkan nilai yang berkesinambungan. Misi PT Kimia Farma (Persero) Tbk 1.
Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan farmasi, perdagangan dan jaringan distribusi, ritel farmasi dan layanan kesehatan serta optimalisasi aset.
2.
Mengelola perusahaan secara Good Corporate Governance dan operational excellence didukung oleh Sumber Daya Manusia profesional (SDM) professional.
3.
Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh stakeholder. Budaya Perusahaan Perseroan telah menetapkan budaya perusahaan yang merupakan nilai-nilai inti Perseroan (corporate values) yaitu I C A R E yang menjadi acuan/pedoman bagi Perseroan dalam menjalankan usahanya, untuk berkarya meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Berikut adalah budaya perusahaan (corporate culture) perseroan :
1.
Innovative Budaya berpikir out of the box, smart dan kreatif untuk membangun produk unggulan.
2.
Customer First Mengutamakan pelanggan sebagai mitra kerja
3.
Accountable Dengan senantiasa bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh perusahaan dengan memegang teguh profesionalisme, integritas dan kerja sama
4.
Responsible
Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran dan dapat diandalkan, serta senantiasa berusaha untuk tegar dan bijaksana dalam menghadapi setiap masalah 5.
Eco-Friendly Menciptakan dan menyediakan baik produk maupun jasa layanan yang ramah lingkungan. 5 As sebagai Ruh Budaya Perusahaan yang terdiri dari :
1.
Kerja Ikhlas: Siap bekerja dengan tulus tanpa pamrih untuk kepentingan bersama
2.
Kerja Cerdas: Kemampuan dalam belajar cepat (fast learner) dan memberikan solusi yang tepat
3.
Kerja Keras : Menyelesaikan pekerjaan dengan mengerahkan segenap kemampuan untuk mendapatkan hasil terbaik.
4.
Kerja Antusias : Keinginan kuat dalam bertindak dengan gairah dan semangat untuk mencapai tujuan bersama
5.
Kerja Tuntas : Melakukan pekerjaan secara teratur dan selesai untuk menghasilkan output maskimal yang sesuai dengan harapan PT Kimia Farma (Persero) Tbk atau Kimia Farma telah berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan (Healthcare) terintegrasi di Indonesia. Bidang usaha Healthcare Kimia Farma didukung oleh kegiatan manufaktur farmasi, riset dan pengembangan, distribusi dan perdagangan, pemasaran, ritel farmasi, serta laboratorium klinik dan klinik kesehatan. Selama beberapa tahun terakhir, Kimia Farma telah membuat kemajuan yang signifikan dan terobosan di banyak bidang bisnis Healthcare yang dijalankan. Sejalan dengan Program Kemandirian Bahan Baku Obat Nasional yang tertuang dalam roadmap Kementerian Kesehatan serta didukung dengan adanya Paket Kebijakan Ekonomi XI yang dituangkan dalam Instruksi Presiden RI No. 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan, Kimia Farma membangun fasilitas produksi yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan akan impor Bahan Baku Obat (BBO). Pada akhirnya, Indonesia mampu mandiri dalam produksi BBO. Sebagai agen bisnis di bawah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kimia Farma terus berekspansi untuk menjadi perusahaan yang memiliki daya saing unggul. Sejak pertengahan tahun 2017, manajementelah mencanangkan tiga program prioritas untuk mencapai target Tiga Besar Industri Farmasi Nasional di tahun 2019, yakni :
1.
Meningkatkan sumber daya manusia yang andal dan kompeten Pondasi dari implementasi tiga program prioritas tersebut adalah melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Melalui penjabaran strategi ini, manajemen berupaya untuk mendorong laju produktivitas agar Kimia Farma dapat meningkatkan daya saing industri.
2.
Digitalisasi Untuk menjadi perusahaan Healthcare terkemuka, Kimia Farma menerapkan digitalisasi secara end-toend, yaitu implementasi teknologi informasi dari hulu ke hilir. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, membuat proses bisnis semakin cepat, dan meningkatkan sales.
3.
Strategi aliansi Guna meningkatkan
posisi
dan
daya
saing
Kimia
Farma
ke
depannya, maka
diperlukan strategi
aliansi atau strategic alliance.Hal ini merupakan salah satu cara dalam menjalankan aktivitas fungsi bisnisyang berorientasi pada tujuan kerja sama jangka panjang antara dua perusahaan dalam mengelola peluang dan risiko untuk peningkatan manfaat 4.
