Agama Presentasi Kelompok 4-converted.pdf

  • Uploaded by: alamsyah
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Agama Presentasi Kelompok 4-converted.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 3,108
  • Pages: 18
Laporan Agama Universitas Malikussaleh ”Mengintegrasikan Iman, Islam, dan Ihsan Dalam Membentuk Insan Kamil”

Disusun Oleh Muhammad Reyhan Alamsyah (180130064)

Irdayana (180130065)

Shelvia Chandra Anggraini (180130066)

Dosen Dr. Ir.TGK.Anwar, ST., MT., M.Ag., IPU

Teknik Industri (A2) Universitas Malikussaleh Lhokseumawe 2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan A. Iman Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Iman sering juga dikenal dengan istilah aqidah, yang berarti ikatan, yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain. Aqidah tersebut akan menjadi pegangan dan pedoman hidup, mendarah daging dalam diri yang tidak dapat dipisahkan lagi dari diri seorang mukmin. Bahkan seorang mukmin sanggup berkorban segalanya, harta dan bahkan jiwa demi mempertahankan aqidahnya. Beberapa ahli memberikan pendapat tentang definisi dari iman, yaitu : • Menurut Syekh Muhammad Amin al-Kurdi, iman ialah pembenaran dengan hati • Menurut Imam Ab Hanifah, iman ialah mengikrarkan (dengan lidah) dan membenarkan (dengan hati) • Menurut Hasbi As-Shiddiqy, iman ialah mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota tubuh • Menurut Imam Ahmad bin Hanbal, iman ialah ucapan diiringi dengan ketulusan niat dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada Sunnah • Menurut Imam al-Ghazali, iman artinya pembenaran. B. Islam Kata Islam berasal dari bahasa Arab. Isl yang secara etimologi mengandung makna sejahtera, tidak cacat, selamat. Sedangkan kata salm dan silm, mengandung arti kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri. Berdasarkan kata-kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan pengertian sejahtera, tidak tercela, selamat, damai, patuh

1

dan berserah diri. Dari uraian kata-kata itu, pengertian islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada Allah. Beberapa ahli memberikan pendapat tentang definisi islam, yaitu : • Menurut Imam Nawawi dalam Syarh Muslim yaitu, Islam berarti menyerah dan patuh yang dilihat secara zahir. • Menurut Ab A’la al-Maudud berpendapat, Islam adalah damai. Maksudnya, seseorang akan memperoleh kesehatan jiwa dan raga dalam arti sesungguhnya, hanya melalui patuh dan taat kepada Allah. • Menurut Hammudah Abdalati Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah SWT. Maksudnya patuh kepada perintah Tuhan dan Menjauhi kepada larangannya. C. Ihsan Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab yang berarti perbuatan baik. Beberapa ahli memberikan pendapat tentang definisi ihsan, yaitu : • Menurut Muhammad Amin al-Kurdi, ihsan ialah selalu dalam keadaan diawasi oleh Allah dalam segala ibadah yang terkandung di dalam iman dan islam sehingga seluruh ibadah seorang hamba benar-benar ikhlas karena Allah. • Menurut Imam Nawawi Ihsan adalah ikhlas dalam beribadah dan seorang hamba merasa selalu diawasi oleh Tuhan dengan penuh khusuk, khuduk dan sebagainya. 1.2 Hubungan dan Perbedaan Antara Iman, Islam, dan Ihsan Iman, Islam dan Ihsan satu sama lainya memiliki hubungan karena merupakan unsurunsur agama (Ad-Din). Iman, Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah. Selain itu Iman, Islam, dan Ihsan sering juga diibaratkan hubungan diantara ketiganya adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu dan sisi lainya berkaitan erat. Segitiga tersebut tidak akan terbentuk kalau ketiga sisinya tidak saling mengait. Jadi manusia yang bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman, islam dan ihsan. Addin terdiri atas 3 unsur yaitu, Iman, Islam, dan Ihsan. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa iman merupakan keyakinan yang membuat seseorang ber-Islam dan menyerahkan sepenuh hati kepada Allah dengan menjalankan syariatnya dan meninggalkan segala yang dilarang oleh syariat Islam. Disamping adanya hubungan diantara ketiganya, juga terdapat perbedaan diantaranya sekaligus merupakan identitas masing-masing. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan

2

dalam hati. Islam merupakan sikap untuk berbuat dan beramal.Sedangkan Ihsan merupakan pernyataan dalam bentuk tindakan nyata. Dengan ihsan, seseorang bisa diukur tipis atau tebal iman dan islamnya. Iman dan islam bila disebutkan secara bersamaan, maka yang dimaksud dengan Islam adalah amal perbuatan yang nampak, yaitu rukun Islam yang lima, dan pengertian iman adalah amal perbuatan yang tidak nampak, yaitu rukun iman yang enam. Dan bila hanya salah satunya (yang disebutkan) maka maksudnya adalah makna dan hukum keduanya. Ruang lingkup ihsan lebih umum daripada iman, dan iman lebih umum daripada Islam. Ihsan lebih umum dari sisi maknanya; karena ia mengandung makna iman. Seorang hamba tidak akan bisa menuju martabat ihsan kecuali apabila ia telah merealisasikan iman dan ihsan lebih spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli ihsan adalah segolongan ahli iman. Maka, setiap muhsin adalah mukmin dan tidak setiap mukmin adalah muhsin.

3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Menggali Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis Tentang Iman, Islam, dan Ihsan Sebagai Pilar Agama Islam Dalam Membentuk Insan Kamil. A. Menggali Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis Tentang Iman, Islam, dan Ihsan sebagai Pilar Agama Islam Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Umar Bin Khatab r.a diatas kaum muslimin menetapkan adanya tiga unsur penting dalam agama islam yakni, iman, islam, dam ihsan sebagai kesatuan yang utuh. Akidah merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar islam dan akhlak merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar ihsan. B. Menggali Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis Konsep Insan Kamil Istilah Insan Kamil (manusia sempurna) pertama kali diperkenalkan oleh syekh Ibn Araby ( abad ke – 14 ). Ia menyebutkan ada dua jenis manusia, yakni insan kamil dan monster setengah manusia. Jadi, kata Ibn Araby, jika tidak menjadi insan kamil, maka manusia menjadi monster setengah manusia. Insan kamil adalah manusia yang telah menanggalkan kemonsteranya. Konsekuensinya, diluar kedua jenis manusia ini da manusia yang sedang berproses menanggalkan kemonsterannya dalam membentuk insan kamil. 1) Konsep Manusia dalam Al-Quran. Secara umum, pembicaraan tentang konsep manusia selalu berkisar dalam dua dimensi, yakni dimensi jasmani dan rohani, atau dimensi lahir dan batin. 2) Unsur –unsur Manusia Pembentuk Insan Kamil Secara ringkas, Al – Ghazali ( dalam othman, 1987: 31-33) menyebut beberapa instrumen untuk mencari pengetahuan yang benar serta kapasitas untuk mencapainya. Pertama, panca indra. Panca indra memiliki keterbatasan dan tidak bisa mencapai pengetahuan yanng benar, setelah dinilai oleh akal. Kedua, akal. Dengan metode ini, dengan cara yang sama, seharusnya orangpun menuilai tingkat kebenaran akal. Orang seharusnya menggunakan cara yang sama dengan cara yang digunakan oleh akal ketika menulai kekeliruan panca indra. Ketiga, nur ilahi. Ketika Al- Ghazali sembuh dari sakitnya ia menuturkan, kesembuhannya dari sakit karena adanya nur ilahi yang menembus dirinya.

