Ab3.docx

  • Uploaded by: Billy Desyanta Manika
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ab3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,329
  • Pages: 13
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas latar belakang penulisan, tujuan serta manfaat penulisan, dan rumusan masalah. Hal-hal seperti penyampaian informasi umum dan pemaparan masalah yang akan diselesaikan dipaparkan pada bagian ini. A. Latar Belakang Keberadaan teknologi dikembangkan atas dasar kemajuan ilmu pengetahuan. Alat-alat elektronik yang dinilai mempermudah manusia beraktivitas merupakan output dari perkembangan teknologi dan perkembangan zaman. Memasuki abad ke-21, alat-alat elektronik berbasis program diciptakan seperti telepon genggam, komputer portable (laptop), dsb. Kemajuan teknologi – berbasis komputer – ini telah berkembang sangat pesat termasuk di Indonesia. Pada dasarnya, perkembangan teknologi merupapakan akibat dari pengaruh kebudayaan asing yang secara sengaja ataupun tidak sengaja diarahkan ke Indonesia. Merkmerk dagang asing mendominasi pasar di Indonesia, khususnya dalam bidang barang-barang elektronik. Hal ini terjadi karena tidak adanya merk dagang lokal yang mampu menyaingi kualitas dan kuantitas barang yang ditawarkan oleh merk dagang asing. Perihal perkembangan teknologi yang dipaparkan di atas merupakan contoh dari globalisasi yang terjadi, khususnya di Indonesia. Secara sederhana, globalisasi adalah usaha atau proses “peng-global-an” atau usaha menyatukan dunia dalam aspek-aspek tertentu. Bentuk dari globalisasi adalah hadirnya pengaruh negara asing ke Indonesia. Pengaruh tersebut dapat berupa hubungan diplomasi ataupun pengaruh hadirnya kebudayaan asing ke Indonesia. Fakta yang terjadi di Indonesia adalah bahwa beberapa kota-kota besar telah kehilangan identitasnya dalam segi adat istiadat dan kebudayaannya seperti di beberapa kota besar. Pembahasan mengenai kebudayaan di Indonesia, Pulau Bali merupakan salah satu pulau atau daerah yang sangat erat kaitannya dengan adat istiadat serta tradisi turun-temurunnya. Arus globalisasi yang hadir tidak menjadikan Pulau Bali meninggalkan kebudayaannya, namun menjadikan Pulau Bali berkompromi dengan kebudayaannya sendiri dan kebudayaan asing. Pengaruh kebudayaan dari

negara asing tidak dijadikan sesuatu yang bersifat “agung”, sedangkan tradisi lokal yang telah berkembang turun-temurun tetap dilakukan karena di dalamnya terkandung unsur-unsur keagamaan atau kepercayaan. Selain itu, konsep kebudayaan di Pulau Bali (kebudayaan Bali) tidak hanya terbatas pada upacara atau perayaan tertentu, namun diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Secara umum, konsep atau filosofi kebudayaan Bali didasari oleh prinsip keseimbangan (harmonisasi) antara manusia dengan alam atau lingkungan sekitar. Untuk lebih jelasnya terkait keberadaan budaya Bali pada keseharian masyarakatnya, dapat dilihat secara sekilas bangunan-bangunan yang ada di Pulai Bali. Setiap bangunan mungkin memiliki kekhasannya masing-masing, namun terdapat suatu persamaan yang menjadikan bangunan di Bali berbeda dengan bangunan di kota besar lainnya. Secara regulasi, terdapat batasan terkait angka maksimal ketinggian bangunan. Secara arsitektural terdapat detil arsitektur Bali yang didasari oleh filosofi dan kepercayaan umat Hindu di Bali. Selain ukiran, terdapat juga filosofi pada bangunan Bali yang didasari oleh analogi terhadap bagian tubuh manusia, yaitu kaki-tubuh-kepala. Setiap bentuk – baik strukturan ataupun arsitektural – pada bangunan Bali dimungkinkan memiliki makna atau filosofi di baliknya. Keberadaan arsitektur tradisional Bali dinilai sulit menyaingi keberadaan arsitektur modern yang berkembang di masyarakat. Hal ini disebabkan oleh sifat arsitektur tradisional Bali yang cenderung mahal, memakan waktu, dan memakan tempat. Di samping itu, arsitektur modern atau arsitektur masa kini bersifat lebih fleksibel atau dinamis dan relatif. Meskipun begitu, masih ada sejumlah masyarakat yang masih berusaha mempertahankan arsitektur tradisional Bali. Pemerintah daerah (Provinsi Bali) menetapkan peraturan-peraturan tentang bangunan untuk membantu melestarikan unsur kebudayaan Bali. Bangunan tradisional Bali seperti bale-bale dapat dikatakan terbatas fungsinya mengingat perkembangan zaman yang mengharuskan tempat-tempat tertentu terfasilitasi. Dalam usaha melestarikan arsitektur tradisional Bali, digunakan arsitektur modern sebagai sarana. Unsur-unsur arsitektur tradisional Bali diterapkan pada bangunan modern atau bangunan masa kini. Unsur yang dimaksud

