ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI USAHA BERAS ORGANIK (STUDI KASUS: PT. SIRTANIO INDONESIA, BANYUWANGI, JAWA TIMUR)
PROPOSAL TUGAS AKHIR
DISUSUN OLEH : BAGAS ARI SETIYAWAN 361641311112
PROGRAM STUDI D-IV AGRIBISNIS POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI 2017
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia. Salah satunya adalah beras yang merupakan bahan pangan pokok penduduk Indonesia. Bukan hanya indonesia tapi mayoritas negara asia dan asia tenggara juga menjadikan beras sebagai bahan pangan pokok penduduknya. Hal ini menjadikan tingkat kebutuhan konsumsi beras Indonesia dan dunia meningkat. Sementara di indonesia sendiri produksi beras tidak berjalan lurus dengan tingkat konsumsinya. Hal ini memaksa pemerintah melakukan kebijakan impor beras.
Tabel 1 Perkembangan produksi beras tahun 2015-2017 dan seta prediksi tahun 20182019
Berdasarkan data di atas menunjukkan perkembangan dan prediksi produksi beras nasional tahun 2015-2019. Untuk Skenario I menjelaskan bahwa produksi padi nasional dalam kondisi iklim normal (tanpa adanya El Nino dan La Nina) akan mencapai 72,32 juta ton, dengan skenario yang sama produksi padi pada tahun 2019 akan mencapai 81,19 juta ton, atau tumbuh dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahun 2,93 persen per tahun. Perkembangan ini ternyata lebih rendah dari angka produksi sementara (Aram I) tahun 2015 yang diterbitkan oleh BPS sebesar 74,99 juta ton. Jika di Indonesia selama periode 2015 –2019 mengalami gejala La Nina (Skenario II) maka pada tahun 2015 produksi padi nasional akan turun menjadi 71,82 juta ton (turun sekitar 0,69
persen dibandingkan Skenario I). Dengan skenario yang sama pada tahun 2019 produksi padi nasional akan mencapai 82,35 juta ton (lebih tinggi sekitar 1,43 persen dibandingkan Skenario I). Dengan demikian pertumbuhan produksi padi nasional berdasarkan Skenario II adalah 3,48 persen per tahun. Adapun jika Indonesia menghadapi musim kering berkepanjangan sebagaimana terjadi pada gejala El Nino (Skenario III), maka produksi padi nasional pada tahun 2015 akan mencapai 71,04 juta ton, atau lebih kecil sekitar 1,77 persen. Dengan skenario yang sama produksi padi nasional diprediksikan mencapai 75,59 juta ton, atau lebih kecil sekitar 6,90 persen. Dengan demikian pertumbuhan produksi berdasarkan Skenario III akan tumbuh sekitar 1,56 persen per tahun. Pemenuhan kebutuhan pada awalnya hanya berfokus pada kecukupan jumlah dengan mengesampingkan faktor pemenuhan gizi seta dampak yang di timbulkan pada lingkungan. Namun pada era moderen ini banyak penduduk yang selektif mengonsumsi serta memperlakukan lingkungan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengembalikan kondisi lingkungan menjadi lebih baik dengan menerapkan sistem pertanian organik. Pertanian organik menurut Nasahi (2010) merupakan sistem manajemen produksi yang dapat meningkatkan kesehatan tanah maupun kualitas ekosistem tanah dan produksi tanaman. Pelaksanaan pertanian oranik memfokuskan pada material ramah lingkungan,menghindari penggunaan bahan sintetis serta faktor kecukupan gizi. Kondisi indonesia sekarang ini adalah krisis gizi bahan pangan,dimana pertanian indonesia masih banyak menerapkan pertanian non organik (konvensional). Pertanian konvensional pada dasarnya menitik beratkan pada penggunaan pestisida kimia serta pupuk kimia. Bahan-bahan tersebut racun tidak langsung bagi konsumsinya serta lingkungannya. Menurut Sulistyowati dalam penggunaan kimia mengakibatkan tanah menjadi keras, sehingga dibutuhkan energy yang lebih berat untuk mengolah tanah. Cacing-cacing tanah yang seharusnya berfungsi menggemburkan tanah secara alami tidak mampu mengikuti kecepatan penguraian yang diperlukan manusia. Oleh karena itu diperlukan penerapan sistem pertanian organik untuk mengembalikan kondisi tanah. Beberapa waktu ini bermunculan berbagai beras organik diantarannya beras merah, beras hitam, beras coklat dan beras-beras lainnya. Pada dasarnya beras organik beras sehat yang banyak mengandung serat alami dan di jadikan makan penujang. Terutama pada beras merah, Hasil penelitian Cina dalam Suardi (2005) menunjukkan bahwa ekstrak larutan beras merah mengandung protein, asam lemak tidak jenuh, beta-sterol, camsterol, stigmasterol, isoflavones, saponin, Zn dan Fe, lovastatin, dan mevinolin-HMG-CoA. Serta beras hitam Kalsium (Ca) 0.368 mg/ml, Besi (Fe) 0.391 mg/ml, Kalium (K)
