Abdul Rahman Hanif-feb.pdf

  • Uploaded by: Azalia Christ
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Abdul Rahman Hanif-feb.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 24,249
  • Pages: 119
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI INFRASTRUKTUR DAN KEPADATAN PENDUDUK 33 PROVINSI DI INDONESIA

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh: ABDUL RAHMAN HANIF NIM: 11140840000074

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

ii

iii

iv

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI Nama

: Abdul Rahman Hanif

NIM

: 11140840000074

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 1 September 1995 Agama

: Islam

Alamat Lengkap

: Perumahan Ciater Permai, Gg. Lapangan H. Arsan, RT 006/07, Ciater, Serpong, Tangerang Selatan

No. Telepon

: 087781835253

Email

: [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL Tahun 2002-2008 : SDN 1 Ciputat Tahun 2008-2011 : MTsN 2 Pamulang Tahun 2011-2014 : MAN 1 Tangerang Selatan

III. PENGALAMAN ORGANISASI Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan 2015 Lembaga Dakwah Kampus FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014-2016 Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016-2017 Forum Lingkar Pena Ciputat 2017-Sekarang

Tangerang Selatan,

(Abdul Rahman Hanif)

i

ABSTRACT This globalization era had imposed every country to improve economical aspect. One important indicator to determine the economic condition in a country in a certain period is Gross Domestic Product (GDP) data, while at the regional level is Gross Regional Domestic Product (GRDP) data. This study aimed to determine the effect of infrastructure and population density towards GRDP 33 provinces in Indonesia. In this study used GRDP data on constant 2010 prices. Moreover, the infrastructure in this study is represented by electricity infrastructure and educational infrastructure. This study used panel data in period 2013 to 2015 toward 33 provinces in Indonesia. The data is processed by using the best model estimation of fixed effect. The results showed that all independent variables such as electricity infrastructure, educational infrastructure, and population density were able to influence GRDP 33 provinces positively and significantly. Keyword: Gross Regional Domestic Product (GRDP), Infrastructure, Electricity, Educational, Population Density

ii

ABSTRAK Era globalisasi ini menuntut setiap negara untuk semakin memajukan perekonominnya. Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan pada tingkat daerah adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh infrastruktur dan kepadatan penduduk terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Dalam penelitian ini menggunakan data PDRB atas harga konstan 2010. Sedangkan infrastruktur dalam penelitian ini diwakili oleh infrastruktur listrik dan infrastruktur pendidikan. Data yang digunakan adalah data panel dengan kurun waktu dari 2013-2015 untuk 33 provinsi di Indonesia. Data diolah dengan menggunakan estimasi model terbaik yakni fixed effect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen yakni infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk mampu mempengaruhi PDRB 33 provinsi di Indonesia secara positif dan signifikan. Kata kunci: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Infrastruktur, Listrik, Pendidikan, Kepadatan Penduduk

iii

KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahiim… Alhamdulillaahi ’Alaa Ni’mati Al-iimaan wa Al-islaam, Laa Haula wa Laa Quwwata Illaa Billaah. Segala puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, berkat izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan segala kemudahan dan kelancaran yang Allah berikan. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan secara materi, ilmu, waktu, pikiran, tenaga, maupun doa. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

Kedua orang tua, Ayah (Ulung Azhari) dan Mamah (Suhaibah Aslamiyah), Teteh (Syifa Fauziah), dan Kak Dede yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis. Juga Sarah Shafiyyah Shalihah (keponakan) yang memberi keceriaan di kala penulis merasa penat. Terima kasih atas segala kebaikan yang tidak pernah bisa dibalas dengan apapun di dunia ini.

2.

Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh jajaran.

3.

Bapak M. Hartana I. Putra, M.Si selaku pembimbing skripsi yang selalu membimbing, membantu, dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi.

4.

Bapak Arief Fitrijanto, M.Si selaku kepala program studi Ekonomi Pembangunan yang telah banyak memberi bimbingan selama perkuliahan.

5.

Bapak Aizirman Djusan, M.Sc, Econ selaku dosen pembimbing akademik.

iv

6.

Seluruh dosen program studi

Ekonomi Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat untuk penulis. 7.

Aidah Farras Alya yang selalu memberikan dukungan dan membantu banyak hal dalam skripsi ini. Terima kasih atas bantuan, perjuangan, dan pengorbanan yang tidak sedikit diberikan kepada penulis.

8.

Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2014, terkhusus kepada penghuni KoThor (Kosan Thoriq) yaitu Adi, Wahyu (Gembal), Thoriq, Raha (Dikin), Yusuf, Indra, Iksan, Jody, Riko, Tanu, Faikar, dan Asep. Terima kasih atas support, doa, dan kebaikan yang diberikan.

9.

Keluarga besar ADK FEB, terkhusus An-Naml FEB yang senantiasa membantu, bersedia mendengarkan suka-duka, dan berbagi kenangan manis. Ikhlas Trisna dan Alif Anjas Permana yang selalu memberikan dukungan.

10. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas seluruh kebaikan yang diberikan. Semoga Allah memberi pahala yang besar atas kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk banyak pihak. Jakarta, Mẹi 2018

Penulis

v

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................ LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ................................................... LEMBAR PENGESAHAN SIDANG ..................................................................... LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... i ABSTRAK .............................................................................................................. ii KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1-8 A. Latar Belakang .......................................................................................1 B. Rumusan masalah ...................................................................................6 C. Tujuan Penelitian....................................................................................7 D. Manfaat Penelitian .................................................................................7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 9-62 A.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .............................................9 1. Definisi PDRB ...............................................................................9 2. Penghitungan PDRB ......................................................................9 3. Kegunaan Data PDRB ..................................................................45 B. Infrastruktur ...........................................................................................46 1. Definisi Infrastruktur ....................................................................46 2. Klasifikasi Infrastruktur................................................................47 3. Hubungan Infrastruktur dan PDRB ..............................................47 C. Kependudukan .......................................................................................50 1. Penduduk dan Unsur-unsur di Dalamnya .....................................50 2. Penduduk dan PDRB ....................................................................52 D. Penelitian Terdahulu .............................................................................54 E. Kerangka Berpikir .................................................................................60 F. Hipotesis Penelitian ...............................................................................61 BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 63-72 A. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................63 B. Metode Penentuan Sampel ....................................................................63 C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................63 D. Metode Analisis Data ............................................................................64 E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................72 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 73-89 A. Analisa Deskriptif .................................................................................73 1. PDRB............................................................................................73 2. Listrik ...........................................................................................75

vi

3. Pendidikan ....................................................................................76 4. Kepadatan Penduduk ....................................................................78 B. Pemilihan Model ...................................................................................79 1. F Test (Chow Test) .......................................................................80 C. Analisa Teknis .......................................................................................80 1. Uji Statistik ...................................................................................80 a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ...........................................82 b. Uji F Statistik ......................................................................82 c. Uji t Statistik........................................................................82 d. Interpretasi Hasil Analisis ...................................................84 2. Analisa Ekonomi ..........................................................................88 BAB 5 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .................................................... 90-91 A. Kesimpulan ...........................................................................................90 B. Implikasi ................................................................................................90 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................92 LAMPIRAN ............................................................................................................95

vii

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Berdasarkan Pulau Atas Harga Konstan ........................................................................1 Tabel 1.2 Peringkat Infrastruktur dan Index Daya Saing Indonesia di ASEAN Tahun 2013-2014 ......................................................................................3 Tabel 1.3 Proyeksi Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2010-2015 .......4 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................54 Tabel 4.1 Peranan Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional Tahun 2015 .............74 Tabel 4.2 Jumlah Penjualan Tenaga Listrik PLN dan Jumlah Pelanggan Tenaga Listrik PLN Tahun 2013-2015 .................................................................75 Tabel 4.3 Penjualan Tenaga Listrik PLN Per Sektor Pelanggan Tahun 2013-2015 ................................................................................................76 Tabel 4.4 Jumlah Sekolah di Indonesia menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2014/2015 ................................................................................................77 Tabel 4.5 Tingkat Kepadatan Penduduk di Indonesia pada Tahun 2013-2015 (jiwa/km2) ................................................................................................79 Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel terhadap Keseluruhan Periode Penelitian (2013-2015) .............................................................................81 Tabel 4.7 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model ...............................................84

viii

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................61

ix

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Data Variabel Penelitian .......................................................................95 Lampiran 2 Data Variabel Penelitian setelah Ditransformasi ke Logaritma Natural ...................................................................................................98 Lampiran 3 Hasil Regresi dengan Common Effect .................................................101 Lampiran 4 Hasil Regresi dengan Fixed Effect.......................................................102 Lampiran 5 Hasil Uji F (Uji Chow) ........................................................................104

x

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan arus globalisasi yang semakin pesat menjadi fenomena yang sulit untuk dihindari oleh setiap negara. Seperti halnya bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia pun tidak dapat menghindar dari pesatnya perkembangan teknologi informasi, tekonologi transportasi, teknologi komunikasi, tingkat efisiensi, serta tatanan ekonomi dunia yang mengarah kepada pasar bebas. Terjadinya pasar bebas dan kompetisi yang semakin ketat di era global ini menuntut semua negara di dunia, terutama negara yang masih berkembang seperti Indonesia untuk semakin giat melakukan pembangunan ekonominya agar mampu bersaing dan tidak tertinggal dengan negara lainnya (Wibowo, 2016). Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan pada tingkat daerah/wilayah adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (BPS, 2017). Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Berdasarkan Pulau Atas Harga Konstan 2010 Pada Tahun 2013-2015 Tahun Pulau 2013 2014 2015 Sumatera 4,95 4,60 3,53 Jawa 6,01 5,57 5,47 Bali & Nusa Tenggara 5,95 5,90 10,45 Kalimantan 3,95 3,37 1,37 Sulawesi 7,69 6,87 8,19 Maluku dan Papua 7,71 4,54 6,35 Indonesia (PDB) 5,56 5,01 4,88 Sumber: Badan Pusat Statistik Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa PDB Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,56%. Kemudian pada tahun 2014, pertumbuhan PDB Indonesia

1

mengalami penurunan yakni menjadi sebesar 5,01%. Pada tahun 2015 penurunan PDB Indonesia kembali terjadi yakni menjadi sebesar 4,88%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan PDB Indonesia dari 2013-2015 terus mengalami penurunan. Hal tersebut juga mencerminkan bahwa secara rata-rata pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada setiap provinsi di Indonesia cendrung mengalami penurunan pada tahun 2013-2015. PDRB berperan sebagai pengukur tingkat pendapatan bruto yang berada dalam suatu provinsi. PDRB berpengaruh pada perekonomian dengan cara meredistribusi pendapatan bruto dan kekayaan serta menambah tingkat output. PDRB yang selalu menurun menyebabkan ketidakpastian bagi pembangunan di daerah dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan di daerah akan menurun jika PDRB selalu menurun setiap tahunnya. Bukan hanya itu, kegiatan perekonomian juga akan menurun dan mengakibatkan pendapatan nasional mengalami kemunduran serta pengangguran yang semakin bertambah serta semakin meningkatnya angka kemiskinan. Tingginya tingkat kemiskinan tersebut akan berdampak pada naiknya tingkat kriminalitas dalam suatu daerah (Hapsari, 2011) Solow dalam teori pertumbuhan neo klasik beranggapan bahwa produktivitas ekonomi bersumber dari tiga faktor, yakni: peningkatan dalam kuantitas dan kualitas penduduk atau pekerja (labor), kenaikan dalam kapital atau modal (melalui tabungan dan investasi), dan peningkatan dalam teknologi. Setiap peningkatan jumlah tenaga kerja, kapital, dan teknologi akan mempengaruhi perubahan pada tingkat output yang dihasilkan. Modal yang dimaksud Solow salah satunya berasal dari sektor infrastruktur atau investasi fisik (Sukirno, 2006). Investasi dan infrastruktur juga memiliki keterkaitan. Keberadaan infrastruktur akan mendorong terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktorfaktor produksi, dan sebaliknya apabila mengabaikannya akan menurunkan produktivitas.

Infrastruktur

merupakan

roda

penggerak

perekonomian.

Ketidakcukupan infrastruktur merupakan salah satu kunci terjadinya hambatan bagi perekonomian yang lebih baik (Ndulu, et. al. dalam Wibowo, 2016). Ketersediaan modal fisik sangat terkait dengan ketersediaan dana investasi. Investor dalam berinvestasi mempertimbangkan apakah usaha mereka dapat berjalan dan berkembang dengan memperhatikan infrastruktur yang tersedia.

2

Infrastruktur dinilai penting karena sebagai pendukung kegiatan perekonomian dalam proses produksi untuk menghasilkan output hingga mobilitas penduduk maupun arus perputaran barang dan jasa (Zamzami, 2014). The World Bank (1994) membagi infrastruktur menjadi : 1.

Infrastruktur Ekonomi meliputi, public utilities (telekomunikasi, air minum, sanitasi, dan gas) public works (bendungan, saluran irigasi, dan drainase) serta transportasi (jalan, kereta api, pelabuhan, dan bandara)

2.

Infrastruktur Sosial meliputi, pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi.

3.

Infrastruktur Administrasi meliputi, penegak hukum, control administrasi, dan koordinasi serta kebudayaan. Infrastruktur Indonesia masih tertinggal dibanding negara ASEAN lainnya,

yakni hanya menempati peringkat ke-5 di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Brunei berdasarkan laporan yang dirilis oleh World Economic Forum di wilayah ASEAN. Sementara dalam lingkup dunia, berdasarkan laporan yang dirilis oleh World Economic Forum infrastruktur Indonesia masih cukup jauh tertinggal dari negara-negara lain, yaitu menempati peringkat 61 dari 144 negara. Tabel 1.2 Peringkat Infrastruktur dan Index Daya Saing (GCI) Indonesia di ASEAN Tahun 2013-2014 No.

Negara

Skor Infrastruktur

Rangking Infrastruktur Dunia

Rangking GCI Dunia

1

Singapura

6,41

2

2

2

Malaysia

5,19

29

24

3

Thailand

4,53

47

37

4

Brunei

4,29

58

26

5

Indonesia

4,17

61

38

6

Vietnam

3,69

82

70

7

Laos

3,66

84

81

8

Philipina

3,40

96

59

9

Kamboja

3,26

101

88

10

Myanmar

2,01

141

139

Sumber: World Economic Forum: The Global Competitiveness Report 2013-2014.

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa kondisi infrastruktur Indonesia masih tertinggal cukup jauh dengan infrasturktur Singapura dan infrastruktur Malaysia.

3

Hal itu terlihat dari selisih angka yang terpaut cukup jauh. Sedangkan jika dibandingkan dengan infrastruktur Thailand dan infrastruktur Brunei, maka rangking infrastruktur Indonesia dengan ke-dua negara tersebut masih terpaut relatif dekat. Di samping itu, jika dilihat dari skor Global Competitivieness Index (GCI), maka negara-negara ASEAN yang memiliki rangking infrastruktur tinggi terdapat kecendrungan memiliki rangking GCI yang tinggi pula. Hal ini menunujukkan bahwa terdapat kecendrungan negara dengan kondisi infrastruktur yang baik akan memiliki daya saing ekonomi yang baik pula. Kondisi infrastruktur Indonesia yang masih kurang baik ini menyebabkan perekonomian Indonesia kurang mampu bersaing dengan negara lain. Kurang baiknya kondisi infrastruktur Indonesia ini pula yang menyebabkan terjadinya ekonomi berbiaya tinggi (high cost economy) di Indonesia. Selain infrastruktur, penduduk juga memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan penduduk akan memiliki dampak pada beberapa sektor dan khususnya sektor ekonomi suatu negara. Jumlah penduduk memegang peranan penting dalam perekonomian. Tabel 1.3 Proyeksi Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2010-2015 LOKASI (PULAU)

LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK TAHUN 20102015

Pulau Sumatera Pulau Jawa Pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara Pulau Kalimantan Pulau Sulawesi Kepulauan Maluku Pulau Papua Indonesia Sumber: Badan Pusat Statistik

1,68 % 1,16 % 1,45 % 2,07 % 1,43 % 1,96 % 2, 11 % 1,38 %

Berdasarkan tabel 1.3 dapat diketahui bahwa proyeksi tingkat jumlah penduduk di Indonesia berdasarkan pulau mengalami pertumbuhan pada kurun waktu 2010-2015. Pulau Papua memiliki proyeksi laju pertumbuhan penduduk yang paling tinggi yakni sebesar 2,11 persen, sementara proyeksi laju pertumbuhan penduduk yang paling rendah terjadi di Pulau Jawa yakni sebesar 1,16 persen. Secara keseluruhan, proyeksi laju pertumbuhan penduduk di

4

Indonesia pada tahun 2010-2015 meningkat sebesar 1,38 persen. Hal ini mencerminkan bahwa jumlah penduduk di Indonesia juga mengalami peningkatan yang pada gilirannya akan membentuk kepadatan penduduk yang lebih meningkat. Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun penghambat kepada perkembangan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan negara itu menambah produksi. Di samping itu, sebagai akibat dari pendidikan, latihan, dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan selalu bertambah tinggi. Hal ini akan menyebabkan produktivitas bertambah, dan ini selanjutnya akan menimbulkan pertambahan produksi yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja (Sukirno, 2006). Jumlah penduduk yang besar bagi beberapa kalangan merupakan suatu hal positif karena dengan jumlah penduduk yang besar tersebut dapat dijadikan sebagai subjek pembangunan, perekonomian akan berkembang bila jumlah tenaga kerjanya banyak. Namun di sisi lain beberapa kalangan justru meragukan apakah jumlah penduduk yang besar adalah sebagai asset seperti yang dijelaskan sebelumnya, akan tetapi kebalikan dari hal tersebut bahwa penduduk merupakan beban bagi pembangunan. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang semakin lama semakin banyak pula seiring dengan perkembangan jumlah penduduk tersebut. Kesimpulan dari pandangan pesimis ini adalah bukan kesejahteraan yang akan didapat tapi justru kemelaratan yang akan terjadi jika jumlah penduduk tidak dikendalikan dengan baik (Rochaida, 2016). Akibat dari pertambahan penduduk kepada perekonomian terutama dihadapi oleh masyarakat yang kemajuan ekonominya belum tinggi tetapi telah menghadapi masalah kelebihan penduduk. Suatu negara dipandang menghadapi masalah kelebihan penduduk apabila jumlah penduduk adalah tidak seimbang dengan faktor-faktor produksi lain yang tersedia, yaitu jumlah penduduk adalah jauh berlebihan. Ini berarti pertambahan penggunaan tenaga kerja tidak akan menimbulkan pertambahan dalam produksi nasional, ataupun kalau ia bertambah, pertambahan tersebut adalah terlalu lambat dan tidak dapat mengimbangi pertambahan penduduk (Sukirno, 2006).

5

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui bahwa kondisi infrastruktur di Indonesia dinilai belum optimal untuk menopang PDRB provinsiprovinsi di Indonesia. Padahal di era globalisasi dan pasar bebas semua negara di dunia terutama negara yang masih berkembang seperti Indonesia dituntut untuk semakin giat melakukan pembangunan ekonominya agar tidak tertinggal dari negara lainnya. Tingkat PDRB provinsi-provinsi di Indonesia menjadi salah satu faktor penting untuk mewujudkan pembangunan ekonomi nasional yang semakin baik. Namun pada tahun 2013-2015 perekonomian Indonesia terus mengalami penurunan. Di sisi lain, pembangunan infrastruktur di Indonesia pun ternyata mengalami ketertinggalan. Karenanya, perkembangan angka PDRB provinsiprovinsi di Indonesia disinyalir salah satunya dipengaruhi oleh kurangnya pembangunan infrastruktur. Selain itu, pertambahan penduduk Indonesia yang terus mengalami peningkatan juga menjadi tantangan bagi Indonesia dalam menghadapi pasar bebas di era globalisasi. Jumlah penduduk yang terus mengalami pertumbuhan akan semakin meningkatkan kepadatan penduduk. Pertumbuhan penduduk dapat menjadi pendorong angka PDRB karena pertambahan jumlah tenaga kerja. Di sisi lain, pertambahan penduduk juga dapat menjadi penghambat bagi tingkat PDRB apabila tidak dibarengi dengan faktor-faktor produksi lainnya. Jumlah penduduk yang terus mengalami pertumbuhan akan semakin meningkatkan kepadatan penduduk. Dari permasalahan di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti apakah infrastruktur dan kepadatan penduduk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB di 33 provinsi di Indonesia dalam rangka menghadapi pasar bebas. Rumusan masalah tersebut dimasukkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.

Bagaimana pengaruh infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk secara bersama-sama terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia?

2.

Bagaimana pengaruh dan besarnya pengaruh infrastruktur listrik terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia?

6

3.

Bagaimana pengaruh dan besarnya pengaruh

infrastruktur pendidikan

terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia? 4.

Bagaimana pengaruh dan besarnya pengaruh kepadatan penduduk terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia?

5.

Bagaimana nilai PDRB masing-masing provinsi apabila nilai variabelvariabel independen yang ada pada model adalah 0?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

Untuk mengetahui pengaruh infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk secara bersama-sama terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.

2.

Untuk mengetahui pengaruh dan besarnya pengaruh infrastruktur listrik terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.

3.

Untuk mengetahui pengaruh dan besarnya pengaruh infrastruktur pendidikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.

4.

Untuk mengetahui pengaruh dan besarnya pengaruh kepadatan penduduk terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.

5.

Untuk mengetahui nilai PDRB masing-masing provinsi apabila nilai variabelvariabel independen yang ada pada model adalah 0.

D. Manfaat Penelitian Penelitian tentang evaluasi infrastruktur ekonomi dan sosial terhadap produktivitas ekonomi di Indonesia ini diharapkan dapat memberi manafaat untuk; 1.

Bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang terkait dengan pembangunan infrastruktur di Indonesia guna peningkatan pembangunan ekonomi yang dianalisis melalui produktivitas dalam kegiatan ekonomi. Di samping itu, sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menghadapi jumlah maupun kepadatan kepadatan penduduk yang terus meningkat dalam rangka pembangunan ekonomi.

7

2.

Bagi akademisi dan peneliti sebagai tambahan referensi dalam menyusun tulisan yang relevan dengan bidang ekonomi.

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1. Definisi PDRB Menurut Badan Pusat Statistik (2017), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diartikan sebagai nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non-residen. 2. Penghitungan PDRB Terdapat tiga pendekatan yang biasanya digunakan dalam menghitung angka-angka PDRB yaitu pendekatan produksi, pendapatan, dan pengeluaran: a. Menurut Pendekatan Produksi. Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Menurut Badan Pusat Statistik (2017), unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: 1) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. 2) Pertambangan dan Penggalian. 3) Industri Pengolahan. 4) Pengadaan Listrik dan Gas. 5) Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang. 6) Konstruksi 7) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8) Transportasi dan Pergudangan 9) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10) Informasi dan Komunikasi 11) Jasa Keuangan dan Asuransi

9

12) Real Estate 13) Jasa Perusahaan 14) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15) Jasa Pendidikan 16) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17) Jasa lainnya Setiap kategori lapangan usaha tersebut dapat dirinci lagi menjadi beberapa sub-sub kategori lapangan usaha. Untuk lebih jelasnya terkait sektor-sektor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Kategori ini mencakup segala pengusahaan yang didapatkan dari alam dan merupakan bendabenda atau barang-barang biologis (hidup) yang hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri atau untuk dijual kepada pihak lain. Pengusahaan ini termasuk kegiatan yang tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten) seperti pada kegiatan usaha tanaman pangan. 1.1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian Subkategori ini mencakup pertanian tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, serta jasa pertanian dan perburuan hewan yang ditujukan untuk dijual. 1.1.1 Tanaman Pangan Meliputi semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan komoditas bahan pangan. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman pangan meliputi padi, palawija (jagung, kedele, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, ubi kayu, palawija lainnya, seperti talas, ganyong, irut, gembili, dll), serta tanaman serelia lainnya (sorgum/cantel, jawawut, jelai, gandum, dll). Keseluruhan komoditas di atas masuk ke dalam golongan tanaman semusim, dengan wujud produksi pada saat panen atau wujud produksi baku lainnya yang masih termasuk dalam lingkup kategori pertanian. Contoh wujud produksi pada komoditas pertanian tanaman pangan antara lain: padi dalam wujud Gabah Kering Giling (GKG), jagung dalam wujud pipilan kering, dan ubi kayu dalam wujud umbi basah.

10

1.1.2 Tanaman Hortikultura Tanaman hortikultura terdiri dari tanaman hortikultura semusim dan tanaman hortikultura tahunan. Tanaman hortikultura semusim meliputi tanaman hortikultura yang umumnya berumur pendek (kurang dari satu tahun) dan panennya dilakukan satu atau beberapa kali masa panen untuk satu kali penanaman. Sedangkan tanaman hortikultura tahunan meliputi tanaman hortikultura yang umumnya berumur lebih dari satu tahun dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali masa panen untuk satu kali penanaman. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman hortikultura meliputi kelompok komoditi sayuran, buah-buahan, tanaman biofarmaka, dan tanaman hias. 1.1.3 Tanaman Perkebunan Tanaman Perkebunan terdiri dari tanaman perkebunan semusim dan tanaman perkebunan tahunan, baik yang diusahakan oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan (negara maupun swasta). Cakupan usaha perkebunan mulai dari pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan yang menjadi satu kesatuan kegiatan. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman perkebunan diantaranya adalah tebu, tembakau, nilam, jarak, wijen, tanaman berserat (kapas, rosela, rami, yute, agave, abaca, kenaf, dan-lain-lain), kelapa, kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, lada, pala, kayu manis, cengkeh, jambu mete, dan sebagainya. 1.1.4 Peternakan Peternakan

mencakup

semua

usaha

peternakan

yang

menyelenggarakan pembibitan serta budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong, dan diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Golongan ini juga mencakup pembudidayaan ternak maupun unggas

yang

menghasilkan

produk

berulang,

misalnya

untuk

menghasilkan susu dan telur. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan peternakan adalah sapi potong, kerbau, kambing, domba, babi, kuda, ayam

11

bukan ras (buras), ayam ras pedaging, ayam ras petelur, itik manila, itik, telur ayam ras, telur ayam bukan ras, telur itik, susu segar, dsb. 1.1.5 Jasa Pertanian dan Perburuan Kegiatan jasa pertanian dan perburuan meliputi kegiatan jasa pertanian, perburuan dan penangkapan satwa liar, serta penangkaran satwa liar. Kegiatan jasa pertanian adalah kegiatan yang dilakukan baik oleh perorangan maupun badan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak yang khusus yang diberikan untuk menunjang kegiatan pertanian (tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, dan peternakan). Dicakup juga dalam kegiatan jasa pertanian adalah penyewaan alat pertanian/hewan bersama operatornya dan risiko kegiatan jasa tersebut ditanggung oleh yang memberikan jasa. Kegiatan perburuan dan penangkapan satwa liar mencakup usaha perburuan dan penangkapan satwa liar dalam rangka pengendalian populasi dan pelestarian. Termasuk usaha pengawetan dan penyamakan kulit dari furskin, reptil, dan kulit unggas hasil perburuan dan penangkapan. Termasuk perburuan dan penangkapan binatang dengan perangkap untuk umum, penangkapan binatang (mati atau hidup) untuk makanan, bulu, kulit atau untuk penelitian, untuk ditempatkan dalam kebun binatang atau sebagai hewan peliharaan, produksi kulit bulu binatang, reptil atau kulit burung dari kegiatan perburuan atau penangkapan. Sedangkan kegiatan penangkaran satwa liar mencakup usaha penangkaran, pembesaran, penelitian untuk pelestarian satwa liar, baik satwa liar darat dan satwa liar laut seperti mamalia laut, misalnya duyung, singa laut dan anjing laut. Output jasa pertanian diperoleh dengan pendekatan imputasi dengan memperhatikan proporsi pengeluaran untuk jasa pertanian terhadap output yang dihasilkan oleh suatu kegiatan pertanian pada periode tertentu. 1.2 Kehutanan dan Penebangan Kayu Subkategori ini meliputi kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun-daunan, getah-getahan, dan akar-akaran, termasuk di sini adalah jasa yang menunjang kegiatan kehutanan berdasarkan sistem balas jasa/kontrak. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan kehutanan

12

meliputi kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan budidaya), kayu bakar, rotan, bambu, dan hasil hutan lainnya. Dicakup juga dalam kegiatan kehutanan ini adalah jasa yang menunjang kegiatan kehutanan atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak, termasuk kegiatan reboisasi hutan yang dilakukan atas dasar kontrak. 1.3 Perikanan Subkategori ini meliputi semua kegiatan penangkapan, pembenihan, dan budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar, air payau maupun di laut. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan perikanan meliputi segala jenis ikan, crustacea, mollusca, rumput laut, dan biota air lainnya yang diperoleh dari penangkapan (di laut dan perairan umum) dan budidaya (laut, tambak, karamba, jaring apung, kolam, dan sawah). Dicakup juga dalam kegiatan perikanan ini adalah jasa yang menunjang kegiatan perikanan atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak. 2. Pertambangan dan Penggalian Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam Kategori Pertambangan dan Penggalian, dikelompokkan dalam empat subkategori, yaitu: pertambangan minyak dan gas bumi (migas), pertambangan batubara dan lignit, pertambangan bijih logam serta pertambangan dan penggalian lainnya. 2.1 Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi Subkategori Pertambangan Migas dan Panas Bumi meliputi kegiatan produksi minyak bumi mentah, pertambangan dan pengambilan minyak dari serpihan minyak dan pasir minyak, produksi gas alam serta pencarian cairan hidrokarbon. Subkategori ini juga mencakup kegiatan operasi dan/atau pengembangan lokasi penambangan minyak, gas alam, dan panas bumi. 2.2 Pertambangan Batubara dan Lignit Pertambangan Batubara mencakup usaha operasi penambangan, pengeboran berbagai kualitas batubara seperti antrasit, bituminous dan subbituminous baik pertambangan di permukaan tanah atau bawah tanah,

13

termasuk pertambangan dengan cara pencairan. Operasi pertambangan tersebut meliputi penggalian, penghancuran, pencucian, penyaringan dan pencampuran serta pemadatan meningkatkan kualitas atau memudahkan pengangkutan dan penyimpanan/ penampungan. Termasuk pencarian batubara dari kumpulan tepung bara. Pertambangan Lignit mencakup penambangan di permukaan tanah termasuk penambangan dengan metode pencairan

dan

kegiatan

lain

untuk

meningkatkan

kualitas

dan

memudahkan pengangkutan dan penyimpanan. 2.3 Pertambangan Bijih Logam Sub kategori ini mencakup pertambangan dan pengolahan bijih logam yang tidak mengandung besi, seperti bijih thorium dan uranium, aluminium, tembaga, timah, seng, timah hitam, mangan, krom, nikel kobalt dan lain. Termasuk bijih logam mulia lainnya. Kelompok bijih logam mulia lainnya mencakup pembersihan dan pemurnian yang tidak dapat dipisahkan secara administratif dari usaha pertambangan bijih logam lainnya. Beberapa jenis produknya, antara lain: pertambangan pasir besi dan bijih besi dan peningkatan mutu dan proses aglomerasi bijih besi, pertambangan dan pengolahan bijih logam yang tidak mengandung besi, seperti bijih thorium dan uranium, alumunium (bauksit), tembaga, timah, seng, timah hitam, mangaan, krom, nikel kobalt dan lain-lain; serta pertambangan bijih logam mulia, seperti emas, platina, perak dan logam mulia lainnya. 2.4 Pertambangan dan Penggalian Lainnya Subkategori ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat, dan komoditi penggalian selain tersebut di atas. Termasuk dalam subkategori ini adalah komoditi garam hasil penggalian.

14

3. Industri Pengolahan Kategori Industri Pengolahan meliputi kegiatan ekonomi di bidang perubahan secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen menjadi produk baru. Bahan baku industri pengolahan berasal dari produk pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan atau penggalian seperti produk

dari

kegiatan

industri

pengolahan

lainnya.

Perubahan,

pembaharuan atau rekonstruksi yang pokok dari barang secara umum diperlakukan sebagai industri pengolahan. Unit industri pengolahan digambarkan sebagai pabrik, mesin atau peralatan yang khusus digerakkan dengan mesin dan tangan. Termasuk kategori industri pengolahan adalah perubahan bahan menjadi produk baru dengan menggunakan tangan, kegiatan maklon atau kegiatan penjualan produk yang dibuat di tempat yang sama dimana produk tersebut dijual dan unit yang melakukan pengolahan bahan-bahan dari pihak lain atas dasar kontrak. 3.1 Industri Pengolahan Batubara dan Pengilangan Minyak dan Gas Bumi Subkategori ini mencakup kegiatan perubahan minyak, gas bumi dan batubara menjadi produk yang bermanfaat seperti: pengilangan minyak dan gas bumi, di mana meliputi pemisahan minyak bumi menjadi produk komponen melalui teknis seperti pemecahan dan penyulingan. Produk khas yang dihasilkan: kokas, butane, propane, petrol, gas hidrokarbon dan metan, gasoline, minyak tanah, gas etane, propane dan butane sebagai produk penyulingan minyak. Termasuk disini adalah pengoperasian tungku batubara, produksi batubara dan semi batubara, gas batubara, ter, lignit dan kokas. 3.2 Industri Makanan dan Minuman Subkategori ini merupakan gabungan dari dua subkategori, yaitu Industri Makanan dan Industri Minuman. Industri makanan mencakup pengolahan produk pertanian, perkebunan dan perikanan menjadi makanan dan juga mencakup produk setengah jadi yang tidak secara langsung menjadi produk makanan. Industri Minuman mencakup pembuatan minuman beralkohol maupun tidak beralkohol, air minum mineral, bir dan

15

anggur, dan pembuatan minuman beralkohol yang disuling. Kegiatan ini tidak mencakup pembuatan jus buah-buahan dan sayur-sayuran, minuman dengan bahan baku susu, dan pembuatan produk teh, kopi dan produk the dengan kadar kafein yang tinggi. 3.3 Industri Pengolahan Tembakau Subkategori ini meliputi pengolahan tembakau atau produk pengganti tembakau, rokok, cerutu, cangklong, snuff, chewing dan pemotongan serta pengeringan tembakau tetapi tidak mencakup penanaman atau pengolahan awal tembakau. Beberapa produk yang dihasilkan rokok dan cerutu, tembakau pipa, tembakau sedot (snuff), rokok kretek, rokok putih dan lain lain. 3.4 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Subkategori ini merupakan gabungan dari dua subkategori yaitu Industri Tekstil dan Industri Pakaian Jadi. Industri tekstil mencakup pengolahan, pemintalan, penenunan dan penyelesaian tekstil dan bahan pakaian, pembuatan barang-barang tekstil bukan pakaian (seperti: sprei, taplak meja, gordein, selimut, permadani, tali temali, dan lain-lain). Industri pakaian jadi mencakup semua pekerjaan menjahit dari semua bahan dan semua jenis pakaian dan aksesoris, tidak ada perbedaan dalam pembuatan antara baju anak-anak dan orang dewasa, atau pakaian tradisional dan modern. Subkategori ini juga mencakup pembuatan industri bulu binatang (pakaian dari bulu binatang dan kulit yang berbulu). Contoh produk yang dihasilkan: kain tenun ikat, benang, kain, batik, rajutan, pakaian jadi, pakaian sesuai pesanan, dan lain-lain. 3.5 Industri Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki Subkategori ini mencakup pengolahan dan pencelupan kulit berbulu dan proses perubahan dari kulit jangat menjadi kulit dengan proses penyamakan atau proses pengawetan dan pengeringan serta pengolahan kulit menjadi produk yang siap pakai, pembuatan koper, tas tangan dan sejenisnya, pakaian kuda dan peralatan kuda yang terbuat dari kulit, dan pembuatan alas kaki. Subkategori ini juga mencakup pembuatan produk

16

sejenisnya dari bahan lain (kulit imitasi atau kulit tiruan), seperti alas kaki dari bahan karet, koper dari tekstil, dan lain-lain. 3.6 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus, dan Barang Anyaman Subkategori ini mencakup pembuatan barang-barang dari kayu. Kebanyakan digunakan untuk konstruksi dan juga mencakup berbagai proses pengerjaan dari penggergajian sampai pembentukan dan perakitan barang barang dari kayu, dan dari perakitan sampai produk jadi seperti kontainer kayu. Terkecuali penggergajian, Subkategori ini terbagi lagi sebagian besar didasarkan pada produk spesifik yang dihasilkan. Subkategori

ini

tidak

perakitan/pemasangan

mencakup

perabot

kayu

pembuatan dan

mebeler,

sejenisnya.

atau

Contohnya:

pemotongan kayu gelondongan menjadi balok, kaso, papan, pengolahan rotan, kayu lapis, barang-barang bangunan dari kayu, kerajinan dari kayu, alat dapur dari kayu, rotan dan bambu. 3.7 Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan, dan Reproduksi Media Rekam Subkategori ini merupakan gabungan dari dua subkategori yaitu Industri Kertas dan Barang dari Kertas, dan Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman. Industri Kertas dan Barang dari Kertas mencakup pembuatan bubur kayu, kertas, dan produk kertas olahan. Pembuatan dari produk-produk tersebut merupakan satu rangkaian dengan tiga kegiatan utama. Kegiatan pertama pembuatan bubur kertas, lalu yang kedua pembuatan kertas yang menjadi lembaran-lembaran dan yang ketiga barang dari kertas dengan berbagai tehnik pemotongan dan pembentukan, termasuk kegiatan pelapisan dan laminasi. Barang kertas dapat merupakan barang cetakan selagi pencetakan bukanlah merupakan hal yang utama. Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman

mencakup

pencetakan barang-barang dan kegiatan pendukung yang berkaitan dan tidak terpisahkan dengan Industri Pencetakan; proses pencetakan termasuk bermacam-macam metode/cara untuk memindahkan suatu image dari

17

piringan atau layar monitor ke suatu media melalui/dengan berbagai teknologi pencetakan. 3.8 Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional Subkategori ini terdiri dari dua industri yaitu Industri Kimia dan Industri Farmasi dan Obat Tradisional. Industri Kimia mencakup perubahan bahan organik dan non organik mentah dengan proses kimia dan pembentukan produk. Ciri produk kimia dasar yaitu yang membentuk kelompok industri pertama dari hasil produk antara dan produk akhir yang dihasilkan melalui pengolahan lebih lanjut dari kimia dasar yang merupakan kelompok kelompok industri lainnya. Industri Farmasi dan Obat Tradisional mencakup pembuatan produk farmasi dasar dan preparat farmasi. Golongan ini mencakup antara lain preparat darah, obat-obatan jadi, preparat diagnostik, preparat medis, obat tradisional atau jamu dan produk botanikal untuk keperluan farmasi. 3.9 Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik Subkategori ini mencakup pembuatan barang plastik dan karet dengan penggunaan bahan baku karet dan plastik dalam proses pembuatannya. Misalnya; pembuatan karet alam, pembuatan ban karet untuk semua jenis kendaraan dan peralatan, pengolahan dasar plastik atau daur ulang. Namun demikian tidak berarti bahwa semua barang dari bahan baku karet dan plastik termasuk di golongan ini, misalnya industri alas kaki dari karet, industri lem, industri matras, industri permainan dari karet, termasuk kolam renang mainan anak-anak. 3.10 Industri Barang Galian Bukan Logam Kegiatan ini mencakup pengolahan bahan baku menjadi barang jadi yang berhubungan dengan unsur tunggal suatu mineral murni, seperti gelas dan produk gelas, produk keramik dan tanah liat bakar, semen dan plester. Industri pemotongan dan pengasahan batu serta pengolahan produk mineral lainnya juga termasuk disini. 3.11 Industri Logam Dasar Subkategori ini mencakup kegiatan peleburan dan penyulingan baik logam yang mengandung besi maupun tidak dari bijih, potongan atau

18

bungkahan dengan menggunakan bermacam teknik metalurgi. Contoh produk: industri besi dan baja dasar, penggilingan baja, pipa, sambungan pipa dari baja, logam mulia, logam dasar bukan besi dan lain-lain. 3.12 Industri Barang Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik, dan Peralatan Listrik Subkategori ini mencakup pembuatan produk logam "murni" (seperti suku cadang, container/wadah dan struktur), pada umumnya mempunyai fungsi statis atau tidak bergerak, pembuatan perlengkapan senjata dan amunisi,

pembuatan

komputer,

perlengkapan

komputer,

peralatan

komunikasi, dan barang-barang elektronik sejenis, termasuk pembuatan komponennya, pembuatan produk yang membangkitkan, mendistribusikan dan menggunakan tenaga listrik. 3.13 Industri Mesin dan Perlengkapan Kegiatan yang tercakup dalam Subkategori Industri Mesin dan Perlengkapan adalah pembuatan mesin dan peralatan yang dapat bekerja bebas baik secara mekanik atau yang berhubungan dengan pengolahan bahan-bahan, termasuk komponen mekaniknya yang menghasilkan dan menggunakan tenaga dan komponen utama yang dihasilkan secara khusus. Subkategori ini juga mencakup pembuatan mesin untuk keperluan khusus untuk angkutan penumpang atau barang dalam dasar pembatasan, peralatan tangan, peralatan tetap atau bergerak tanpa memperhatikan apakah peralatan tersebut dibuat untuk keperluan industri, pekerjaan sipil, dan bangunan, pertanian dan rumah tangga. 3.14 Industri Alat Angkutan Subkategori ini mencakup Industri kendaraan bermotor dan semi trailer serta Industri alat angkutan lainnya. Cakupan dari golongan ini adalah pembuatan kendaraan bermotor untuk angkutan penumpang atau barang, alat angkutan lain seperti pembuatan kapal dan perahu, lori/gerbong kereta api dan lokomotif, pesawat udara dan pesawat angkasa. Golongan ini juga mencakup pembuatan berbagai suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor, termasuk pembuatan trailer atau semitrailer.