tidak hanya terbatas pada bentuk fisiknya seperti ukiran dan kekarangan, namun juga dapat diterapkan melalui filosofi atau pemahamannya (nilai-nilai budaya). B. Rumusan Masalah Melalui pendahuluan yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, terdapat permasalahan-permasalahan yang dapat dirumuskan. 1.

Bagaimana keberadaan arsitektur masa kini mempengaruhi eksistensi arsitektur tradisional Bali?

2.

Apa unsur arsitektur tradisional Bali yang diaplikasikan pada bangunan masa kini di Bali, khususnya pada objek studi observasi?

3.

Bagimana cara arsitek menerapkan unsur-unsur arsitektur tradisional Bali pada bangunan masa kini, khususnya pada objek studi observasi?

C. Tujuan Penulisan Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan, adapun tujuan dari penulisan ini adalah seperti yang dipaparkan pada bagian berikut ini. 1.

Menjelaskan pengaruh dari arsitektur masa kini atau arsitektur modern yang berkembang di masyarakat terhadap keberadaan arsitektur tradisional Bali yang dapat dikatakan merupakan peninggalan kebudayaan masyarakat Bali.

2.

Memaparkan unsur-unsur arsitektur tradisional yang umum diterapkan pada bangunan modern atau bangunan masa kini di Bali.

3.

Menjelaskan metode atau cara arsitek dalam merancang suatu bangunan masa kini di Bali dengan mempertimbangkan aplikasi unsur arsitektur tradisional Bali.

D. Manfaat Penulisan Adapula manfaat dari penulisan ini yang merupakan hal-hal yang diharapkan dapat terwujud. Hal-hal yang dimaksudkan adalah seperti yang dipaparkan di bawah ini. 1.

Memperluas wawasan mahasiswa dan masyarakat awam sehubungan dengan dampak dari keberadaan arsitektur masa kini serta pengaruhnya

terhadap eksistensi arsitektur tradisional Bali yang mana merupakan peninggalan tradisi yang perlu dilestarikan terus menerus. 2.

Menambah wawasan mahasiswa dan masyarakat awam sehubungan dengan bagian mana pada suatu bangunan yang dapat dikatakan sebagai unsur arsitektur tradisional Bali dan bagimana penerapannya.

3.

Menambah wawasan mahasiswa khususnya mahasiswa arsitektur terkait metode perancangan bangunan yang digunakan dalam rangka menerapkan unsur arsitektur tradisional Bali pada bangunan modern.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Agama Agama merupakan sebuah kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan antara manusia dengan perintah dari kehidupan. Banyak agama memiliki simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan asal-usul kehidupan atau alam semesta. Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan, definisi tentang apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci. Praktik agama juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan, festival, pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari budaya manusia. Agama juga mungkin mengandung mitologi 2.2 Budaya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. 2.3 Adat dan Istiadat Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang. Sementara itu, yang dimaksud oleh istiadat adalah tata kelakuan yg kekal dan turun-temurun dr generasi satu ke generasi lain sbg warisan sehingga kuat integrasinya dng pola perilaku masyarakat.

