Akpri Sap 8 Fixx.docx

  • Uploaded by: Indah rahmasari
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Akpri Sap 8 Fixx.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,626
  • Pages: 12
AKUNTANSI KEPERILAKUAN EKA 450 (CP) (Rangkuman Materi Kuliah SAP 8)

ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

OLEH KELOMPOK 1 NAMA ANGGOTA : Komang Nik Radhi Handani Luh Putu Indah Rahmasari Alit Wahyuningsih Ni Luh Putu Ayu Indri Istadewati

(1607531013) (1607531014) (1607531041) (1607531091)

Disampaikan kepada : Ni Putu Sri Harta Mimba, SE.,MSi,Ak,Ph.D

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2019

0

1.

Pertimbangan dan Pengambilan Keputusan dalam Akuntansi Keperilakuan

1.1 Pertimbangan dan Pengambilan Keputusan Akuntansi sesungguhnya berbicara soal pertimbangan dan pengambilan keputusan dari individu seperti investor, manajer dan auditor. Memang penggunaan komputer dapat membantu dalam memasukan data dan membuat keputusan sehari–hari, namun komputer tidak dapat membuat keputusan yang mempertimbangkan nilai–nilai dan preferensi resiko. Komputer tidak mempunyai emosi atau kognisi seperti yang dimiliki oleh manusia. Oleh karena itu, pertimbangan aspek–aspek kemanusiaan dangat dibutuhkan. 1.2 Anatomi Suatu Keputusan Ada enam langkah yang secara implisit atau eksplisit diterapkan ada proses pengambilan keputusan secara rasional untuk tiap – tiap situasi, yakni sebagai berikut. a. Menentukan permasalahan (define the problem) b. Mengidentifikasi kriterianya (identify the criteria) c. Mengukur kinerja (weight the criteria) d. Menciptakan alternatif (generate alternative) e. Mengukur nilai alternatif dari setiap kriteria (rate each alternative on each criterion) f. Menghitung keputusan yang terbaik atau optimal (compute the optimal decision) 1.3 Bounded Rationality Model rasional didasarkan pada sekumpulan asumsi yang menguraikan bagaimana keputusan seharusnya diambil dibandingkan dengan menguraikan bagaiaman suatu keputusan dibuat. Simon (1957) maupun Marc dan Simon (1958) dalam Bazerman (1994) menyarankan bahwa keputusan individu dibatasi pada rasionalitasnya dan kita dapat memahami lebih baik suatu pembuatan keputusan melalui penjelasan nyata dari proses keputusan secara normatif (bagaimana seharusnya dibuat). 2.

Proses Pengambilan Keputusan

2.1 Definisi Dalam organisasi, pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai tujuan 1

bersama. Langkah-langkah pengambilan keputusan, yaitu: a. Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau suatu peluang, di mana para pengambil keputusan memerlukan informasi mengenai lingkungan, keuangan, dan operasi. b. Pencarian atas tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya, pada langkah ini, alternatif praktis sebaiknya sebanyak mungkin diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian sering dimulai dengan melihat masalah serupa yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih pada saat itu. Fitur-fitur yang dapat dikuantifikasikan akan berupa estimasi keuangan atas biaya dan manfaat yang berkaitan dengan setiap alternatif. c. Pemilihan alternatif yang optimal atau memuaskan, merupakan tahap yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan. Meskipun langkah ini mungkin memunculkan pilihan rasional, pilihan terakhir sering didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis daripada fakta ekonomi. d. Penerapan dan tindak lanjut, menentukan kesuksesan atau kegagalan dari keputusan akhir. Pelaksanaan akan berhasil jika individu-individu yang memiliki kontrol atas sumber daya organisasi yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan (uang, orang, dan informasi) berkomitmen untuk membuatnya bekerja. 2.2 Motif Kesadaran Motif kesadaran ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang masih berada dalam tingkat kesadaran seseorang. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran dalam konteks pengambilan keputusan, yaitu: a. Keinginan akan kestabilan atau kepastian, menegaskan adanya kemampuan untuk memprediksi. Motif ini mengaktifkan baik pikiran sadar dan bawah sadar untuk membuat masuk akal suatu ketidakseimbangan, ambigu, atau ketidakpastian informasi. b. Keinginan akan kompleksitas dan keragaman, menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi serta mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari ingatan atau lingkungan, kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan motif. Dua faktor penting dari proses pengambilan keputusan 1

