ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan pertumbuhan ekonomi, yang menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dalam selang waktu tertentu. Produksi tersebut diukur dalam konsep nilai tambah (value added) yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang secara total dikenal sebagai Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan demikian, PDB dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur kinerja perekonomian suatu negara atau sebagai cerminan keberhasilan suatu pemerintahan dalam menggerakkan sektor-sektor ekonomi. PDB disajikan dalam dua konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga konstan. PDB atas dasar harga berlaku (PDB nominal) merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi. Dalam hal ini, PDB atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan harga yang terpengaruh inflasi. Sementara PDB atas dasar harga konstan (PDB riil) merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Dalam tulisan ini, tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2010, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Berikut merupakan analisis PDB menurut lapangan usaha dan pengeluaran berdasarkan atas harga berlaku dan harga konstan, tahun 2014-2018. 1. PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT LAPANGAN USAHA
PDB Tahunan Menurut Lapangan Usaha (Dalam Miliar Rupiah) 16000000 14000000 12000000 10000000 8000000 6000000 4000000 2000000 0
2014
2015 Harga Berl a ku
2016 Harga Konstan
2017
2018
PDB Triwulanan Menurut Lapangan Usaha (Dalam Miliar Rupiah) 4000000
3500000
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
2014 I
II III IV 2015 I
II III IV 2016 I Ha rga Berl aku
II III IV 2017 I
II III IV 2018 I
II III IV
Ha rga Konstan
Grafik di atas memperlihatkan nilai PDB triwulanan menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku cenderung meningkat dari triwulan I setiap tahun sampai dengan triwulan III, dan mengalami sedikit penurunan pada triwulan IV dibanding triwulan sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi pada PDB atas dasar harga konstan. Grafik atas dasar harga berlaku lebih tinggi dibandingkan grafik atas dasar harga konstan, karena grafik atas dasar harga berlaku mendapat pengaruh dari inflasi yang terjadi setiap tahun. Sedangkan grafik atas dasar harga konstan menganggap bahwa harga tidak berubah, di mana sebagai harga dasar adalah harga pada tahun 2010. Dalam tahunan, dapat dilihat bahwa PDB menurut lapangan usaha baik atas harga berlaku maupun harga konstan menunjukkan peningkatan. Hal ini menggambarkan struktur perekonomian dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang baik menurut lapangan usaha. Bila diamati PDB atas dasar harga berlaku yang memperlihatkan struktur ekonomi suatu wilayah, maka dalam kurun waktu 2014-2018 struktur perekonomian menurut lapangan usaha tidak berubah secara signifikan. Tiga kontribusi terbesar berdasarkan rata-rata per tahun adalah sebagai berikut. 1. Lapangan Usaha Industri Pengolahan dengan rata-rata kontribusi sebesar 20,52 persen.
2. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dengan rata-rata kontribusi sebesar 13,254 persen. 3. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan rata-rata kontribusi sebesar 13,192 persen. Sementara grafik triwulan per tahun digambarkan sebagai berikut.