2.4 Arsitektur Tradisional Bali Arsitektur Tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang dari wadah kehidupan masyarakat Bali yang telah berkembang secara turun-temurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari zaman dahulu, sampai pada perkembangan satu wujud dengan ciri-ciri fisik yang terungkap pada lontar Asta Kosala-Kosali, Asta Patali dan lainnya, sampai pada penyesuaian-penyesuaian oleh para undagi yang masih selaras dengan petunjuk-petunjuk dimaksud. 2.5 Tata Letak Konsep Asitektur Tradisional Bali Asta Kosala Kosali merupakan sebuah cara penataan lahan untuk tempat tinggal dan bangunan suci. Penataan bangunan yang dimana di dasarkan oleh anatomi tubuh si penghuni bangunan tersebut. Mereka tidak menggunakan satuan meter melainkan menggunakan satuan sebagai berikut : 1.

Musti (ukuran atau dimensi untuk ukuran tangan mengepal dengan ibu jari yang menghadap ke atas),

2.

Hasta (ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewata dari pergelangan tengah tangan sampai ujung jari tengah yang terbuka)

3.

Depa (ukuran yang dipakai antara dua bentang tangan yang dilentangkan dari kiri ke kanan)

Rumah tinggal di Bali memiliki pola massa yang menyebar, dibagi menjadi beberapa ruangan terpisah, antara lain :

1.

Angkul-angkul yaitu entrance yang berfungsi seperti candi bentar pada pura yaitu sebagai gapura jalan masuk.

2.

Aling-aling adalah bagian entrance yang berfungsi sebagai pengalih jalan masuk sehingga jalan masuk tidak lurus kedalam tetapi menyamping. Hal ini dimaksudkan agar pandangan dari luar tidak langsung lurus ke dalam.

3.

Latar atau halaman tengah sebagai ruang luar

4.

Pamerajan ini adalah tempat upacara yang dipakai untuk keluarga. Dan pada perkampungan tradisional biasanya setiap keluarga mempunyai pamerajan yang letaknya di Timur Laut pada sembilan petak pola ruang

5.

Umah Meten yaitu ruang yang biasanya dipakai tidur kapala keluarga sehingga posisinya harus cukup terhormat

6.

Bale tiang sanga biasanya digunakan sebagai ruang untuk menerima tamu

7.

Bale Sakepat, bale ini biasanya digunakan untuk tempat tidur anakanak atau anggota keluarga lain yang masih junior.

8.

Bale Dangin biasanya dipakai untuk duduk-duduk membuat bendabenda seni atau merajut pakaian bagi anak dan suaminya.

9.

Paon (Dapur) yaitu tempat memasak bagi keluarga.

10. Lumbung sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen, berupa padi dan hasil kebun lainnya 2.6 Arsitektur Modern Arsitektur Modern adalah suatu istilah yang diberikan kepada sejumlah bangunan dengan gaya karakteristik yang mengutamakan kesederhanaan bentuk dan menghapus segala macam ornamen. Karakter ini disinyalir pertama muncul pada tahun 1900-an. Pada tahun 1940 gaya ini telah diperkuat dan dikenali dengan Gaya Internasional dan menjadi bangunan yang dominan untuk beberapa dekade dalam abad ke-20 ini.