0.886 mg/ml, Magnesium (Mg) 1.95 mg/ml, Zinc (Zn) 0.021 mg/ml. Hasil dari kandungan mineral yang paling tinggi adalah variabel Magnesium (Mg). Dangan mengetetahui besarnya manfaat beras organik bagi kesehatan maka terdapat potensi yang besar untuk mengembangkan usaha beras organik. Pada tahun-tahun ini jumlah produksi beras organik masih belum bisa memenuhi permintaan pasar indonesia secara keseluruhan. Hal ini bisa dilihat dari perbedaan harga beras biasa dengan beras organik. Minimnya penelitian yang di lakukan, sehingga belum dapat di pastikan seberapa besar potensi dari usaha beras organik tersebut. Hal ini didukung dengan fakta sulitnya mencari informasi mengenai jumlah produksi dan tingkat konsumsi, lahan budidaya, dan rata-rata harga dasar beras organik di Indonesia. Salah satu daerah penghasil beras organik di provinsi Jawa Timur adalah Kabupaten Banyuwangi. Hal ini berkaitan dengan potensi yang dimiliki Kabupaten Banyuwangi untuk menjadi salah satu sentra beras organik didukung dengan kesuburan tanah, ketersediaan lahan sawah yang luas, komitmen petani serta kebutuhan air yang sangat melimpah. Luas sawah padi organik pada tahun 2017 ini mencapai 110 hektare yang tersebar di Kecamatan Kalibaru, Glenmore, Genteng, Sempu, Singojuruh, Songgon, Kabat, dan Licin. Hal ini berpotensi besar untuk meningkatkan perkonomian petani serta konsumen yang ada di banyuwangi untuk menjadi lebih sehat dan sejahtera.
PT Sirtanio merupakan salah satu produsen beras organik yang didirikan atas dasar adanya informasi mengenai tingginya permintaan beras organik salah satunya beras merah di wilayah Kabupaten Banyuwangi dan sekitarnya. Usaha ini didirikan di Desa Sumberbaru, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Usaha ini terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya, dimana dapat dilihat dari peningkatan produksi dan penjualan. Pada awal berdiri tahun 2012 volume produksi dan penjualan kurang dari 18 ton per tahun tapi di tahun 2017 sudah mencapai 216 ton per tahun. Hal ini ditunjang dengan adanya bantuan dari beberapa mitra untuk keberlangsungan produksi beras organik tersebut.
1.2 Rumusan Masalah Perumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kelayakan usaha beras organik PT Sirtanio jika dilihat dari aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, PBP)? 2. Bagaimana alternatif penambahan investasi pada PT Sirtanio ditinjau dari segi keuangan perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kelayakan usaha beras organik pada PT Sirtanio berdasarkan aspek finansial. 2. Merumuskan alternatif penambahan investasi pada PT Sirtanio ditinjau dari segi keuangan perusahaan?
1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai sarana latihan dan pengembangan wawasan bagi peneliti dalam menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan tentang agribisnis yang telah dipelajari selama perkuliahan di Politeknik Negeri Banyuwangi . 2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pengusaha beras organik tentang kelayakan usaha. 3. Memberikan tambahan informasi dan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
1.5 Batasan Masalah Penelitian ini hanya dilakukan di PT Sirtanio yang berlokasi di Desa Sumberbaru Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Penelitian ini membahas mengenai aspek-aspek finansial dan alternatif penambahan investasi. Aspek finansial terdiri atas kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period. Alternatif penambahan investasi berdasarkan analisis investasi. Hasil perhitungan pada aspek finansial menggunakan cash flow yang akan diolah menggunakan software Microsoft Excel. Hal ini dilakukan untuk meneliti kelayakan investasi usaha merah organik pada PT Sirtanio.