adalah kompleksitas dan prediksinya (pasti atau tidak pasti). Dengan menggunakan dimensi-dimensi kompleksitas dan kemampuan untuk membuat prediksi, para ahli psikologi telah mengembangkan empat jenis model keputusan: a) Model keputusan yang diprogram secara sederhana Model ini ditandai dengan aturan-aturan prediksi yang tidak kompleks, yang ditetapkan oleh orang lain yang bukan si pengambil keputusan. b) Model keputusan yang tidak diprogram secara sederhana Pada model ini, apa pun akan terlihat baik pada saat itu bagi si pengambil keputusan yang langsung memilih alternatif tersebut. Informasi bersumber dari prasangka melalui keyakinan-keyakinan umum. c) Model keputusan yang diprogram secara kompleks Model ini melibatkan perencanaan yang rinci. Masalah dan peluang diantisipasi dengan skala prioritas yang begitu hati-hati. Alternatif yang ada dievaluasi berdasarkan pertimbangan untuk memaksimalkan manfaat jangka panjang. d) Model keputusan yang tidak diprogram diprogram secara kompleks Model ini memiliki ciri khas yaitu partisipasi yang terus-menerus dari semua orang yang terlibat untuk memaksimalkan perolehan informasi dan koordinasi. 2.3 Jenis-jenis dari Model Proses Tiga model utama dalam pengambilan keputusan dari seorang pengambilan keputusan dalam suatu organisasi, model-model tersebut adalah: a. Model Ekonomi Model tradisional mengasumsikan bahwa semua tindakan manusia dan keputusan secara sempurna rasional dan bahwa dalam sebuah organisasi, ada konsistensi antara berbagai motif dan tujuan. b. Model Sosial Model ini mengasumsikan bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional dan bahwa keputusan dihitung berdasarkan interaksi sosial. c. Model Kepuasan Simon Model ini didasarkan pada konsep Simon tentang orang administrasi, di mana manusia dipandang rasional karena mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, 2

memproses informasi, membuat pilihan, dan belajar. 3.

Cara Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Berikut merupakan tinjauan atas suatu bukti penting yang akan memberikan penjelasan

yang lebih akurat tentang bagaimana sebenarnya kebanyakan keputusan dalam organisasi yang diambil. a. Rasional Terbatas Salah satu aspek yang menarik dari konsep rasional terbatas adalah membuat urutan pertimbangan beberapa alternatif. Pengurutan alternative tersebut sangat penting dalam menentukan alternative yang dipilih. b. Intuisi Pengambilan keputusan intuitif merupakan suatu proses tidak sadar yang diciptakan dari pengalaman bersaing. Intuisi ini tidak harus berjalan secara independen dari analisis rasional. c. Identifikasi Masalah Masalah-masalah yang tampak cenderung memiliki kemungkinan terpilih yang lebih tinggi dibandingkan dengan masalah-masalah yang penting. Pernyataan ini didasarkan pada dua alasan. Pertama mudah untuk mengenali masalah-masalah yang tampak, kedua perlu diingat bahwa semua orang menaruh perhatian yang besar terhadap pengambilan keputusan dalam organisasi. d. Membuat Pilihan Untuk menghindari informasi yang terlalu padat, para pengambil keputusan mengandalkan heuristic atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan. e. Perbedaan Individu: Gaya Pengambilan Keputusan Riset tentang gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi empat pendekatan individual yang berbeda terhadap pengambilan keputusan. Pertama adalah cara berpikir ada yang memang logis dan rasional sebaliknya ada orang yang intuitif dan kreatif. Orang yang menggunakan gaya direktif memiliki toleransi yang rendah atas ambiguitas dan mencari rasionalitas. Tipe analitis memiliki toleransi yang lebih besar terhadap ambiguitas dibandingkan dengan mengambil keputusan yang direktif. Konseptual cenderung menjadi sangat luas dalam pandangan mereka dan 3

mempertimbangkan banyak alternative sehingga orientasi mereka jangka panjang. Kategori terakhir gaya perilaku yang dicirikan oleh pengambil keputusan yang dapat bekerja baik dengan pihak lain. f. Keterbatasan Organisasi Organisasi itu sendiri merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan, para manajer misalnya membentuk keputusan untuk mencerminkan sistem penilaian kinerja dan pemberian imbalan untuk memenuhi peraturan-peraturan formal dan untuk memenuhi batas waktu yang ditetapkan organisasi. 4.

Asumsi Keperilakuan Dalam Pengambilan Keputusan Organisasi

4.1 Perusahaan Sebagai Unit Pengambilan Keputusan Perusahaan dapat dianggap unit pengambilan keputusan yang mirip dalam banyak cara untuk individu. Masalah keputusan yang dihadapi perusahaan sangat banyak dan gejala masalah dana alternatif yang paling jelas. Cybert dan March menggambarkan 4 konsep dasar relasional sebagai inti dari pengambilan keputusan bisnis yaitu: a.

