ABSTRAK Nama Belakang, Nama Depan. Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak TK Almadinayah Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang dan Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Pembimbing I: Ani Sustriningsih, S.Kep., Ns., M.Kep. Pembimbing II: Nudela Desnani Frman Yasin, S.Kep., Ns., M.Kep.
Anak usia pra sekolah cenderung lebih menyukai makanan manis-manis. Kebiasaan anak mengonsumsi makanan kariogenik seperti coklat, permen, kue-kue manis, dan sebagainya membuat anak-anak sangat rentan terhadap karies gigi. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak TK Almadinayah Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang Dan Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang. Desain penelitian menggunakan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak TK Almadaniyah Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang Dan Anak Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang sebanyak 100 orang, dan teknik sampling menggunkan random sampling sebanyak 80 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner (lembar food record) dan observasi. Analisis yang digunakan chi square. Hasil penelitian membuktikan bahwa konsumsi makanan kariogenik, setengah responden dikategorikan tidak mengkonsumsi makanan kariogenik yaitu sebanyak 40 orang (50,0%). Kejadian karies gigi, sebagian besar dikategorikan mengalami karies gigi yaitu sebanyak 41 orang (51,2%). Hasil analisisi diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000 (p value ≤ 0,05), yang berarti ada hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak TK Almadinayah Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang Dan Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang. Orang tua siswa perlu meningkatkan pengetahuan tentang konsumsi makanan yang sehat dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada seperti gadget atau smartphone yang dimiliki untuk mengakses informasi-informasi tentang makanan yang sehat bagi anak. Dengan demikian orang tua dapat mempraktekan kepada anak dengan tidak mengijinkan anak mengkonsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi yang tinggi. Kata Kunci: Makanan Kariogenik, Karies Gigi.
PENDAHULUAN Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan angka kejadian karies gigi tahun 2013 sebanyak 87% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies gigi. Prevalensi karies gigi tertinggi terdapat di Asia dan Amerika Latin, sedangkan terendah terdapat di Afrika. Selanjutnya menurut penelitian tahun 2013 di negara-negara Eropa, Amerika, dan Asia ternyata 8095% dari anak-anak dibawah umur 18 tahun terserang karies gigi (Maulani, 2014). Di Indonesia, prevalensi karies gigi menurut kelompok usianya, usia 3 tahun 60%, usia 4 tahun 85% dan usia 5 tahun 86,4%. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi karies anak usia prasekolah masih cukup tinggi 4 Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013). Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80% - 90% dimana diantaranya adalah golongan anak. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 sebesar 30% penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi. Jawa Timur adalah salah satu Provinsi yang mempunyai masalah gigi dan mulut cukup tinggi (>30%). Penelitian terakhir tentang kondisi kesehatan di Indonesia baru saja dilaksanakan dan laporannya baru dirilis tahun 2013 yang lalu oleh badan penelitian dan pengembangan kesehatan Kementrian Republik Indonesia melalui hasil riset Keperawatan Dasar (Riskesdas, 2013). Hasil penelitian berdasarkan riset dari Semarang pada tahun 2010 angka mordibitas penyakit periodontal di Semarang mencapai 2837 kasus. Penyakit yang sering terjadi pada anak usia sekolah adalah salah satunya
penyakit gigi dan mulut yaitu karies gigi. Karies gigi merupakan suatu kerusakan jaringan keras gigi yang bersifat kronis dan disebabkan oleh aktifitas jasad renik yang mengakibatkan terjadinya karies gigi (Herlina, 2011). Karies gigi merupakan sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi dan menyebabkan gigi berlubang karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat indonesia (Machfoed, 2006). Penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut (Notoatmodjo, 2011). Makanan kariogenik merupakan makanan manis yang lengket yang dapat menyebabkan karies gigi (Setiowati dan Furqnita, 2007). Makanan kariogenik merupakan makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut (Arisman, 2007). Jenis makanan kariogenik yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak-anak yaitu: roti, coklat, permen, donat dan es krim (Widya, 2008). Pada anak pra sekolah cenderung lebih menyukai makanan manis-manis dan minuman yang bisa menyebabkan terjadinya karies gigi. Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk karena anak lebih banyak makan makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa. Anak-anak umumnya senang gula-gula, apabila anak terlalu banyak makan gula-gula dan jarang membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami karies (Arisman, 2007). Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak prasekolah perlu mendapat
perhatian khusus sebab pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Bila ditinjau dari berbagai upaya pencegahan karies gigi melalui kegiatan, akan tetapi dilihat dari kenyataan yang ada dan berdasarkan laporan-laporan penelitian yang telah dilakukan sebagian besar datanya menunjukkan adanya tingkat karies gigi pada anak pra sekolah yang cukup tinggi (Wahyuningrum, 2002). Kebiasaan anak mengonsumsi makanan kariogenik seperti coklat, permen, kue-kue manis, dan sebagainya membuat anak-anak sangat rentan terhadap karies gigi. Berdasarkan studi pendahuluan pada 5 anak TK dan 5 anak Pos PAUD yang suka mengonsumsi jajanan kariogenik pada tanggal 18 Januari 2017 di TK Almadaniyah Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang Dan Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang, didapatkan di TK Almadaniyah Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang 3 anak yang mengalami karies dan 2 anak yang tidak mengalami karies gigi dan di Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang, 1 anak yang mengalami karies dan 4 anak yang tidak mengalami karies gigi. Yang mengalami karies gigi mengatakan suka mengkonsumsi makanan kariogenik yang mengandung gula seperti permen, coklat, donat, es krim dan yang tidak mengalami karies gigi dikarenakan jarang mengkonsumsi makanan kariogenik dan selalu membersikan giginya dengan benar.