4

Kemudian Al- Ghazali mengungkapkan pandangannya tentang nur ilahi sebagai berikut. Kapan saja Allah menghendaki untuk memimpin seseorang, maka jadilah demikian. Dialah yang melapangkan dada orang itu untuk berislam. (QS: Al- An am/ 6:125).wq 2.2 Menelusuri Konsep dan Urgensi Islam, Iman, dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil Menurut Ibn Araby, ada dua tingkatan menusia dalam mengimani Tuhan. Pertama, tingkat insan kamil. Mereka mengimani Tuhan dengan cara penyaksian. Artinya, mereka “ menyaksikan” Tuhan; mereka menyembah Tuhan yang disaksikannya. Kedua, manusia beragama pada umumnya. Mereka mengimami Tuhan dengan cara mendefinisikan. Artinya, mereka tidak menyaksikan Tuhan. Tetapi mereka mendefinisikan Tuhan. Mereka mendefinisikan Tuhan berdasarkan sifat – sifat dan nama – nama Tuhan. (Asma’ul Husna). Abdulkarim Al – Jilli membagi insan kamil atas tiga tingkatan. 1. Tingkat Pemula ( al – bidayah ). Pada tingkat ini insan kamil mulai dapat merealisasikan asma dan sifat – sifat ilahi pada dirinya. 2. Tingkat menengah ( at – tawasuth ). Pada tingkat ini insan kamil sebagai orbit kehalusan sifat kemanusiaan yang terkait dengan realitas kasih Tuhan ( al – haqaiq ar – ramaniyyah ). Pengetahuan yang dimiliki oleh insan kamil pada tingkat ini telah meningkat dari pengetahuan biasa, karena sebagian dari hal – hal yang gaib telah dibukakan Tuhan kepadanya. 3. Tingkat terakhir ( al – khitam ). Pada tinhgkat ini insan kamil telah dapat merealisasikan citra Tuhan secara utuh. Iapun telah dapat mengetahui rincian dari rahasia penciptaan takdir. Membentuk manusia menjadi manusia sempurna (insan kamil) hanya dapat dilakukan dengan ibadah kepada Allah Ta’ala. Karena peribadatan merupakan tujuan kesempurnaan seorang manusia. Dengannya manusia dapat mewujudkan tujuan penciptaannya, berarti sempurnakan sifat kemanusiaannya. Jika telah sempurna sifat manusianya maka berarti telah menjadi insan kamil. Oleh karena itulah Nabi kita Muhammad dikatakan manusia sempurna dan mendapat kedudukan tertinggi diantara makhluk Allah Ta’ala. Beliau peroleh kedudukan ini dengan kesempurnaan peribadatan beliau kepada Allah Ta’ala, Blake Martinez Authentic Jersey sehingga memperoleh pujian dan keridhoan ilahi Robb. Adapun beberapa ciri-ciri atau kriteria Insan Kamil yang dapat kita lihat pada diri Rasulullah SAW yakni 4 sifat yakni : a) Sifat Amanah (dapat dipercaya)

5

Amanah (dapat dipercaya) maksudnya adalah dapat memegang apa yang dipercayakan seseorang kepadanya baik itu sesuatu yang berharga maupun sesuatu yang kita anggap kurang berharga b) Sifat Fathanah (cerdas) Seseorang yang memiliki kepintaran di dalam bidang formal atau di sekolah belum tentu dia dapat cerdas dalam menjalani kehidupannya. Cerdas ialah sifat yang dapat membawa

seseorang

dalam

bergaul,

bermasyarakat

dan

dalam

menjalani

kehidupannya untuk menuju yang lebih baik c) Sifat Siddiq (jujur) Jujur adalah kata yang sangat sederhana sekali dan sering kita jumpai, tapi sayangnya penerapannya sangat sulit sekalidi dalam bermasyarakat. Sifat jujur sering sekali kita temui di dalam kehidupan sehari-hari tapi tidak ada sifat jujur yang murni maksudnya adalah sifat jujur tersebut tersebut mempunyai tujuan lain seperti mengharapkan sesuatu dari seseorang barulah kita bisa bersikap jujur. d) Sifat Tabligh (menyampaikan) Maksudnya tabligh adalah menyampaikan apa yang seharusnya didengar oleh orang lain dan berguna baginya. Tentunya sesuatu yang akan disampaikan itu pun haruslah sesuatu yang benar dan sesuai dengan kenyataan. Untuk mengetahui ciri-ciri Insan Kamil dapat ditelusuri pada berbagai pendapat yang dikemukakan para ulama yang ke ilmuannya sudah diakui, termasuk di dalamnya aliran-aliran. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut : 1) Berfungsi Akalnya Secara Optimal Fungsi akal secara optimal dapat dijumpai pada pendapat kaum Muktazillah. Menurutnya manusia yang akalnya berfungsi secara optimal dapat mengetahui bahwa segala perbuatan baik seperti adil, jujur, berakhlak sesuai dengan esensinya dan merasa wajib melakukan semua itu walaupun tidak diperintahkan oleh wahyu. 2) Berfungsi Intuisinya Insan kamil dapat juga dicirikan dengan berfungsinya intuisi yang ada dalam dirinya. Intuisi ini dalam pandangan Ibn Sina disebut jiwa manusia (rasional soul). Menurutnya jika yang berpengaruh dalam diri manusia adalah jiwa manusianya, maka orang