Resolusi semu dari konflik Teori keputusan klasik mengasumsikan bahwa konflik dapat diselesaikan dengan menggunakan rasionalitas lokal.

b.

Penghindaran ketidakpastian Cyber dan March (1963) menemukan bahwa para pengambil keputusan dalam organisasi sering kali menggunakan strategi yang kurang rumit ketika berhadapan dengan risiko dan ketidakpastian. Schiff dan Lewin (1974) menambahkan slack organisasi ke alat-alat yang digunakan untuk menghindari ketidakpastian.

c.

Pencarian masalah Menurut Cybert dan March, pencarian masalah didefinisikan sebagai proses menemukan suatu solusi atas suatu masalah tertentu atau sebagai suatu cara untuk bereaksi terhadap suatu peluang.

d.

Pembelajaran organisasi Walaupun organisasi tidak mengalami proses pembelajaran seperti yang dialami oleh individu, organisasi memperlihatkan perilaku adaptif dari karyawannya.

4.2 Manusia-Para Pengambil Keputusan Organisasional 4

Penting untuk diingat bahwa manusia yang mengenali, mendefinisikan masalah atau peluang, yang mencari tindakan alternatif secara optimal dan menerapkanya. Pengaturan organisasi di mana orang yang digunakan tergantung pada jenis masalah keputusan atau oppurtinity yang ditemui. 4.3 Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Pengambilan Keputusan Rasionalitas manusia adalah sangat terbatas karena mereka hampir tidak pernah memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu memproses informasi yang tersedia secara berurutan. Batasan pengambilan keputusan yang rasional bervariasi sesuai dengan: a.

Lingkup pengetahuan yang tersedia sehubungan dengan semua alternatif yang mungkin dan konsekuensinya.

b.

Gaya kognitif mereka dengan asumsi bahwa tidak ada satu gaya yang selalu unggul karena dalam situasi masalah spesifik, lebih dari satu pendekatan dapat menyebabkan hasil yang dapat diterima.

c.

Struktur nilai mereka yang berubah.

d.

Kecenderungan mereka

untuk

"memuaskan"

daripada

untuk

melakukan

optimalisasi. 4.4 Peran Kelompok sebagai Pembuat Keputusan dan Pemecahan Masalah a.

Fenomena Pemikiran Kelompok

b. Fenomena Pergeseran yang Berisiko (Dampak Kelompok) c. Kesatuan Kelompok 4.5 Pengambilan Keputusan dengan Kosensus versus Aturan Mayoritas Kesepakatan dalam konteks pengambilan keputusan didefinisikan oleh Holder (1972) sebagai “kesepakatan semua anggota kelompok dalam pengambilan keputusan.” Dalam kebanyakan situasi, kesepakatan hanya bisa dicapai setelah pertimbangan yang matang serta evaluasi yang kritis atas lebih atau kurangnya. Pengambilan keputusan dengan kesepakatan membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan dengan pengambilan keputusan dengan pengaturan mayoritas. 4.6 Kontroversi yang Disebabkan oleh Hubungan Atasan dan Bawahan Ketika suatu tim yang akan mengambil keputusan terdiri atas atasan dan bawahan, kontroversi tidak dapat dihindarkan. Atasan mempunyai akses terhadap informasi yang 5

berbeda, sehingga memiliki pendapat yang berbeda pula dibandingkan dengan bawahannya. Kualitas dari pilihan keputusan akan sangat bergantung bagaimana atasan menangani kontroversi tersebut. Atasan sebagai pemimpin memiliki pilihan keperilakuan sebagai berikut: a. Menyelesaikan masalah atau mengambil keputusan sendiri dengan menggunakan informasi yang tersedia pada saat itu. b. Mendapatkan informasi yang diperlukan dari bawahan, kemudian informasi tersebut digunakan untuk pengambilan keputusan terhadap masalah tersebut. c. Menceritakan masalah tersebut dengan bawahan yang relevan secara pribadi, mendapatkan ide-ide serta saran-saran mereka. Kemudian, ide dan saran-saran tersebut dapat dipertimbangkan untuk digunakan atau tidak sehingga keputusan dapat diambil. d. Menceritakan masalah tersebut dengan bawahan secara kelompok, memperoleh ide – ide dan saran – saran mereka tanpa mengumpulkan mereka sebagai satu kelompok. e. Menceritakan masalah tersebut dengan bawahan secara kelompok, mendiskusikan kelebihan dan kekurangan yang ada, kemudian mencoba untuk mencapai suatu kesepakatan atau suatu solusi. Masing-masing pilihan keperilakuan dapat mengarah kepada keputusan yang memuaskan, tetapi riset yang menguji validitasnya menemukan bahwa metode partisipasi unggul ketika kualitas dari keputusan tersebut penting dan penerimaan serta implementasi yang dipaksakan bersifat meragukan. 4.7 Pengaruh Dasar Kekuasaan Dalam pengambilan keputusan, seseorang dapat memengaruhi hasil keputusan karena wewenang atau kekuasaan yang diberikan oleh organisasi. Elemen kekuasaan yang paling sering disebutkan adalah kekuasaan posisi, kekuasaan keahlian, kekuasaan sumber daya, atau kekuasaan politik. 4.8 Dampak dari Tekanan Waktu Tekanan waktu menyebabkan para anggota kelompok menjadi lebih sering setuju guna mencapai kesepakatan bersama. Seseorang lebih membatasi partisipasi dalam proses 6