Menjelang memasuki usia setengah abad pada tahun 2021, Kimia Farma berkomitmen untuk semakin memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat di seluruh pelosok nusantara. Di samping itu, Kimia
Farma juga bertekad untuk mencatat kinerja positif dari waktu ke waktu demi meningkatkan kesejahteraan para pemangku kepentingan (stakeholder).
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pendapatan Dalam ilmu akuntansi, pendapatan dapat diartikan sebagai penghasilan yang diperoleh dari suatu pekerjaan, atau menurut FASB, pengertian pendapatan didefinisikan sebagai arus masuk atau kenaikan-kenaikan lainnya dari nilai harta suatu satuan usaha atau penghentian utang-utangnya atau kombinasi dari keduanya dalam suatu periode akibat dari penyerahan atau produksi barang-barang, penyerahan jasa-jasa, atau pelaksanaan aktivitasaktivitas lainnya yang membentuk operasi-operasi utama atau sentral yang berlanjut terus dari satuan usaha tersebut.
2.2 Macam-Macam Pendapatan dalam Berbagai Jenis Usaha a
Perusahaan Industri Perusahaan industri atau perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengolah atau memproduksi bahan baku menjadi bahan jadi, yang kemudian dijual kepada konsumen. Dalam perusahaan industri, pendapatan yang diperoleh berasal dari penjualan barang-barang yang diproduksinya. Jadi, setiap jumlah barang yang dijual di pasar merupakan pendapatan dari perusahaan tersebut.
b
Perusahaan Dagang Perusahaan dagang adalah perusahaan yang menjual barang dagangan yang sebelumnya dibeli dari pabrik. Dalam perusahaan dagang, pendapatan diperoleh dari penjualan barang dagangan sesuai dengan harga beli barang tersebut ditambah dengan laba yang diharapkan.
c
Perusahaan Jasa Perusahaan jasa adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa, di mana perusahaan ini memberi jasa kepada konsumen dan memperoleh imbalan dari jasa yang telah diberikan. Imbalan yang diperoleh perusahaan jasa disebut sebagai pendapatan yang berasal dari penanganan jasa kepada pihak-pihak lain yang menggunakan jasa yang bersangkutan.
2.3 Jenis-Jenis Pendapatan -
Pendapatan Bersih Pendapatan yang didapat oleh perusahaan sesudah dikurangi pajak langsung.
-
Pendapatan Diterima di Muka Pendapatan (atau penghasilan) yang diterima di muka tetapi belum diakui sebagai pendapatan (dicatat sebagai utang pendapatan) pada saat penerimaannya, dan baru akan diakui sebagai pendapatan jika perusahaan telah menyelesaikan kewajibannya berupa pengiriman barang atau penyerahan jasa kepada pihak yang bersangkutan pada waktu yang akan datang. Pendapatan ini dapat diakui secara bertahap sesuai dengan penyelesaian kewajiban oleh perusahaan.
-
Pendapatan Lain-Lain adalah pendapatan yang berasal dari sumber-sumber di luar kegiatan utama perusahaan, tidak termasuk dalam pendapatan operasi, misalnya pendapatan bunga, pendapatan sewa, pendapatan dividen, dan laba penjualan aktiva tetap.
-
Pendapatan Permanen Pendapatan rata-rata yang diharapkan dalam perusahaan selama perusahaan tersebut berdiri.
-
Pendapatan Uang adalah pendapatan rumah tangga konsumsi atau rumah tangga produksi dalam bentuk suatu kesatuan moneter.
-
Pendapatan Usaha Pendapatan yang berasal dari kegiatan utama perusahaan.
-
Pendapatan yang Masih Harus Diterima adalah pendapatan yang sudah dihasilkan (earned) walaupun piutang yang bersangkutan belum jatuh tempo (belum saatnya ditagih).