19

3.15 Industri Furnitur Industri Furnitur mencakup pembuatan mebeller dan produk yang berkaitan yang terbuat dari berbagai bahan kecuali batu, semen dan keramik. Pengolahan pembuatan mebeller adalah metode standar, yaitu pembentukan bahan dan perakitan komponen, termasuk pemotongan, pencetakan dan pelapisan. Perancangan produk baik untuk estetika dan kualitas fungsi adalah aspek yang penting dalam proses produksi. Pembuatan mebeller cenderung menjadi kegiatan yang khusus. 3.16 Industri Pengolahan Lainnya, Jasa Reparasi, dan Pemasangan Mesin dan Peralatan Subkategori ini mencakup pembuatan berbagai macam barang yang belum dicakup di tempat lain dalam klasifikasi ini. Subkategori ini merupakan gabungan dari industri pengolahan lainnya dan jasa reparasi serta pemasangan mesin dan peralatan. Subkategori ini bersifat residual, proses produksi, bahan input dan penggunaan barang-barang yang dihasilkan dapat berubah-ubah secara luas dan ukuran umum. Subkategori ini tidak mencakup pembersihan mesin industri, perbaikan dan pemeliharaan peralatan komputer dan komunikasi serta perbaikan dan pemeliharaan barang-barang rumah tangga. Tetapi mencakup perbaikan dan pemeliharaan mesin dan peralatan khusus barang-barang yang dihasilkan oleh lapangan usaha industri pengolahan dengan tujuan untuk pemulihan mesin, peralatan dan produk lainnya. 4. Pengadaan Listrik dan Gas Kategori ini mencakup kegiatan pengadaan tenaga listrik, gas alam dan buatan, uap panas, air panas, udara dingin dan produksi es dan sejenisnya melalui jaringan, saluran, atau pipa infrastruktur permanen. Dimensi jaringan/infrastruktur tidak dapat ditentukan dengan pasti, termasuk kegiatan pendistribusian listrik, gas, uap panas dan air panas serta pendinginan udara dan air untuk tujuan produksi es. Produksi es untuk kebutuhan makanan/minuman dan tujuan non makanan. Kategori ini juga mencakup pengoperasian mesin dan gas yang menghasilkan,

20

mengontrol dan menyalurkan tenaga listrik atau gas. Juga mencakup pengadaan uap panas dan AC. 4.1 Ketenagalistrikan Subkategori ini mencakup pembangkitan, pengiriman dan penyaluran tenaga listrik kepada konsumen, baik yang diselenggarakan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun oleh perusahaan swasta (NonPLN), seperti pembangkitan listrik oleh perusahaan milik Pemerintah Daerah, dan listrik yang diusahakan oleh swasta (perorangan maupun perusahaan) dengan tujuan untuk dijual. Listrik yang dibangkitkan atau diproduksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi dan distribusi, dan listrik yang dicuri. 4.2 Pengadaan Gas dan Produksi Es Subkategori ini menghasilkan Gas Alam, Gas Buatan, Uap/Air Panas, Udara Dingin dan Produksi Es. Subkategori ini mencakup pembuatan gas dan pendistribusian gas alam atau gas buatan ke konsumen melalui suatu system saluran pipa, dan kegiatan penjualan gas. Subkategori ini juga mencakup penyediaan gas melalui berbagai proses, pengangkutan, pendistribusian dan penyediaan semua jenis bahan bakar gas, penjualan gas kepada konsumen melalui saluran pipa. Termasuk penyaluran, distribusi dan pengadaan semua jenis bahan bakar gas melalui sistim saluran, perdagangan gas kepada konsumen melalui saluran, kegiatan agen gas yang mengurus perdagangan gas melalui sistim distribusi gas yang dioperasikan oleh pihak lain dan pengoperasian pengubahan komoditas dan kapasitas pengangkutan bahan bakar gas. Kegiatan Pengadaan Uap/Air Panas, Udara Dingin dan Produksi Es mencakup kegiatan produksi, pengumpulan dan pendistribusian uap dan air panas untuk pemanas, energi dan tujuan lain, produksi dan distribusi pendinginan udara, pendinginan air untuk tujuan pendinginan dan produksi es, termasuk es untuk kebutuhan makanan/ minuman dan tujuan non makanan.

21

5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, dan Daur Ulang Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha yang berhubungan dengan pengelolaan berbagai bentuk limbah/sampah, seperti limbah/sampah padat atau bukan baik rumah tangga ataupun industri, yang dapat mencemari lingkungan. Hasil dari proses pengelolaan limbah sampah atau kotoran ini dibuang atau menjadi input dalam proses produksi lainnya. Kegiatan pengadaan air termasuk kategori ini, karena kegiatan ini sering kali dilakukan dalam hubungannya dengan atau oleh unit yang terlibat dalam pengelolaan limbah/kotoran. 6. Konstruksi Kategori Konstruksi adalah kegiatan usaha di bidang konstruksi umum dan konstruksi khusus pekerjaan gedung dan bangunan sipil, baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi mencakup pekerjaan baru, perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian prafabrikasi bangunan atau struktur di lokasi proyek dan juga konstruksi yang bersifat sementara. Kegiatan konstruksi dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha atau individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri. Hasil kegiatan konstruksi antara lain: Konstruksi gedung tempat tinggal; Konstruksi gedung bukan tempat tinggal; Konstruksi bangunan sipil, misal: jalan, tol, jembatan, landasan pesawat terbang, jalan rel dan jembatan kereta api, terowongan, bendungan, waduk, menara air, jaringan irigasi, drainase, sanitasi, tanggul pengendali banjir, terminal, stasiun,

parkir,

dermaga,

pergudangan,

pelabuhan,

bandara,

dan

sejenisnya; Konstruksi bangunan elektrik dan telekomunikasi: pembangkit tenaga listrik; transmisi, distribusi dan bangunan jaringan komunikasi, dan sebagainya; Instalasi gedung dan bangunan sipil: instalasi listrik termasuk alat pendingin dan pemanas ruangan, instalasi gas, instalasi air bersih dan air limbah serta saluran drainase, dan sejenisnya; Pengerukan: meliputi pengerukan sungai, rawa, danau dan alur pelayaran, kolam dan kanal pelabuhan baik bersifat pekerjaan ringan, sedang maupun berat; Penyiapan

22

lahan

untuk

pekerjaan

konstruksi,

termasuk

pembongkaran

dan

penghancuran gedung atau bangunan lainnya serta pembersihannya; Penyelesaian konstruksi sipil seperti pemasangan kaca dan aluminium; pengerjaan lantai, dinding dan plafon gedung; pengecatan; pengerjaan interior dan dekorasi dalam penyelesaian akhir; pengerjaan eksterior dan pertamanan pada gedung dan bangunan sipil lainnya; Penyewaan alat konstruksi dengan operatornya seperti derek lori, molen, buldoser, alat pencampur beton, mesin pancang, dan sejenisnya. 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Kategori ini meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang perdagangan besar dan eceran (yaitu penjualan tanpa perubahan teknis) dari berbagai jenis barang, dan memberikan imbalan jasa yang mengiringi penjualan

barang-barang

tersebut.

Baik

penjualan

secara

grosir

(perdagangan besar) maupun eceran merupakan tahap akhir dalam pendistribusian barang dagangan. Kategori ini juga mencakup reparasi mobil dan sepeda motor. Penjualan tanpa perubahan teknis juga mengikutkan

kegiatan

yang terkait

dengan

perdagangan,

seperti

penyortiran, pemisahan kualitas dan penyusunan barang, pencampuran, pembotolan,

pengepakan,

pembongkaran

dari

ukuran

besar

dan

pengepakan ulang menjadi ukuran yang lebih kecil, penggudangan, baik dengan pendingin maupun tidak, pembersihan dan pengeringan hasil pertanian, pemotongan lembaran kayu atau logam. Pedagang besar seringkali secara fisik mengumpulkan, menyortir, dan memisahkan kualitas barang dalam ukuran besar, membongkar dari ukuran besar dan mengepak ulang menjadi ukuran yang lebih kecil. Sedangkan pedagang eceran melakukan penjualan kembali barang-barang (tanpa perubahan teknis), baik barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat umum untuk konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumah tangga, melalui toko, departement store, kios, mail-order houses, penjual dari pintu ke pintu, pedagang keliling, koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain-lain. Pada umumnya pedagang pengecer memperoleh

23

hak atas barang-barang yang dijualnya, tetapi beberapa pedagang pengecer bertindak sebagai agen, dan menjual atas dasar konsinyasi atau komisi. 7.1 Perdagangan, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Subkategori ini mencakup semua kegiatan (kecuali industri dan penyewaan) yang berhubungan dengan mobil dan motor, termasuk lori dan truk, sebagaimana perdagangan besar dan eceran, perawatan dan pemeliharaan

mobil

dan motor baru maupun bekas.

Termasuk

perdagangan besar dan eceran suku cadang dan aksesori mobil dan motor, juga mencakup kegiatan agen komisi yang terdapat dalam perdagangan besar dan eceran kendaraan. 7.2 Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor Subkategori ini mencakup kegiatan ekonomi di bidang perdagangan besar dan eceran (yaitu penjualan tanpa perubahan teknis) dari berbagai jenis barang, baik penjualan secara grosir (perdagangan besar) maupun eceran dan merupakan tahap akhir dalam pendistribusian barang dagangan selain produk mobil dan sepeda motor. Perdagangan besar nasional dan internasional atas usaha sendiri atau atas dasar balas jasa atau kontrak (perdagangan komisi) juga merupakan cakupan dalam subkategori ini. Output lapangan usaha perdagangan adalah margin perdagangan, yaitu nilai jual dikurangi nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi biaya angkutan yang dikeluarkan oleh pedagang. 8. Transportasi dan Pergudangan Kategori ini mencakup penyediaan angkutan penumpang atau barang, baik yang berjadwal maupun tidak, dengan menggunakan rel, saluran pipa, jalan darat, air atau udara dan kegiatan yang berhubungan dengan pengangkutan. Kategori Transportasi dan Pergudangan terdiri atas: angkutan rel; angkutan darat; angkutan laut; angkutan sungai, danau dan penyeberangan; angkutan udara; pergudangan dan jasa penunjang angkutan, pos dan kurir. Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan

24

yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti: terminal, pelabuhan, pergudangan, dan lain-lain. 8.1 Angkutan Rel Angkutan Rel untuk penumpang dan atau barang yang menggunakan jalan rel kereta melalui antar kota, dalam kota dan pengoperasian gerbong tidur atau gerbong makan kereta api yang sepenuhnya dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (PT. KAI). 8.2 Angkutan Darat Meliputi

kegiatan

pengangkutan

penumpang

dan

barang

menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk pula kegiatan charter/sewa kendaraan baik dengan atau tanpa pengemudi; serta jasa angkutan dengan saluran pipa untuk mengangkut minyak mentah, gas alam, produk minyak, kimia dan air. 8.3 Angkutan Laut Meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan ke luar daerah domestik. Tidak termasuk kegiatan pelayaran laut yang diusahakan oleh perusahaan lain yang berada dalam satu kesatuan usaha, di mana kegiatan pelayaran ini sifatnya hanya menunjang kegiatan induknya dan data yang tersedia sulit untuk dipisahkan. 8.4 Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Kegiatan yang dicakup meliputi kegiatan pengangkutan penumpang, barang dan kendaraan dengan menggunakan kapal/angkutan sungai dan danau

baik

bermotor

maupun

tidak

bermotor,

serta

kegiatan

penyeberangan dengan alat angkut kapal ferry. 8.5 Angkutan Udara Kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi di Indonesia.

25

8.6 Jasa Penunjang Angkutan, Pergudangan dan Pos dan Kurir Mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, yaitu jasa-jasa pelabuhan udara, laut, sungai, darat (terminal & parkir), jasa pelayanan bongkar muat barang darat dan laut, keagenan penumpang, jasa ekspedisi, jalan tol, pergudangan, jasa pengujian kelayakan angkutan darat dan laut, jasa penunjang lainnya, pos dan jasa kurir. 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Kategori ini mencakup penyediaan akomodasi penginapan jangka pendek untuk pengunjung dan pelancong lainnya serta penyediaan makanan dan minuman untuk konsumsi segera. Jumlah dan jenis layanan tambahan yang disediakan sangat bervariasi. Tidak termasuk penyediaan akomodasi jangka panjang seperti tempat tinggal utama, penyiapan makanan atau minuman bukan untuk dikonsumsi segera atau yang melalui kegiatan perdagangan besar dan eceran. 9.1 Penyediaan Akomodasi Subkategori ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi jangka pendek untuk pengunjung atau pelancong lainnya. Termasuk penyediaan akomodasi yang lebih lama untuk pelajar, pekerja, dan sejenisnya (seperti asrama atau rumah kost dengan makan maupun tidak dengan makan). Penyediaan akomodasi dapat hanya menyediakan fasilitas akomodasi saja atau dengan makanan dan minuman dan/atau fasilitas rekreasi. Yang dimaksud akomodasi jangka pendek seperti hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel, dan sejenisnya. Termasuk pula kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap selama kegiatan tersebut berada dalam satu kesatuan manajemen dengan penginapan, alasan penggabungan ini karena datanya sulit dipisahkan. 9.2 Penyediaan Makan dan Minum Kegiatan subkategori ini mencakup pelayanan makan minum yang menyediakan makanan atau minuman untuk dikonsumsi segera, baik

26

restoran tradisional, restoran self service atau restoran take away, baik di tempat tetap maupun sementara dengan atau tanpa tempat duduk. Yang dimaksud penyediaan makanan dan minuman adalah penyediaan makanan dan minuman untuk dikonsumsi segera berdasarkan pemesanan. 10. Informasi dan Komunikasi Kategori ini mencakup produksi dan distribusi informasi dan produk kebudayaan, persediaan alat untuk mengirimkan atau mendistribusikan produk produk ini dan juga data atau kegiatan komunikasi, informasi, teknologi informasi dan pengolahan data serta kegiatan jasa informasi lainnya. Kategori terdiri dari beberapa industri yaitu Penerbitan, Produksi Gambar Bergerak, Video, Perekaman Suara dan Penerbitan Musik, Penyiaran dan Pemograman (Radio dan Televisi), Telekomunikasi, Pemograman, Konsultasi Komputer dan Teknologi Informasi. Kegiatan industri penerbitan mencakup penerbitan buku, brosur, leaflet, kamus, ensiklopedia, atlas, peta dan grafik, penerbitan surat kabar, jurnal dan majalah atau tabloid, termasuk penerbitan piranti lunak. Semua bentuk penerbitan (cetakan, elektronik atau audio, pada internet, sebagai produk multimedia seperti cd rom buku referensi dan lain-lain). Kegiatan industri produksi gambar bergerak, video, perekaman suara dan penerbitan musik ini mencakup pembuatan gambar bergerak baik pada film, video tape atau disk untuk diputar dalam bioskop atau untuk siaran televisi, kegiatan penunjang

seperti

editing,

cutting,

dubbing

film

dan

lainlain,

pendistribusian dan pemutaran gambar bergerak dan produksi film lainnya untuk industri lain. Pembelian dan penjualan hak distribusi gambar bergerak dan produksi film lainnya. Selain itu juga mencakup kegiatan perekaman suara, yaitu produksi perekaman master suara asli, merilis, mempromosikan dan mendistribusikannya, penerbitan musik seperti kegiatan jasa perekaman suara dalam studio atau tempat lain. Kegiatan industri penyiaran dan pemrograman (radio dan televisi) ini mencakup pembuatan isi siaran atau perolehan hak untuk menyalurkannya dan kemudian menyiarkannya, seperti radio, televisi dan program hiburan, berita, perbincangan dan sejenisnya. Juga termasuk penyiaran data,

27

khususnya yang terintegrasi dengan penyiaran radio atau TV. Kegiatan industri telekomunikasi ini mencakup kegiatan penyediaan telekomunikasi dan kegiatan jasa yaitu pemancar suara, data, naskah, bunyi dan video. Fasilitas transmisi yang melakukan kegiatan ini dapat berdasar pada teknologi tunggal atau kombinasi dari berbagai teknologi. Umumnya kegiatan ini adalah transmisi dari isi, tanpa terlibat dalam proses pembuatannya. Kegiatan industri pemograman, konsultasi komputer dan teknologi informasi ini mencakup kegiatan penyediaan jasa keahlian di bidang teknologi informasi, seperti penulisan, modifikasi, pengujian dan pendukung piranti lunak; perencanaan dan perancangan sistem komputer yang mengintegrasikan perangkat keras komputer, piranti lunak komputer dan teknologi komunikasi; manajemen dan pengoperasian sistem komputer klien dan/atau fasilitas pengolahan data di tempat klien serta kegiatan profesional lainnya dan kegiatan yang berhubungan dengan teknis komputer. 11. Jasa Keuangan dan Asuransi Kategori ini mencakup jasa perantara keuangan, asuransi dan pensiun, jasa keuangan lainnya serta jasa penunjang keuangan. Kategori ini juga mencakup kegiatan pemegang asset, seperti kegiatan perusahaan holding dan kegiatan dari lembaga penjaminan atau pendanaan dan lembaga keuangan sejenis. 11.1 Jasa Perantara Keuangan Kegiatan ini mencakup kegiatan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit/pinjaman dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, seperti: menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit/pinjaman baik kredit jangka pendek/menengah dan panjang. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok Jasa Perantara Keuangan sedangkan memberikan jasa lainnya hanya kegiatan pendukung, seperti: mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat hutang dan sejenisnya,

28

menyewakan tempat menyimpan barang berharga, dan sebagainya. Kegiatan tersebut antara lain bank sentral, perbankan konvensional maupun syariah, bank swasta nasional, bank campuran dan asing, dan bank perkreditan rakyat, juga koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam, baitul maal wantanwil dan jasa perantara moneter lainnya. 11.2 Asuransi dan Dana Pensiun Asuransi dan dana pensiun mencakup penjaminan tunjangan hari tua serta polis asuransi, dimana premi tersebut diinvestasikan untuk digunakan terhadap klaim yang akan datang. 11.2.1 Asuransi dan Reasuransi Asuransi dan reasuransi adalah salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang usaha pokoknya menanggung resiko-resiko atas terjadinya musibah/kecelakaan terhadap barang atau orang, termasuk tunjangan hari tua. Pihak tertanggung dapat menerima biaya atas hancur/rusaknya

barang

atau

karena

terjadinya

kematian

pihak

tertanggung. Golongan ini mencakup kegiatan asuransi jiwa, asuransi non jiwa dan reasuransi, baik konvensional maupun dengan prinsip syariah. 11.2.2 Dana Pensiun Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola program yang menjanjikan manfaat pensiun. Manfaat pensiun adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara berkala atau sekaligus pada masa pensiun sebagai santunan hari tua/uang pension. Dana pensiun dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan. 11.3 Jasa Keuangan Lainnya Jasa keuangan lainnya meliputi mencakup kegiatan leasing, kegiatan pemberian pinjaman oleh lembaga yang tidak tercakup dalam perantara keuangan, serta kegiatan pendistribusian dana bukan dalam bentuk pinjaman. Subkategori ini mencakup kegiatan sewa guna usaha dengan hak opsi, pegadaian, pembiayaan konsumen, pembiayaan kartu kredit, modal ventura, anjak piutang, dan jasa keuangan lainnya.

29

11.3.1 Pegadaian Pegadaian mencakup usaha penyediaan fasilitas pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai. Kredit atau pinjaman yang diberikan didasarkan pada nilai jaminan barang bergerak yang diserahkan, dengan tidak memperhatikan penggunaan dana pinjaman yang diberikan. 11.3.2 Lembaga Pembiayaan Lembaga pembiayaan mencakup kegiatan sewa guna usaha dengan hak opsi, pembiayaan konsumen, pembiayaan kartu kredit, pembiayaan anjak piutang, dan pembiayaan leasing lainnya. Sewa guna usaha dengan hak opsi mencakup kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk finance lease untuk digunakan oleh penyewa (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Pembiayaan konsumen mencakup usaha pembiayaan melalui pengadaan barang dan jasa berdasarkan kebutuhan konsumen dengan system pembayaran secara angsuran atau berkala. Pembiayaan kartu kredit mencakup usaha pembiayaan dalam transaksi pembelian barang dan jasa para pemegang kartu kredit. Pembiayaan anjak piutang mencakup usaha pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengalihan piutang suatu perusahaan. 11.3.3 Modal Ventura Modal ventura mencakup kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha (investee company) untuk jangka waktu tertentu. 11.4 Jasa Penunjang Keuangan Jasa penunjang keuangan meliputi kegiatan yang menyediakan jasa yang berhubungan erat dengan aktivitas jasa keuangan, asuransi, dan dana pensiun. Subkategori ini mencakup kegiatan administrasi pasar uang (bursa efek), manager investasi, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, wali amanat, jasa penukaran mata uang, jasa broker asuransi dan reasuransi, dan kegiatan penunjang jasa keuangan, asuransi dan dana pension lainnya.

30

11.4.1 Administrasi Pasar Uang (Bursa Efek) Administrasi pasar uang (bursa efek) mencakup usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana perdagangan efek. Kegiatannya mencakup operasi dan pengawasan pasar uang, seperti bursa kontrak komoditas, bursa surat berharga, serta bursa saham. 11.4.2 Manager Investasi Manager investasi mencakup usaha mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah. 11.4.3 Lembaga Kliring dan Penjaminan Lembaga kliring dan penjaminan mencakup usaha menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar, dan efisien. 11.4.4 Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian Lembaga

penyimpanan

dan

penyelesaian

mencakup

usaha

menyelenggarakan custodian sentral bagi bank kustodian, perusahaan efek, dan pihak lain, serta penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar, dan efisien. 11.4.5 Wali Amanat Wali amanat (trustee) mencakup kegiatan usaha pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi. 11.4.6 Jasa Penukaran Mata Uang Jasa penukaran mata uang (money changer) mencakup usaha jasa penukaran berbagai jenis mata uang, termasuk pelayanan penjualan mata uang. 11.4.7 Jasa Broker Asuransi dan Reasuransi Jasa broker asuransi

dan reasuransi mencakup usaha

yang

memberikan jasa dalam rangka pelaksanaan penutupan objek asuransi milik tertanggung kepada perusahaan-perusahaan asuransi dan reasuransi sebagai penanggung.