pengambilan keputusan hanya pada relatif sedikit anggota dan lebih menyukai aturan mayoritas. Tekanan waktu juga mendorong perilaku pengambilan keputusan yang otokratis. 5.

Pengambilan Keputusan oleh Pendatang Baru vs Oleh Pakar Bouwman (1984) mengungkapkan sejumlah perbedaan yang menarik dalam strategi dan

pendekatan yang digunakan serta data spesifik yang dipilih oleh pakar dan pendatang baru ketika mengambil keputusan berdasarkan informasi akuntansi atau informasi keuangan lainnya. Pendatang baru cenderung mengumpulkan informasi tanpa melakukan diskriminasi dan melihat apa yang terjadi. Sebaliknya, para pakar mengumpulkan data secara diskriminatif guna menindaklanjuti observasi tertentu. Sebaliknya, para pakar mengumpulkan data secara diskriminatif guna menindaklanjuti observasi tertentu. Untuk menggambarkan perbedaan dalam penggunaan data dibagi kedalam kedalam tiga komponen: a. Pengujian Informasi Pengujian didefinisikan sebagai kegiatan menganalisis informasi yang disajikan dan diseleksi untuk pertimbangan lebih lanjut, hanya informasi yang terlihat sangat relevan terkait pengambilan keputusan itu yang harus dilaksanakan. Para pakar lebih banyak mengandalkan aturan yang diperoleh berdasarkan pengalaman dibandingkan dengan para pendatang baru dan mereka juga menguji data dari lebih banyak tahun. b. Integrasi pengamatan dan temuan Pada konteks ini integrasi melibatkan pengelompokkan atas pengamatan, baik berdasarkan hubungan sebab akibat maupun bardasarkan komponen fungsional dari perusahaan. Para pendatang baru menghubungkan pengamatan dan temuan yang menjelaskan satu sama lain dan mengabaikan yang tidak. c. Pertimbangan Pertimbangan yang digunakan di sepanjang proses pengambilan keputusan yang tampak lebih jelas dalam formulasi hipotesis, pengembangan petunjuk dalam formulasi keputusan akhir, dan dalam penyusunan ringkasan temuan. 6. Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif dalam Pengambilan Keputusan Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakinan individu, sementara gaya kognitif mengacu pada cara atau metode di mana seseorang menerima, menyimpan, memproses, serta 7

meneruskan informasi. Dalam pengambilan keputusan, kepribadian dan gaya kognitif saling berinteraksi dan mempengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak dari informasi akuntansi. 7. Peran Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan Keputusan manajemen mempengaruhi kejadian atau tindakan masa depan. Sedangkan informasi akuntansi memfokuskan pada peristiwa-peristiwa dimasa lalu dan tidak dengan sendirinya dapat mengubah kejadian atau dampaknya, kecuali jika hal itu dilakukan melalui proses pengambilan keputusan dengan kejadian masa depan beserta konsekuensinya ditentukan. Karena pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja akuntansi fokus pada periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya dihubungkan oleh fakta bahwa proses pengambilan keputusan menggunakan data akuntansi tertentu yang dimodifikasi selain informasi nonkeuangan. 7.1 Data Akuntansi sebagai Stimuli dalam Pengenalan Masalah Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah melalui pelaporan deviasi kinerja aktual dari sasaran standar anggaran atau melalui informasi kepada manajer bahwa mereka gagal mencapai target output atau laba yang ditentukan sebelumnya. Ketika informasi akuntansi digunakan sebagai alat pengenalan masalah, maka informasi tersebut juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan konsekuensi yang dapat dikuantifikasi atas tindakan alternatif yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut. 7.2 Dampak Data Akuntansi dalam Pilihan Keputusan Bobot yang diberikan kepada informasi akuntansi dalam pilihan akhir sangat bervariasi. Hal itu bergantung pada sejauh mana hal itu dipandang mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Dua elemen lainnya yang mempengaruhi keyakinan yang diberikan pada informasi akuntansi adalah permintaan dan persaingan. Perusahaan yang menghadapi sedikit persaingan dan memiliki permintaan yang tidak elastis akan lebih banyak bergantung pada data biaya yang disediakan oleh sistem akuntansinya ketika membuat keputusan mengenai pasar yang kompetitif. Informasi akuntansi memainkan peran penting dalam keputusan jangka pendek dibandingkan dalam keputusan yang melibatkan konsekuensi jangka panjang, karena informasi akuntansi hanya mencerminkan biaya dan pendapatan yang berkaitan dengan 8