itu

hampir

merupai

malaikat

dan

mendekati

kesempurnaan

6

3) Mampu Menciptakan Budaya Menurut Ibn Khaldun manusia adalah makhluk berpikir. Sifat-sifat semacam ini tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Lewat kemampuan berpikirnya itu, manusia tidak hanya membuat kehidupannya, tetapi juga menaruh perhatian terhadap berbagai cara guna memperoleh makna hidup. Proses-proses semacam ini melahirkan peradaban 4) Menghargai Diri dengan Sifat-Sifat Ketuhanan Manusia memiliki tanggung jawab yang besar, karena memiliki daya kehendak yang besar. Manusia yang ideal itulah yang disebut insan kamil, yaitu manusia yang dengan sifat-sifat rendah yang lain. Sebagai khalifah Allah di muka bumi ia melaksanakan amanat dengan melaksanakan perintah-Nya 5) Berakhlak Mulia Sejalan dengan ciri keempat diatas, insan kamil juga adalah manusia yang berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan pendapat Ali Syari’ati yang mengatakan bahwa manusia yang sempurna memiliki 3 aspek, yakni aspek kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Dengan kata lain ia memiliki pengetahuan, etika dan seni. Semua ini dapat dicapai dengan kesadaran, kemerdekaan dan kreativitas 6) Berjiwa Seimbang Perlunya seimbang dalam kehidupan, yaitu seimbang antara pemenuhan kebutuhan material dengan spiritual atau ruhiyah. Ini berarti perlunya ditanamkan jiwa sufistik yang dibarengi dengan pengamalam syariat islam, terutama ibadah, zikir, tafakkur, muhasabbah, dan seterusnya. 2.3 Syarat Menjadi Insan Kamil 1) Islam yang didasarkan pada lima pokok atau rukun dalam pemahaman kaum sufi, yang tidak hanya dilakukan secara ritual saja, tetapi harus dipaharni dan dirasakan lebih dalam. Misalnya puasa, menurut Al-Jilli, ia merupakan

isyarat untuk

menghindari tuntutan kemanusiaan agar si shaim (pelaksana puasa) memiliki sifatsifat ketuhanan, yaitu dengan cara mengosongkan jiwanya dari tuntutan-tuntutan kemanusiaan maka terisilah jiwa oleh sifat-sifat ketuhanan. 2) Iman yakni membenarkan dengan sepenuh

keyakinan akan rukun iman, dan

melaksanakan dasar-dasar Islam. Iman merupakan tangga pertama untuk mengungkap tabir alain gaib, dan alat yang membantu seseorang mencapai tingkat atau maqam yang lebih tinggi. Iman menunjukkan sampainya hati mengetahui sesuatu yang jauh

7

di luar jangkauan akal. Sebab, sesuatu yang diketahui akal tidak selalu membawa keimanan. 3) Shalat yakni dengan maqam ini, seorang sufi mencapai tingkat menyaksikan efek (atsar) dari nama dan sifat Tuhan, sehingga dalam ibadahnya ia merasa seakan-akan berada di hadapannya. Persyaratan yang harus ditempuh dalam maqam ini adalah sikap istiqamah dan tobat, inabah, zuhud, tawakal, tafwidh, rida, dan ikhlas. 4) Ihsan,