31

12. Real Estate Kategori ini meliputi kegiatan persewaan, agen dan atau perantara dalam penjualan atau pembelian real estat serta penyediaan jasa real estat lainnya bias dilakukan atas milik sendiri atau milik orang lainyang dilakukan atas dasar balas jasa kontrak. Kategori ini juga mencakup kegiatan pembangunan gedung, pemeliharaan atau penyewaan bangunan. Real estat adalah property berupa tanah dan bangunan. 13. Jasa Perusahaan Kategori Jasa Perusahaan merupakan gabungan dari 2 (dua) kategori, yakni kategori M dan kategori N. Kategori M mencakup kegiatan profesional, ilmu pengetahuan dan teknik yang membutuhkan tingkat pelatihan yang tinggi dan menghasilkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan khusus yang tersedia untuk pengguna. Kegiatan yang termasuk kategori M antara lain: jasa hokum dan akuntansi, jasa arsitektur dan teknik sipil, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, periklanan dan penelitian pasar, serta jasa professional, ilmiah dan teknis lainnya. Kategori N mencakup berbagai kegiatan yang mendukung operasional usaha secara umum. Kegiatan yang termasuk kategori N antara lain: jasa persewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi, jasa ketenagakerjaan, jasa agen perjalanan, penyelenggaraan tur dan jasa reservasi lainnya, jasa keamanan dan penyelidikan, jasa untuk gedung dan pertamanan, jasa administrasi kantor, serta jasa penunjang kantor dan jasa penunjang usaha lainnya. 13.1. Jasa Hukum Jasa hukum mencakup usaha jasa pengacara/penasihat hukum, notaris, lembaga bantuan hukum, serta jasa hukum lainnya. 13.2. Jasa Akuntansi, Pembukuan dan Pemeriksa Jasa akuntansi, pembukuan dan pemeriksaan mencakup usaha jasa pembukuan, penyusunan, dan analisis laporan keuangan, persiapan atau pemeriksaan laporan keuangan dan pengujian laporan serta sertifikasi keakuratannya, termasuk juga jasa konsultasi perpajakan.

32

13.3. Jasa Arsitek dan Teknik Sipil Serta Konsultasi Teknis Lainnya Jasa arsitek dan teknik sipil serta konsultasi teknis mencakup usaha jasa konsultasi arsitek, seperti jasa arsitektur perancangan gedung dan drafting, jasa arsitektur perencanaan perkotaan, jasa arsitektur pemugaran bangunan bersejarah, serta jasa inspeksi gedung atau bangunan. 13.4. Periklanan Periklanan mencakup usaha jasa bantuan penasihat, kreatif, produksi bahan periklanan, perencanaan dan pembelian media, termasuk juga kegiatan

menciptakan

dan

menempatkan

iklan

di

surat

kabar,

majalah/tabloid, radio, televisi, internet, dan media lainnya. 13.5. Jasa Persewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi Mesin dan Peralatan Konstruksi dan Teknik Sipil Jasa persewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi mesin dan peralatan konstruksi dan teknik sipil mencakup usaha jasa persewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi mesin dan peralatan konstruksi dan teknik sipil termasuk perlengkapannya tanpa operatornya. 13.6. Jasa Penyaluran Tenaga Kerja Jasa penyaluran tenaga kerja mencakup usaha jasa penampungan dan penyaluran para tuna karya yang siap pakai, seperti agen penyalur jasa tenaga kerja Indonesia, agen penyalur pembantu rumah tangga, dan lainnya. 13.7. Jasa Kebersihan Umum Bangunan Jasa kebersihan umum bangunan mencakup usaha jasa kebersihan bermacam jenis gedung, seperti gedung perkantoran, pabrik, pertokoan, balai pertemuan, dan gedung sekolah. 14. Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Kategori ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan, yang umumnya dilakukan oleh administrasi pemerintahan. Kategori ini juga mencakup perundang-undangan dan penterjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan dan menurut peraturannya, seperti halnya administrasi program berdasarkan peraturan perundang-undangan, kegiatan legislative, perpajakan, pertahanan negara, keamanan dan keselamatan negara,

33

pelayanan imigrasi, hubungan luar negeri dan administrasi program pemerintah, serta jaminan sosial wajib. 15. Jasa Pendidikan Kategori ini mencakup kegiatan pendidikan pada berbagai tingkatan dan untuk berbagai pekerjaan, baik secara lisan atau tertulis seperti halnya dengan berbagai cara komunikasi. Kategori ini juga mencakup pendidikan negeri dan swasta juga mencakup pengajaran yang terutama mengenai kegiatan olahraga, hiburan dan penunjang pendidikan. Pendidikan dapat disediakan dalam ruangan, melalui penyiaran radio dan televise, internet dan surat menyurat. Tingkat pendidikan dikelompokan seperti kegiatan pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi dan pendidikan lain, mencakup juga jasa penunjang pendidikan dan pendidikan anak usia dini. 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Kategori ini mencakup kegiatan penyediaan jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang cukup luas cakupannya, dimulai dari pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga profesional terlatih di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain sampai kegiatan perawatan di rumah yang melibatkan tingkatan kegiatan pelayanan kesehatan sampai kegiatan sosial yang tidak melibatkan tenaga kesehatan profesional. Kegiatan penyediaan jasa kesehatan dan kegiatan social mencakup: Jasa Rumah Sakit; Jasa Klinik; Jasa Rumah Sakit Lainnya; Praktik Dokter; Jasa Pelayanan Kesehatan yang dilakukan oleh Paramedis; Jasa Pelayanan Kesehatan Tradisional; Jasa Pelayanan Penunjang Kesehatan; Jasa Angkutan Khusus Pengangkutan Orang Sakit (Medical Evacuation); Jasa Kesehatan Hewan; Jasa Kegiatan Sosial. 17. Jasa Lainnya Kategori ini mempunyai kegiatan yang cukup luas yang meliputi: Kesenian, Hiburan, dan Rekreasi; Jasa Reparasi Komputer dan Barang Keperluan Pribadi dan Perlengkapan Rumah Tangga; Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga; Kegiatan yang Menghasilkan Barang dan Jasa Oleh Rumah Tangga yang Digunakan Sendiri untuk Memenuhi

34

Kebutuhan; Jasa Swasta Lainnya termasuk Kegiatan Badan Internasional, seperti PBB dan perwakilan PBB, Badan Regional, IMF, OECD, dan lainlain. 17.1. Kesenian, Hiburan dan Rekreasi Jasa Kesenian, Hiburan dan Rekreasi meliputi kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat umum akan hiburan, kesenian, dan kreativitas, termasuk perpustakaan, arsip, museum, kegiatan kebudayaan lainnya, kegiatan perjudian dan pertaruhan, serta kegiatan olahraga dan rekreasi lainnya. 17.2. Kegiatan Jasa Lainnya Kegiatan ini mencakup kegiatan dari keanggotaan organisasi, jasa reparasi komputer dan barang keperluan pribadi dan perlengkapan rumah tangga, serta berbagai kegiatan jasa perorangan lainnya. 17.3. Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga; Kegiatan yang Menghasilkan Barang dan Jasa oleh Rumah Tangga yang Digunakan Sendiri untuk Memenuhi Kebutuhan Kegiatan ini mencakup kegiatan yang memanfaatkan jasa perorangan untuk melayani rumah tangga yang didalamnya termasuk jasa pekerja domestik (pembantu rumah tangga, satpam, tukang kebun, supir, dan sejenisnya), dan kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa oleh rumah tangga yang digunakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan (didalamnya termasuk kegiatan pertanian, industri, penggalian, konstruksi, dan pengadaan air). 17.4. Kegiatan Badan Internasional dan Ekstra Internasional Lainnya Kategori ini mencakup kegiatan badan internasional, seperti PBB dan perwakilannya, Badan Regional dan lain-lain, termasuk The Internasional Moneter Fund, The World Bank, The World Health Organization (WHO), the Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), the Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan lain-lain.

35

b. Pendekatan Pendapatan. Dalam Badan Pusat Statistik (2008), PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak atas produksi dan impor dikurangi subsidi). Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut: 1. Nilai Tambah Nilai tambah bruto adalah merupakan produk dari proses produksi, yang terdiri dari komponen (a) pendapatan faktor, (b) penyusutan barang modal tetap, (c) pajak tak langsung neto, sedangkan jika penyusutan dikeluarkan dari nilai tambah bruto maka akan diperoleh nilai tambah neto. 1.1. Pendapatan Faktor Pendapatan faktor adalah merupakan nilai tambah produsen atas penggunaan faktor-faktor produksi dalam proses produksi, yang terdiri dari dari unsur-unsur: (1) Upah dan gaji sebagai balas jasa pegawai (2) Sewa tanah sebagai balas jasa tanah (3) Bunga sebagai balas jasa modal (4) Keuntungan sebagai balas jasa kewiraswastaan. Faktor pendapatan yang ditimbulkan oleh produsen komoditi meliputi seluruh unsur-unsur pendapatan faktor tersebut, sedang yang ditimbulkan oleh produsen barang dan jasa lainnya hanya terdiri dari unsur upah dan gaji. Dalam hal produsen komoditi, untuk perusahaan berbadan hukum unsur-unsur pendapatan faktor tersebut dapat dipisahkan; sedang untuk perusahan yang tidak berbadan hukum unsur-unsur pendapatan faktor tersebut sulit dipisahkan karena pada umumnya faktor-faktor produksi yang digunakan dimiliki sendiri.

36

Dengan demikian, maka unsur-unsur pendapatan faktor diperinci menjadi: (1) Balas jasa pegawai (2) Pendapatan dari perusahaan tidak berbadan hukum (3) Pendapatan sewa tanah dan kepemilikan (4) Bunga neto (5) Keuntungan perusahaan berbadan hukum. Unsur-unsur pendapatan faktor selain dari balas jasa pegawai biasanya dikelompokkan sebagai surplus usaha. a. Balas Jasa Pegawai Pegawai adalah semua orang yang ikut serta dalam kegiatan perusahaan berbadan hukum baik swasta maupun pemerintah, dan semua orang yang dibayar dalam kegiatan perusahaan tidak berbadan hukum. Definisi ini berbeda dengan definisi yang digunakan ILO (International Labour Organization) di mana pekerja keluarga yang tidak dibayar juga termasuk sebagai pegawai. Pekerja yang juga sebagai pemilik untuk segala jenis usaha, apakah profesional atau bukan, tidak diperlakukan sebagai pegawai. Pendapatan dari pekerja pemilik dimasukkan sebagai surplus usaha dari perusahaannya. Pekerja koperasi diperlakukan sebagai pekerja pemilik dan bukan sebagai pegawai bila upah dan gajinya tergantung atas hasil usaha dari koperasi tersebut. Masalah batasan ini mungkin timbul dalam pengelompokkan orang yang bekerja sebagian atas dasar kontrak dan sebagian lagi atas dasar upah dan gaji, mungkin juga ini timbul dalam hal anggota koperasi yang sebagian dibayar tetap dan sebagian atas dasar pembagian keuntungan. Jika upah dan gaji merupakan bagian dari penerimaan pendapatannya, orang tersebut harus

diperlakukan

sebagai

pegawai;

bila

sebaliknya

maka

diperlakukan sebagai pekerja pemilik. Pekerja perwakilan perusahaan yang menerima sebagian besar pendapatannya dalam bentuk upah dan gaji harus dimasukkan sebagai pegawai.

37

Balas jasa pegawai terdiri dari: (1) Upah dan gaji dalam bentuk uang maupun barang (2) Iuran dana jaminan sosial dan dana kesejahteraan pegawai (3) Iuran dana pensiun, tunjangan keluarga, asuransi kesehatan kecelakaan dan lainnya, asuransi jiwa dan sejenisnya untuk keperluan pegawai. Upah dan gaji merupakan unsur utama dari balas jasa pegawai. Seluruh pembayaran yang diterima pegawai secara langsung sehubungan dengan pekerjaannya, baik dalam bentuk uang maupun barang, dimasukkan sebagai upah dan gaji, sebelum dipotong iuran jaminan sosial dan sejenisnya, pajak upah dan sebagainya. Komisi agen yang merupakan pegawai perusahaan, tip untuk pelayan dan sopir, bonus, dana biaya hidup dan tunjangan kerugian atau kemahalan, pembayaran selama cuti, berlibur, sakit atau lain-lain, bila dibayar langsung oleh perusahaan, dimasukkan sebagai upah dan gaji. Juga honorarium anggota dewan komisaris dimasukkan sebagai upah dan gaji.Upah dan gaji dalam bentuk barang mencakup nilai barang dan jasa yang diberikan pada pegawai dengan cuma-cuma atau dengan harga rendah yang secara nyata memberikan manfaat untuk pegawai. Tidak termasuk pemberian yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, seperti sumbangan kebakaran, kebanjiran dan sebagainya. Dalam hal makanan yang disediakan untuk pegawai dengan harga rendah, maka harga tersebut pada prinsipnya dimasukkan dalam upah dan gajinya dalam bentuk barang, juga sama halnya untuk penyediaan rumah tempat tinggal bagi pegawai dimasukkan sebagai upah dan gaji pegawai dalam bentuk barang. Pakaian kerja yang diberikan secara cuma-cuma kepada pegawai tidak dimasukkan sebagai upah dan gaji dalam bentuk barang, kecuali pakaian yang umum dipakai di luar jam kerja. Upah dan gaji dalam bentuk barang biasanya penting dalam kasus di negara sedang berkembang. Misalnya petani seringkali membayar pekerja-pekerjanya sebagai bagian upah dan gaji dalam bentuk hasil pertanian, perkebunan dan sebagainya, menyediakan

38

perumahan secara gratis, subsidi penyediaan dan barang-barang untuk kebutuhan pegawainya. Demikian juga halnya untuk kegiatan penggalian. Pada umumnya pengusaha membayarkan iuran pensiun atau iuran tunjangan kesejahteraan atas nama pegawainya pada suatu lembaga kesejahteraan atau yayasan dana pensiun dan sebagainya, yang dikelola oleh unit yang terpisah dari kegiatan perusahaan. Yayasan atau lembaga ini akan membayar pensiun, tunjangan kesejahteraan dan sebagainya apabila terjadi klaim. Apabila perusahaan membayar pensiun, tunjangan keluarga dan sebagainya langsung kepada pegawainya, maka besarnya iuran tersebut perlu diimputasi. Besarnya imputasi ini diperkirakan sama dengan besarnya pembayaran pensiun atau tunjangan kesejahteraan yang benar-benar dibayarkan pada waktu sekarang kepada pegawai yang sudah pensiun, (dengan asumsi bahwa jumlah

komposisi

pegawai

yang

dicakup

dalam

dana

pensiun/kesejahteraan dan perbandingan antara skala upah dan gaji dan besarnya pensiun relatif tetap tidak berubah). b. Surplus Usaha Surplus usaha adalah sama dengan selisih nilai tambah bruto dengan balas jasa pegawai, penyusutan barang modal tetap dan pajak tidak langsung neto. Surplus usaha meliputi pengeluaran atas sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; (1) Sewa tanah Dimaksudkan disini pengeluaran perusahaan untuk sewa tanah karena ikut sertanya faktor produksi tanah dalam proses produksi. Sewa dibayar untuk tanah pertanian ataupun tanah lainnya yang digunakan dalam kegiatan usaha. Dalam sewa termasuk juga royalti yaitu pembayaran untuk hak paten, hak cipta, merk dagang, hak pengusahaan hutan dan sebagainya.

39

(2) Bunga Modal Yang dimaksud dengan bunga modal adalah pengeluaran perusahaan untuk membayar bunga dari modal yang dipinjam yang digunakan dalam kegiatan usaha. (3) Keuntungan Perusahaan Mencakup keuntungan perusahaan sebelum dipotong pajak perusahaan dan pajak langsung lainnya dan sebelum dibagikan sebagai deviden. Keuntungan perusahaan di sini merupakan selisih antara surplus usaha dengan sewa tanah dan bunga modal. Jadi masih pula termasuk berbagai pengeluaran transfer yang mungkin dilakukan oleh perusahaan. 1.2. Penyusutan Barang Modal Barang-barang modal yang dipakai dalam proses produksi selalu mengalami kerusakan dan pada suatu waktu tidak berfungsi lagi dan akhirnya akan menjadi barang bekas yang kalau dijual tidak akan memberikan nilai yang berarti. Di samping itu untuk barang modal yang belum sempat dipakai dalam proses produksi, pada masa mendatang akan mengalami penurunan nilai walaupun tidak secepat jika dipakai. Ini disebabkan oleh karena munculnya barang modal baru yang lebih efisien dan lebih produktif jika dibandingkan dengan barang modal yang lama tersebut, jadi di sini penyusutan itu terjadi oleh karena adanya perkembangan teknologi. Bertitik tolak pada masalah yang akan dihadapi tersebut selayaknyalah para pengusaha menyediakan/menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk mengganti barang modalnya yang setiap saat kehilangan sekian persen dari nilai barang modal tersebut. Dengan demikian pada waktu barang modal yang lama tersebut sudah tidak bisa dipakai lagi, uang yang disisihkkan itu dapat dipakai untuk membeli barang modal yang baru. Penyediaan biaya ini dalam perhitungan pendapatan regional disebut penyusutan barang modal. Turunnya nilai barang modal yang disebabkan oleh kecelakaan atau bencana alam yang tidak bisa diramalkan sebelumnya, seperti akibat

40

gempa bumi, perang, kebakaran, yang menghancurkan barang modal yang sudah ada, tidak termasuk dalam perhitungan penyusutan. Penurunan atau hilangnya nilai barang modal tersebut dianggap sebagai hilangnya kapital pada waktu terjadinya bencana tersebut. Barang modal yang dimaksud di sini hanya mencakup yang berbentuk fisik saja, tidak termasuk barang modal non fisik, seperti konsesi hutan, hak paten, hak cipta dan sebagainya. 1.3. Pajak tak Langsung Neto Pajak tidak langsung neto adalah merupakan selisih antara pajak tidak langsung dengan subsidi. a. Pajak tak langsung Pajak tidak langsung yang dibayar oleh perusahaan terdiri dari iuran wajib ke pemerintah yang diperlakukan sebagai biaya untuk kegiatan produksi. Pajak tidak langsung ini termasuk segala jenis pajak yang dikenakan atas kegiatan produksi, penjualan, pembelian atau penggunaan barang dan jasa oleh perusahaan/usaha. Suatu perusahaan/usaha dapat membayar pajak tidak langsung kepada pemerintah daerah maupun ke pemerintah pusat. Pajak tidak langsung dibagi ke dalam pajak komoditi dan pajak tidak langsung lainnya. Pajak komoditi mencakup seluruh pajak tidak langsung yang bervariasi sesuai dengan kuantitas atau nilai dari komoditi yang diimpor, diproduksi atau dijual. Contoh dari pajak komoditi adalah pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak penjualan, pajak hiburan dan

pajak

judi.

Pajak

tidak

langsung

lainnya

meliputi

lisensi usaha, pajak real estate dan pajak atas penggunaan harta untuk usaha. Pajak komoditi dikurangi subsidinya, menghasilkan pajak komoditi neto. Beberapa perusahaan pemerintah diberi hak monopoli untuk memproduksi dan/atau menjual komoditi tertentu. Perusahaan yang diberi hak monopoli ini biasanya memproduksi atau menjual satu jenis komoditi saja, seperti jasa angkutan kereta api, jasa telekomunikasi dan sebagainya. Pada prinsipnya selisih antara surplus usaha dengan

41

keuntungan normal diperlakukan sebagai pajak komoditi. Dalam praktek total surplus usaha diperlakukan sebagai pajak komoditi, karena tidak ada dasar untuk memperkirakan secara tepat keuntungan normalnya. Kadang-kadang perusahaan pemerintah juga menganut semi monopoli, yang memproduksi komoditi yang sama dengan yang diproduksi oleh perusahaan swasta. Surplus usaha dari perusahaan pemerintah ini dikurangi bila mungkin dengan keuntungan normal yang dapat diukur berdasarkan keuntungan normal perusahaan swasta yang memproduksi komoditi yang sejenis. Selisih keuntungan normal ini diperlakukan sebagai pajak komoditi bila surplus usaha tersebut cukup besar dan direncanakan untuk menambah penerimaan pemerintah. Permasalahan bisa timbul di dalam memutuskan apakah pembayaran tertentu oleh perusahaan kepada pemerintah adalah sebagai pajak tidak langsung atau sebagai pembayaran atas barang dan jasa pemerintah. Jika antara pengeluaran dan perolehan terhadap barang dan jasa pemerintah menunjukkan suatu manfaat yang jelas dan pembayarannya secara sukarela, maka pengeluaran tersebut diperlakukan sebagai suatu pembayaran untuk barang dan jasa pemerintah. Pembayaran barang dan jasa pemerintah secara wajib dimasukkan sebagai pajak tidak langsung apabila dibayar oleh perusahaan, misalnya pengeluaran wajib uji kendaraan dan izin mengemudi, paspor, jasa pengadilan dan pajak pelabuhan. Apabila yang membayar adalah rumah tangga maka diperlakukan sebagai pajak langsung. Pajak real estate dan tanah dimasukkan sebagai pajak tidak langsung kecuali dalam hal di mana pajak tersebut dipertimbangkan sebagai suatu prosedur administratip untuk taksiran dan pengumpulan pajak langsung. Di dalam hal bangunan yang disewakan, pajak real estate secara keseluruhan termasuk dalam biaya sewa, oleh sebab itu ditetapkan sebagai pajak tidak langsung. Hal demikian juga banyak

42

terjadi dalam kasus pajak atas tanah dan kekayaan lainnya merupakan bagian dari pajak langsung atas kekayaan. b. Subsidi Subsidi adalah dana bantuan yang diberikan kepada perusahaan dari pemerintah. Bantuan pemerintah kepada perusahaan untuk tujuan investasi atau menutupi kerugian akibat bencana diperlakukan sebagai transfer modal bukan sebagai subsidi. Bantuan kepada perusahaan oleh pemerintah yang dimasukkan sebagai subsidi didasarkan atas penilaian komoditi yang diproduksi, di ekspor atau dikonsumsi, buruh atau tanah yang diikutsertakan dalam proses produksi atau cara bagaimana produksi diorganisir dan diadakan. Subsidi

yang

dihubungkan terhadap nilai komoditi khusus yang diproduksi, diekspor atau dikonsumsi adalah subsidi komoditi. Contoh dari subsidi komoditi adalah bantuan dana terhadap produsen beras, pupuk dan komoditi lainnya agar harganya rendah, atau agar harga ekspor komoditi tertentu turun. Beberapa jenis bantuan pemerintah ke produsen yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan produksi, tetapi mempunyai pengaruh dengan jumlah pembelian konsumen, seperti bantuan-bantuan sosial diperlakukan sebagai transfer bukan sebagai subsidi. Seluruh bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan misalnya untuk mengganti kerugian operasional, dan mempertahankan harga pada tingkat tertentu, dimasukkan sebagai subsidi. Transfer yang diberikan kepada perusahaan pemerintah yang bersaing dengan perusahaan swasta untuk menutupi kerugian besar selama beberapa tahun tersebut diperlakukan sebagai subsidi. Kerugian perusahaan niaga pemerintah yang disebabkan oleh kebijaksanaan pemerintah di mana harga penjualan komoditi lebih rendah dari harga pembelian, diperlakukan sebagai subsidi. Karena pengoperasian

perusahaan

pemerintah

yang

tidak

mendapat

penggantian berupa subsidi, diperlakukan sebagai surplus usaha yang negatif.

