PANDANGAN PERILLAKU TERHADAP PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN Ada tiga tahapan utama dalam proses penyusunan anggaran yaitu; 1. Penetapan tujuan. 2. Implementasi. 3. Pengedalian dan evaluasi kinerja. Untuk menyusun suatu anggaran atau rencana laba, terdapat langkah-langkah tertentu yang perlu diambil: 1. Manajemen puncak harus memutuskan tujuan jangka pendek perusahaan dan strategi mana yang akan digunakan untuk mencapainya. 2.
Tujuan harus ditetapkan dan sumber daya dialokasikan.
3.
Suatu anggaran atau rencana laba yang komprehensif harus disusun, kemudian disetujui oleh manajemen puncak. Setelah disetujui, anggaran harus dikomunikasikan kepada penyelia dan karyawan yang kinerjanya dikendalikan.
4.
Anggaran digunakan untuk mengendalikan biaya dan menentukan bidang-bidang masalah dalam organisasi tersebut dengan membandingkan hsil kinerja aktual dengan tujuan yang telah dianggarkan secara periodik.
Tahap Penetapan Tujuan Aktivitas perencanaan dimulai dengan menerjemahkan tujuan organisasi yang luas ke dalam tujuan-tujuan aktivitas yang khusus. Untuk menyusun rencana yang realistis dan menciptakan anggaran yang praktis, interaksi yang ekstensif diperlukan antara manajer lini dan manajer staf organisasi. Pengontrol dan direktur perencanaan memainkan peranan kunci dalam proses manusia dari penyusunan anggaran ini. Namun jika sesuai dengan struktur organisasi dan gaya kepemimpinan, maka manajer tingkat bawah dan para karyawan sebaiknya diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam penetapan tujuan, karena mereka akan lebih mungkin menerima tujuan yang turut mereka formulasikan. Tahap implementasi Pada tahap implementasi , rencana formal tersebut digunakan untuk mengomunikasikan tujuan dan strategi organisasi, serta untuk memotivasi orang secara positif dalam organisasi. Hal ini dicapai dengan menyediakan target kinerja terperinci bagi mereka yang bertanggugjawab
mengambil tindakan. Agar rencana tersebut berhasil, rencana itu harus dikomunikasikan secara efektif. Tahap Pengendalian dan Evaluai Kinerja Setelah diimplementasikan , anggaran tersebut berfungsi sebagai elemen kunci dalam sistem pengendalian. Anggaran yang menjadi tolok ukur terhadap kinerja aktual dibandingkan dan berfungsi sebagai suatu dasar untuk melakukan manajemen berdasarkan pengecualian. Kebijakan, sikap, dan tindakan manajemen dalam evaluasi kinerja dan tindak langsung atas varians memiliki konsekuensi keperilakuan, yang dapat meniadakan keberhasilan dari seluruh proses perencanaan dan pengendalian jika tidak dipahami dan dikendalikan.
KONSEKUENSI DISFUNGSIONAL DARI PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN Berbagai fungsi anggaran seperti penetapan suatu tujuan, pengendalian, dan mekanisme evaluasi kinerja dapat memicu berbagai konsekuensi disfungsional, seperti : Rasa tidak percaya Suatu anggaran terdiri atas seperangkat tujuan tertentu. Walaupun anggarann tersebut dapat disesuaikan untuk kejadian-kejadian yang tidak diantisipasi, anggaran menampilkan rasa tidak percaya, rasa pertumbuhan, dan mengarah pada kinerja yang menurun. Alasan dari rasa tidak percaya ini didasarkan pada keyakinan penyelia: 1. Anggaran cenderung terlalu mnyederhanakan situasi “riil” dan gagal untuk memungkinkan dimasukannya variasi dalam faktor internal. 2. Anggaran mencerminkan variabel-variabel kualitatif. 3. Anggaran hanya mengonfirmasikan hal yang telah diketahui oleh penyelia. 4. Anggaran sering kali digunakan untuk memanipulasi penyelia sehingga ukuran kinerja yang diindikasikan dicurigai. 5. Laporan anggaran menekankan pada hasil, bukan pada alasan. 6. Anggaran mengganggu gaya kepemimpinan penyelia. 7. Anggaran cenderung menekankan kegagalan. Resistensi Walaupun anggaran telah digunakan secara luas dan manfaatnya sangat didukung, anggaran masih ditolak oleh banyak partisipan dalam suatu organisasi. Karena anggaran menandai dan membawa perubahan sehingga merupakan suatu ancaman terhadap status quo. Pada proses
anggaran memerlukan waktu dan perhatian yang besar. Manajer atau penyelia mungkin merasa terlalu terbebani dengan permintaan yang ekstensif atas waktu dan tanggung jawab rutin mereka. Oleh karena itu, mereka tidak ingin terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Konflik internal Konflik internal dapat berkembang sebagai akibat dari laporan kinerja yang membandingkan satu departemen dengan departemen lain. Gejala-gejala umum dari konflik adalah ketidak mampuan mencapai kerja sama antar pribadi dan antar kelompok selama proses penyusunan anggaran. Efek samping lain yang tidak diinginkan Anggaran akan menghasilkan pengaruh lain yang tidak diinginkan. Salah satu pengaruh lainnya adalah terbentuknya kelompok-kelompok informal kecil yang menentang tujuan anggaran. Kelompok-kelompok ini biasanya dibentuk untuk melawan konflik internal dan tekanan yang diciptakan oleh anggaran tersebut. Pengaruh lainnya adalah penekanan yang berlebihan pada kinerja departemental dan kurang menekankan pada kinerja organisasi secara keseluruhan. Dengan memfokuskan perhatian secara eksklusif pada kinerja departemental, ketergantungan dan ekonomi antar departemen yang penting dapat terabaikan.