Malang Dan Anak Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang sebanyak 100 orang, dan teknik sampling menggunkan random sampling sebanyak 80 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner (lembar food record) dan observasi. Analisis yang digunakan chi square. HASIL PENELITIAN 1. Data Umum a. Karakteristik Orang Tua Tabel 1 Karakteristik Orang Tua Anak di Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang Tahun 2018 No 1 2 3
1 2
1 2 3 4 5
1 2 3
DESAIN PENELITIAN Desain penelitian menggunakan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak TK Almadaniyah Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten
1 2
Karakteristik F Orang Tua Usia: 20-29 tahun 22 30-39 tahun 13 >40 tahun 3 Total 38 Jenis Kelamin: Laki-laki 12 Perempuan 26 Total 38 Pendidikan: SD 1 SMP 4 SMA 29 D3 1 S1 3 Total 38 Pekerjaan: IRT 19 Pedagang 4 Swasta 15 Total 45 Pendapatan Orang Tua: < Rp 1.000.000 21 > Rp 1.000.000 17 Total 45
% 57,9 34,2 7,9 100 31,6 68,4 100 2,6 10,5 76,3 2,6 7,9 100 50,0 10,5 39,5 100 55.3 44.7 100
Berdasarkan Tabel 1, menunjukan bahwa sebagian besar orang tua anak di Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang berusia 29-29 tahun, yaitu sebanyak 22 orang (57,9%); Sebagian besar adalah perempuan (ibu) yaitu sebanyak 26 orang (68,4), hampir seluruhnya berpendidikan SMA yaitu sebnyak 29 orang (756,3%), setengahnya perrofesi sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu sebanyak 19 orang (50%), dan sebagian besar berpenghasilan kurang dari Rp 1.000.000 yaitu sebanyak 21 orang (55,3%). b. Karakteristik Anak Tabel 2 Karakteristik Anak di Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang Tahun 2018 No 1 2 3
1 2
Karakteristik Anak Usia: 2 tahun 3 tahun 4 tahun Total Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan Total
F
%
15 20 3 38
39,5 52,6 7,9 100
19 19 38
50,0 50,0 100
Berdasarkan Tabel 2, menunjukan bahwa sebagian besar anak di Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang berusia 3 tahun, yaitu sebanyak 20 orang (52,6%) dan separuhnya berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang (50%) dan separuhnya lagi berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang (50%).
2. Data Khusus a. Identifikasi Kebiasaan Konsumsi Makanan Jajanan Tabel 3 Kategori Kebiasaan Konsumsi Makanan Jajanan pada Anak di Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang Tahun 2018
No 1 2 3 4 5
Kebiasaan Konsumsi Jajanan Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Total
F
%
25 6 7 38
0 65,8 15,8 18,4 0 100
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa kebiasaan konsumsi makanan jajajan pada anak di Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang sebagian besar dikategorikan sering yaitu sebanyak 25 orang (65,8%). b. Identifikasi Pengetahuan Orang Tua tentang Konsumsi Sayur
Tabel 4 Kategori Kebiasaan Konsumsi Makanan Jajanan pada Anak di Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang Tahun 2018
No 1 2 3
Pengetahuan tentang Konsumsi Sayur Baik Cukup Kurang Total
F
%
9 29 38
23,7 76,3 100
Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa pengetahuan orang tua tentang konsumsi sayur pada anak di Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas
Malang, hampir seluruhnya dikategorikan cukup yaitu sebanyak 29 orang (65,8%). c. Kebiasaan Makanan Jajajan dengan Pengetahuan Orang Tua tentang Konsumsi Sayur Hasil analisis Uji T Berpasangan (Paired-Samples T Test) dapat ditampilkan sebagai berikut.
Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa hasil analisis chi square didapatkan nilai signifikan (Sig.) = 0,009 (p value ≤ 0,05) yang berarti data dinyatakan signifikan dan H1 diterima, artinya ada hubungan kebiasaan makan jajanan dengan tingkat pengetahuan orang tua tentang konsumsi sayur pada Anak Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang. PEMBAHASAN
Tabel 5 Tabulasi Silang antara Kebiasaan Makan Jajanan dengan Pengetahuan Orang Tua tentang Konsumsi Sayur Variabel Selalu Kebiasaan Makan Jananan
Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Total
Pengetahuan Orang Tua tentang Konsumsi Sayur Baik Cukup Kurang 21 (55,3%) 4 (10,5%) 2 (5,3%) 4 (10,5%) 3 (7,9%) 4 (10,5%) 9 (23,7%) 29 (76,3%)
-
Total 25 (65,8%) 6 (15,8%) 7 (18,4%) 38 (100%)
Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan bahwa kebiasaan konsumsi makanan jajajan pada anak di Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang sebagian besar dikategorikan sering yaitu sebanyak 25 orang (65,8%) terdapat sebagian besar pengetahuan orang tua yang kurang tentang konsumsi sayur yaitu sebanyak 21 orang (55,3%). Analisis statistik pada penelitian untuk untuk membuktikan hipotesis menggunakan analisis Chi Square. Analisis teknik ini dengan tingkat signifikasi (α) sebesar 0,05. Adapun data disajikan sebagai berikut.
Tabel 6. Analisis Chi Square Variabel N Sig. Kebiasaan makan jajanan Tingkat pengetahuan orang 38 0,009 tua tentang konsumsi sayur
1. Identifikasi Konsumsi Makanan Kariogenik Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa konsumsi makanan kariogenik pada anak di TK Almadinayah Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang dan Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang setengahnya dikategorikan tidak mengkonsumsi makanan kariogenik yaitu sebanyak 40 orang (50,0%). Kategori tidak mengkonsumsi ini merupakan responden yang berasal dari kelompok kontrol, sedangkan pada kelompok yang mengkonsumsi makanan kariogenik terdapat 26 orang (32,5%) yang dikategorikan sedang, 7 orang (8,8%) yang dikategorikan konsumsi makanan kariogenik rendah, dan 7 orang (8,8%) yang dikategorikan konsumsi makanan kariogenik tinggi. Menurut Arisman (2007), anak pra sekolah cenderung lebih menyukai makanan manis-manis dan minuman yang bisa menyebabkan terjadinya karies gigi. Berdasarkan hasil dan teori tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa anak usia prasekolah sangat rentang untuk mengkonsumsi makanan kariogenik terutama yang mengandung gula yang dapat berdampak pada kesehatan gigi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan kariogenik yang paling
banyak dikonsumsi oleh responden adalah jenis sukrosa, seperti: yogurt sebanyak 44%, susu dan roti yang masing-masing sebanyak 43%, biskuit dan sirup yang masing-masing sebanyak 41%, coklat susu dan eskrim yang masing-masing sebanyak 40%, minuman dalam kemasan sebanyak 39%, permen sebanyak 38%, donat sebanyak 31%, salad sebanyak 28%, saos tomat sebanyak 26%, dan soft drink (minuman bersoda) sebanyak 18%. Jenis-jenis makanan tersebut sangat digemari oleh anak-anak. Hal ini didukung dengan pendapat Ramadhan (2010) bahwa makanan kariogenik sangat digemari anak-anak saat jajan disekolah dan keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak. Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk karena anak lebih banyak makan makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa. Anak-anak umumnya senang gula-gula, apabila anak terlalu banyak makan gula-gula dan jarang membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami karies (Arisman, 2007). Hasil penelitian dan teori tersebut dapat dibuatkan kesimpulan bahwa makanan yang mengandung sukrosa (gula) yang paling banyak dikonsumsi oleh anak yang mengkonsumsi makanan kariogenik dalam jumlah yang banyak tanpa memperhatikan keberihan gigi maka dapat merusak gigi anak. Makanan kariogenik banyak mengandung sukrosa yang merupakan penyebab utama terjadinya karies. Penebalan plak pada permukaan gigi terjadi setelah 30-60 menit mengkonsumsi makanan yang mengandung sukrosa, kemudian bakteri Streptococcus mutans mengubah sukrosa menjadi suasana asam. Keadaan tersebut menyebabkan berkurangnya permeabilitas plak sehingga plak tidak