2.4 Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition) Secara umum, pedoman untuk pengakuan pendapatan sangat luas. Prinsip pengakuan pendapatan memberikan perusahaan pengetahuan bahwa mereka harus mengakui pendapatan (1) pada saat pendapatan tersebut telah direalisasikan dan (2) pada saat telah diterima/didapatkan. Oleh karena itu, pengakuan pendapatan yang benar melibatkan 3 syarat: a
Pendapatan direalisasikan pada saat sebuah perusahaan melakukan pertukaran barang dan jasa untuk mendapatkan cash
b
Pendapatan dapat direalisasikan ketika aset yang diterima perusahaan dari pertukaran (exchange) siap untuk ditukarkan menjadi sejumlah uang.
c
Pendapatan dihasilkan/didapatkan ketika sebuah perusahaan telah menyelesaikan apa yang harus dia kerjakan untuk mendapatkan keuntungan, ketika earning process selesai. Ada 4 transaksi pendapatan yang diakui berkenaan dengan prinsip ini:
1. Perusahaan mengakui pendapatan ata penjualan produk pada tanggal penjualan. Tanggal ini biasanya diintepretasikan sebagai tanggal pengiriman produk ke pelanggan 2. Perusahaan mengakui pendapatan atas penyelesaian jasa, ketika jasa telah dilakukan dan dapat ditagih. 3. Perusahaan mengakui pendapatan atas pemberian izin kepada pihak lain untuk menggunakan aset perusahaan, seperti bunga, sewa dan royalti. 4. Perusahaan mengakui pendapatan atas penjualan aset (disposal) selain produk pada tanggal penjualan.
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Challenge One: Customers Pay in Advance Untuk beberapa bisnis, pelanggan membayar sebelum menerima layanan atau produk. Contohnya termasuk berlangganan majalah, polis asuransi, dan kontrak layanan. Untuk jenis produk ini, tidak ada ketidakpastian tentang kolektibilitas. Satu-satunya pertanyaan adalah kapan pendapatan akan diperoleh. Di bawah ini kami membahas aturan pengakuan pendapatan untuk kontrak layanan. Contoh-contoh ini menggambarkan masalah pengakuan pendapatan untuk kontrak di mana uang tunai diterima sebelum pengiriman produk atau penyediaan layanan dan polis asuransi. Kontrak Layanan Pada laporan keuangan tahun 2017, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. mendapatkan pendapatan lain-lain (other revenue) sebesar Rp 125.777.745.576, dimana terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 100,83% dari tahun sebelumnya. PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk.
Memiliki
layanan
yang kepada
diberikan konsumen
untuk memperoleh pendapatan lain-lain dari penyediaan jasa. Jasa yang diberikan oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, antara lain berupa jasa pengobatan kuratif, pemerikasaan kesehatan berkala dalam laboratorium kliniknya, kunjungan ke rumah dan rujukan, dan jasa kontrak lainnya yang disediakan oleh Kimia Farma.
Pendapatan berupa kontrak layanan tersaji dalam CALK dibawah ini :
Polis Asuransi Pada laporan keuangan tahun 2017, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. diperoleh pertanggungan asuransi atas kemungkinan kerugian dari persediaan usang terhadap risiko kebakaran dan kebongkaran berdasarkan suatu paket polis tertentu dengan jumlah pertanggungan masing-masing sebesar Rp 548.316.926.317 dan Rp 536.195.437.164 pada tanggal 31 Desember 2017
Selain itu, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. juga mengasuransikan kas entitas terhadap risiko kehilangan berdasarkan paket tertentu dengan nilai pertanggungan sebesar Rp 27.794.037.437.
Pada tahun 2017, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, tidak melakukan klaim atas asuransi tersebut karena risiko terkait tidak terjadi. Sehingga tidak menambah pendapatan lain-lain atas klaim asuransi.