43

Subsidi dicatat pada waktu terjadinya pembayaran. Waktu pencatatan di perusahaan akan berbeda dengan di pemerintah, sehingga

untuk

memperkirakan

besarnya

subsidi

dilakukan

penyesuaian terlebih dahulu terhadap perbedaan tersebut. Besarnya subsidi yang diberikan pada perusahaan dagang diperkirakan atas perbedaan harga beli dan harga jual yang diperhitungkan dan dicatat saat mana barang tersebut merupakan stok di dalam perusahaan tersebut. c. Pendekatan Pengeluaran. Dalam Badan Pusat Statistik (2008), PDRB menurut pendekatan ini adalah semua komponen penggunaan dari permintaan akhir yang terdiri dari: 1) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran

Konsumsi

Rumah

Tangga

mencakup

semua

pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan rumah tangga. 2) Pengeluaran Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga Pengeluaran lembaga non profit yang melayani rumah tangga mencakup kegiatan dan pengeluaran yang dilakukan oleh lembaga nirlaba yang konsentrasi konsumennya adalah rumah tangga, seperti yayasan dan lainnya. 3) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran Konsumsi Pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang pemerintah daerah, tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan. 4) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto mencakup pembuatan dan pembelian barang-barang modal baru dari dalam daerah dan barang modal bekas atau baru dari luar daerah. Metode yang dipakai adalah pendekatan arus barang.

44

5) Perubahan Inventori Perubahan inventori yakni perubahan stok dihitung dari PDRB hasil penjumlahan nilai tambah bruto sektoral dikurangi komponen permintaan akhir lainnya. 6) Ekspor Barang dan Jasa Ekspor barang dinilai menurut harga free on board (fob). 7) Impor Barang dan Jasa Impor barang dinilai menurut cost insurance freight (cif).

3. Kegunaan Data PDRB Data PDRB adalah salah satu indikator ekonomi makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian daerah setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain: a. PDRB atas dasar harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya. b. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap lapangan usaha dari tahun ke tahun. c. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap lapangan usaha dalam suatu daerah. Lapangan usaha yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu daerah. d. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. e. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu daerah.

45

B. Infrastruktur 1. Definisi Infrastruktur Dalam KBBI, infrastruktur diartikan sebagai penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dan sebagainya). Oleh karena itu, pemerintah Indonesia kemudian dalam Peraturan Presiden no.38/2015

mendefinisikan infrastruktur sebagai

fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat keras dan lunak, yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar perekonomian dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik. Menurut Valeriani (2011), infrastruktur adalah konsep sosial untuk beberapa kategori khusus dari input diluar proses pengambilan keputusan, yang berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi dengan cara meningkatkan produktivitas dan penyediaan fasilitas. Infrastruktur

merujuk

pada

sistem

fisik

yang

menyediakan

transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi. Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefnisikan

sebagai

fasilitas-fasilitas

atau

strukturstruktur

dasar,

peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Warsilan dan Noor, 2015). Infrastruktur ekonomi mempunyai peranan penting dalam mendorong kinerja perekonomian suatu negara. Pembedaan infrastruktur juga seringkali didasarkan pada investasi yang dilakukan terhadap infrastruktur tersebut. Pembahasan tentang infrastruktur cenderung mengarah pada pembahasan barang publik. Dengan memahami sifat infrastruktur sebagai barang publik, maka berdasarkan teori infrastruktur memiliki karakter eksternalitas. Kondisi ini sesuai dengan sifatnya dimana infrastruktur disediakan oleh pemerintah dan bagi setiap pihak yang menggunakan

46

infrastruktur tidak memberikan bayaran secara langsung (Atmaja dan Mahalli, 2015). 2. Klasifikasi Infrastruktur Maqin (2011) membedakan infrastruktur menjadi dua macam, yaitu: a. Infrastruktur ekonomi yaitu infrastruktur fisik baik yang digunakan

dalam proses produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat, meliputi semua prasarana umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air bersih dan sanitasi serta pembuangan limbah. b. Infrastruktur sosial yaitu prasarana sosial seperti kesehatan dan

pendidikan. Sementara itu, The World Bank (1994) dalam Prasetyo dan Firdaus (2009) membagi infrastruktur menjadi tiga, yaitu: a. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (tenaga, telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sector transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya). b. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi. c. Infrastruktur

administrasi,

meliputi

penegakan

hukum,

kontrol

administrasi dan koordinasi. 3.

Hubungan Infrastruktur dan PDRB Faktor-faktor yang mempengaruhi angka PDRB adalah akumulasi modal, termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fisikal, dan sumber daya manusia. Akumulasi modal akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang. Investasi jenis ini sering diklasifikasikan sebagai investasi sektor produktif (Directly Production Activities), yaitu berupa pabrik-

47

pabrik, mesin-mesin, peralatan, dan barang-barang baru yang akan meningkatkan stok modal (capital stock). Di samping itu ada investasi lainnya yang dikenal dengan sebutan infrastruktur sosial dan ekonomi, yaitu berupa jalan raya, listrik, air, sanitasi, dan komunikasi untuk mempermudah dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan ekonomi. Ketersediaan infrastruktur yang memadai dan

berkesinambungan

mendukung

pelaksanaan

merupakan

kebutuhan

pembangunan

mendesak

nasional

dalam

untuk rangka

meningkatkan perekonomian nasional, menyejahterakan masyarakat, dan meningkatkan daya saing Indonesia dalam persaingan global. Selain itu ada investasi insani yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang mempunyai pengaruh besar terhadap produksi. Investasi insani ini bisa berupa sekolah-sekolah formal, sekolah-sekolah kejuruan, dan program pelatihan kerja, serta pendidikan informal lainnya. Teori Harrod-Domar memberikan peranan kunci kepada investasi dalam produktivitas ekonomi. Investasi berpengaruh terhadap permintaan agregat, yaitu melalui penciptaan pendapatan dan terhadap penawaran agregat melalui peningkatan kapasitas produksi. Selama investasi netto tetap berlangsung, pendapatan nyata dan output terus meningkat. Namun demikian

untuk

mempertahankan

ekuilibirium

pendapatan

pada

pekerjaan penuh (full eployment), maka baik pendapatan nyata maupun output keduanya harus meningkat pada laju pertumbuhan yang sama pada saat kapasitas produksi meningkat. Jika tidak, setiap perbedaan di antara keduanya akan menimbulkan kelebihan kapasitas yang akan berpengaruh buruk pada perekonomian. Jadi apabila perkembangan ekonomi hendak dipertahankan dalam jangka panjang, maka investasi senantiasa harus diperbesar, agar pertumbuhan pendapatan dapat cukup menjamin penggunaan kapasitas produksi secara penuh atas stok modal yang sedang tumbuh. Tingkat pertumbuhan pendapatan yang tepat ini disebut sebagai tingkat pertumbuhan terjamin (warranted rate of growth) (Subandi, 2012).

48

Dalam

Todaro

(2006),

terdapat

tiga

faktor

utama

dalam

produktivitas ekonomi yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk, dan kemajuan teknologi. Akumulasi modal terjadi bila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan. Akumulasi modal ini dapat dilakukan dengan investasi langsung terhadap stok modal secara fisik (pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku) dan dapat juga dengan melakukan investasi terhadap fasilitas-fasilitas penunjang

seperti

investasi

infrastruktur,

ekonomi

dan

sosial

(pembangunan jalan raya, penyediaan listrik, air bersih dan fasilitas komunikasi). fasilitas penunjang seperti investasi infrastruktur, ekonomi dan sosial (pembangunan jalan raya, penyediaan listrik, air bersih dan fasilitas komunikasi) (Wibowo, 2016). Menurut Jhingan (2012), pembentukan modal merupakan kunci utama produktivitas ekonomi. Di satu pihak ia mencerminkan permintaan efektif, dan di pihak lain ia menciptakan efisiensi produktif bagi produksi di masa depan. Pembentukan modal memiliki arti penting khusus bagi negara kurang berkembang. Proses pembentukan modal menghasilkan kenaikan output nasional dalam berbagai cara. Pembentukan modal diperlukan untuk memenuhi permintaan penduduk yang meningkat di negara itu. Investasi di bidang barang modal tidak hanya meningkatkan produksi tetapi juga kesempatan kerja. Pembentukan modal ini pula yang membawa ke arah kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi pada gilirannya membawa ke arah spesialisasi dan penghematan dalam produksi skala luas. Pembentukan modal membantu usaha penyediaan mesin, alat dan perlengkapan bagi tenaga buruh yang semakin meningkat. Penyediaan overhead sosial dan ekonomi seperti pengangkutan, sumber tenaga, pendidikan dan sebagainya di negara bersangkutan dimungkinkan melalui pembentukan modal ini juga. Pembentukan modal ini pula yang membawa ke arah penggalian sumber alam, industrialisasi dan ekspansi pasar yang diperlukan bagi kemajuan ekonomi.

49

C. Kependudukan 1.

Penduduk dan Unsur-unsur di dalamnya Penduduk dapat diartikan sebagai seluruh orang yang menempati suatu negara atau daerah. Banyaknya orang yang menempati suatu negara atau daerah akan menentukan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk biasanya diukur dengan jumlah penduduk per kilometer persegi (Badan Pusat Statistik, 2015). Penduduk

merupakan

unsur

penting

dalam

usaha

untuk

meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi. Penduduk memegang peranan penting karena menyediakan tenaga kerja yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi. Selain itu, konsumsi dari penduduk akan menciptakan permintaan agregat yang memicu kegiatan produksi (Purnamasari, 2015). Dalam Mulyadi (2008), penduduk dapat dikelompokkan menurut ciri-ciri tertentu, ciri-ciri tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Biologis, meliputi umur dan jenis kelamin. b. Sosial, antara lain meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan. c. Ekonomi, meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan sebagainya. d. Geografis, berdasarkan tempat tinggal, daerah perkotaan, pedesaan, provinsi, kabupaten, dan sebagainya. Ciri penduduk tersebut penting diketahui karena dapat memberikan gambaran dasar mengenai keadaan penduduk serta mutunya sebagai persediaan sumber daya manusia. Misalnya komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografi maupun sosial ekonomi. Sedangkan komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang pada gilirannya akan menentukan tingkat pendapatan dan produktivitasnya. Di samping itu, terdapat beberapa komponen dalam pertumbuhan penduduk di suatu daerah atau negara. Mulyadi (2008) telah menjelaskan

50

komponen-komponen

dalam

pertumbuhan

penduduk

tersebut.

Komponen-komponen tersebut yaitu: a. Fertilitas Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seroang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Sebaliknya, fekunditas merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan

penduduk,

sedangkan

natalitas

mencakup

peranan

kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia. Tinggi rendahnya fertilitas dapat menggambarkan kecepatan pertumbuhan penduduk suatu daerah atau negara. b. Mortalitas Mortalitas (kematian) adalah peristiwa hilangnya semua tanda tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi tiap saat setelah kelahiran hidup. Faktor sosio-ekonomi merupakan faktor yang memengaruhi angka kematian. Faktor sosio-ekonomi ini antara lain; pendapatan,

keadaan

gizi

penduduk,

dan

fasilitas

kesehatan

(Purnamasari, 2015). Kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi tentang kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta terutama yang berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan. c. Migrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara ataupun batas administratif dalam suatu negara. Sering diartikan pula sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain. Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia,

51

migrasi merupakan perpindahan sumber daya manusia yang umumnya disebabkan oleh alasan ekonomi, seperti menyangkut pekerjaan. 2.

Penduduk dan PDRB Hubungan antara penduduk dan PDRB menjadi salah satu dari bahan pembahasan diantara para ahli baik ahli ekonomi maupun ahli demografi. Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan dalam rentang waktu yang berbeda-beda, dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan penduduk dapat menjadi faktor penghambat, pendorong, atau bahkan tidak memiliki dampak yang berarti terhadap PDRB. Maka dalam perkembangannya pembahasan mengenai penduduk dan PDRB dibahas berdasarkan empat kelompok, yaitu kelompok pesimis, kelompok optimis, kelompok netral, dan kelompok multidimensi. a.

Kelompok Pesimis Kelompok ini mempercayai bahwa pertumbuhan penduduk memiliki dampak negatif terhadap PDRB. Kelompok ini berpendapat bahwa negara tidak memiliki kemampuan untuk mempunyai modal yang dapat dipergunakan untuk melakukan investasi pada bidang, tenaga kerja, teknologi dan faktor-faktor lain yang bisa mengoptimalkan produktivitas mereka. Tokoh-tokoh yang memiliki pandangan seperti ini didasarkan pada asumsi yang mengatakan bahwa kekuatan penduduk jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kekuatan bumi untuk dapat memberikan subsistensi bagi manusia. Salah satu tokoh dari kelompok ini adalah Malthus (Purnamasari, 2015).

b.

Kelompok Optimis Kelompok ini beranggapan bahwa pertumbuhan penduduk yang terjadi pada suatu negara dapat meningkatkan PDRB. Pertumbuhan penduduk jangka pendek akan menyebabkan situasi menjadi kurang baik dimana akan terjadi kelangkaan bahan makanan dan kemiskinan. Sedangkan di sisi yang lain pertumbuhan penduduk akan membuat jumlah tenaga kerja yang semakin banyak, dengan kondisi itu maka tenaga kerja yang besar tersebut akan tergerak

52

untuk

berinovasi

untuk menciptakan teknologi

yang dapat

mengantisipasi masalah kelangkaan bahan makanan yang menjadi masalah sebelumnya. Pengoptimalan produksi bahan makanan ini akan meningkatkan output perekonomian (Owushu-Ansah dalam Falahinur 2017). c.

Kelompok Multidimensi Kelompok Multidimensi memiliki pandangan bahwa pertumbuhan penduduk memiliki dua kondisi yaitu efek positif maupun efek negatif terhadap perekonomian. Tokoh yang dimunculkan pada kelompok multidimensi ini adalah Gary Stanley Becker. Becker melakukan banyak penelitian dengan menggunakan pendekatan mikroekonomi (Falahinur, 2017).

d.

Kelompok Netral Kelompok netral memiliki pendapat bahwa pertumbuhan penduduk tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap angka PDRB. Pandangan ini lahir bukan tanpa dasar, pandangan ini muncul akibat dari penelitian empiris yang dilakukan di berbagai negara. Hasil studi empiris tersebut mengatakan bahwa negara yang biasanya berciri pertumbuhan penduduknya cepat maka biasanya negara tersebut memiliki perekonomian yang lambat. Salah satu ilmuan bernama Kelley (1988) menegaskan ciri negara yang boleh jadi memiliki dampak negatif antara lain; kelangkaan sumber perairan dan lahan, kebijakan pemerintah yang buruk dan tidak efektif, dan perlindungan property rights yang lemah (Falahinur, 2017). Selama ini sudah dipahami banyak orang bahwa jumlah penduduk

adalah salah satu indikator penting dalam suatu negara. Tidak terkecuali juga para ahli seperti para ahli ekonomi klasik yang di pelopori Adam Smith bahkan menganggap bahwa jumlah penduduk merupakan input yang potensial yang dapat digunakan sebagai faktor produksi untuk meningkatkan produksi suatu rumah tangga perusahaan. Semakin banyak penduduk maka semakin banyak pula tenaga kerja yang dapat digunakan. Oleh karena jumlah penduduk terus bertambah, maka banyak yang harus

53

dicanangkan untuk mengatasi keadaan jumlah penduduk yang semakin bertambah. Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat tersebut, mengundang banyak masalah. Tetapi ini tidak berarti pada zaman dahulu masalah kependudukan tidak ada. Sejalan dengan perkembangan penduduk dunia, Indonesia juga sebagai negara berkembang yang tidak terlepas dari pertambahan penduduk yang cepat (Primadona, 2016). D. Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian telah banyak dilakukan berkaitan dengan peran infrastruktur dan tingkat jumlah maupun kepadatan penduduk terhadap perekonomian. Kontribusi penelitian-penelitian tersebut menunjukkan peran penting infrastruktur dan kepadatan penduduk terhadap perekonomian. Pada bagian ini ditampilkan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, sebagai berikut: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1

Peneliti dan Metode Variabel Tempat Penelitian Tunjung Hapsari Regresi Dependen: (2011) di Indonesia Data Panel PDRB Independen: -Jalan -Listrik -Telepon -Air

2

Agung Budi Luhur Wibowo (2016) di Indonesia

3

Fauzan Zamzami (2014) di Jawa Tengah

Regresi Dependen: Data Panel PDRB Independen: -Jalan -Listrik -Kesehatan -Pendidikan Regresi Dependen: Data Panel PDRB Independen:

Hasil Variabel infrastruktur jalan dan listrik mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sedangkan variabel infrastruktur telepon dan air tidak berpengaruh signifikan Variabel infrastruktur listrik, kesehatan, dan pendidikan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sedangkan jalan tidak berpengaruh signifikan Variabel panjang jalan, irigasi, pendidikan, PNS, dan pengeluaran

54

No

Peneliti dan Tempat Penelitian

Metode

Variabel

Hasil

-Jalan -Air -Listrik -Irigasi -Pendidikan -Kesehatan -Perumahan -PNS -Pengeluaran Pembangunan Dependen: PDRB Independen: -Jumlah Penduduk -Pengangguran

pembangunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sedangkan variabel air, listrik, kesehatan, dan perumahan berpengaruh positif namun tidak signifikan

4

Christiawan Eka Arianto, Sonny Sumarsono dan M. Adenan (2015) di Kabupaten Jember

Regresi Linier Berganda

5

Ichwan Fuady Falahinur (2017) di Kabupaten Kulonprogo

Regresi Dependen: Data Panel PDRB Independen: -Pendidikan -Jumlah Penduduk -Pengeluaran Pemerintah

6

Indrian Safitri dan Aliasuddin (2016) di Aceh

7

Krismanti Tri Wahyuni (2009) di Indonesia

Regresi Dependen: Data Panel PDRB Independen: -Jumlah penduduk -Angka Partisipasi Sekolah -Rata-rata Lama Sekolah Regresi Dependen: Data Panel PDRB Independen:

Variabel jumlah penduduk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sedangkan variabel pengangguran memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap PDRB Variabel pendidikan dan pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sedangkan variabel jumlah penduduk mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap PDRB Variabel Jumlah Penduduk, Angka Partisipasi Sekolah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap PDRB sedangkan variabel ratarata lama sekolah berpengaruh negatif dan signifikan Seluruh variabel independen yakni infrastruktur jalan, listrik,

55

No

Peneliti dan Tempat Penelitian

8

Peter Perkins (2005) di Afrika Selatan

9

Panagiotis Pegkas (2014) di Yunani

10

David Canning (1999) di 57 Negara

Metode

Variabel

-Jalan -Listrik -Air Bersih -Kesehatan Regresi Dependen: Linear PDB Berganda Independen: - Kereta Api - Jalan - Pelabuhan - Jalur Udara - Telepon - Listrik VAR Dependen: PDB Independen: - Pendidikan Dasar - Pendidikan Menengah - Pendidikan Tinggi Regresi Dependen: Data Panel Output Ekonomi Independen: - Pendidkikan - Listrik - Telepon - Transportasi

Hasil air bersih, dan kesehatan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB Variabel independen yakni infrastruktur ekonomi memiliki pengaruh terhadap PDB di Afrika Selatan

Pendidikan menengah dan tinggi memiliki dampak positif yang signifikan secara statistik terhadap PDB, sementara pendidikan dasar tidak berkontribusi pada PDB.

