Anak Rembulan

  • Uploaded by: MOEDJOKO SATYO HANGGRAHONO
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Anak Rembulan as PDF for free.

More details

  • Words: 479
  • Pages: 2
ANAK REMBULAN Azizah Pradnya Paramitha Jika petang sudah menjelang di kawasan remang-remang itu, ibu selalu menyuruhku pulang. Kalau sudah begitu, aku pasti mendengus kesal karena aku tidak bisa memandang banci-banci yang mulai bersliweran di depan wisma milik ibu. Tapi ibu hanya diam. Lantas menggelandangku masuk kamar dan menguncinya dari luar hingga subuh datang. Selalu begitu dari aku belum mengerti apa-apa hingga di usia remajaku ini. Aku tahu apa yang dilakukan ibu untuk menghidupi aku. kata orang, sekarang ibu berada di puncak kejayaanya. Ibu adalah seorang penjual. Ya, ibu menjual gadis-gadis seusiaku untuk bekerja sebagai perempuan malam. Ngeri? Tentu saja. Mereka, gadisgadis itu memnggil ibu dengan sebutan mami. Tapi ibuku sangat marah saat aku meniru mereka memanggil ibu dengan panggilan mami. Ibu membentakku. Panggil aku ibu! Karena kau tidak sama dengan mereka. Aku hanya menunduk diam tak mengerti. Kata orang aku memiliki wajah dan tubuh yang proporsional. Tinggiku yang semamapai ditambah wajah portugis dan kulit meztiso yang eksotis sering menjadi lirikan jahil para lelaki yang berkunjung di wisma ibuku. Oleh karena itu, ibu selalu mengunciku dikamar saat tamu-tamu itu mulai datang mencari hiburan. Ibuku takut jika aku dirusak oleh mereka. Bahkan ibu pernah menampar pemuda yang mencoba menggamit pinggangku. Ibuku seorang penjual yang hebat. Tak ada oknum yang berani mengusik kemewhan ibu. Karena tiap bulannya ibu membayar uang keamanan yang cukup besar. Di dalam wisma ibu juga menyiapkan bodyguard-bodyguard angker yang didampingi anjing pemburu mereka. Jadi tak ada yang berani mengganggu ibu. Termasuk aku. mulai dari tukang becak yang mangkal di depan kompleks sampai oknum-oknum yang selslu kenyang mendapat uang dari ibu. Ibu sangat menyanyangiku. Apa saja keinginanku selalu diturutinya. Kecuali tentang keberadaan ayah. Dulu semsasa aku kecil, aku pernah menangis sepulang bermain. Ibu segera menyambutku dengan pelukannya. Beliau menanyakan mengapa aku menangis. Aku bercerita dengan kepolosan bocah umur lima tahun. Kata mereka aku

anak haram. Buktinya aku tidask tahu dimana ayah. Ibuku hanya tersenyum. Lalau dibawanya aku ke pangkuannya. Ibu bercerita bahwa ayah adalah orang yang hebat. Seorang ekspatriat portugis. Ayah seorang yang tampan. Betul kan bu? Ibu hanya tertawa kecil. Kalau begitu dimana ayah sekarang bu? Tanyaku waktu itu. Ibu bilang ayah sedang melaut. Menaklukkan ombak di tujuh samudera. Dan menapakkan kaki di benua-benua yang belum terjamah. Kata ibu, ayah berasal dari negeri yang sangat jauh. Negeri dimana matahari tenggelam dengan sempurna. Sejak saat itu, aku tidak pernah menanyakan tentang keberadaan ayah. Kareba aku sudah merasa puas ats jawaban ibu. Lagipula aku tidak merasakan kerinduan seorang anak kepada bapaknya. Dan kini aku tahu bahwa ayah tak pernah kembali lagi. Sebagai remaja putri normal lainnya, aku menjalani kehidupanku dengan bahagia. Aku disekolahkan ibu di sekolah swasta yang bergengsi di kota pesisir tempat aku tinggal. Aku mendapat teman-teman yang bisa menerima aku apa adanya. Prestasiku juga cukup bagus. Walaupun masih kudengar gunjingan-gunjingan tentang pekerjaan ibu. Tapi aku tidak peduli karena tidak ada orang yang mengenal ibu sebaik aku mengenal beliau.

Related Documents

Anak Rembulan
June 2020 30
Anak-anak
May 2020 56
Anak Anak
May 2020 46
Anak
October 2019 50
Anak
June 2020 42

More Documents from ""