operasi sekarang. 7.3 Hipotesis Keperilakuan dari Dampak Data Akuntansi Informasi akuntansi adalah salah satu input dalam model pengambilan keputusan. Para pengambil keputusan memandang akuntansi sebagai “ukuran yang tidak sempurna” dengan kemungkinan besar bahwa nilai yang sesungguhnya akan berbeda dengan nilai yang dilaporkan, karena kesalahan dan inakurasi dalam proses pengukuran dan pelaporan tidak dapat dihindari. Tingkat pengaruh informasi akuntansi juga bervariasi berdasarkan jenis pengambil keputusan. Burns (1981) mengelompokkan pengambil keputusan kedalam tiga kelompok: a.

Para pembuat keputusan dalam perusahaan yang mengambil keputusan mengenai operasi dan sistem akuntansi digunakan untuk menyusun laporan (manajemen puncak).

b.

Para pengambil keputusan dalam perusahaan yang hanya dapat membuat keputusan mengenai operasi saja.

c.

Mereka yang berada di luar perusahaan yang membuat keputusan mengenai perusahaan tersebut yang dapat mempengaruhi lingkungan dan operasinya, tetapi yang tidak memiliki kendali langsung atas operasi perusahaan.

7.4 Umpan Balik Untuk memahami perubahan dalam metode akuntansi dan menyesuaikan aturan pengambilan keputusan sesuai dengan hal tersebut, maka pengambil keputusan harus menerima informasi mengenai perubahan tersebut atau memiliki umpan balik tidak langsung mengenai perubahan tersebut. Jika seseorang mengabaikan dampak jangka pendek yang mungkin akibat selang waktu antara perubahan dan indikasinya, maka kecil kemungkinannya bahwa tidak terdapat umpan balik sama sekali. 7.5 Fiksasi Fungsional Hal ini merupakan fenomena keperilakuan yang mengimplikasikan ketidakmampuan pengguna informasi akuntansi untuk memahami apa yang tersirat di balik label yang diberikan kepada suatu angka. Ketika mereka menerima pendekatan pengukuran akuntansi sebagai alat untuk mengelola proses pengambilan keputusan mereka, maka perilaku mereka jarang sekali akan dipengaruhi oleh perubahan dalam metode akuntansi yang digunakan. 9

Sebagai suatu atribut dari pengambilan keputusan, fiksasi fungsional bervariasi tingkatnya dari situasi yang satu ke situasi yang lain, namun tidak pernah tidak ada sama sekali.

DAFTAR PUSTAKA

Ay, Haris. (2016). Aspek Keperilakuan pada Pengambil Keputusan dan Para Pengambil Keputusan website: http://mohayworld.blogspot.co.id/2016/12/aspek-keperilakuan-pada-pengambilan.html. Christanty, M. P. (2015). Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Para Pengambil Keputusan website: http://thequeenparadise.blogspot.co.id/2015/05/aspek-keperilakuan-pada-pengambilan. html. Lubis, A. I. 2010. Akuntansi Keperilakuan. Edisi ke 2. Jakarta: Salemba Empat. Setiawan, H. 2013. Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Para Pengambil Keputusan website: http://henrich27.blogspot.co.id/2013/01/aspek-keperilakuan-pada-pengambilan.html. Suartana, I. W. 2010. Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta: ANDI.

10

Related Documents

Akpri Sap 8 Fixx.docx
December 2019 28
Akpri Sap 3 Print.docx
October 2019 22
Akpri Sap 2.docx
December 2019 22
Ta Akpri Sap 14
August 2019 26
Rmk Akpri Sap 3 Fix.pdf
December 2019 24

More Documents from "Shintya Rahayu Dewi Damayanthi"