Pendidikan dan telepon mempunyai pengaruh terhadap output ekonomi sedangkan listrik dan transportasi tidak mempunyai pengaruh terhadap output ekonomi

1. Tunjung Hapsari (2011) melakukan penelitian yang berfokus kepada pengaruh infrastruktur terhadap PDRB di Indonesia pada tahun 2004-2009. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah 26 provinsi di Indonesia. Salah satu permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah apakah infrastruktur listrik memiliki pengaruh dan kontribusi terhadap PDRB. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah fixed effect. Hasil

56

penelitian ini menunjukkan bahwa infrastruktur listrik memilik pengaruh yang positif dan signifikan terhadap PDRB. 2. Agung Budi Luhur Wibowo (2016) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2006-2013”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Salah satu permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah infrastruktur listrik dan pendidikan di 30 provinsi di Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini menggunakan data PDRB. Data diolah menggunakan analisis data panel dengan model regresi random effect. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa infrastruktur listrik dan pendidikan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap PDRB di Indonesia pada tahun 2006-2013. 3. Fauzan Zamzami (2014) melakukan penelitian untuk melihat bagaimana peran infrastruktur terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Jawa Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder infrastruktur di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah dalam tahun 2008-2012. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dengan metode fixed effect. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendidikan berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Jawa Tengah, sedangkan variabel listrik tidak mempengaruhi PDRB di Jawa Tengah secara signifikan. 4. Christiawan Eka Arianto, Sonny Sumarsono, dan M. Adenan (2015) melakukan penelitian terkait pangaruh jumlah penduduk terhadap PDRB di Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Dalam hal memperoleh pendekatan permasalahan digunakan data tahunan yang berupa deret berkala (time series) selama periode tahun 2000-2012. Penelitian ini menggunakan analisis data regresi linier berganda dengan menggunakan uji asumsi klasik (Ordinary Least Square). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Jember pada tahun 2000-2012. 5. Ichwan Fuady Falahinur (2017) melakukan penelitian diantaranya untuk mengetahui pengaruh

tingkat pendidikan dan jumlah penduduk terhadap

57

terhadap PDRB di Kabupaten Kulonprogo dengan rentang waktu dari tahun 1987-2016. Penelitian ini menggunakan data runtut waktu (time series) tingkat pendidikan yang ditamatkan dan jumlah penduduk selama 30 tahun. Penelitian ini menggunakan metode analisis Error Correction Model (ECM) sebagai alat analisis yang digunakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap terhadap PDRB baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sedangkan variabel jumlah penduduk memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap terhadap PDRB baik dalam jangka pendek dan jangka panjang di Kabupaten Kulonprogo. 6. Indrian Safitri dan Aliasuddin (2016) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan model regresi data panel yang diambil dari tahun 2007-2014 pada lima kota di provinsi Aceh. Penelitian ini menggunakan metode analisis fixed effect model. Variabel pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini menggunakan PDRB, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini diantaranya adalah angka partisipasi sekolah, rata-rata lama sekolah, dan jumlah penduduk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa angka lamanya bersekolah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PDRB, sedangkan jumlah penduduk dan angka partisipasi sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB. 7. Krismanti Tri Wahyuni (2009) melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh infrastruktur ekonomi dan sosial terhadap PDRB di Indonesia. Salah satu permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah apakah infrastruktur listrik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB. Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel dengan pendekatan model fixed effect. Analisis dilakukan dengan menggunakan data 26 provinsi di Indonesia pada kurun waktu 13 tahun (1995-2007). Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa infrastruktur listrik mampu mempengaruhi PDRB secara positif dan signifikan.

58

8. Peter Perkins (2005) melakukan penelitian guna menganalisis investasi infrastruktur ekonomi terhadap PDB di Afrika Selatan pada tahun 1870-2002. Infrastruktur ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah infrastruktur kereta api, infrastruktur jalan, infrastruktur pelabuhan, infrastruktur jalur udara, infrastruktur saluran telepon, dan infrastruktur listrik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis OLS dan time series data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, terdapat pengaruh antara infrastruktur ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Investasi infrastruktur yang tidak memadai dapat menciptakan hambatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kedua, modal infrastruktur ekonomi di Afrika Selatan telah berkembang secara bertahap. Pembuat kebijakan harus fokus dalam memilih atau mendorong jenis infrastruktur yang tepat pada waktu yang tepat. Ketiga, kebutuhan investasi infrastruktur ekonomi tidak pernah hilang. Pemeliharaan dan perluasan infrastruktur menjadi faktor penting untuk mendukung kegiatan ekonomi dalam ekonomi yang sedang tumbuh, asalkan masing-masing proyek dipilih berdasarkan analisis biaya-manfaat yang tepat. 9. Panagiotis Pegkas (2014) meneliti hubungan antara tingkat pendidikan dan PDB dan memperkirakan pengaruh dari tingkat pendidikan yang berbeda pada PDB di Yunani selama periode 1960-2009. Penelitian ini menggunakan metode Vector Autoregression (VAR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan jangka panjang antara tingkat pendidikan dan PDB. Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa pendidikan menengah dan tinggi memiliki dampak positif yang signifikan terhadap PDB, sementara pendidikan dasar tidak berkontribusi pada PDB. Hasil ini juga menunjukkan bahwa ada bukti kausalitas jangka panjang berjalan dari pendidikan dasar terhadap PDB, kausalitas jangka panjang antara pendidikan menengah dan PDB, kausalitas jangka panjang berjalan dari pendidikan tinggi terhadap PDB. 10. Kemudian David Canning (1999) meneliti tentang kontribusi infrastruktur terahadap output agregat. Tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui seberapa besar peran infarstruktur terhadap output agregat ekonomi di berbagai negara di dunia. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data panel dari tahun 1960-1990. Infrastruktur diasumsikan sebagai input dalam fungsi

59

produksi bersama dengan faktor produksi yang lain, yaitu tenaga kerja, kapital fisik, dan kapital manusia (pendidikan). Penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan dan telepon mempunyai pengaruh terhadap output ekonomi, sedangkan listrik dan transportasi tidak mempunyai pengaruh terhadap output ekonomi. E. Kerangka Berpikir Tingkat PDRB merupakan gambaran kegiatan dalam perekonomian pada suatu daerah yang akan membentuk angka PDB pada tingkat nasional. Berdasarkan pemaparan sebelumnya dapat dijelaskan bahwa PDRB memiliki keterkaitan dengan infrastruktur dan kepadatan penduduk. Dari pemaparan tersebut, dapat ditentukan model yang paling sesuai untuk menjelaskan bagaimana pengaruh infrastruktur dan kepadatan penduduk terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia dalam penelitian ini. Model yang dapat digunakan adalah model pertumbuhan neoklasik Solow-Swan. Menurut Solow, kualitas perekonomian berasal dari tiga faktor berikut: peningkatan dalam kuantitas dan kualitas penduduk atau pekerja (labor), kenaikan dalam kapital atau modal (melalui tabungan dan investasi) dan peningkatan dalam teknologi. Setiap peningkatan pada jumlah penduduk atau tenaga kerja, kapital dan teknologi akan mempengaruhi perubahan pada tingkat output yang dihasilkan. Modal yang dimaksud salah satunya adalah dari sektor infrastruktur. Dalam penelitian ini variabel infrastruktur yang diteliti adalah infrastruktur listrik dan infrastruktur pendidikan. Di samping itu, terdapat variabel bebas lainnya yaitu kepadatan penduduk. Kemudian peningkatan infrastruktur dan kepadatan penduduk ini akan memberikan pengaruh kepada PDRB 33 provinsi di Indonesia. Pemaparan kerangka pemikiran diatas dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:

60

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir INFRASTRUKTUR LISTIRK DI 33 PROVINSI DI INDONESIA

INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DI 33 PROVINSI DI INDONESIA

PDRB 33 PROVINSI DI INDONESIA

KEPADATAN PENDUDUK DI 33 PROVINSI DI INDONESIA

D. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan dugaan sementara, dimana dugaan ini masih harus diuji kembali kebenarannya. Untuk mengetahui signifikansi dari pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen maka dilakukan uji F-statistik, yaitu dengan membandingkan probability value Fstatistik dengan nilai α yang digunakan yaitu α = 5%. Jika probability value F-statistik < α = 5% maka variabel independen secara bersama-sama mampu mempengaruhi variabel dependen secara signifikan, dan sebaliknya. Kemudian untuk menguji signifikansi masing-masing variabel independen terhadap

variabel

dependen

maka

dilakukan

uji

t,

yaitu

dengan

membandingkan probability value t-statistik dengan nilai α yang digunakan yaitu α = 5%. Jika probability value t-statistik < α = 5% maka variabel independen secara individual mampu mempengaruhi variabel dependen secara signifikan, dan sebaliknya. Berdasarkan tinjauan kajian pustaka yang ada maka penulis mencoba untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis dari penelitian ini adalah

61

1.

Variabel Infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.

2.

Variabel Infrastruktur listrik memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.

3.

Variabel Infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.

4.

Variabel kepadatan penduduk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.

5.

Nilai PDRB masing-masing provinsi adalah bervariasi apabila nilai variabel-variabel independen yang ada pada model adalah 0

62

BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan model data panel. Penelitian ini dilakukan di 33 provinsi di Indonesia, yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kep. Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Periode waktu dalam penelitian ini adalah pada tahun 2013-2015. Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel dependen dan tiga variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB 33 provinsi di Indonesia. Sedangkan variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk untuk 33 provinsi di Indonesia. B. Metode Penentuan Sampel Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah PDRB riil atas harga konstan tahun 2010 di 33 provinsi di Indonesia. Dalam

penelitian ini tidak diperlukan sampel karena

keseluruhan objek penelitian dapat dijangkau oleh peneliti. Populasi yang diteliti adalah sektor-sektor ekonomi di 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2013-2015. C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh pihak lain. Periode waktu yang digunakan pada penelitian ini meliputi tahun 2013-2015 dengan menggunakan metode data panel, yaitu gabungan antara time series

63

dan cross section. Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data tersebut meliputi: 1. PDRB riil 2. Infrastruktur Listrik 3. Infrastruktur Pendidikan 4. Kepadatan Penduduk D. Metode Analisis Data 1. Metode Data Panel Data yang digunakan dalam analisis ekonometrika dapat berupa data time series, data cross section, atau data panel. Data panel (panel pooled data) merupakan gabungan data cross section dan data time series. Dengan kata lain, data panel merupakan unit-unit individu yang sama yang diamati dalam kurun waktu tertentu (Prasetyo dan Firdaus, 2009). Menurut Baltagi (2005), penggunaan data panel dalam regresi memiliki beberapa keuntungan, diantaranya: a. Data panel mampu mengontrol atau menangkap heterogenitas individu. Data panel menganggap tiap-tiap obeservasi seperti individu, perusahaan,

negara

adalah

heterogen.

Sedangkan,

data time

series dan cross section tidak mampu mengakomodasi heterogenitas dari individu sehingga memungkinkan terjadinya bias dari hasil estimasinya. Perbedaan antar individu akan dapat dilihat setelah mengetahui model-model yang digunakan untuk data panel. b. Data panel mampu memberikan informasi yang lebih lengkap, tingkat variabilitas yang lebih tinggi, koliniaritas antar variabel berkurang, derajat bebas yang lebih banyak, dan lebih efisien. Penggabungan data time series dan cross section akan memberikan lebih banyak jumlah observarsi. Peningkatan jumlah observasi akan meningkatakan variabilitas

dan

koliniaritas

antar

informasi variabel.

data

sehingga

Peningkatan

mampu tersebut

mengurangi juga

akan

meningkatkan derajat bebas yang pada akhirnya akan mampu menghasilkan estimasi yang lebih efisien.

64

c. Data panel lebih mampu melihat dinamika data. Selain bisa menangkap perbedaan antar individu, data panel juga mampu membandingkan kondisi individu tersebut pada suatu periode dengan periode lainnya. d. Data panel lebih bisa mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak mampu dideteksi oleh cross section murni atau time series murni. Misalnya, untuk menentukan apakah keanggotaan dalam serikat pekerja dapat meningkatkan atau menurunkan upah. Hal ini tentu akan lebih baik dijawab dengan mengobservasi pekerja sebelum dan sesudah berpindah dari serikat pekerja ke tanpa serikat pekerja atau sebaliknya. Selanjutnya, karakterisitik dari individu dianggap tetap sehingga dapat diketahui apakah keanggotaan dalam serikat akan mempengaruhi upah dan seberapa besar pengaruhnya. e. Data panel mampu membangun dan menguji model yang lebih rumit dibandingkan dengan data cross section murni atau time series murni. Misalnya, pemodelan untuk efisiensi tehnik lebih baik menggunakan data panel (Lihat Baltagi andvGriffin, 1988b; Cornwell, Schmidt andvSickles, 1990; Kumbhakar and Lovell, 2000; Baltagi, Griffin and Rich, 1995; Koop and Steel, 2001). Selain itu, beberapa batasan analisis time series murni pada distributed lag model dapat dipaksakan pada data panel. f. Data panel mikro yang digabungkan seperti individu, perusahaan dan rumah tangga akan lebih akurat diestimasi dibandingkan dengan variabel yang mirip yang diukur pada level makro. Data panel mampu mengurangi atau menghilangkan bias yang disebabkan aggregasi individu atau observasi yang terlalu banyak (lihat Blundell, 1988; Klevmarken, 1989). g. Data panel makro di lain pihak memiliki data deret waktu yang lebih panjang tetapi uji unit root-nya memiliki distribusi asimtotik standar (standard asymptotic distributions).

65

2. Estimasi Data Panel Dalam Basuki (2014), dalam metode estimasi regresi data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu: a. Common Effect Model Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada model ini tidak diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku data individu sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel. Adapun persamaan regresi dalam model common effects dapat ditulis sebagai berikut: Yit = α + Xitβ + εit Dimana: i = Aceh, Sumut,....., Lampung t = 2013, 2014, 2015 dimana i menunjukkan cross section (individu) dan t menunjukkan periode waktunya. Dengan asumsi komponen error dalam pengolahan kuadrat terkecil biasa, proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross section dapat dilakukan. b. Fixed Effect Model Model ini mengasumsikan bahwa terdapat efek yang berbeda antar individu. Perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel model Fixed Effects menggunakan teknik variable dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar individu. Namun demikian slopnya sama antar individu. Salah satu cara untuk memperhatikan heterogenitas unit cross section pada model regresi data panel adalah dengan mengizinkan nilai intersep yang berbeda-beda untuk setiap unit cross section tetapi masih mengasumsikan slope konstan. Model fixed effect dapat dinyatakan sebagai berikut:

66

Yit = α + iαit + X’itβ + εit Dimana: i = Aceh, Sumut,....., Lampung t = 2013, 2014, 2015 Model estimasi ini sering juga disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variable (LSDV). Selain diterapkan untuk efek tiap individu, LSDV ini juga dapat mengakomodasi efek waktu yang besifat sistemik. Hal ini dapat dilakukan melalui penambahan variabel dummy waktu di dalam model. c. Random Effect Model Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model Random Effect perbedaan intersep diakomodasi oleh error terms masing-masing individu. Keuntungan menggunkan model Random Effect yakni menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan Error Component Model (ECM). Dengan demikian, persamaan model random effects dapat dituliskan sebagai berikut: Yit = α + X’itβ + wit Dimana: i = Aceh, Sumut,....., Lampung t = 2013, 2014, 2015 dengan wit = εi + uit, εi adalah komponen error cross section, dan uit adalah error secara menyeluruh yang merupakan kombinasi time series dan cross section.

3. Estimasi Parameter Estimasi (pendugaan) adalah proses yang menggunakan sampel statistik untuk menduga atau menaksir hubungan parameter populasi yang tidak diketahui. Estimasi merupakan suatu pernyataan mengenai parameter populasi yang diketahui berdasarkan populasi dari sampel, dalam hal ini sampel random, yang diambil dari populasi yang bersangkutan. Jadi

67

dengan estimasi ini, keadaan parameter populasi dapat diketahui. Ciri-ciri penduga yang baik adalah tidak bias (unbiased), efisien, dan konsisten. (Hasan, 2017). Terdapat dua estimasi parameter dalam data panel, yakni: a. Ordinary Least Square (OLS) Kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) merupakan salah satu metode bagian dari kuadrat terkecil dan sering hanya disebut kuadrat terkecil saja. Metode ini sering digunakan oleh para ilmuwan atau peneliti dalam proses penghitungan suatu persamaan regresi sederhana. Dalam penggunaan regresi, terdapat beberapa asumsi dasar yang dapat menghasilkan estimator linier tidak bias yang terbaik dari model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa atau biasa dikenal dengan regresi OLS agar taksiran koefisien regresi itu bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Misalkan: 𝑌𝑖 = 𝛽0 + 𝛽1 𝑋1𝑖 + 𝛽2 𝑋2𝑖 + ⋯ + 𝛽𝑘 𝑋𝑘𝑖 + 𝜀𝑖 Yang dapat secara ringkas ditulis dalam notasi matrik sebagai berikut: Y = Xβ + ε Dengan β adalah suatu vektor kolom k-unsur dari penaksir parameter kuadrat terkecil biasa dan ε adalah suatu vektor kolom n x 1 dari n residual (Gujarati, 1999). Variabel ε sangat memegang peran dalam model ekonometrika, tetapi variabel ini tidak dapat diteliti dan tidak pula tersedia informasi tentang bentuk distribusi kemungkinannya. Di samping asumsi mengenai distribusi probabilitasnya, beberapa asumsi lainnya khususnya tentang sifat statistiknya perlu dibuat dalam menerapkan metode OLS (Rizki, 2011). b. Generalized Least Square (GLS) Menurut Greene (1997), penanggulangan kasus heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan estimasi melalui pembobotan (weighted) yang dapat pula dikatakan sebagai kuadrat terkecil yang diberlakukan secara umum atau disebut Generalized Least Squares (GLS). Kasus heteroskedastisitas ini sering muncul apabila data yang digunakan adalah cross-section. Gujarati (2003) mengatakan bahwa untuk data

68

panel, estimasi dengan Generalized Least Squares (GLS) ini lebih baik dan konsisten dibandingkan dengan metode OLS. Metode estimasi GLS mampu memperhitungkan informasi secara eksplisit dan karenanya mampu menghasilkan estimator yang BLUE. Untuk melihat bagaimana hal ini tercapai kemudian dilanjutkan dengan dua model variabel yang sekarang dikenal: Yi = β1 + β2Xi + β3Xi + ui untuk memudahkan manipulasi aljabar maka ditulis sebagai Yi = β1X0i + β2Xi + β3Xi + ui dimana X0i = 1 untuk masing-masing i. Dapat dilihat bahwa kedua formulasi ini identik. Sekarang

asumsikan

bahwa

varians

heteroskedastisitas 𝜎𝑖2

diketahui. Bagi melalui σi untuk mendapatkan 𝑌𝑖 𝑋0𝑖 𝑋𝑖 𝑋𝑖 𝑢𝑖 = 𝛽1 ( ) + 𝛽2 ( ) + 𝛽3 ( ) + ( ) 𝜎𝑖 𝜎𝑖 𝜎𝑖 𝜎𝑖 𝜎𝑖 untuk memudahkan eksposisi maka ditulis sebagai ∗ 𝑌𝑖∗ = 𝛽𝑖∗ 𝑋0𝑖 + 𝛽2∗ 𝑋𝑖∗ + 𝛽3∗ 𝑋𝑖∗ + 𝑢𝑖∗

yang dibintangi, atau diubah, adalah variabel asli dibagi dengan (yang diketahui) σi. Penggunaan notasi 𝛽𝑖∗ dan 𝛽2∗ , parameter dari model yang diubah, untuk membedakan GLS dengan parameter OLS biasa β1 dan β2 . Estimasi GLS juga dapat dianalisis dengan model fixed effect dan common effect. Estimasi GLS mengambil informasi secara eksplisit dan oleh karenanya mampu memproduksi BLUE. Menurut Gujarati (2003), penggunaan estimasi GLS sudah memenuhi asumsi klasik, sehingga tidak diperlukan lagi uji asumsi klasik pada estimasi GLS. Dalam penelitian ini digunakan estimasi GLS. Perlu dilakukan pengujian untuk menentukan model yang paling tepat antara Fixed Effect GLS dan Common Effect GLS. Penentuan model terbaik ini akan dilakukan melalui Uji Chow.

69

4. Model Empirik Model yang digunakan untuk menganalisis pengaruh infrastruktur dan kepadatan penduduk terhadap perekonomian di Indonesia merupakan pengembangan dari fungsi produksi Cobb-Douglas yaitu: Yit = Ait Kitα Litβ Dimana: Y = Perekonomian A = Total faktor produksi K = Modal yang digunakan untuk infrastruktur L = Tenaga kerja i = Indeks Provinsi t = Indeks waktu α = Nilai elastisitas terhadap modal untuk infrastruktur β = Nilai elastisitas terhadap tenaga kerja Dengan spesifikasi model: Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + ε Persamaan diatas lalu ditransformasi dalam bentuk model logaritma natural. Kemudian berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglas diatas maka persamaan model penelitian ini adalah sebagai berikut: Ln_PDRB = β0 + β1 Ln_JEL + β2 Ln_JSP + β3 Ln_KP + ε Dimana: PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (miliar) JEL = Jumlah Energi Listrik yang Terdistribusi (GWh) JSP = Jumlah Sarana Pendidikan yang Tersedia (unit) KP

= Kepadatan Penduduk (Km2)

70

5. Pengujian Hipotesis Terdapat beberapa uji yang dilakukan untuk mengetahui hasil regresi, yaitu sebagai berikut: a. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil menandakan bahwa kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas, sedangkan nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen mampu memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependennya (Kuncoro dalam Ningsih, 2010). b. Uji Signifikansi Bersama-sama (Uji F Statistik) Uji F statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk melakukan uji F dengan cara Quick Look yaitu dengan melihat nilai Probability dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai t tabel dengan F hitungnya. Jika nilai Probability < derajat kepercayaan yang ditentukan dan jika nilai F hitung lebih tinggi dari t tabel maka suatu variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya (Kuncoro dalam Ningsih, 2010). c. Uji Signifikansi Individual (Uji t Statistik) Uji t statistik dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel independen. Untuk melakukan uji t dengan cara Quick Look yaitu dengan melihat nilai t tabel dengan t hitungnya. Jika nilai Probability < derajat kepercayaan yang ditentukan dan jika nilai t hitung lebih tinggi dari t tabel maka suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependennya (Kuncoro, 2003 dalam Ningsih, 2010).