2015 24 20 16 12 8 4Industri Pengol ahan Pertani a n, Kehutanan, da n Peri ka nan Perda ganga n Bes ar dan Ecera n; Repa ra s i Mobi l dan Sepeda 0Motor Tri wi l an I Triwi l an II Triwi l an III Triwi l an IV
2014 24 20 16 12 8 4Industri Pengol ahan Pertani a n, Kehutanan, da n Peri ka nan Perda ganga n Bes ar dan Ecera n; Repa ra s i Mobi l dan Sepeda 0Motor Tri wi l an I Triwi l an II Triwi l an III Triwi l an IV
2016 24 20 16 12 8 4Industri Pengol ahan Pertani a n, Kehutanan, da n Peri ka nan Perda ganga n Bes ar dan Ecera n; Repa ra s i Mobi l dan Sepeda 0Motor Tri wi l an I Triwi l an II Triwi l an III Triwi l an IV
2017 24 20 16 12 8 4Industri Pengol ahan Pertani a n, Kehutanan, da n Peri ka nan Perda ganga n Bes ar dan Ecera n; Repa ra s i Mobi l dan Sepeda 0Motor Tri wi l an I Triwi l an II Triwi l an III Triwi l an IV
2018 24 20 16 12 8 4Industri Pengol ahan Pertani a n, Kehutanan, da n Peri ka nan Perda ganga n Bes ar dan Ecera n; Repa ra s i Mobi l dan Sepeda 0Motor Tri wi l an I Triwi l an II Triwi l an III Triwi l an IV
Urutan ketiga kontribusi di atas tidak berubah untuk setiap triwulan I-III. Sementara setiap triwulan IV terjadi sedikit perubahan struktur ekonomi, dimana kontribusi terbesar kedua dicapai oleh Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Sementara kontribusi terbesar ketiga dicapai oleh Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. (Data diperoleh dari BPS, tabel dalam lampiran). Perbandingan Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Pengeluaran atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
Chart Title 16000000 14000000 12000000 10000000 8000000 6000000 4000000 2000000 0 2014
2015
2016 ADHB
2017
2018
ADHK
Dari grafik di atas, nampak bahwa umumnya nilai PDB atas dasar harga berlaku (ADHB) selalu lebih tinggi dari nilai PDB atas dasar harga konstan (ADHK). Perbedaan tersebut disebabkan karena ada pengaruh perubahan harga yang cenderung selalu meningkat dalam perhitungan PDB ADHB, sedangkan dalam PDB ADHK pengaruh faktor harga telah ditiadakan. Sama halnya dengan PDB ADHB, sebagian besar komponen pengeluaran akhir PDB ADHK menunjukkan peningkatan. Terbentuknya total PDB merupakan kontribusi dari seluruh komponen lapangan usaha, yang terdiri dari Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas dan Air Bersih; Konstruksi; Perdagangan, Hotel dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan; Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. Setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi subsub sektor.
2. PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT PENGELUARAN Konsep Dan Definisi PDB Pengeluaran 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) merupakan pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Dalam hal ini rumah tangga berfungsi sebagai pengguna akhir (final demand) dari berbagai jenis barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Rumah tangga didefinisikan sebagai individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan, memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama utamanya kelompok makanan dan perumahan (UN, 1993). 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran Konsumsi Pemerintah adalah nilai seluruh jenis output pemerintah dikurangi nilai output untuk pembentukan modal sendiri dikurangi nilai penjualan barang/jasa (baik
yang harganya signifikan dan tdk signifikan secara ekonomi) ditambah nilai barang/jasa yang dibeli dari produsen pasar untuk diberikan pada RT secara gratis atau dengan harga yang tidak signifikan secara ekonomi (social transfer in kind-purchased market production). 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto Secara garis besar PMTB didefinisikan sebagai pengeluaran unit produksi untuk menambah aset tetap dikurangi dengan pengurangan aset tetap bekas. Penambahan barang modal meliputi pengadaan, pembuatan, pembelian barang modal baru dari dalam negeri dan barang modal baru maupun bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer atau barter barang modal). Pengurangan barang modal meliputi penjualan barang modal (termasuk barang modal yang ditransfer atau barter kepada pihak lain). Disebut sebagai pembentukan modal tetap bruto karena menggambarkan penambahan serta pengurangan barang modal pada periode tertentu. Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun serta akan mengalami penyusutan. Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa didalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan pada proses produksi secara normal selama satu periode. 4. Inventori Inventori adalah persediaan yang dikuasai oleh unit yang menghasilkan untuk digunakan dalam proses lebih lanjut, dijual, atau diberikan pada pihak lain, atau digunakan dengan cara lain. Merupakan persediaan yang berasal dari pihak lain, yang akan digunakan sebagai input antara atau dijual kembali tanpa mengalami proses lebih lanjut. 5. Ekspor – Impor Transaksi ekspor barang didefinisikan sebagai transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (baik berupa penjualan, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dari residen suatu wilayah Provinsi terhadap pelaku ekonomi luar negeri (non-resident). Sebaliknya, impor barang didefinisikan sebagai transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (mencakup pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dari pelaku ekonomi luar negeri (nonresident) terhadap residen suatu wilayah Provinsi.
