ANALISA KETIDAKCOCOKAN DIAGNOSA PRE DAN POST BEDAH
RSUD DR.SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL 2016
BAB I PENDAHULUAN
Tindakan bedah sekecil apapun, tidak terlepas dari faktor risiko : infeksi, masa penyembuhan yang memakan waktu lama, menimbulkan bekas cacat pada tubuh pasien, bahkan adanya kemungkinan komplikasi baru. Oleh karena itu, penegakkan diagnosis adalah hal yang sangat penting dalam proses pengobatan. Karena kalau penyakit sudah ditentukan diagnosisnya, maka pilihan pengobatan akan mengikuti. Proses penegakkan diagnosis dimulai dari proses anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang berupa laboratorium, pemeriksaan USG, Roentgen, CT-SCAN dan lain-lain. Karena terkadang walau proses 1 sampai dengan 3 sudah dilewati, dokter belum yakin untuk menentukan diagnosis, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan.
BAB II LAPORAN KETIDAKCOCOKAN DIAGNOSA PRE DAN POST BEDAH TAHUN 2016
Berdasar Peraturan Menteri Kesehatan 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien, Rumah sakit wajib menerapkan keselamatan pasien. Diagnosis tindakan bedah adalah proses yang kompleks di rumah sakit. Tindakan ini membutuhkan asesmen pasien yang lengkap dan komprehensif. Proses yang sangat menentukan hasil operasi adalah kemampuan dokter bedah dalam menentukan risiko bedah atau penilaian perioperatif (pre, intra, pasca operatif). Apabila dokter bedah melihat adanya faktor risiko pada pasien maka mereka akan melakukan konsultasi kepada sejawat lain. Jika faktor risiko pasien tidak diketahui akan menimbulkan cidera kepada pasien. Ketidakcocokan diagnosa pre dan post bedah menyumbang KTD Bedah sebesar 2,6%. (Gawande, 1999). Pelaporan insiden ketidakcocokan diagnosa pre dan post bedah bertujuan untuk meningkatkan ketepatan diagnosis bedah dan meminimalkan risiko terhadap pasien. Berikut ini laporan insiden Ketidakcocokan Diagnosa Pre
dan Post Bedah dari seluruh unit di
RSUD Soeselo Slawi dari bulan Maret sampai September 2016 : Tabel 1. KTD Ketidakcocokan Diagnosa Pre dan Post Bedah Maret-September 2016 NO
BULAN
KTD Ketidakcocokan Diagnosa Pre dan Post Bedah
1
Maret
0
2
April
0
3
Mei
0
4
Juni
0
5
Juli
0
6
Agustus
1
7
September
0
Jumlah
0
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa laporan insiden Ketidakcocokan Diagnosa Pre
dan Post Bedah
bulan Maret sampai dengan September 2016 ada 1
insiden. Insiden Ketidakcocokan Diagnosa Pre dan Post Bedah dilaporkan pada tanggal 10 Agustus 2016.
Pasien didiagnosa Perdaahan intra abdomen curiga ruptur kista,
kemudian dilakukan operasi Laparotomi oleh residen Obsgin.
Ternyata dalam proses
operasi didapatkan ovarium, tuba, uterus dalam batas normal. Konsultasi dengan Bedah : gaster, ileum, colon tidak perforasi. Hepar, lien teraba mulus tidak tampak/ teraba ruptur. Tampak hematoma di retroperitonial dan perdarahan sudah tidak aktif. Penyebab insiden ialah tidak dilakukannya pemeriksaan penunjang USG Abdomen. Rekomendasi yang diberikan yakni menjadikan USG Abdomen sebagai pemeriksaan sebelum operasi elektif bagi pasien dengan diagnosis Abdominal Pain, Akut Abdomen Intraabdomen.
dan Perdarahan
BAB III PENUTUP
Dengan diterapkannya keselamatan pasien rumah sakit, laporan insiden Ketidakcocokan Diagnosa Pre Diagnosa Pre
dan Post Bedah sangatlah penting. Ketidakcocokan
dan Post Bedah wajib dianalisa dan diperhatikan supaya mencegah
terjadinya Kejadian Tidak Dikehendaki yang dapat mengancam keselamatan pasien dan track record rumah sakit. Diperlukan peran manajemen rumah sakit, supervisi dari tim keselamatan pasien RS dan kesadaran yang tinggi dari seluruh civitas RSUD Soeselo Slawi serta motivasi yang tinggi agar program keselamatan pasien dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan.
Mengetahui, Direktur RSUD dr.Soeselo Slawi Kabupaten Tegal,
Ketua KMKP,
dr. Widodo Joko Mulyono M.Kes.MMR NIP.19630919 199001 1 001
dr.Maretina Wahyu Wiyati,Sp.PD NIP. 19770323 200312 2 011