BAB III METODE

3.1 Metode Transformasi Proses modernisasi sendiri di Bali sudah merubah sebagian besar aspek arsitektur di Bali. Transformasi yang terjadi sendiri dipengaruhi akan berbedanya fungsi dan kebutuhan jumlah ruang yang dibutuhkan agar kegiatan di dalam bangunan bisa berjalan dengan lancar. Perkembangan arsitektur modern di Bali pun sampai saat ini masih terus berjalan dengan baik tapi tetap tidak melupakan karakter dari arsitektur tradisional Bali itu sendiri. Proses atau metode yang digunakan dalam hal ini adalah metode transformasi. Metode transformasi sendiri adalah suatu metode yang dinamis dimana konfigurasi fisik, aktivitas keagamaan, dan sosial mengalami perubahan secara terus menerus di dalam merespon kondisi kekinian sebagai sebuah representasi kemajuan teknologi dan gaya hidup modern. Paviliun Wing Amerta di RSUP Sanglah sendiri terdapat beberapa karakter arsitektur Bali yang masih tetap digunakan dalam unsur arsitektur modern bangunan pavilion Wing Amerta, seperti : A. Analogi Bangunan ( Kaki, Badan, Kepala ) BAGIAN KEPALA ( ATAP PAVILIUN ) BAGIAN BADAN ( KOLOM & DINDING BAGIAN KAKI ( PONDASI BANGUNAN )

Transformasi pertama merupakan suatu teori dasar dalam arsitektur Bali yaitu Tri Angga yang merupakan ungkapan tata nilai pada ruang terbesar alam semesta lalu mengecil hingga ke elemen – elemen seperti manusia dan arsitektur. Jika dalam arsitektur tradisional Bali kepala merupakan rab / atap bangunan, badan merupakan badan bangunan itu sendiri sedangkan kaki merupakan bataran yang ada pada bangunan, sama mirip dengan bangunan arsitektur Bali modern seperti Paviliun Wing Amerta yang dimana bagian kepala merupakan bagian atap

bangunan, bagian badan merupakan bagian badan bangunan yang berupa dinding dan kolom sedangkan bagian kaki merupakan pondasi dari bangunan itu sendiri.

B. Penggunaan Kolom yang mirip dengan Saka

KOLOM BANGUNAN PAVILIUN

Dalam setiap bangunan arsitektur tradisional Bali dikenal istilah saka. Saka sendiri merupakan tiang penyangga atap bangunan tradisional Bali. Saka sendiri bermakna stabilitas menurut Lontar Asta Patah. Dalam bangunan Paviliun Wing Amerta RSUP Sanglah sendiri perwujudan saka diwujudkan dengan kolom – kolom bangunan. Dalam perwujudannya pun kolom dibuat mirip dengan saka bisa dilihat dari adanya kencut dan papalihan yang berada diatas saka.

C. Penggunaan Sendi pada Kolom

SENDI KOLOM

Penggunaan sendi juga merupakan salah satu ciri khas Arsitektur Tradisional Bali. Pengaplikasian penggunaan sendiri pada arsitektur tradisional Bali biasanya digunakan dibawah tiang saka bangunan, sedangkan dalam hal ini digunakan dibawah daripada kolom bangunan pavilion.

D. Penggunaan Ornamen Tradisional Bali pada Bangunan

ORNAMEN TRADISIONAL

Pada bangunan Paviliun Wing Amerta, ornamen tradisional masih digunakan, bisa dilihat dari penggunaan ornamen serupa ornament keketusan.

BAB IV OBJEK STUDI

Tampilan bangunan dari RSUP Sanglah, Denpasar, Bali Sumber : sanglahhospitalbali.com