persyaratan

yang

harus

ditempuh

dalam

maqam

mi

adalah

sikap istiqamah dan tobat, inabah, zuhud, tawakal, tafwidh, rida, dan ikhlas. 5) Syahadah , seorang sufi dalam maqam ini telah mencapai iradah yang bercirikan; mahabbah kepada Tuhan tanpa pamrih, mengingat-Nya secara terus-menerus, dan meninggalkan hal-hal yang menjadi keinginan pribadi. Syahadah ini terbagi atas dua tingkatan, yaitu: mencapai mahanah kepada Tuhan tanpa pamrih ini adalah tingkat yang paling rendah dan menyaksikan Tuhan pada semua makhluknya secara 'ainul yaqin. Ini adalah tingkat yang paling tinggi. 6) Shiddiqiyah, menggambarkan tingkat

pencapaian hakikat yang ma'rifat yang

diperoleh secara bertahap dari ilmu al-yaqin, 'am al-yaqin, dan sampai haqq al-yaqin. Ketiga tingkat ma'rifat itu diaiami oleh seorang sufi secara bertahap. Jadi, menurut Ai-Jilli, seorang sufi yang telah mencapai derajat shiddiq akan menyaksikan hal-hal yang gaib, kemudian melihat rahasia-rahasia Tuhan sehingga mengetahui hakikat diriNya. Setelah mengalami fana', ia memperoleh baqa Ilahi. Apabila ia telah. baqa dengan Tuhan, ia akan diikuti dengan penampakan nama-nama. Inilah batas pencapaian ilmu al-yaqin. 7) Qurbah, Maqam ini merupakan maqam yang memungkinkan seorang sufi dapat menampakkan diri dalam sifat dan nama yang mendekati sifat dan nama Tuhan. 2.4 Membangun Argumen Tentang Karakteristik Insan Kamil Dan Metode Pencapaiannya 1. Karakteristik insan kamil Insan kamil bukanlah manusia pada umumnya. Menurut ibnu araby meyebutkan adanya dua jenis manusia yaitu insan kamil dan monster bertubuh manusia. Maksudnya jika tidak menjadi insan kamil, maka manusia akan menjadi monster bertubuh manusia. Untuk itu kita perlu mengenali tempat unsur untuk mencapai derajat insan kamil, diantaranya : 1) Jasad 2) Hati 8

3) Nurani 4) Roh 5) Sirr (rasa) Untuk mencapai derajat insan kamil kita harus dapat menundukkan nafsu dan syahwat hingga mencapai tangga nafsu muthama’inah. Hal ini dapat dilihat pada QS Al Fajr/89;27-30 yang artinya : “Hai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoinya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambaku, masuklah kedalam surgaku.” Ayat di atas dengan jelas menegaskan bahwa nafsu muthma’inah merupakan titik berangkat untuk kembali kepada tuhan. Akan tetapi, dengan modal nafsu muthama’inah pun masih di perintah lagi oleh allah untuk menaiki tangga nafsu diatasnya. Menurut imam ghazali ada 7 macam nafsu sebagai proses taraqqi (menaik) yaitu : 1) Nafsu ammarah 2) Nafsu lawwamah 3) Nafsu mulhimah 4) Nafsu muthma’inah 5) Nafsu radhiyah 6) Nafsu mardiyyah 7) Nafsu kamilah 2. Metode Mencapai Insan Kamil 1) Memulai sholat jika tuhan yang akan disembah itu sudah dapat dihadirkan dalam hati, sehingga ia menyembah tuhan yang benar-benar tuhan. 2) Berniat sholat karna allah. 3) Selalu menjalankan sholat dan keadaan hatinya hanya mengingat allah. 4) Shollat yang telah didirikannya itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar 2.5 Mendeskripsikan Tentang Esensi Dan Urgensi Iman, Islam, Dan Ihsan Dalam Membentuk Insan Kamil Insan kamil merupakan tipe manusia ideal yang dikehendaki oleh tuhan. Hal ini disebabkan, jika tidak menjadi insan kamil maka manusia itu hanyalah monster bertubuh manusia.

