BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari peranan sektor perkebunan kopi terhadap penyediaan lapangan kerja, penyedia devisa negara melalui ekspor. Dalam hal penyediaan lapangan kerja usahatani kopi dapat memberi kesempatan kerja yaitu sebagai pedagang pengumpul hingga eksportir, buruh perkebunan besar dan buruh industri pengolahan kopi. Kopi Indonesia saat ini menempati peringkat keempat terbesar di dunia dari segi hasil produksi setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia (International Coffee Organization, 2018). Berikut besaran produksi kopi dunia menurut International Coffee Organization (Grafik 1).
Berdasarkan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementerian Pertanian konsumsi kopi nasional pada tahun 2016 mencapai sekitar 250 ribu ton dan tumbuh 10,54% menjadi 276 ribu ton. Konsumsi kopi Indonesia sepanjang periode 2016-2021 diprediksi tumbuh rata-rata 8,22%/tahun. Perkembangan konsumsi kopi dalam negeri yang terus meningkat memberikan potensi pasar bagi petani kopi dan mampu meningkatkan pendapatan dari sektor perkebunan ini. Adapun 81,87% produksi kopi nasional merupakan jenis robusta dan 18,13% dari jenis arabika Sekitar 94,5% produksi kopi di Indonesia dipasok dari pengusaha kopi perkebunan rakyat atau petani-petani kecil
dan koperasi. Besaran presentase inilah yang menjadikan banyak pelaku UMKM di Indonesia saat ini sangat tertarik menjadikan kopi sebagai produk usahanya. Sektor UMKM memiliki peranan strategis dalam menopang perekonomian bangsa. Banyak faktor yang menjadikan UMKM memiliki daya tahan terhadap krisis, diantaranya: produk yang dihasilkan adalah produk yang dekat dengan konsumen serta memanfaatkan sumber daya lokal sehingga tidak tergantung dari produk impor, selain itu sebagian besar UMKM memanfaatkan dana sendiri dalam mengelola usahanya sehingga ketika terjadi lonjakan suku bunga, kondisi keuangan mereka tidak terganggu. Perkembangan jumlah UMKM Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2017 sebesar 238.619 usaha, dan memberikan kontrisbusi terhadap PDRB DIY sebesar 79,64% (Dinas Koperasi dan UMKM DIY, 2017). Salah satu koperasi yang berada di wilayah Yogyakarta adalah Koperasi Usaha Bersama (KUB) Kebun Makmur, koperasi ini bergerak dalam bidang agribisnis yang memasarkan jenis kopi lokal yang dikenal dengan kopi merapi. Koperasi ini berfungsi sebagai wadah yang membantu petani kopi di lereng merapi memasarkan dengan harga yang layak. Selain untuk mempererat solidaritas petani kopi, KUB diharapkan mampu menaikkan nilai tawar petani kopi.
Ketua Koperasi Usaha Bersama (KUB) Kebun
Makmur Cangkringan, Sleman, Sumijo mengatakan kopi Merapi saat sudah memiliki pasar lokal sendiri, yaitu hotel, kafe, toko oleh-oleh, ataupun warung kopi terutama di seputar DIY. Diharapkan dengan membuka pasar sendiri melalui KUB Kebun Makmur maka harga tidak mengikuti harga kopi dunia atau nasional sehingga petani kopi tetap memperoleh penghasilan yang layak. Kopi Merapi menonjolkan aromanya yang lebih muncul, dan dibudidayakan secara organik sehingga memberikan nilai tambah bagi produk tersebut. Harga kopi yang fluktuatif di pasar terkadang tetap menjadi kendala bagi petani, meski panen melimpah, pendapatan para petani kopi seringkali hanya kecil. Terdapat risiko juga apabila terjadi erupsi Gunung Merapi yang akan berdampak pada perkebunan kopi rakyat. Oleh karena itu diperlukan peran penting Koperasi Usaha Bersama (KUB) untuk menaikkan posisi tawar petani dan tercapai tujuan-tujuan untuk mensejahterakan anggotanya.
1.2 Rumusan Masalah 1. Mengapa koperasi sangat diperlukan dalam meningkatkan nilai tawar? 2. Bagaimana cara petani menjual kopi hasil panen? 3. Bagaimana pengaruh koperasi terhadap pendapatan petani kopi? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui pentingnya koperasi sebagai salah satu lembaga pemasar produk petani. 2. Mengetahui cara petani menjual kopi hasil panen. 3. Mengetahui pengaruh koperasi terhadap pendapatan petani kopi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kopi merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan penghasil devisa ekspor.