mudah dinetralisir kembali (Budisuari dkk, 2010). Mengkonsumsi makanan kariogenik berulang-ulang dapat mengubah suasana rongga mulut menjadi asam karena pH rongga mulut turun. Penurunan pH dibawah 5,5 dapat memicu dekalsifikasi yaitu hilangnya garam kalsium pada email gigi (Adhani dkk, 2014). 2. Identifikasi Kejadian Karies Gigi Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kejadian karies gigi pada anak di TK Almadinayah Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang dan Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang sebagian besar dikategorikan mengalami karies gigi yaitu sebanyak 41 orang (51,2%). Kategori tersebut didasarkan pada hasil observasi didapatkan sebagian besar 41 orang (51%) menunjukkan tanda-tanda karies gigi seperti sudah tampak pembentukan bintik hitam sebagai tanda awal pembentukan karies gigi, dari 51% tersebut 10% diantaranya mengalami gigi berlubang, 9% diantaranya merasakan ngilu pada gigi, 5% diantaranya merasakan sakit ketika mengkonsumsi makanan yang panas maupun dingin, dan 3% orang diantaranya merasakan sakit pada gigi seperti berdenyut-denyut. Berdasarkan sampel, responden dalam penelitian ini adalah anak usia pra sekolah yang berada di TK Almadinayah Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang dan Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang, dan setengahnya berusia 5 tahun sebanyak 40 orang (50%%). Potter & Perry (2005) menjelaskan bahwa usia pra sekolah yang sering disebut sebagai masa-masa yang rawan, karena pada masa ini gigi susu mulai tanggal satu persatu dan gigi permanen mulai tumbuh. Berdasarkan temuan dan teori tersebut maka peneliti
menyimpulkan bahwa pada usia anak sangat rentan terhadap karies gigi. Berdasarkan hasil penelitian dalam data khusus tentang variabel konsumsi makanan kariogenik diketahui bahwa terdapat 26 orang (32,5%) konsumsi kariogenik sedang, 7 orang (8,8%) diantaranya konsumsi rendah, dan 7 orang (8,8%) diantaranya konsumsi makanan kariogenik tinggi. Menurut Arisman (2007). Pada anak pra sekolah cenderung lebih menyukai makanan manis-manis dan minuman yang bisa menyebabkan terjadinya karies gigi. Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk karena anak lebih banyak makan makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa. Anak-anak umumnya senang gula-gula, apabila anak terlalu banyak makan gula-gula dan jarang membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami karies. 3. Hubungan Konsumsi Kariogenik dengan Karies Gigi
Makanan Kejadian
Tabulasi antara variabel konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian hipertensi pada anak TK Almadinayah Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang dan Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang diketahui bahwa anak tidak konsumsi makanan kariogenik sebanyak 40 orang (50%), terdapat 8 orang (10%) yang mengalami kares gigi dan 32 orang (40,0%) tidak mengalami karies gigi. Sedangkan anak yang konsumsi makanan kariogenik dengan kategori sedang sebanyak 26 orang (32,6%) seluruhnya mengalami karies gigi. Selanjutnya untuk untuk membuktikan hipotesis dilakukan pengujian menggunakan analisis Chi Square didapatkan nilai signifikan (Sig.) = 0,000 (p value ≤ 0,05) yang berarti data dinyatakan signifikan dan H1 diterima,
artinya ada hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak TK Almadinayah Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang Dan Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayanti (2005) yang dilaksanakan pada anak Sekolah Dasar di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya, menunjukkan ada hubungan kebiasaan konsumsi makanan kariogenik. Barus (2008) yang dilaksanakan pada anak SD 060935 di Jalan Pintu Air II Simpang Gudang Kota Medan, membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara frekuensi makan jajanan dengan karies gigi. Penelitian Karunianingtyas (2008) yang dilakukan pada anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Pondok Beringin juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan menggosok