71

E. Operasional Variabel Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan operasional dari setiap variabel dalam penelitian sebagai berikut: 1. Data PDRB Untuk dapat mengetahui kondisi perekonomian, maka data yang digunakan adalah merujuk kepada data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut provinsi-provinsi di Indonesia. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010 pada rentang waktu dari tahun 2013-2015. 2. Data Listrik Data listirk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah listrik yang didistribusikan menurut provinsi-provinsi di Indonesia dalam satuan Giga Watt Hour (GWh). 3. Data Pendidikan Data pendidikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah sekolah menengah atas dibawah naungan kementrian pendidikan dan kebudayaan juga kementrian agama (SMA, SMK dan MA) baik negeri maupun swasta. Penggunaan data sekolah menengah atas untuk mereprentasikan infrastruktur pendidikan dikarenakan dari tingkat pendidikan ini sebagian lulusannya sudah mulai bekerja, sehingga pengaruhnya terhadap PDRB lebih singkat dibandingkan dengan tingkat pendidikan dibawahnya. 4. Data Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk merupakan jumlah penduduk dalam suatu wilayah menurut satuan luas atau dengan kata lain perbandingan jumlah penduduk dengan luas lahan. Secara umum, tingkat kepadatan penduduk atau population density dapat diartikan sebagai perbandingan banyaknya jumlah penduduk dengan luas daerah atau wilayah yang ditempati berdasarkan satuan luas tertentu. Data kepadatan penduduk yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan jumlah penduduk per kilometer persegi.

72

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisa Deskriptif 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sejak pasca krisis moneter, perekonomian di Indonesia menjadi sorotan penting. Pembangunan ekonomi di Indonesia dinilai mengalami perlambatan. Hal ini terlihat dari belum pulihnya perekonomian di Indonesia sejak pasca krisis moneter. Perekonomian dianggap menjadi faktor penting dalam pembangunan nasional. Sama halnya dengan konteks perekonomian di setiap provinsi di Indonesia, hal ini tentu juga menjadi fokus yang tidak jauh berbeda. Setiap provinsi tentu ingin membangun provinsinya menjadi lebih maju dengan meningkatkan perekonomian di provinsinya. PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB menggambarkan kemampuan suatu wilayah dalam menghasilkan nilai tambah pada output pada suatu waktu tertentu. Karenanya, PDRB menjadi salah satu indikator dari keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. PDRB dapat diukur dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Dua pendekatan pertama tersebut adalah pendekatan dari sisi penawaran agregat, sedangkan pendekatan pengeluaran adalah perhitungan dari sisi permintaan agregat. Menururt pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai output dari semua sektor ekonomi atau lapangan usaha. Kemudian menurut pendekatan pendapatan, PDRB adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi di masing-masing sektor, seperti tenaga kerja (gaji/upah), pemilik modal (bunga/hasil investasi), pemilik tanah (hasil jual/sewa tanah), dan pengusaha (keuntungan bisnis/perusahaan). Semua pendapatan tersebut dihitung sebelum dipotong oleh pajak penghasilan dan pajak-pajak langsung lainnya. Dalam pendekatan ini, penghitungan PDRB juga mencakup penyusutan dan pajak-pajak tidak langsung netto. Adapun menurut

73

pendekatan pengeluaran, PDRB adalah jumlah dari semua komponen dari permintaan akhir, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak berorientasi profit/nirlaba (C), pembentukan modal tetap domestik bruto, termasuk perubahan stok (I), pengeluaran konsumsi pemerintah (G), ekspor (X), dan impor (M) (Tambunan, 2015). Tabel 4.1 Peranan Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional Tahun 2015 (persen) Peranan Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional Tahun 2015 (persen) 3,06% 5,92%

2,37% Jawa

8,15%

22,21%

Sumatera 58,29%

Kalimantan Sulawesi Bali dan Nusa Tenggara Maluku dan Papua

Sumber: Badan Pusat Statistik Tabel 4.1 menunjukkan kontribusi PDRB setiap provinsi

yang

diklasifikasikan berdasarkan pulau terhadap Produk Domestik Bruto di Indonesia pada tahun 2015. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada tahun 2015 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberi kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 58,28 persen, lalu diikuti oleh Pulau Sumatera dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 22,21 persen, Pulau Kalimantan sebesar 8,15 persen, dan Pulau Sulawesi sebesar 5,29 persen, sementara sisanya 5,43 persen terdapat di pulau-pulau lainnya.

74

2. LISTRIK Dalam perkembangan kehidupan manusia modern, listrik menjadi salah satu energi yang paling dibutuhkan. Listrik digunakan untuk berbagai kegiatan baik di kota-kota besar maupun di wilayah pedesaan. Oleh karena itu, listrik merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari karena hampir seluruh aktivitas masyarakat tergantung pada tenaga listrik. Kebutuhan terhadap energi listrik dari waktu ke waktu semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan sosial masyarakat. Tercukupinya pasokan energi listrik merupakan prasyarat bagi terselenggaranya kegiatan ekonomi. Keterlambatan pengembangan energi listrik dapat berakibat fatal meliputi kehilangan kapasitas produksi industri, penurunan nilai ekspor, serta keengganan investor melakukan investasi (Widayanti, 2010). Tabel 4.2 Jumlah Penjualan Tenaga Listrik PLN dan Jumlah Pelanggan Tenaga Listrik PLN Tahun 2013-2015 Rumah tangga

Industri

Usaha

Tahun Mwh

Pelanggan

Mwh

Pelanggan

Mwh

Pelanggan

2013

77.210.709,47

50.116.127

64.381.395,29

55.546

34.498.384,97

2.418.431

2014

84.086.464,74

53.309.325

65.908.675,67

58.350

36.282.421,51

2.626.160

2015

88.682.130,00

56.605.260

64.097.390,00

63.314

36.978.050,00

2.894.990

Tahun

Umum

Jumlah

Mwh

Pelanggan

Mwh

Pelanggan

2013

11.450.528,66

1.406.104

187.541.018,39

53.996.208

2014

12.324.213,70

1.499.399

198.601.775,62

57.493.234

2015

13.106.250,00

1.604.416

202.845.820,00

61.167.980

Sumber: Direktorat Jendral Ketenagalistrikan 2015

75

Tabel 4.3 Penjualan Tenaga Listrik PLN Per Sektor Pelanggan Tahun 2013-2015 100.000.000 90.000.000 80.000.000 70.000.000 60.000.000

Rumah Tangga

50.000.000

Industri

40.000.000

Usaha

30.000.000

Umum

20.000.000 10.000.000 0 2013

2014

2015

Sumber: Direktorat Jendral Ketenagalistrikan 2015 Dari tabel 4.2 dan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari tahun 2013-2015 penjualan tenaga listrik untuk sektor rumah tangga, sektor usaha, dan sektor umum terus mengalami peningkatan. Sementara hanya penjualan untuk sektor industri yang mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2015. Namun jika dilihat dari sisi jumlah pelanggan, maka jumlah pelanggan tenaga listrik pada semua sektor terus mengalami peningkatan dari tahun 2013-2015. Hal ini menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun semakin banyak masyarakat yang membutuhkan tenaga listrik untuk menopang berbagai kegiatan. 3. PENDIDIKAN Pendidikan merupakan investasi yang dapat menentukan perkembangan suatu negara di masa depan. Pembangunan di bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan sumber daya manusia dalam suatu negara akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial karena manusia adalah pelaku aktif yang dapat mengakumulasi modal, mengeksploitasi berbagai sumber daya, serta menjalankan berbagai kegiatan ekonomi, social, dan politik yang sangat penting bagi pembangunan sosial. Menurut teori modal manusia (human capital), pendidikan merupakan bagian dari investasi

kehidupan

manusia.

Artinya,

seseorang

dapat

meningkatkan

76

penghasilannya melalui peningkatan pendidikan karena dengan peningkatan pendidikan maka pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki akan meningkat yang akan berpengaruh terhadap meningkatnya produktivitas seseorang yang pada akhirnya menjadikan mereka unggul dan memiliki daya saing yang tinggi pada masing-masing bidang kehidupan (BPS Statistik Pendidikan, 2016). Pengadaan infrastruktur pendidikan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan pendidikan nasional yang lebih baik. Jika pengadaan infrastruktur pendidikan terus ditingkatkan maka setiap orang dapat memiliki akses yang lebih baik untuk menikmati fasilitas pendidikan. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang mampu mengelola sumber daya alam secara efektif dan efisien, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kinerja perekonomian yang dapat memacu produktivitas ekonomi. Dengan demikian, peningkatan pendidikan suatu bangsa menjadi sangat penting artinya bagi pembangunan suatu negara. Tabel 4.4 Jumlah Sekolah di Indonesia menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2014/2015 200000 180000 160000 140000 120000

SD+MI

100000

SMP+MTs

80000

SMA+SMK+MA

60000 40000 20000 0

171.866

53.259

32.516

Sumber: Badan Pusat Statistik diolah Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah sekolah menengah atas sebanyak 32.516, sedangkan jumlah sekolah menengah pertama sebanyak 53.259, dan jumlah sekolah dasar sebanyak 171.866. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah sekolah menengah atas masih tertinggal sangat jauh jika dibandingkan dengan

77

jumlah sekolah dasar. Pemerintah harus lebih fokus dan giat dalam membangun sarana pendidikan khususnya pada tingkat sekolah menengah atas, sehingga pengetahuan dan keterampilan dari setiap penduduk akan mengalami peningkatan yang pada gilirannya dapat memicu perekonomian yang lebih baik lagi di masa depan. 4. KEPADATAN PENDUDUK Banyaknya orang yang menempati suatu negara atau daerah akan menentukan kepadatan penduduk. Jumlah penduduk dalam suatu negara atau daerah dapat menentukan jumlah tenaga kerja pada negara atau daerah tersebut. Dari penambahan jumlah penduduk dan tenaga kerja, maka penambahan tersebut memungkinkan negara atau daerah itu untuk menambah produksi. Di samping itu, sebagai akibat dari pendidikan, latihan, dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan terus meningkat. Hal ini akan menyebabkan peningkatan produktivitas, dan selanjutnya menyebabkan pertambahan produksi yang lebih cepat daripada penambahan tenaga kerja. Perlu diingat pula bahwa pengusaha merupakan sebagian dari penduduk. Maka luasnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara atau daerah juga ditentukan oleh jumlah pengusaha di dalamnya. Jika pengusaha yang ada dalam sebagian penduduk adalah lebih banyak, maka akan lebih banyak lagi kegiatan ekonomi yang dijalankan. Di samping itu, dampak lain dari perkembangan penduduk terhadap perekonomian adalah akibat dari pertambahan luas pasar. Perkembangan penduduk menyebabkan besarnya luas pasar dari barang-barang yang dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula. Sehingga karena peranannya ini maka perkembangan penduduk akan menimbulkan dorongan kepada pertambahan dalam produksi dan tingkat kegiatan ekonomi (Sukirno, 2006)

78

Tabel 4.5 Tingkat Kepadatan Penduduk di Indonesia pada Tahun 2013-2015 (jiwa/km2) 135

134

134 133

132

132

2013 2014

131 130

130

2015

129 128

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Sumber: Badan Pusat Statistik Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa angka kepadatan penduduk di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 130 jiwa per kilometer persegi. Pada tahun 2014 angka kepadatan penduduk di Indonesia mengalami peningkatan yaitu sebesar 132 jiwa per kilometer persegi. Kemudian pada tahun 2015 angka kepadatan penduduk di Indonesia kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar 134 jiwa per kilometer persegi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2013-2015 angka kepadatan penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan. B. Pemilihan Model Pada bagian ini akan ditentukan model mana yang paling tepat untuk penelitian ini. Pernentuan model terbaik dengan estimasi GLS dilakukan dengan uji chow untuk menentukan model common effect atau fixed effect. Pada model random effect tidak bisa diberi perlakuan weighted atau pembobotan GLS, sehingga uji hausman tidak perlu dilakukan.

79

1. F Test (Chow Test) Uji ini dilakukan untuk menentukan metode estimasi terbaik antara metode common effect atau fixed effect untuk mengestimasi data penelitian. Pada software eviews jika nilai probabilitas untuk cross-section F pada uji regresi dengan pendekatan fixed effect lebih dari 0,05 (tingkat signifikansi atau α = 5%) maka model yang terpilih adalah common effect, tetapi jika nilainya kurang dari 0,05 maka model yang terpilih adalah fixed effect. Hasil uji F pada penelitian ini menunjukkan, bahwa nilai probabilitas cross-section F nya sebesar 0,0000 yang nilainya kurang dari 0,05 sehingga dalam penelitian ini model estimasi fixed effect lebih tepat dibandingkan dengan model common effect.

C. Analisa Teknis 1. Uji Statistik Pengujian statistik dilakukan untuk mengetahui apakah model penelitian sudah bagus atau belum secara statisitk. Terdapat beberapa pengujian dalam uji hipotesis ini, diantaranya adalah uji koefisien determinasi (R2), uji F statistik, serta uji t statistik. Model yang digunakan dalam estimasi penelitian ini adalah Fixed Effect. Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan software eviews, maka hasilnya sebagai berikut:

80

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel terhadap Keseluruhan Periode Penelitian (2013-2015) Variable

Coefficient

Prob.

C LISTRIK? PENDIDIKAN? PENDUDUK? Fixed Effects (Cross) _ACEH--C _BABEL--C _BALI--C _BANTEN--C _BENGKULU--C _GORONTALO--C _JABAR--C _JAKARTA--C _JAMBI--C _JATENG--C _JATIM--C _KALBAR--C _KALSEL--C _KALTENG--C _KALTIM--C _KEPRI--C _LAMPUNG--C _MALUKU--C _MALUT--C _NTB--C _NTT--C _PAPBAR--C _PAPUA--C _RIAU--C _SULBAR--C _SULSEL--C _SULTENG--C _SULTRA--C _SULUT--C _SUMBAR--C _SUMSEL--C _SUMUT--C _YOGYA--C

5.470147 0.496133 0.340198 0.063819

0.0000 0.0000 0.0001 0.0178

R-squared Adjusted R-squared F-statistic Prob(F-statistic)

-0.181804 -0.049041 -0.317105 -0.129758 -0.412154 -0.433546 -0.119726 0.379265 0.361988 0.017506 0.175956 -0.070549 -0.017261 0.115231 1.251526 0.358305 -0.074085 -0.725570 -0.629418 -0.451796 -0.320399 0.486161 0.865009 0.908616 -0.247926 -0.031493 0.045304 0.059042 -0.276156 -0.156950 0.138757 0.033594 -0.551519 0.999864 0.999789 13275.74 0.000000

81

a. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi

dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar

kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependennya. Berdasarkan hasil pengolahan data yang ditampilkan dalam tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 0,999864. Hal ini berarti bahwa 99,98 persen dari variasi PDRB 33 provinsi di Indonesia mampu dijelaskan oleh infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk, sedangkan 0,02 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini. b. Uji Signifikansi Bersama-sama (Uji F Statistik) Uji F statistik dilakukan untuk melihat apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini, pengujian secara bersama-sama dilakukan untuk mengetahui apakah variabel infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Untuk mengetahui apakah pengujian variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dapat dilihat dari nilai probabilitasnya. Jika nilai probabilitas dari F statistik < 0,05 maka dapat diartikan bahwa semua variabel independen secara bersamasama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, Jika nilai probabilitas dari F statistik > 0,05 maka dapat diartikan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas F statistik sebesar 0,000000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2013-2015. c. Uji Signifikansi Parsial (Uji t Statistik) Uji t statistik bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen secara parsial. Untuk uji t statistik dapat dilakukan dengan cara Quick Look, yakni dengan melihat nilai probabilitas dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam

82

penelitian ini. Bila nilai probabilitas < derajat kepercayaan yang ditentukan maka suatu variabel dapat dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya, dan sebaliknya apabila nilai probabilitas > derajat kepercayaan yang ditentukan maka suatu variabel dapat dikatakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya. Dalam penelitian ini digunakan derajat kepercayaan sebesar 95 persen ( α = 5 %). Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas infrastruktur listrik sebesar 0,0000 < 0,05. Hal ini menunujukkan bahwa infrastruktur listrik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Infrastruktur listrik memiliki pengaruh positif terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar 0,496133 persen terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia yang berarti setiap kenaikan infrastruktur listrik sebesar 1 persen akan meningkatkan PDRB sebesar 0,496133 persen dengan asumsi ceteris paribus. Variabel infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai probabilitas dari variabel infrastruktur pendidikan sebesar 0,0000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Begitu pula dengan nilai koefisiennya sebesar 0,340198 yang artinya jika infrastruktur pendidikan naik sebesar 1 persen maka PDRB 33 provinsi di Indonesia akan naik sebesar 0,340198 persen dengan asumsi ceteris paribus. Variabel kepadatan penduduk memiliki pengaruh positif terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai probabilitas dari variabel kepadatan penduduk sebesar 0,0178 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kepadatan penduduk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Nilai koefisien variabel kepadatan penduduk sebesar 0,063819 yang artinya jika kepadatan penduduk naik sebesar 1 persen maka PDRB 33 provinsi di Indonesia akan naik sebesar 0,063819 persen dengan asumsi ceteris paribus.

83

d. Interpretasi Hasil Analisis Tabel 4.7 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model Koef C

5.470147

LISTRIK?

0.496133

PENDIDIKAN?

0.340198

PENDUDUK?

0.063819

Nilai PDRB

Fixed Effects (Cross) _ACEH--C

-0.181804

5,288343

_BABEL--C

-0.049041

5,421106

_BALI--C

-0.317105

5,153042

_BANTEN--C

-0.129758

5,340389

_BENGKULU--C

-0.412154

5,057993

_GORONTALO--C

-0.433546

5,036601

_JABAR--C

-0.119726

5,350421

_JAKARTA--C

0.379265

5,849412

_JAMBI--C

0.361988

5,832135

_JATENG--C

0.017506

5,487653

_JATIM--C

0.175956

5,646103

_KALBAR--C

-0.070549

5,399598

_KALSEL--C

-0.017261

5,452886

_KALTENG--C

0.115231

5,585378

_KALTIM--C

1.251526

6,721673

_KEPRI--C

0.358305

5,828452

_LAMPUNG--C

-0.074085

5,396062

_MALUKU--C

-0.725570

4,744577

_MALUT--C

-0.629418

4,840729

_NTB--C

-0.451796

5,018351

_NTT--C

-0.320399

5,149748

_PAPBAR--C

0.486161

5,956308

_PAPUA--C

0.865009

6,335156

_RIAU--C

0.908616

6,378763

_SULBAR--C

-0.247926

5,222221

_SULSEL--C

-0.031493

5,438654

_SULTENG--C

0.045304

5,515451

_SULTRA--C

0.059042

5,529189

_SULUT--C

-0.276156

5,193991

_SUMBAR--C

-0.156950

5,313197

_SUMSEL--C

0.138757

5,608904

_SUMUT--C

0.033594

5,503741

_YOGYA--C

-0.551519

4,918628

84

1.

Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Aceh sebesar : 5,29 satuan.

2.

Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Bangka Belitung sebesar : 5,42 satuan.

3.

Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Bali sebesar : 5,15 satuan.

4.

Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Banten sebesar : 5,34 satuan.

5.

Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Bengkulu sebesar : 5,06 satuan.

6.

Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Gorontalo sebesar : 5,04 satuan.

7.

Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Jawa Barat sebesar : 5,35 satuan.

8.

Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Jakarta sebesar : 5,85 satuan.

9.

Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Jambi sebesar : 5,83 satuan.

10. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Jawa Tengah sebesar : 5,45 satuan.

85

11. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Jawa Timur sebesar : 5,65 satuan. 12. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Kalimantan Barat sebesar : 5,4 satuan. 13. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Kalimantan Selatan sebesar : 5,45 satuan. 14. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Kalimantan Tengah sebesar : 5,59 satuan. 15. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Kalimantan Timur sebesar : 6,72 satuan. 16. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Kepulauan Riau sebesar : 5,83 satuan. 17. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Lampung sebesar : 5,4 satuan. 18. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Maluku sebesar : 4,74 satuan. 19. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Maluku Utara sebesar : 4,84 satuan. 20. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar : 5,02 satuan.

86

21. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar : 5,15 satuan. 22. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Papua Barat sebesar : 5,96 satuan. 23. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Papua sebesar : 6,33 satuan. 24. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Riau sebesar : 6,38 satuan. 25. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi provinsi Sulawesi Barat sebesar : 5,22 satuan. 26. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Sulawesi Selatan sebesar : 5, 44 satuan. 27. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Sulawesi Tengah sebesar : 5,52 satuan. 28. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Sulawesi Tenggara sebesar : 5,53 satuan. 29. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Sulawesi Utara sebesar : 5,2 satuan. 30. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Sumatera Barat sebesar : 5,31 satuan.

87

31. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Sumatera Selatan sebesar : 5,61 satuan. 32. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Sumatera Utara sebesar : 5,5 satuan. 33. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Yogyakarta: 4,92 satuan.