3.2 Challenge Two : Products or Services Provided over Multiple Period
Sulit juga untuk menilai apakah mengakui pendapatan untuk produk atau layanan yang diberikan selama beberapa tahun. Ini mungkin atau mungkin tidak dibayar di muka. Contohnya termasuk kontrak konstruksi jangka panjang. Tantangan untuk jenis kontrak ini adalah untuk memutuskan bagaimana mengalokasikan pendapatan selama periode kontrak. Long-Term Construction Contracts Pada laporan keuangan tahun 2017, PT. Kimia Farma (persero) Tbk. memperoleh pendapatan berupa kontrak jangka panjang berupa sewa gedung dan bangunan dan kenaikan property investasi yang diperoleh dari asset property investasi milik PT. Kimia Farma (Persero Tbk). Pada tahun 2017 pendapatan sewa gedung dan bangunan sebesar Rp 22.707.234.903, dimana terjadi peningkatan sebesar 1,7% dari tahun 2016. Peningkatan tersebut berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan lain-lain PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
3.3 Challenge Three: Products or Services Sold but Residual Rights Retained by Seller Tantangan ketiga yang terdapat dalam pengakuan pendapatan adalah di mana penjual mempertahankan beberapa hak berkelanjutan dalam produk atau layanan yang dijual. Sebagai contoh, suatu perusahaan menjual piutang kepada bank, tetapi bank memiliki jalan lain terhadap penjual jika kreditur gagal melunasi piutang. Apakah piutang telah dijual atau apakah perusahaan hanya meminjam terhadap piutang? Atau, jika perusahaan menandatangani perjanjian jangka panjang untuk menyewakan peralatan dari pabrikan tetapi pabrikan tetap memiliki hak residual terhadap peralatan, apakah peralatan telah dijual atau disewa? Untuk menentukan pendekatan mana di atas yang paling mencerminkan ekonomi transaksi, analis perlu memahami risiko yang ditanggung oleh pihak-pihak yang terlibat dan bagaimana risiko tersebut dikelola. Standar akuntansi sering berusaha untuk mengatur pelaporan jenis transaksi ini. Namun, transaksi sering mengatur risiko untuk dibagikan oleh kedua pihak yang terlibat, membuat akuntansi menjadi kompleks. Penjualan piutang dan kontrak leasing jangka panjang dibahas lebih lanjut untuk menggambarkan tantangan pelaporan untuk jenis transaksi ini.
-
Contoh 1: Penjualan piutang dengan jaminan Banyak perusahaan menjual piutang kepada bank, lembaga keuangan, atau investor publik sebagai cara untuk mempercepat pengumpulan uang tunai. Dua bentuk penjualan biasanya digunakan: anjak piutang dan sekuritisasi. Dalam anjak piutang, perusahaan pembiayaan atau bank membeli hak atas arus kas berdasarkan piutang. Dalam sekuritisasi, portofolio piutang (seperti kartu kredit, pinjaman otomatis, atau piutang hipotek) dikemas ke dalam sekuritas yang mewakili klaim atas bunga dan pembayaran pokok dalam piutang. Efek ini kemudian dijual ke banyak pembeli.
Sekuritisasi sebagai bentuk pembiayaan menjadi semakin populer. Sebagai contoh, pada 17 Februari 1999, Financial Times melaporkan bahwa banyak rumah keuangan Jepang telah meluncurkan "sekuritas yang didukung aset, yang memungkinkan perusahaan pembiayaan konsumen, antara lain, untuk menghapus aset dari neraca mereka. Aset-aset ini, biasanya sewa peralatan, pinjaman pembelian mobil, dan jenis piutang konsumen lainnya, ditransfer ke 'kendaraan tujuan khusus', yang berdiri secara legal jauh dari pencetusnya. Kendaraan tujuan khusus meluncurkan obligasi, sering kali diberi peringkat AAA karena didukung oleh jaminan arus kas aset (seperti pembayaran kembali pinjaman mobil). "Bagaimana seharusnya jenis transaksi ini dicatat? Salah satu pendekatan adalah untuk melihat piutang telah dijual dengan untung atau rugi, tergantung pada perbedaan antara tingkat bunga pada piutang dan tingkat yang dibebankan oleh bank. Di bawah perlakuan ini, penjual membuat cadangan untuk mencerminkan risiko default dan pembayaran di muka yang ditanggung oleh penjual. Atau, kontrak dapat dilihat sebagai pinjaman bank di mana piutang merupakan bentuk jaminan. Manakah dari dua pendekatan ini yang paling menangkap ekonomi transaksi? Apakah piutang sudah benar-benar dijual, atau haruskah kita menganggap transaksi sebagai pinjaman bank menggunakan piutang sebagai jaminan? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus memahami potensi risiko yang dihadapi oleh penjual. Ini termasuk risiko default dan prabayar. Risiko wanprestasi timbul jika piutang kemudian gagal bayar dan bank dipaksa untuk pulih dari penjual. Risiko prabayar timbul jika piutang tersebut merupakan catatan tingkat bunga tetap dan tingkat bunga selanjutnya turun. Piutang kemungkinan akan dibiayai kembali melalui sumber pembiayaan alternatif dengan tingkat bunga yang lebih rendah. Akibatnya, penjual piutang tidak akan lagi menerima perbedaan spread antara tingkat bunga pada wesel dan tarif yang dibebankan oleh bank. Aturan akuntansi di AS (PSAK 77) menyatakan bahwa piutang yang dijual dengan jaminan hanya dapat dicatat sebagai penjualan jika (a) penjual menyerahkan kendali atas manfaat ekonomi yang terkait dengan piutang tersebut, (b) penjual dapat membuat keandalan memperkirakan kewajiban apa pun karena risiko gagal bayar dan pembayaran di muka, dan (c) pembeli piutang tidak dapat mengharuskan penjual untuk membeli kembali piutang tersebut. Kalau tidak, transaksi harus diperlakukan sebagai pinjaman.