BAB II TINJAUANA PUSTAKA
2.1 Beras Organik: Upaya Meningkatkan Daya Saing Produk Pertanian Penelitian Dika Supyandi, Mahra Arari Heryanto dan Yayat Sukayat (2014) mengenai upaya untuk meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia saat harus berhadapan dengan produk pertanian, khususnya padi, dari negara lain di Asean. Mempertimbangkan bahwa hingga saat ini Indonesia adalah importir beras terbesar di Asean, untuk juga sebaliknya dapat mengekspor ke negara Asean, Indonesia harus mengambil dan menciptakan peluang pasar beras spesifik yang sejauh ini belum banyak dikembangkan secara massive di negara Asean lainnya. Kesadaran terhadap pangan sehat dan kelestarian lingkungan adalah peluang yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin, sebelum ceruk pasar ini diambil oleh negara Asean lain. Perhatian yang lebih tinggi dan terarah harus diberikan kepada pelaku usaha ini, baik dari aspek peningkatan kapasitas teknis maupun perbaikan kelembagaan. Para pengambil kebijakan dan regulator juga harus berperan dalam memperlancar dan mempermudah berkembangnya usaha tani ini dalam arti membuat pengembangan usaha padi organik ini menguntungkan dan adil bagi semua pihak yang terlibat. 2.2 Sikap Konsumen Terhadap Beras Organik Penelitian Lilik Noor Yuliati, Northa Idaman, dan Retnaningsih (2012) mengenai hasil pengujian terhadap beberapa atribut beras organik dengan menggunakan analisis Cochran ternyata tidak sesuai dengan harapan. Atribut yang dipentingkan oleh konsumen (harga, kandungan gizi, dan informasi pada kemasan produk) tidak termasuk pada atribut utama green product. Hasil model SEM dapat dilihat bahwa kontribusi sikap perilaku pembelian beras organik (attitude toward behavior) terhadap pembentukan minat (intention) membeli beras organik di Kabupaten Sukabumi adalah signifikan (kuat); kontribusi norma subjektif (subjective norms) terhadap minat (intention) tidak signifikan (lemah), sedangkan kontribusi kontrol perilaku (perceived behavioral control) terhadap minat (intention) adalah signifikan (kuat). Implikasi manajerial dikombinasikan dengan bauran pemasaran 4P menghasilkan beberapa rekomendasi. 1) Produk, seperti diperlukan kemasan yang bervariasi dengan memberikan informasi produk yang lengkap mengenai kandungan gizi serta jaminan bebas dari bahan kimia berbahaya, peningkatan luasan lahan padi organik untuk menjaga kontinuitas gabah, melakukan riset yang mendukung pengembangan beras organik, dan mendorong sertifikasi padi organik. 2) Harga, menerapkan harga yang bersaing dengan beras nonorganik.