2. Analisa Ekonomi a. Infrastruktur Listrik Dari pengujian statistik dapat diketahui bahwa infrastruktur listrik memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia karena infrastruktur listrik memiliki peran penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Listrik merupakan salah satu sumber utama dalam faktor produksi sehingga ketersediaan listrik dapat mendukung produktivitas ekonomi yang pada gilirannya dapat meningkatkan PDRB. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tunjung Hapsari (2011) yang meneliti tentang pengaruh infrastruktur terhadap PDRB provinsi-provinsi di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa infrastruktur listrik memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB provinsi-provinsi di Indonesia. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauzan Zamzami (2014) yang menyatakan bahwa infrastruktur listrik tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap PDRB di Jawa Tengah. b. Infrastruktur Pendidikan Dari hasil pengujian statistik dapat diketahui bahwa infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh positif dan siginifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Pembangunan di bidang pendidikan memiliki tujuan penting untuk meningkatkan sumber daya manusia, karena manusia merupakan pelaku aktif yang dapat mengakumulasi modal, memanfaatkan sumber daya,

88

serta menjalankan berbagai kegiatan ekonomi. Pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas ekonomi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agung Budi Luhur Wibowo (2016) yang meneliti tentang pengaruh infrastruktur ekonomi dan sosial terhadap PDRB provinsi-provinsi di Indonesia tahun 20062013. Hasil tersebut menunjukkan bahwa infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB provinsi-provinsi di Indonesia. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ichwan Fuady Falahinur (2017) yang meneliti tentang pengaruh pendidikan dan jumlah penduduk terhadap PDRB di Kabupaten Kulonprogo. Hasil tersebut menunjukkan bahwa infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Kulonprogo tahun 1987-2016. c. Kepadatan Penduduk Dari hasil pengujian statistik dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Kepadatan penduduk yang terus meningkat menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pula pada jumlah penduduk. Peningkatan kepadatan penduduk dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja dan memperluas pasar. Karenanya, jumlah tenaga kerja dan luas pasar yang semakin meningkat akan meningkatkan

produktivitas

ekonomi

yang

pada

gilirannya

dapat

meningkatkan PDRB. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indrian Safitri dan Aliasauddin (2016) yang meneliti tentang pengaruh penduduk terhadap PDRB. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat jumlah penduduk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB di Indonesia. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ichwan Fuady Falahinur (2017) yang meneliti tentang pengaruh pendidikan dan jumlah penduduk terhadap PDRB di Kabupaten Kulonprogo. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat jumlah penduduk memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Kulonprogo tahun 1987-2016.

89

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada tingkat kepercayaan 95 persen, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.

Variabel independen dalam penelitian ini, yakni infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2013-2015.

2.

Variabel infrastruktur listrik memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2013-2015.

3.

Variabel infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia pada tahun 20132015.

4.

Variabel kepadatan penduduk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2013-2015.

5.

Apabila nilai variabel-variabel independen yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB masing-masing provinsi bervariasi antara 4,74-6,72 satuan.

B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti mencoba untuk memberi beberapa saran, diantaranya adalah sebegai berikut: 1. Berdasarkan pembahasan hasil diatas yang menunjukkan bahwa variabel infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia,

maka

pemerintah

perlu

untuk

lebih

meningkatkan

pembangunan infrastruktur tersebut. Di samping itu, hendaknya peningkatan jumlah maupun kepadatan penduduk harus dibarengi dengan faktor-faktor yang dapat menunjang kualitas dari penduduk itu sendiri. Banyaknya bagian dari penduduk yang berkualitas akan meningkatkan

90

produktivitas ekonomi sehingga pada gilirannya nilai PDRB dapat ditingkatkan. 2. Bagi para akademisi dan peneliti apabila ingin melakukan penelitian yang sejenis, maka alangkah baik datanya diperbanyak agar hasil penelitian dapat lebih baik.

91

DAFTAR PUSTAKA Atmaja dan Mahalli. 2015. Pengaruh Peningkatan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Sibolga. Jurnal. Universitas Sumatera Utara. Basuki, Agus Tri. 2014. Regresi Model PAM, ECM dan Data Panel dengan Eviews 7. Yogyakarta. BPS. 2008. Pedoman Praktis Perhitungan PDRB Kabupaten/Kota. BPS: Jakarta. BPS. 2016. Potret Pendidikan Indonesia; Statistik Pendidikan 2016. BPS: Jakarta. BPS. Statistik Indonesia 2016; Statistical Yearbook of Indonesia 2016. BPS: Jakarta. BPS. Statistik Indonesia 2017; Statistical Yearbook of Indonesia 2017. BPS: Jakarta. BPS Jawa Barat. 2017. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha. Falahinur, Ichwan Fuady. 2017. Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan, Jumlah Penduduk dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Sksipsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Greene, W.H. 1997. Economic Analysis. Prentice-Hall International, Lnc.USA. Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometrics. New York: Mc Graw-Hill Companies. Gujarati, D.N. 1999. Ekonometrik Dasar, Terjemahan. Erlangga. Hapsari, Tunjung. 2011. Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasan, Iqbal M. 2017. Pokok-pokok Materi Statistik 2. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Jhingan, M.L. 2012. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali Pers. Maqin, Abdul. 2011. Pengaruh Kondisi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Barat. Skripsi. Universitas Pasundan. Mulyadi. 2008. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan. Jakarta: Rajawali Pers.

92

Ningsih, Fatmi Ratna. 2010. Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengangguran di Indonesia Periode Tahun 1988-2008. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Diunggah pada 21 Maret 2018 dari: https://bp3ti.kominfo.go.id/www /uploads/regulation/Perpres%20no.%2038%20tahun%202015%20tentang %20KPBU.pdf Prasetyo dan Firdaus. 2009. Pengaruh Infrastruktur pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia. Jurnal. Institut Pertanian Bogor. Purnamasari, Dian. 2015. Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi: Sebuah Penjelasan Empiris Baru. Skripsi. Universitas Diponegoro. Rizki, Novi Aulia. 2011. Estimasi Parameter Model Regresi Data Panel Random Effect dengan Metode Generalized Least Square (GLS). UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang. Rochaida, Eny. 2016 Dampak Pertumbuhan Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Keluarga Sejahtera di Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal. Universitas Mulawarman. Subandi. 2012. Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta. Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Jakarta: Kencana. Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi RajaGrafindo Persada.

Teori

Statistik Ketenagalistirkan 2015. Direktorat Kementerian ESDM. Jakarta: 2016.

Pengantar. Jendral

Jakarta:

PT

Ketenagalistrikan

Tambunan, Tulus T.H. 2015. Perekonomian Indonesia Era Orde Lama Hingga Jokowi. Bogor: Ghalia Indonesia. Valeriani, Devi. 2011. Analisis Pengaruh Kebijakan Infrastruktur Terhadap Pendapatan Perkapita Masyarakat Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal. Universitas Bangka Belitung. Warsilan dan Noor. 2015. Peranan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Implikasi pada Kebijakan Pembangunan di Kota Samarinda. Jurnal. Universitas Mulawarman Samarinda.

93

Wibowo, Agung Budi Luhur. 2016. Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2006-2013. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Widayanti, Enik. 2010. Pengaruh Infrastruktur terhadap Produktivitas Ekonomi di Pulau Jawa Periode 2000-2008. Jurnal: PT. Cikarang Inlandport. World Economic Forum. 2013. The Global Competitiveness Report 2013–2014. Geneva : World Economic Forum. World Bank. 1994. World Development Report: Infrastructure for Development. New York: Oxford University Press. Zamzami, Fauzan. 2014. Analisis Pengaruh Infrastruktur terhadap PDRB Jawa Tengah Tahun 2008-2012. Skripsi. Universitas Diponegoro.

94

Lampiran 1 Data Variabel Penelitian Provinsi Tahun PDRB Aceh 2013 111.755,83 Aceh 2014 113.490,36 Aceh 2015 112.661,04 Sumatera Utara 2013 398.727,14 Sumatera Utara 2014 419.573,31 Sumatera Utara 2015 440.955,85 Sumatera Barat 2013 125.940,63 Sumatera Barat 2014 133.340,84 Sumatera Barat 2015 140.704,88 Riau 2013 436.187,51 Riau 2014 447.986,78 Riau 2015 448.991,96 Jambi 2013 111.766,13 Jambi 2014 119.991,44 Jambi 2015 125.036,40 Sumatera Selatan 2013 232.175,05 Sumatera Selatan 2014 243.297,77 Sumatera Selatan 2015 254.044,88 Bengkulu 2013 34.326,37 Bengkulu 2014 36.207,15 Bengkulu 2015 38.066,01 Lampung 2013 180.620,01 Lampung 2014 189.797,49 Lampung 2015 199.536,10 Kep. Bangka Belitung 2013 42.190,86 Kep. Bangka Belitung 2014 44.159,44 Kep. Bangka Belitung 2015 45.961,46 Kep. Riau 2013 137.263,85 Kep. Riau 2014 146.325,23 Kep. Riau 2015 155.112,88 DKI Jakarta 2013 1.296.694,57 DKI Jakarta 2014 1.373.389,13 DKI Jakarta 2015 1.454.345,82 Jawa Barat 2013 1.093.543,55 Jawa Barat 2014 1.149.216,06 Jawa Barat 2015 1.207.083,41 Jawa Tengah 2013 726.655,12 Jawa Tengah 2014 764.959,15 Jawa Tengah 2015 806.775,36

Listrik Pendidikan Penduduk 1.815,04 841 83 1.965,55 849 85 2.119 890 86 7.917,24 2216 186 8.271,01 2267 189 8.703,67 2390 191 2.712,85 681 121 3.005,26 673 122 3.063,28 695 124 3.597,44 851 69 3.338,33 856 71 3.586,45 916 73 955,66 549 66 1.037,45 535 67 1.083,70 562 68 4.162,09 962 85 4.477,49 900 87 4.783,02 1034 88 641,52 255 91 729,64 249 93 785,43 266 94 3.182,21 1053 229 3.392,44 1087 232 3.571 1130 234 721,24 138 80 805,43 138 82 861,52 141 84 2.421,92 198 227 2.618,48 206 234 2.694,79 226 241 39.937,28 1171 15015 41.269,03 1156 15173 41.328,60 1161 15328 39.092,56 4074 1282 43.096,46 4688 1301 44.071,43 4889 1320 18.205,08 2711 1014 19.631,46 3254 1022 20.408,19 2965 1030

95

DI Yogyakarta DI Yogyakarta DI Yogyakarta Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Banten Banten Banten Bali Bali Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Saulawesi Utara Saulawesi Utara Saulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara

2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014

75.627,45 79.536,08 83.474,44 1.192.789,80 1.262.684,50 1.331.394,99 331.099,11 349.351,23 368.216,55 114.103,58 121.787,57 129.130,59 69.766,71 73.372,96 89.344,58 51.505,19 54.107,97 56.831,92 101.980,34 107.114,96 112.324,86 69.410,99 73.724,52 78.890,97 101.850,54 106.779,40 110.867,88 438.532,91 446.029,05 440.647,70 62.422,50 66.360,76 70.425,14 68.219,32 71.677,53 82.803,20 217.589,13 233.988,05 250.758,28 64.268,71 68.291,78

2.205,79 2.369,60 2.484,16 28.708,11 30.523,98 30.824,81 9.750,37 8.562,97 8.575,10 3.914,32 4.335,03 4.594,18 1.133,33 1.291,47 1.402,30 639,57 702,26 749,76 1889,39 1862,44 1989,63 854,78 970,16 1.048,64 1.880,66 2.092,23 2.187,64 2.731,58 2.815,55 3.007,30 1.192,52 1.240,32 1.302,58 758,7 865,77 948,78 4.156,49 4.339,22 4.479,46 621,64 670,71

432 429 430 4199 4434 4797 1277 1359 1464 337 345 354 919 935 1007 614 655 697 653 670 669 385 414 423 370 417 439 539 553 474 375 420 428 476 475 500 1241 1312 1337 485 491

1147 1161 1174 803 808 813 1185 1211 1237 702 710 718 254 257 260 102 103 105 32 32 33 16 16 16 99 101 103 19 26 27 170 172 174 45 46 47 179 180 182 63 64

96

Sulawesi Tenggara Gorontalo Gorontalo Gorontalo Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Maluku Maluku Maluku Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Papua Papua

2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015

72.991,33 19.367,57 20.775,80 22.068,59 22.227,39 24.195,65 25.983,65 22.100,94 23.567,73 24.859,06 18.208,74 19.208,76 20.381,03 47.694,23 50.259,91 52.346,49 117.118,82 121.391,23 130.459,91

703,59 328,4 366,08 398,82 207,59 238,03 258,7 469,96 480,08 509,51 259,1 309,37 329,44 383,99 430,63 455,58 713,26 724,78 763,32

525 135 144 144 236 262 269 377 373 396 293 352 340 153 161 164 312 328 323

66 98 99 101 74 75 76 35 35 36 35 36 36 9 9 9 10 10 10

97

Lampiran 2 Data Variabel Penelitian setelah Ditransformasi ke Logaritma Natural Provinsi Tahun PDRB Listrik Pendidikan Penduduk Aceh 2013 11,62407 7,503863 6,734592 4,418841 Aceh 2014 11,63947 7,583527 6,744059 4,442651 Aceh 2015 11,63214 7,6587 6,791221 4,454347 Sumatera Utara 2013 12,89603 8,976798 7,703459 5,225747 Sumatera Utara 2014 12,94699 9,020512 7,726213 5,241747 Sumatera Utara 2015 12,9967 9,0715 7,779049 5,252273 Sumatera Barat 2013 11,74357 7,905755 6,523562 4,795791 Sumatera Barat 2014 11,80066 8,008119 6,511745 4,804021 Sumatera Barat 2015 11,85442 8,027242 6,543912 4,820282 Riau 2013 12,98583 8,187978 6,746412 4,234107 Riau 2014 13,01252 8,113226 6,75227 4,26268 Riau 2015 13,01476 8,184918 6,820016 4,290459 Jambi 2013 11,62416 6,862402 6,308098 4,189655 Jambi 2014 11,69518 6,944521 6,282267 4,204693 Jambi 2015 11,73636 6,988136 6,331502 4,219508 Sumatera Selatan 2013 12,35525 8,333773 6,869014 4,442651 Sumatera Selatan 2014 12,40204 8,406818 6,802395 4,465908 Sumatera Selatan 2015 12,44527 8,472827 6,94119 4,477337 Bengkulu 2013 10,44367 6,46384 5,541264 4,51086 Bengkulu 2014 10,49701 6,592551 5,517453 4,532599 Bengkulu 2015 10,54708 6,666231 5,583496 4,543295 Lampung 2013 12,10415 8,065331 6,959399 5,433722 Lampung 2014 12,15371 8,129305 6,991177 5,446737 Lampung 2015 12,20375 8,180601 7,029973 5,455321 Kep. Bangka Belitung 2013 10,64996 6,580972 4,927254 4,382027 Kep. Bangka Belitung 2014 10,69556 6,691376 4,927254 4,406719 Kep. Bangka Belitung 2015 10,73556 6,758698 4,94876 4,430817 Kep. Riau 2013 11,82966 7,792316 5,288267 5,42495 Kep. Riau 2014 11,89359 7,870349 5,327876 5,455321 Kep. Riau 2015 11,95191 7,899076 5,420535 5,484797 DKI Jakarta 2013 14,07533 10,59507 7,065613 9,616805 DKI Jakarta 2014 14,13279 10,62787 7,052721 9,627273 DKI Jakarta 2015 14,19007 10,62931 7,057037 9,637437 Jawa Barat 2013 13,90493 10,57369 8,312381 7,156177 Jawa Barat 2014 13,95459 10,6712 8,452761 7,170888 Jawa Barat 2015 14,00372 10,69357 8,494743 7,185387 Jawa Tengah 2013 13,49621 9,809456 7,905073 6,921658 Jawa Tengah 2014 13,54758 9,884889 8,08764 6,929517

98

Jawa Tengah DI Yogyakarta DI Yogyakarta DI Yogyakarta Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Banten Banten Banten Bali Bali Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Saulawesi Utara Saulawesi Utara Saulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara

2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013

13,6008 11,23357 11,28397 11,3323 13,99181 14,04875 14,10174 12,71017 12,76383 12,81643 11,64486 11,71003 11,76858 11,15291 11,20331 11,40026 10,84944 10,89874 10,94785 11,53254 11,58166 11,62915 11,1478 11,20809 11,27582 11,53126 11,57852 11,61609 12,99119 13,00814 12,996 11,04168 11,10286 11,16231 11,13048 11,17993 11,32422 12,29036 12,36303 12,43224 11,07083

9,923692 7,698841 7,770476 7,81769 10,26493 10,32627 10,33608 9,185061 9,055202 9,056618 8,272397 8,374484 8,432546 7,032915 7,163536 7,245869 6,460796 6,554304 6,619753 7,544009 7,529643 7,595704 6,750844 6,877461 6,955249 7,539378 7,645986 7,690579 7,912635 7,942913 8,008798 7,083824 7,123125 7,172102 6,631606 6,763619 6,855177 8,332426 8,37545 8,407258 6,432361

7,994632 6,068426 6,061457 6,063785 8,342602 8,397057 8,475746 7,152269 7,214504 7,288928 5,820083 5,843544 5,869297 6,823286 6,840547 6,914731 6,419995 6,484635 6,546785 6,481577 6,507278 6,505784 5,953243 6,025866 6,047372 5,913503 6,033086 6,084499 6,289716 6,315358 6,161207 5,926926 6,040255 6,059123 6,165418 6,163315 6,214608 7,123673 7,179308 7,198184 6,184149

6,937314 7,044905 7,057037 7,068172 6,688355 6,694562 6,700731 7,077498 7,099202 7,120444 6,553933 6,565265 6,57647 5,537334 5,549076 5,560682 4,624973 4,634729 4,65396 3,465736 3,465736 3,496508 2,772589 2,772589 2,772589 4,59512 4,615121 4,634729 2,944439 3,258097 3,295837 5,135798 5,147494 5,159055 3,806662 3,828641 3,850148 5,187386 5,192957 5,204007 4,143135

99

Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Gorontalo Gorontalo Gorontalo Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Maluku Maluku Maluku Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Papua Papua

2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015

11,13154 11,1981 9,871355 9,941544 10,00191 10,00908 10,09393 10,16522 10,00338 10,06763 10,12098 9,809657 9,863122 9,92236 10,77257 10,82496 10,86564 11,67094 11,70677 11,77882

6,508337 6,556196 5,794232 5,902852 5,98851 5,335565 5,472397 5,555669 6,152648 6,173953 6,233449 5,557214 5,734538 5,797394 5,950617 6,065249 6,121571 6,569846 6,585868 6,637677

6,196444 6,263398 4,905275 4,969813 4,969813 5,463832 5,568345 5,594711 5,932245 5,921578 5,981414 5,680173 5,863631 5,828946 5,030438 5,081404 5,099866 5,743003 5,793014 5,777652

4,158883 4,189655 4,584967 4,59512 4,615121 4,304065 4,317488 4,330733 3,555348 3,555348 3,583519 3,555348 3,583519 3,583519 2,197225 2,197225 2,197225 2,302585 2,302585 2,302585

100

Lampiran 3 Hasil Regresi dengan Common Effect Dependent Variable: PDRB? Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 04/04/18 Time: 10:43 Sample: 1 3 Included observations: 3 Cross-sections included: 33 Total pool (balanced) observations: 99 Linear estimation after one-step weighting matrix Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

LISTRIK? PENDIDIKAN? PENDUDUK?

1.067601 0.781534 -0.297355

0.006879 0.009672 0.010136

155.2052 80.80042 -29.33771

0.0000 0.0000 0.0000

Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Durbin-Watson stat

0.867326 0.864562 0.747030 0.102234

Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid

23.36081 19.96592 53.57322

Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid

0.573527 56.72515

Mean dependent var Durbin-Watson stat

11.75646 0.010444

101

Lampiran 4 Hasil Regresi dengan Fixed Effect Dependent Variable: PDRB? Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 01/10/18 Time: 10:32 Sample: 1 3 Included observations: 3 Cross-sections included: 33 Total pool (balanced) observations: 99 Linear estimation after one-step weighting matrix Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C LISTRIK? PENDIDIKAN? PENDUDUK? Fixed Effects (Cross) _ACEH--C _BABEL--C _BALI--C _BANTEN--C _BENGKULU--C _GORONTALO--C _JABAR--C _JAKARTA--C _JAMBI--C _JATENG--C _JATIM--C _KALBAR--C _KALSEL--C _KALTENG--C _KALTIM--C _KEPRI--C _LAMPUNG--C _MALUKU--C _MALUT--C _NTB--C _NTT--C _PAPBAR--C _PAPUA--C _RIAU--C _SULBAR--C _SULSEL--C _SULTENG--C _SULTRA--C _SULUT--C _SUMBAR--C _SUMSEL--C _SUMUT--C _YOGYA--C

5.470147 0.496133 0.340198 0.063819

0.502865 0.036964 0.082486 0.026234

10.87797 13.42222 4.124289 2.432670

0.0000 0.0000 0.0001 0.0178

-0.181804 -0.049041 -0.317105 -0.129758 -0.412154 -0.433546 -0.119726 0.379265 0.361988 0.017506 0.175956 -0.070549 -0.017261 0.115231 1.251526 0.358305 -0.074085 -0.725570 -0.629418 -0.451796 -0.320399 0.486161 0.865009 0.908616 -0.247926 -0.031493 0.045304 0.059042 -0.276156 -0.156950 0.138757 0.033594 -0.551519 Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared

0.999864

Mean dependent var

19.88704

102

Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)

0.999789 0.031018 13275.74 0.000000

S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat

11.28478 0.060615 2.436232

Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid

0.999542 0.060957

Mean dependent var Durbin-Watson stat

11.75646 2.382553

103

Lampiran 5 Hasil Uji F (Uji Chow) Redundant Fixed Effects Tests Pool: PROV Test cross-section fixed effects Effects Test

Statistic

Cross-section F

600.431971

d.f.

Prob.

(32,63)

0.0000

Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: PDRB? Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 01/10/18 Time: 10:36 Sample: 1 3 Included observations: 3 Cross-sections included: 33 Total pool (balanced) observations: 99 Use pre-specified GLS weights Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C LISTRIK? PENDIDIKAN? PENDUDUK?

5.060380 0.888632 0.165231 -0.242305

0.045352 0.006350 0.004097 0.002969

111.5801 139.9514 40.33349 -81.61073

0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)

0.958519 0.957209 0.441851 731.7342 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat

19.88704 11.28478 18.54709 0.022601

Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid

0.929111 9.428976

Mean dependent var Durbin-Watson stat

11.75646 0.023338

104

Related Documents


More Documents from "Harry Pratama"

0.pdf
November 2019 10
Rpp.docx
June 2020 2
Bracelet Bead Colors.docx
October 2019 17
Cv.docx
April 2020 14