gigi dan konsumsi makanan jajanan kariogenik dengan kejadian karies gigi. Penelitian lainnya yang dilakukan Panna (2012), membuktikan bahwa ada hubungan frekuensi makanan manis dengan tingkat keparahan karies gigi. Secara umum karies dapat terjadi karena adanya sisa-sisa makananan didalam mulut akan mengalami fermentasi oleh kuman flora normal rongga mulut menjadi asam piruvat dan asam laktat melalui proses glikolisis. Mikroorganisme yang berperan glikolisisi adalah lactobacilulus acidophilus dan streptococcus mutans. Asam yang dibentuk dari hasil glikolisis akan mengakibatkan larutnya email gigi, sehingga terjadi proses dekalsifikasi email atau karies gigi (Wright, 2010). Karies gigi sering terjadi pada anak, karena terlalu sering makan cemilan yang lengket dan banyak mengandung gula. Karies yang terjadi pada gigi sulung memang tidak
berbahaya, namun kejadian ini biasanya berlanjut sampai anak memasuki masa remaja, bahkan sampai dewasa. Gigi yang berlubang akan menyerang gigi permanen sebelum gigi tersebut berhasil menembus gusi (Adriani, 2012). Makanan yang dengan mudah menimbulkan karies, antara lain: permen (terutama permen karet), ice krim, kue yang berisi krim dan minuman manis. Namun pada prinsip makan apapun (termasuk buah-buahan) dapat menimbulkan karies jika sesudah makan anak tidak dibiasakan menggosok gigi (Adriani, 2012). Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut (Arisman, 2007). Konsumsi adalah suatu kegiatan manusia yang secara langsung menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan yang berakibat mengurangi atau menghabiskan nilai (Winarno, 2004). Mengonsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi yang lebih sering akan meningkatkan kemungkinan terjadinya karies dibandingkan dengan mengonsumsi dalam jumlah banyak tetapi dengan frekuensi yang lebih jarang (Arisman, 2007). Terlalu sering ngemil akan membuat saliva dalam rongga mulut tetap dalam suasana asam akibatnya gigi akan semakin rentan terhadap karies. Beberapa hasil penelitian menganjurkan supaya makanan dan minuman yang bersifat kariogenik jangan dikonsumsi sepanjang hari tetapi sebaiknya dikonsumsi pada tiga waktu makan utama, hal ini dapat mengurangi resiko karies (Houwink, 2010).
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Konsumsi makanan kariogenik, setengah responden dikategorikan tidak mengkonsumsi makanan kariogenik yaitu sebanyak 40 orang (50,0%). 2. Kejadian karies gigi, sebagian besar dikategorikan mengalami karies gigi yaitu sebanyak 41 orang (51,2%). 3. Ada hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak TK Almadinayah Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang Dan Pos PAUD Anggrek Gang 8 Tlogomas Malang, yang didukung dengan nilai signifikan sebesar 0,000 (p value ≤ 0,05). DAFTAR PUSTAKA Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Barus, D. 2008. Hubungan Kebiasaan Makan Dan Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dengan Karies Gigi Pada Anak SD 060935 Jalan Pintu Air II Simpang Gudang Kota Medan”. Medan: Universitas Sumatera Utara. Budisuari, dkk. 2010. Hubungan Pola Makan Dan Kebiasaan Menyikat Gigi Dengan Kesehatan Gigi Dan Mulut (Karies) Di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 13 No. 1 Januari 2014. Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI.
Houwink et all. 2000. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Machfoedz, I., dan Zein, A. 2005. Menjaga Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak-Anak Dan Ibu Hamil Tramaya. Yogakarta. Maulani. 2005. Kiat Merawat Gigi Anak. Jakarta: Gramedia. Notoatmodjo, S. 2011. Pendidikan Dan Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Panna, S.S. 2012. Hubungan Antara Frekuensi Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Tingkat Keparahan Karies Gigi Molar Satu Permanen. Pitt Ford, T,R. 2013. Resiorasi Gigi, Alih Bahasa: Narlan Sumawinata, Judul Asli: The Restoration Of Teeth, 1993. Jakarta. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 volume 2. Jakarta: EGC. Widya, Y. 2008. Pedoman Perawatan Kesehatan Anak. Bandung: Yrama Widya. World Health Organization (WHO). 2013. Oral Health, (Online).