PDB Triwulanan Menurut Pengeluaran (Dalam Miliar Rupiah) 4000000 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0
2014 I
II III IV 2015 I
II III IV 2016 I Ha rga Berl aku
II III IV 2017 I
II III IV 2018 I
II III IV
Ha rga Konstan
PDB Tahunan Menurut Pengeluaran (Dalam Miliar Rupiah) 16000000
12000000
8000000
4000000
0
2014
2015 Ha rga Berl aku
2016 Ha rga Konstan
2017
2018
Grafik di atas memperlihatkan nilai PDB triwulanan menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku cenderung meningkat dari triwulan I setiap tahun sampai dengan triwulan III, dan mengalami sedikit penurunan pada triwulan IV dibanding triwulan sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi pada PDB atas dasar harga konstan. Grafik atas dasar harga berlaku lebih tinggi dibandingkan grafik atas dasar harga konstan, karena grafik atas dasar harga berlaku mendapat pengaruh dari inflasi yang terjadi setiap tahun. Sedangkan grafik atas dasar harga konstan menganggap bahwa harga tidak berubah, di mana sebagai harga dasar adalah harga pada tahun 2010. A. Produk Domestik Bruto Indonesia atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Dalam kurun waktu tahun 2014-2018 nilai Produk Domestik Bruto Indonesia atas dasar harga berlaku menunjukkan peningkatan cukup signifikan. Peningkatan nilai tersebut dipengaruhi oleh adanya perubahan harga maupun perubahan volume. Peningkatan PDB dari sisi nilai tambah, tentu diikuti oleh peningkatan pada sisi permintaan akhir atau pengeluaran PDB (demand side). Berikut merupakan rangkuman data dalam tabel dan grafik (dalam milyar rupiah). PDB Penggunaan (Seri 2010) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
2014
2015
2016
2017
2018
5915194.23
6490929.68
7027023.46
7627573.95
8269753.90
124242.00
130950.57
144499.38
160594.43
180781.69
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 5. Perubahan Inventori
996197.44
1123749.88
1181613.14
1234554.34
1332534.47
3436923.74
3782011.86
4040201.81
4370574.77
4790606.99
220230.64
144178.93
158867.11
210636.31
338633.58
6. Ekspor Barang dan Jasa
2501424.83
2438992.68
2367365.19
2743062.47
3110754.98
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa
2580508.04
2394879.30
2273528.02
2605237.45
3272523.12
10569705.30 11526332.80 12401728.50 13587212.60
14837357.50
8. PRODUK DOMESTIK BRUTO
Produk Domestik Bruto Indonesia atas Dasar Harga Berlaku Menurut Komponen Pengeluaran Tahun 2014-2018 (Milyar Rupiah) 9000000 8000000 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0
2014
2015
Konsumsi Rumah Tangga Perubahan Inventori
2016
Konsumsi LNPRT Ekspor Barang dan Jasa
2017 Konsumsi Pemerintah Impor Barang dan Jasa
2018 PMTB
B. Produk Domestik Bruto Indonesia atas Dasar Harga Konstan Menurut Pengeluaran Selain dinilai atas dasar harga berlaku, PDB menurut pengeluaran juga dinilai atas dasar harga konstan 2010 atau atas dasar harga berbagai produk yang divaluasi dengan harga pada tahun 2010. Melalui pendekatan penghitungan itu, maka PDB untuk masing-masing tahun dapat memberikan gambaran tentang perubahan PDB secara volume atau secara kuantitas saja (tanpa ada pengaruh perubahan harga). PDB komponen pengeluaran atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan atau pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan peningkatan volume konsumsi akhir. Selama kurun waktu 2014-2018, gambaran tentang nilai PDB atas dasar harga konstan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dilihat dari tabel dan grafik berikut (dalam milyar rupiah). PDB Penggunaan (Seri 2010) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 5. Perubahan Inventori
2014
2015
2016
2017
4651018.44 4881630.67 5126307.97 5379752.54
2018 5651230.38
99420.00
98799.99
105362.27
112664.35
122894.11
736283.11
775397.99
774304.53
790789.09
828714.25
2772470.77 2911355.98 3041584.68 3228763.01
3444118.42
163582.63
112847.91
133400.15
126883.56
197369.64
6. Ekspor Barang dan Jasa
2047887.10 2004466.99 1971182.64 2146803.17
2285871.94
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa
1987113.92 1862938.95 1818133.16 1964602.35
2201127.44
8. PRODUK DOMESTIK BRUTO
8564866.60 8982517.10 9434613.40 9912703.60 10425316.30
Produk Domestik Bruto Indonesia atas Dasar Harga Konstan Menurut Komponen Pengeluaran Tahun 2014-2018 (Milyar Rupiah) 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0
2014
2015
Konsumsi Rumah Tangga Perubahan Inventori
2016
Konsumsi LNPRT Ekspor Barang dan Jasa
2017 Konsumsi Pemerintah Impor Barang dan Jasa
2018 PMTB
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, terlihat bahwa dalam kurun waktu tahun 2014-2018 nilai Produk Domestik Bruto Indonesia atas dasar harga konstan pun menunjukkan peningkatan di berbagai sektor. Selain itu, nilai impor lebih rendah dibandingkan nilai ekspor menandakan bahwa perekonomian Indonesia berkembang dengan baik.