-
Contoh 2: Perjanjian sewa penjualan penjualan. IBM menjual komputer mainframe kepada pelanggannya di bawah dua pengaturan kontrak yang berbeda. Pertama, pelanggan dapat membeli komputer menggunakan dana sendiri atau pembiayaan melalui pihak ketiga. Kedua, pelanggan dapat menandatangani perjanjian sewa jangka panjang dengan IBM untuk penggunaan komputer selama masa pakainya. Pada akhir jangka waktu sewa, IBM mempertahankan nilai sisa aset. Opsi pertama (penjualan langsung) sangat mudah. Namun, itu lebih kompleks untuk menentukan bagaimana mencatat pengaturan kontrak lainnya. Kontrak sewa jangka panjang sangat mirip dalam bentuk penjualan langsung. IBM menjual penggunaan komputer kepada penyewa untuk sebagian besar masa manfaatnya. Namun, alih-alih mengharuskan pelanggan untuk meningkatkan pembiayaan eksternal untuk pembelian, IBM setuju untuk memberikan pembiayaan. Pada akhir jangka waktu sewa, IBM menyimpan beberapa klaim residual ke komputer. Haruskah transaksi ini dilihat sebagai perjanjian sewa atau sebagai penjualan? Berdasarkan perjanjian sewa, lessor terus memiliki aset dan menyewakannya kepada lessee untuk jangka waktu sewa. Pelaporan keuangan untuk sewa berusaha mencerminkan berbagai jenis pengaturan sewa ini. Pertanyaan akuntansi yang penting adalah apakah persyaratan sewa setara dengan penjualan aset atau perjanjian sewa. Secara substansi, sewa dapat dianggap sebagai setara dengan penjualan jika penyewa menanggung sebagian besar risiko yang biasanya terkait dengan kepemilikan. Dengan demikian, jika pelanggan IBM membuat kontrak untuk menggunakan komputer untuk sebagian besar masa pakainya, ia menanggung banyak kerugian karena usang. Sewa ini setara dengan penjualan. Atau, jika IBM menanggung sebagian besar risiko ini, kontraknya lebih seperti perjanjian sewa.
Aturan akuntansi di AS dimaksudkan untuk mencerminkan perbedaan ini dalam sifat kontrak sewa. Berdasarkan PSAK 13, transaksi sewa dipandang setara dengan penjualan jika salah satu dari kondisi berikut ini berlaku: (1) kepemilikan aset dialihkan kepada penyewa pada akhir masa sewa; (2) penyewa memiliki opsi untuk membeli aset dengan harga murah pada akhir masa sewa; (3) jangka waktu sewa adalah 75 persen atau lebih dari masa manfaat aset yang diharapkan; atau (4) nilai sekarang dari pembayaran sewa adalah 90 persen atau lebih dari nilai wajar aset. Kontrak sewa yang memenuhi kriteria untuk penjualan yang efektif untuk tujuan akuntansi dicatat sebagai sewa jenis penjualan. Untuk IBM, pendapatan dari penjualan akan diakui pada nilai sekarang dari pembayaran sewa. Ini juga akan ditampilkan sebagai piutang — Investasi dalam Sewa-Penjualan-Jenis — di neraca IBM. Nilai residu komputer yang diharapkan pada akhir masa sewa akan dihapus dari inventaris dan dimasukkan ke dalam aset Investasi dalam Sewa-Penjualan-Jenis. Akhirnya, keseimbangan nilai buku komputer akan dihapus dari persediaan dan dicatat sebagai harga pokok penjualan. Markup pada "penjualan" komputer kemudian akan tercermin dalam laba kotor. Dalam periode selanjutnya, pembayaran sewa yang diterima oleh lessor dipisahkan menjadi pendapatan bunga dan pembayaran pokok piutang wesel. Kontrak sewa yang tidak memenuhi syarat sebagai penjualan efektif untuk tujuan akuntansi disebut sewa operasi. Lessor kemudian melaporkan pendapatan sewa selama masa sewa dan terus mendepresiasi biaya aset.
