A K UN T A N S I M A N A J E M E N N A T I O N A L & I N T E R N A TI O N A L J O UR N A L
KELOMPOK 3: I Nyoman Oka Sepri Yasa Ni Putu Dina Nuryantini Ni Made Ayu Nirmalasari Putri Erawan
(1881621006) / 07 (1881621007) / 08 (1881621008) / 09
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS UADAYA 2019
A N A LI S I S P E N GGU N A A N A C T I V ITY B A S E D M A N A G E ME N T ( A B M ) U N T U K M E N I N GK A TK A N
EFISIENSI BIAYA
P R O D U K S I D A N P R O F I TA B I LI T A S P A D A P E R U S A HA A N T A H U UD. 3S’ PRIMA KOTA BATU
Penulis: Afian Gunarso (FeB Universitas Brawijaya) Sumber: Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya, 2013
National Journal
LATAR BELAKANG
Activity Based Management (ABM) memberikan suatu penawaran penyelesaian dari permasalah dengan cara pengendalian pada semua aktivitas normal perusahaan yang memfokuskan pada
Dalam melaksanakan kegiatannya telah dikonsumsi sumber-sumber atau biaya yang lebih kecil untuk menghasilkan keluaran
dalam jumlah tertentu.
efektivitas bisnis, serta berguna untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan, dan
Dalam melaksanakan kegiatannya telah dikonsumsi sumbersumber atau biaya yang lebih kecil untuk menghasilkan output dalam jumlah yang lebih besar, dengan adanya pengurangan
memberikan laba bagi
pada aktivitas yang tidak bernilai tambah rendah maka biaya
perusahaan. Kegiatan suatu
yang digunakan untuk proses produksi menjadi menurun, dan
organisasi atau unit organisasi
penurunan biaya produksi dapat meningkatkan laba yang
dikatakan efisien jika:
diperoleh perusahaan.
Pengukuran tingkat efisiensi
dengan mengetahui biaya produksi (input) yang dapat dikurangi dengan pengeliminasian Low Value Added Activity (LVA) tanpa adanya pengurangan total penjualan tahu (output), pengefisienan pada UD. 3S’PRIMA dapat dilakukan dengan cara mereduksi aktivitas yang hanya sedikit memberikan nilai tambah bagi perusahaan, setelah terjadi pengurangan biaya (cost reduction) maka dapat diketahui tingkat efisiensi dengan caara membandingkan antara input dan output perusahaan sebelum dan setelah diterapkan Activity Based Management (ABM).
kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri, rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Profitabilitas
TUJUAN PENELITIAN 1 Mengetahui seluruh aktivitas produksi yang dilakukan oleh UD. 3S’PRIMA
2 Mengetahui penerapan Activity Based Management pada UD. 3S’PRIMA
3 Mengetahui pengaruh Activity Based Management terhadap efisiensi biaya produksi dan peningkatan profitabilitas perusahaan.
METODE d e n g a n m e n g g un a k a n s t u d i k a s u s, d i m a na p e n g e m b a nga n k o n se p d a n
Penelitian ini bersifat kualitatif
p e n g hi m pu na n f a k t a d i l a k uk a n p e n e l i ti d e n g a n t i d a k m e l a k uk a n p e n g uj i a n h i p o t e sa . M e t o d e a n a l i si s d a t a y a n g d i g una k a n a d a l a h d e s k ri p ti f n a r a t i f . M e t o d e i ni m e n u r ut M i l e s d a n H u b e r m a n (1 9 8 4 ) d a l a m b u k u S u g i y ono (2 0 1 2 ) d i t e r a p k a n m e l a l ui 3 a l u r y a i t u : r e d u k si d a t a , p e n y a j i a n d a t a , p e n a ri k a n k e si m p ul a n.
HASIL DAN PEMBAHASAN
AKTIVITAS PRODUKSI UD. 3S’ PRIMA No. 1
2
Aktivitas Produksi Persiapan dan perendaman bahan baku
Pencucian biji kedelai
3
Penggilingan kedelai
4
Perebusan kedelai
5
Penyaringan
6
Pengendapan
Proses Pemindahan bahan baku dari gudang ke tempat perendaman. Perendaman dilakukan dengan air bersih kurang lebih sekitar 3 jam yang bertujuan membuat biji kedelai mengembang. Proses pencucian merupakan proses lanjutan setelah perendaman. Sebelum dilakukan proses pencucian, kedelai yang di dalam karung dikeluarkan dari bak pencucian, dibuka, dan dimasukan ke dalam ember-ember plastik untuk kemudian dicuci dengan air mengalir. Setelah selesai proses pencucian, kedelai ditiriskan dalam saringan bambu berukuran besar. Penggilingan ini dilakukan dengan menggunakan mesin giling untuk mengolah kedelai menjadi bubur kedelai Bubur kedelai direbus dengan menggunakan uap api panas yang dihasilkan dari ketel uap panas. Proses perebusan ini memerlukan waktu sekitar 30 menit. Pada proses penyaringan ini, bubur kedelai yang sudah di rebus disaring dengan menggunakan kain penyaringan untuk memisahkan saripati kedelai dengan ampasnya. Selanjutnya saripati kedelai diendapkan, sampai mengeras dan siap untuk dicetak.