9

Dalam perspektif islam manusia memiliki 4 unsur yaitu : jasad, hati, roh dan rasa. Yang berfungsi untuk menjalankan kehendak ilahi. Untuk mengkokohkan keimanan akan menjadi manusia yang insan kamil maka kaimanan kita harus mencapai tingkat yakin. Maka kita harus mengidentifikasi yang mengacu pada rukun iman. Sedangkan untuk dapat beribadah secara bersungguh-sungguh dan ikhlas, maka segala ibadah yang kita lakukan mengacu pada rukun islam. Kaum sufi memberikan tips untuk dapat menaiki tangga demi tangga, maka seseorang yang berkehendak mencapai martabat insan kamil diharuskan melakukan riyadhah (berlatih terus-menerus) untuk menapaki maqam demi maqam yang biasa ditempuh oleh bangsa sufi dalam perjalanannya menuju tuhan. Maqam-maqam yang dimaksud merupakan karakter-karakter inti yang memiliki 6 unsur : 1)

Taubat.

2)

Wara’.

3)

Zuhud.

4)

Faqir.

5)

Sabar

6)

Tawakkal.

2.6 Konsep Insan Kamil menurut Al-Qur’an Nabi Muhammad Saw disebut sebagai teladan insan kamil atau istilah populernya di dalam Q.S. al- Ahdzab/33:21: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. Allah SWT tidak membiarkan kita untuk menginterpretasikan tata nilai tersebut semaunya, berstandard seenaknya, tapi juga memberikan kepada kita, Rasulullah SAW yang menjadi uswah hasanah. Rasulullah SAW merupakan insan kamil, manusia paripurna, yang tidak ada satupun sisi-sisi kemanusiaan yang tidak disentuhnya selama hidupnya. Ia adalah ciptaan terbaik yang kepadanya kita merujuk akan akhlaq yang mulia. Sebagaimana firman Allah SWT: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlaq yang mulia.” (QS. Al-Qolam:4) Nur atau cahaya yang menjadi sosok diri Muhammad adalah sebagai seorang Rasulullah Rahmatan Lil’alamin. Muhammad adalah nabi akhir zaman dan karena itu menjadi

10

penutup semua nabi terdahulu yang diutus untuk menjadi saksi kehidupan manusia dan pembawa berita tentang kehidupan mendatang di akhirat sesuai dengan firman Allah SWT “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itu Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus” (Al Maidah 15-16).

11

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan • Iman adalah ucapan yang disertai dengan perbuatan diiringi dengan ketulusan niat dan dilandasi dengan Sunnah. • Islam adalah inisial seseorang masuk ke dalam lingkaran ajaran Ilahi. Sedangkan Ihsan adalah adalah cara bagaimana seharusnya kita beribadah kepada Allah. •

Iman, Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya.



Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah.



Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati.Islam adalah sikap aktif untuk berbuat atau beramal.Sedangkan Ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri.



Iman, Islam dan Ikhsan mempunyai keutamaan yang sangat besar dalam pandangan islam ini karena

bagi para pelakunya akan diberikan Syurga oleh Allah SWT

sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah SWT didalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

12

DAFTAR PUSTAKA Detektif hati. (2015), Makalah insan kamil. http://detektif-hati.blogspot.com/2015/04/makalah-insan-kamil.html (Diakses 14/09/2018) Indo Muslim. (2010), pengertian iman dan penjelasan arti iman. http://indo-moeslim.blogspot.com/2010/08/pengertian-iman-dan-penjelasan-arti.html (Diakses:14/09/2018) Islam Agamaku. (2009), pengertian iman. https://islamagamaku.wordpress.com/2009/07/25/pengertian-iman/ (Diakses:14/09/2018) Kisahimuslim. (2014), Kitab-kitab Allah SWT. http://kisahimuslim.blogspot.com/2014/08/kitab-kitab-allah-swtdan-para.html (Diakses:14/09/2018) Kurniawaalex. (2014), Makalah Iman Islam, Ihsan. http://kurniawaalex.blogspot.com/2014/10/makalah-imanislamihsan.html (Diakses: 14/09/2018) Sulastripardosi. (2016), Makalah insan kamil. http://sulastripardosi.blogspot.com/2016/06/makalah-insan-kamil.html (Diakses 14/09/2018) PaluiPuntik.

(2017),

Macam-macam

Rukun

Islam

Beserta

https://paluipuntik.com/macam-macam-rukun-islam/ (Diakses: 14/09/2018)

Penjelasan.

Related Documents


More Documents from "Aziz Ahmad Arsyad"