3) Tempat, seperti menerapkan rantai pemasaran yang pendek, perluasan saluran pemasaran ke grosir, supermarket dan Gapoktan agar dapat lebih mudah dijangkau oleh konsumen, dan diperlukan akses distribusi ke saluransaluran khusus (PNS, BUMN, dan swasta) untuk memperkuat akses pasar. 4) Promosi, pemasar ataupun petani diharapkan dapat melakukan promosi melalui leaflet atau media internet yang berisi informasi dan keunggulan atribut-atribut beras organik dan melakukan sosialisasi mengenai keunggulan dan manfaat beras organik. 2.3 Penelitian Kelayakan Penambahan Investasi Beberapa penelitian terdahulu yang melakukan penelitian mengenai studi kelayakan pengembangan usaha dengan penambahan investasi, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rizqi Ardhini Qohar (2014) Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Beras Merah Organik (Studi Kasus: Ud Sirtanio, Banyuwangi, Jawa Timur), dan penelitian Novianti (2010) mengenai kelayakan investasi usaha penggilingan padi pada kondisi risiko (studi kasus di penggilingan padi skala kecil Sinar Ginanjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat). Dari penelitian-penelitian terdahulu ini terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu jenis varietas yang diteliti, lokasi penelitian, serta permasalahan yang dihadapi. Sedangkan persamaannya dengan penelitian-penelitian terdahulu yaitu menganalisis kelayakan penambahan investasi dilihat dari aspek finansial dan non finansial. Dalam penelitian ini komoditi yang diteliti adalah beras organik di PT Sirtanio Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dengan permasalahan alternatif investasi usaha dengan di tinjau dari segi keuangan berupa pengembangan berupa pabrik untuk usaha produksi. Penelitian yang dilakukan, dari hasil analisis leasing, rencana pengadaan aset berupa tanah, bangunan produksi, mesin-mesin produksi, dan kendaraan operasional lebih menguntungkan bagi UD Sirtanio daripada sewa aset yang selama ini dilakukan. Hasil analisis finansial terhadap pengembangan usaha skenario I dan skenario II dengan menggunakan kriteria penilaian investasi juga menunjukkan bahwa kedua skenario layak untuk dijalankan. Hal ini dibuktikan dengan nilai kriteria kelayakan investasi kedua skenario dimana nilai NPV lebih dari nol, nilai Net B/C lebih dari satu, IRR lebih dari nilai tingkat diskonto yang digunakan, serta payback period sebelum umur proyek berakhir. Pada skenario I diperoleh nilai NPV sebesar Rp2 924 093 674; Net B/C sebesar 4.771; IRR sebesar 54 persen; dan payback period sebesar 2.827. Sedangkan dari skenario II diperoleh nilai NPV Rp1 498 919 714; Net B/C sebesar 7.255; IRR sebesar 94 persen; dan payback period sebesar 2.046. Dari hasil perhitungan switching value terhadap kedua skenario pengembangan usaha menunjukkan usaha beras merah organik UD Sirtanio sensitif terhadap kenaikan harga gabah dan penurunan nilai rendemen. Pada skenario I hasil analisis switching value
diperoleh nilai maksimum kenaikan harga gabah yang dapat ditolerir sebesar 1.555229745 dan nilai maksimum penurunan nilai rendemen yang dapat ditolerir sebesar 0.705759509. Sedangkan pada skenario II hasil analisis switching value diperoleh nilai maksimum kenaikan harga gabah yang dapat ditolerir sebesar 1.466844655 dan nilai maksimum penurunan nilai rendemen yang dapat ditolerir sebesar 0.752592975. Novianti (2010) mengemukakan dalam penelitianya bahwa usaha penggilingan padi di Kabupaten Karawang didominasi oleh penggilingan padi skala kecil, dimana salah satunya adalah penggilingan padi Sinar Ginanjar. Penggilingan padi Sinar Ginanjar akan melakukan penambahan konfigurasi mesin dengan modal dari investor untuk memperoleh keuntungan maksimal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan studi kelayakan bisnis terhadap usaha penggilingan padi Sinar Ginanjar. Berdasarkan analisis pada aspek non finansial penggilingan padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan. Analisis finansial dilakukan pada dua kondisi usaha, yaitu kondisi tanpa risiko dan kondisi risiko. Pada kondisi tanpa risiko dengan tingkat diskonto 12 persen layak dilakukan investasi dimana diperoleh nilai NPV Rp322 915 059; IRR 28 persen; Net B/C 1.83; dan payback period selama 4 tahun 0.9 bulan. Analisis aspek finansial pada kondisi risiko juga menunjukkan layak dilakukan investasi Tingkat risiko terbesar berdasarkan nilai koefisien variasi adalah risiko harga dengan nilai NPV yang diharapkan sebesar Rp59 440 085; standar deviasi 108 146 306; dan koefisien variasi 1.82. Sedangkan pada risiko produksi nilai NPV yang diharapkan Rp259 662 572; standar deviasi 388 618 762; dan koefisien variasi 1.50. Perbedaan penelitian kali ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada jenis komoditas yang diteliti dengan komoditas yang sama tetapi varietasnya yang berbeda. Selain itu, lokasi tempat dilakukannya penelitian kali ini juga berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis kelayakan pengembangna usaha dengan penambahan investasi dimana metode analisis yang digunakan hampir sama seperti penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu menggunakan analisis leasing, analisis kelayakan investasi, dan analisis switching value.