AKTIVITAS PRODUKSI UD. 3S’ PRIMA 7
Pencetakan
Pada tahap ini saripati yang sudah mengeras diletakkan pada cetakan dan di press untuk mendapatkan kepadatan tahu yang diinginkan
8
Inspeksi tahu yang rusak
Tahap ini berfungsi untuk menginspeksi tahu yang rusak, untuk diproses ulang hingga diperoleh hasil tahu yang diinginkan.
9
Pengemasan
Tahu yang sudah jadi siap untuk dikemas dengan plastik dan dijual di kota malang dan sekitarnya.
10
Pengiriman tahu mentah
Dikirim dengan menggunakan Pick up atau sepeda motor kepada pelanggan
11
Pemindahan
Tahu mentah yang sudah jadi sebagian dipindahkan ke bagian penggorengan
12
Penggorengan
Sebagian tahu yang sudah jadi dilakukan proses penggorengan menjadi tahu goreng dan dijual di kota malang dan sekitarnya.
13
Inspeksi tahu goreng
Proses ini berfungsi untuk mencegah agar tahu yang tidak mengembang atau yang rusak tidak sampai dijual
14
Pengiriman tahu goreng
Dikirim dengan menggunakan Pick up atau sepeda motor kepada pelanggan
PENERAPAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT PADA UD. 3S’ PRIMA Tabel Perincian Penjualan UD. 3S’PRIMA
Keterangan
1 jan - 31 des 2009
1 jan – 31 des 2010
1 jan – 31 des 2011
Penjualan tahu putih
807.800
912.000
994.080
Penjualan tahu goring
386.460
342.000
372.780
Penjualan ampas tahu
31.858
36.000
39.240
Total penjualan
1.226.118
1.290.000
1.406.100
Tahu putih
42.000
39.000
36.000
Tahu goreng
96.615
102.600
149.112
Total
138.615
141.600
185.112
Penjualan bersih
1.087.503
1.148.400
1.220.988
Retur penjualan
Tabel Aktivitas Produksi UD. 3S’PRIMA No.
Aktivitas Produksi
Bernilai
Tambah
Tinggi
Bernilai
Tambah
Rendah
1
Persiapan bahan baku
X
2
Perendaman & pencucian
X
3
Penggilingan kedelai
X
4
Perebusan kedelai
X
5
Penyaringan
X
6
Pengendapan
X
7
Pencetakan
X
8
Inspeksi tahu mentah
9
Pengemasan
X
10
Pengiriman tahu mentah
X
11
Pemindahan ke bagian
X
X
penggorengan 12
Penggorengan
13
Inspeksi tahu goring
14
Pengiriman tahu goreng
X X X
PENGARUH ABM TERHADAP EFISIENSI BIAYA PRODUKSI DAN PENINGKATAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN
Efisiensi Biaya
Pada perusahaan tahu UD. 3S’PRIMA terdapat aktivitas yang bernilai tambah tinggi dan juga yang memiliki nilai tambah rendah bagi perusahaan, dimana biaya yang bernilai tambah rendah bagi perusahaan bisa dikurangi ataupun di hilangkan agar dapat menekan biaya produksi guna tercapainya efisiensi. Pada penelitian ini jumlah biaya dari aktivitas yang bernilai tambah rendah sebesar Rp 161.790.l000,-
Peningkatan terjadi pada presentase gross profit margin dari 42,5% menjadi 47% dengan kata lain peningkatan dari gross profit margin sebesar 4,5% dan net profit margin dari 7% sebelum menggunakan ABM, mengalami peningkatan menjadi 20% dengan kata lain peningkatan net profit margin adalah sebesar 13%, dengan adanya hasil tersebut maka dapat dibuktikan bahwa metode Activity Based Management dapat meningkatkan profitabilitas melalui peningkatan NPM dan GPM.
Efisiensi Biaya
KESIMPULAN 1 Perusahaan Tahu UD. 3S’Prima dalam aktivitas produksinya belum menerapkan Activity Based Management sehingga masih ada beberapa aktivitas yang memiliki nilai tambah rendah.
2
Aktivitas yang bernilai tambah adalah aktivitas yang diharuskan untuk melaksanakan bisnis atau menciptakan nilai yang dapat memuaskan konsumen. Pihak manajemen harus berusaha untuk mengoptimalkan aktivitas bernilai tambah tersebut dengan cara mengelola aktivitasaktivitas tersebut secara efisien dan tepat waktu.