3.4 Challenge 4 Credit-Worthiness of Customer Banyak perusahaan memberikan kredit kepada pelanggan mereka. Dalam kebanyakan kasus, pelanggan diharapkan untuk membayar produk atau layanan dalam waktu tiga puluh hari sejak penagihan. Namun, untuk beberapa bisnis, penjual menyediakan pembiayaan jangka panjang. Transaksi di mana ada risiko kredit yang signifikan bagi penjual menimbulkan sejumlah pertanyaan bagi pengguna laporan keuangan. Apakah penjual memiliki sistem untuk mengevaluasi dan mengelola risiko kredit pelanggan? Sudahkah perusahaan melakukan pekerjaan yang baik dalam mengelola risiko kredit di masa lalu? Apakah keberhasilan masa lalu dalam mengelola risiko kredit kemungkinan menjadi indikator yang baik di masa depan? Risiko kredit bisa sangat sulit untuk dianalisis jika (a) pelanggan telah mengalami perubahan keadaan, (b) pertumbuhan penjualan telah menyebabkan perubahan dalam campuran pelanggan perusahaan, atau (c) penjual memiliki strategi inovatif yang membuat sulit untuk menggunakan data historis untuk menilai risiko kredit.
Pada PT Kimia Farma, Penurunan nilai pinjaman yang diberikan dan piutang dipelihara pada jumlah yang menurut manajemen adalah memadai untuk menutup kemungkinan tidak tertagihnya aset keuangan. Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, Entitas secara spesifik menelaah apakah telah terdapat bukti obyektif bahwa suatu aset keuangan telah mengalami penurunan nilai (tidak tertagih).
Penyisihan yang dibentuk adalah berdasarkan pengalaman penagihan masa lalu dan faktor-faktor lainnya yang mungkin mempengaruhi kolektibilitas, antara lain kemungkinan kesulitan likuiditas atau kesulitan keuangan yang signifikan yang dialami oleh debitur atau penundaan pembayaran yang signifikan. Jika terdapat bukti obyektif penurunan nilai, maka saat dan besaran jumlah yang dapat ditagih diestimasi berdasarkan pengalaman kerugian masa lalu. Penyisihan kerugian penurunan nilai dibentuk atas akun-akun yang diidentifikasi secara spesifik telah mengalami penurunan nilai. Suatu evaluasi atas piutang yang bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah penyisihan yang harus dibentuk dilakukan secara berkala sepanjang tahun. Oleh karena itu, saat dan besaran jumlah penyisihan kerugian penurunan nilai yang tercatat pada setiap periode dapat berbeda tergantung pada pertimbangan dan estimasi yang digunakan. Pemantauan yang intensif terhadap saldo dan umur piutang serta pemberian diskon untuk pembayaran tunai guna mengurangi kemungkinan piutang yang tidak tertagih. Untuk mengurangi risiko kredit, Entitas dan Entitas Anak akan menghentikan penyaluran semua produk kepada pelanggan yang gagal bayar. Piutang usaha diatas satu tahun adalah piutang berelasi di Entitas Anak PT KFA kepada BPJS, BUMN dan Instansi Pemerintah Pusat dan daerah yang tidak dilakukan penyisihan kerugian karena Manajemen berkeyakinan atas piutang-piutang dimaksud dapat diterima pembayarannya. Manajemen berpendapat bahwa penyisihan kerugian penurunan nilai atas piutang usaha (pihak ketiga) adalah cukup untuk menutupi kerugian yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya piutang tersebut.