4.1 Profil RSUP Sanglah RSUP Sanglah mulai dibangun pada tahun 1956 dan diresmikan pada tanggal 30 Desember 1959 dengan kapasitas 150 tempat tidur. Pada tahun 1962 bekerjasama dengan FK Unud sebagai RS Pendidikan. Pada tahun 1978 menjadi rumah sakit pendidikan tipe B dan sebagai Rumah Sakit Rujukan untuk Bali, NTB, NTT, Timor Timur (SK Menkes RI No.134/1978). Dalam perkembangannya RSUP Sanglah mengalami beberapa kali perubahan status, pada tahun 1993 menjadi rumah sakit swadana (SK Menkes No. 1133/Menkes/SK/VI/1994). Kemudian tahun 1997 menjadi Rumah Sakit PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak). Pada tahun 2000 berubah status menjadi Perjan (Perusahaan Jawatan) sesuai peraturan pemerintah tahun 2000. Terakhir pada tahun 2005 berubah menjadi PPK BLU (Kepmenkes RI NO.1243 tahun 2005 tgl 11 Agustus 2005) dan ditetapkan sebagai RS Pendidikan Tipe A sesuai Permenkes 1636 tahun 2005 tertanggal 12 Desember 2005. Seperti halnya organisasi lain, RSUP Sanglah Denpasar juga memiliki visi sebagai arah yang akan dituju, menjadi Rumah Sakit Unggulan dalam bidang

Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian tingkat Nasional dan Internasional. Dalam mewujudkan visi tersebut RSUP Sanglah dalam memberikan pelayanan selalu berusaha dengan segala upaya agar pelayanannya prima sehingga dapat memuaskan masyarakat yang membutuhkan pelayanan. Apalagi RSUP Sanglah adalah merupakan rumah sakit rujukan utama untuk wilayah Bali, NTB dan NTT. Disamping itu RSUP Sanglah juga selalu mengedepankan pemberdayaan sumber daya yang dimilikinya untuk bisa menghasilkan unggulan di bidang pendidikan dan penelitian kedokteran, kesehatan dan keperawatan.

4.2 Sejarah singkat

Tahun 1956

:

RS Sanglah mulai dibangun

Tahun 1959

:

Diresmikan oleh Presiden Ir. Soekarno sebagai RS kelas C dengan 150 TT

Tahun 1962

:

Kerjasama dengan FK UNUD tempat pendidikan calon dokter

Tahun 1978

:

Menjadi RS Kelas B Pendidikan dan merupakan RS Rujukan Bali, NTB, NTT & Tim-Tim

Tahun 1993

:

Menjadi RS Unit Swadana

Tahun 1998

:

Menjadi RS pengguna PNBP

Tahun 2000

:

Menjadi RS Perjan

Tahun 2005

:

Menjadi UPT Depkes PPK BLU dan menjadi RS Kelas A Pendidikan

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Pada era sekarang ini banyak pembangunan di bali sudah mengalami perkembangan. Perkembangan bangunan yang semakin maju ini membuat fasilitas dalam segi pembangunan sebuah bangunan di mudahkan dengan adanya teknologi yang canggih, maka dari itu akan muncul berbagai jenis perubahan-perubahan pada desain bangunan Arsitektur Tradisional Bali, terutama yang sangat mencolok perubahannya adalah pada bentuk fasad bangunannya itu sendiri. Sehingga kemungkinan pandangan masyarakat lingkungan sekitar terhadap bangunan arsitektur tradisional bali akan berkurang an sulit untuk dipahami. 5.2 SARAN Pada perubahan dan perkembangan zaman tentu saja dapat mempengaruhi suatu tatanan budaya, khususnya di bidang bangunan Arsitektur Tradisional Bali, oleh karena itu pada perkembangan bangunan arsitektur di Bali harus ditegaskan untuk penerapan Arsitektur Tradisional Bali yang diselenggarakan berdasarkan filsafat Tri Hita Karana, nilai-nilai luhur budaya masyarakat Bali yang tertera pada PERDA Nomor 5 Tahun 2005 tentang Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung.

More Documents from "Billy Desyanta Manika"

Ekologi Bangunan.docx
November 2019 46
Pengertian Desa Wisata.docx
November 2019 17
Struktur Bangunan.docx
November 2019 16
Ab3 Resetting.docx
November 2019 18
30 St Mary Axe.docx
November 2019 16