C. Perbandingan Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Pengeluaran atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
Chart Title 16000000 14000000 12000000 10000000 8000000 6000000 4000000 2000000 0 2014
2015
2016 ADHB
2017
2018
ADHK
Dari grafik di atas, nampak bahwa umumnya nilai PDB atas dasar harga berlaku (ADHB) selalu lebih tinggi dari nilai PDB atas dasar harga konstan (ADHK). Perbedaan tersebut disebabkan karena ada pengaruh perubahan harga yang cenderung selalu meningkat dalam perhitungan PDB ADHB, sedangkan dalam PDB ADHK pengaruh faktor harga telah
ditiadakan. Sama halnya dengan PDB ADHB, sebagian besar komponen pengeluaran akhir PDB ADHK menunjukkan peningkatan. Terbentuknya total PDB merupakan kontribusi dari seluruh komponen pengeluaran, yang terdiri dari Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga (PK-RT), Pengeluaran Konsumsi Akhir Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumah Tangga (PKLNPRT), Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah (PK-P), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), ekspor neto (E) atau ekspor barang dan jasa minus impor barang dan jasa. Terlihat bahwa selama periode 2014-2018, produk yang dikonsumsi di wilayah domestik masih untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir rumah tangga. Berikut tiga pengeluaran tertinggi tahun 2014-2018. PDB Penggunaan (Seri 2010)
2018
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
2017
2016
2015
2014
Average
55,74 56,14 56,66 56,31 55,96
56,162
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
1,22
1,18
1,17
1,14
1,18
1,178
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 5. Perubahan Inventori
8,98
9,09
9,53
9,75
9,43
9,356
32,29 32,17 32,58 32,81 32,52
32,474
2,08
1,688
6. Ekspor Barang dan Jasa
20,97 20,19 19,09 21,16 23,67
21,016
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa
22,06 19,17 18,33 20,78 24,41
20,95
8. PRODUK DOMESTIK BRUTO
2,28
1,55
100
100
1,28
100
1,25
100
100
100
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga dengan rata-rata pengeluaran sebesar 56,16 persen. 2. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto dengan rata-rata sebesar 32,47 persen. 3. Ekspor barang dan jasa dengan rata-rata sebesar 21,016 persen dan 20,95 persen.
Chart Title 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
2014
2015
Kons ums i Rumah Tangga PMTB Impor Barang dan Jas a
2016 Konsums i LNPRT Perubahan Inventori
2017 Kons ums i Pemeri ntah Eks por Bara ng dan Ja s a
2018
Rata-rata proporsi konsumsi akhir pemerintah berada pada rentang 9,356 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam menyerap produk domestik tidak terlalu besar. Di sisi lain, pada tahun 2015-2017 perdagangan internasional Indonesia yang direpresentasikan oleh transaksi ekspor dan impor barang dan jasa, menunjukkan bahwa nilai ekspor barang dan jasa cenderung lebih tinggi dari nilai impor barang dan jasa. Kecenderungan perdagangan internasional Indonesia dalam periode tersebut selalu menunjukkan posisi “surplus” atau menguntungkan. Sedangkan pada tahun 2014 dan 2018 perdagangan internasional Indonesia menunjukkan nilai ekspor barang dan jasa lebih rendah dari nilai impor barang dan jasa yang menunjukkan dalam kondisi “defisit” atau merugi.