3.5 Challenge Five : Refunds for Dissatisfied Customers Banyak pertanyaan muncul bagaimana pengakuan pendapatan ketika adanya pengembalian barang dari pelanggan yang tidak puas dengan produk. Berikut hal-hal yang dilakukan Kimia Farma dalam mengelola resiko pengembalian. Jika dibandingkan dengan kompetitor Kimia Farma yaitu Kalbe Farma, dalam hal mutu produk dan kepuasan pelanggan tidak jauh berbeda. Kedua perusahaan sama-sama membuka layanan pengaduan dan memberi informasi yang jelas dan akurat terkait dengan produk. Namun, tidak ada indikator terkait dengan kepuasan pelanggan di Kalbe Farma sedangkan Kimia Farma sendiri melaksanakan survei untuk mengetahui kepuasan pelanggan atas mengenai produk dan pelayanan yang telah diberikan. Survei kepuasan pelanggan untuk pengguna akhir dilakukan satu tahun sekali melalui wawancara tatap muka dengan pemilihan responden menggunakan
metode stratified random sampling. Kepuasan pelanggan diukur melalui penilaian 15 atribut, diantaranya dimensi tangible, dimensi reliability, dimensi responsiveness, dimensi assurance, dan dimensi emphaty.
Diungkapkan dalam Laporan Tahunan 2017, Kimia Farma melakukan pengendalian terhadap seluruh keluhan pelanggan dan kualitas layanan maupun mutu produk dengan mencantumkan beberapa media sosial yang dapat dihubungi pelanggan dan akan segera ditindaklanjuti oleh Sekretaris Perusahaan dan unit kerja Layanan Pelanggan.
Dalam hal mutu produk, Kimia Farma berkomitmen untuk menghasilkan produk yang terjamin konsistensi mutunya sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Sesuai ketentuan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (“UU 8/1999”), Perseroan tidak memperdagangkan sediaan farmasi yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.
Dicantumkan juga dalam Laporan Tahunan 2017, adanya produk kembalian sebagai salah satu aspek produksi dan pengendalian mutu, yang bertujuan untuk menjamin bahawa produk farmasi yangdibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Tidak ada perubahan strategi dalam kepuasan pelanggan yang berubah dari tahun-tahun sebelumya, survey kepuasan pelangganpun meningkat dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2016.
BAB IV KESIMPULAN PT Kimia Farma (Persero) Tbk atau Kimia Farma telah berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan (Healthcare) terintegrasi di Indonesia. Bidang usaha Healthcare Kimia Farma didukung oleh kegiatan manufaktur farmasi, riset dan pengembangan, distribusi dan perdagangan, pemasaran, ritel farmasi, serta laboratorium klinik dan klinik kesehatan. Dalam Kimia Farma, pengakuan pendapatan berdasarkan kenaikan posisi neto entitas terhadap kontrak dengan pelanggan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendapatan hanya diakui apabila terdapat peningkatan aset atau pengurangan laibilitas entitas. Hal ini terjadi ketika entitas menunaikan tuntas kewajiban yang terdapat dalam kontrak. Kata ”kontrak” sendiri tidak harus kontrak tertulis, suatu transaksi jual beli sederhana pun seyogyanya menimbulkan kontrak antara pembeli dan penjual. Kesimpulannya pendapatan tidak dapat diakui apabila tidak terdapat peningkatan asset atau pengurangan laibilitas pada suatu entitas. Untuk kasus penerimaan atas barang, entitas baru dapat mengakui pendapatan apabila pelanggan memiliki kontrol terhadap barang tersebut. Biasanya, hal tersebut terjadi ketika pelanggan memiliki barang tersebut secara fisik. Sedangkan pada kasus, pengakuan pendapatan atas jasa, DP menjelaskan entitas hanya daapat mengakui apabila pelanggan sudah menerima jasa yang dijanjikan seluruhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia, I. A. (2009). Pernyataan standar akuntansi keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Nena, A. F. D. A. (2015). Analisa Sistem Informasi Akuntansi Dalam Meningkatkan Pengendalian Internal Atas Pendapatan Di Rumah Sakit Hermana-lembean. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 3(4). Rustiana, S. H. (2007). Pengaruh Strategi Dan Budaya Perusahaan Terhadap Kinerja Manajer Di PT. Kimia Farma Apotek: Good Corporate Governance Sebagai Variabel Intervening (Master's thesis).