LANDASAN TEORI ABORTUS INCOMPLETE
A. Pengertian Abortus ialah berakhirnya suatu kehamilan yang diakibatkan oleh faktor-faktor tertentu pada atau sebelum kehamilan atau keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (Manuaba, 2010). Abortus Inkomplit adalah janin kemungkinan sudah keluar bersama-sama dengan plasenta pada abortus yang terjadi sebelum minggu ke-10, tetapi sesudah usia kehamilan 10 minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah. Bila plasenta seluruhnya / sebagian tetap tinggal dalam uterus maka bisa menimbulkan perdarahan (Obstetri Williams, Edisi 18). B. Tanda dan Gejala Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut (Soepardan, 2010). 1) Amenorea 2) Perdarahan dapat dalam jumlah sedikit atau banyak, perdarahan biasanya dalam darah beku 3) Sakit perut dan mules dan sudah keluar jaringan atau bagian janin 4) Pemeriksaan dalam didapatkan serviks terbuka, pada palpasi teraba sisa-sisa jaringan dalam kantung servikalis atau kavum uteri Gejala lain abortus inkomplit yang dapat muncul adalah sebagai berikut : 1) Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah 2) Rasa mules (kontraksi) tambah hebat 3) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka 4) Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau kadangkadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar 5) Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok (Maryunani, 2009)
C. Patofisiologi Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses terjadinya adalah berawal dari pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan diatasnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas dari dinding uterus. Hasil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing terhadap uterus sehingga akan dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa waktu. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialies belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.
D. Penatalaksanaan Secara Medis Perdarahan pada abortus inkomplit kadang-kadang cukup berat, tetapi jarang berakibat fatal. Evakuasi jaringan sisa di dalam uterus untuk menghentikan perdarahan dilakukan dengan cara. 1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau cunam ovum untuk mengelaurkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika pendarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskular atau misoprostol 400 mcg per oral. 2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi hasil konsepsi dengan: -
Aspirasi Vakum merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
-
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg intramuskular (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).
Persiapan tindakan curetage : Persiapan pasien -
Puasa saat akan menjalani kuretase, dilakukan puasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal
-
Mengosongkan kandung kemih
-
Membantu pasien naik ke meja ginek
-
Melakukanlah pemeriksaan umum (TD, N, S, RR)
-
Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis
-
Setelah pasien tertidur, segera pasang alat bantu napas dan monitor EKG
Persiapan Alat -
Spekulum sim
-
Tampon tang
-
Tenakulum
-
Sonde uterus
-
Klem ovum/fenster klem
-
Dilatator
-
Sendok kuret
-
Cucing steril berisi iodine
-
Kassa steril secukupnya
-
Handscoon steril
-
Lampu sorot
-
Kain alas (underpad)
Persiapan obat -
Analgetik
-
Sedativa
Prosedur tindakan curetage :
1) Memposisikan dan menyalakan lampu sorot 2) Memakai APD 3) Melakukan asistensi tindakan curetage pada sebelah kanan pasien dengan membantu memegang spekulum sim, sementara dokter SpOG melakukan tindakan asepsis pada daerah serviks dan mengukur kedalaman uterus dengan sonde uterus dan selanjutnya melakukan kerokan/evakuasi jaringan 4) Mengamati dengan seksama jaringan yang keluar 5) Memperhatikan kondisi pasien dan kesadarannya 6) Dengan tangan yang masih menggunanakan handscoon steril, mengumpulkan sisa jaringan ke dalam kantung plastik yang nantinya akan dibawa pasien pulang 7) Mengumpulkan bahan habis pakai kemudian memasukkan kedalam tempat sampah medis 8) Mengganti underpad pada bokong ibu dengan yang baru 9) Melepas handscoon dengan cara terbalik dan melakukan dekontaminasi dengan larutan klorin 0,5% selama kurang lebih 10 menit kemudian cuci bilas
3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu: -
Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologis atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspuisi hasil konsepsi.
-
Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspuisi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
-
Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
D. Asuhan Kebidanan 1) Melakukan pemeriksaan TTV, memantau ketat keadaan umum ibu 2) Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dengan pemberian infus 3) Membantu (asistensi) melakukan tindakan kuretase (jika dilakukan tindakan kuretase) 4) Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat-obatan 5) Memberikan dukungan psikologis 6) Memberikan konseling pasca curetage :
Perdarahan
Memberitahukan kepada ibu jika merasa darah yang keluar dari kemaluan banyak, maka segera memanggil bidan yang sedang jaga atau jika ibu sudah di rumah maka segera datang ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang tepat
Vulva hygiene Mengajari ibu untuk vulva hygiene setiap setelah BAB, BAK dan mandi yaitu dengan cara membersihkan daerah kemaluan dari depan ke belakang dengan menggunakan air bersih kemudian di keringkan dengan handuk bersih. Mengganti pembalut setelah selesai mandi dan jika dirasa sudah penuh agar terhindar dari infeksi
Nutrisi Menganjurkan ibu untuk makan makanan bergizi untuk daya tahan tubuh ibu, seperti makanan yang mengandung zat besi : bayam, jagung, kangkung, sawi, pepaya, jeruk dan makanan yang mengandung kalsium tinggi : susu, kedelai, sayuran hijau, ikan sarden.
Mobilisasi Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini seperti miring kanan atau kiri, duduk, berjalan ke kamar mandi dengan dibantu keluarga agar kontraksi rahim ibu tetap baik
Kapan boleh hamil lagi Memberitahukan kepada ibu bahwa ibu boleh hamil lagi yaitu setelah ibu melewati 3 siklus menstruasi normal
Kontrasepsi pasca curet Memberikan alternatif kontrasepsi pasca curet yaitu kontrasepsi dengan jangka waktu pendek seperti kb pil atau kb suntik
Kontrol ulang Memberitahukan kepada ibu untuk kontrol ulang pasca tindakan curetage yaitu 1 minggu kemudian atau jika sewaktu-waktu ibu ada keluhan