3
Dengan diketahuinya penghematan yang dapat dilakukan apabila perusahaan pada tahun
2011 telah menerapkan Activity Based Management, maka dapat dipakai sebagai estimasi penghematan biaya yang akan terjadi untuk tahun yang akan datang.
CRITICAL
REVIEW
Y a n g p e rl u d i p e r ha ti k a n d a l a m p e n e l i ti a n i ni a d a l a h
tentang hasil tabel
penjelasan
y a n g t e r d a p a t p a d a p e m b a ha sa n k u r a n g l e ng ka p
s e h i ng ga s e r i ng k a l i p e m b a c a b i ngu ng m e n d a p a t k a n h a s i l s e p e r ti y a n g d i se b ut k a n p e n e l i ti t e r s e b ut d a r i m a na . A k a n l e b i h b a i k a p a b i l a p e n e l i ti d a p a t m e n j e l a sk a n h a si l t a b e l p a d a p e m b a ha sa n s e c a r a j e l a s . Un t u k m e n g e t a hui l e b i h l u a s t e n t a n g p e n g a r uh A c t iv i t y B a s e d Ma n a g e m e nt (A BM ), m a k a p e n e l i ti b e r i k ut ny a s e b a i k n y a melakuka n penelitian pada lain
variabel maupun pada lain perusahaan .
International Journal
Activity-Based Management in a Medical Practice: A Case Study Emphasizing the AICPA’s Core Competencies (Activity-Based Management dalam Praktek Medis: Studi Kasus Menekankan
Kompetensi Inti AICPA)
By : Gail Kaciuba (Professor at St. Mary University) Gary H. Siegel (Associate Professor at DePaul University, now deseaced)
LATAR B E LAK ANG
Pelayanan kesehatan
adalah bagian yang signifikan dari ekonomi
Amerika Serikat serta kebijakan dan pendanaan pelayanan kesehatan AS memiliki dampak yang besar pada semua warga Amerika. Dalam banyak instansi, jumlah dokter bedah yang menerima layanan tertentu telah mengalami penurunan selama bertahun-tahun karena dokter memiliki posisi tawar-menawar lebih lemah dengan pemerintah AS dan perusahaan asuransi daripada yang mereka miliki ketika mereka menerima pembayaran dari pasien mereka. Hal ini telah membuat pengendalian biaya dalam praktek medis lebih penting daripada sebelumnya.
Manajemen berbasis aktivitas (Activity Based Management – ABM)
menggunakan informasi dari sistem biaya
berdasarkan aktivitas (ABC) baik untuk keputusan manajemen yang berulang dan tidak berulang. Dalam studi kasus, sistem ABC yang ditetapkan hanya biaya tidak langsung pada objek biaya akhir yang telah diciptakan dan harus mengembangkan sistem ABC ini untuk menyertakan pengalihan biaya langsung
ke obyek biaya, dan kemudian membandingkan jumlah biaya satuan ini untuk pendapatan yang dikumpulkan untuk setiap objek biaya.
TUJUAN PENELITIAN 1 Membangun dan menerapkan model ABC untuk beban praktek, biaya tidak langsung dari praktek medis.
2
Mengetahui pengaruh Activity Based Management terhadap efisiensi biaya setiap proses (aktivitas) dan profitabilitas perusahaan bila perusahaan (FMMG dan MCCS) bergabung dan tidak bergabung.
METODE Baik
FMMG
dan MCCS sebelumnya berpartis ipasi dalam proyek
studi biaya yang disponsori oleh Society of Thoracic Surgeons .
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan studi kasus, dimana penelitian ini membangun model biaya berbasis aktivitas (ABC) untuk biaya tidak langsun g , yang menghasilka n biaya untuk
setiap proses (aktivitas) dan biaya unit untuk keempat objek biaya untuk praktek -pr a ktek yang berpartis ip as i dalam penelitia n ini.
Studi Biaya STS
HASIL DAN PEMBAHASAN
No-Charge Office Visits Chargeable Office Visits Chargeable Hospital Visits
Surgeries and Procedures
Memperluas Model untuk Menyertakan Biaya Langsung CABG (Arteri (Arteri Koroner CABG Koroner Bypass Cangkok) Bypass Cangkok) Akses ginjal Operasi Vascular
Bronch Bronch // Mediastinoscopy Mediastinoscopy Torakotomi
Tracheostomy
Alat pacu pacu jantung Alat jantung Debridement
Perbaikan dan Perbaikan dan penggantian katup penggantian katup
Operasi jantung lainnya
Medicare: penggantian biaya Medicare dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan RBRVUs (nilai relatif berbasis sumber daya unit), yang merupakan indeks dari waktu rata-rata dokter, pengalaman, dan risiko operasi. Seorang ahli bedah hanya akan menerima penggantian dihitung untuk layanan tertentu, terlepas dari jumlah yang
ditagih untuk layanan tersebut. Sering pasien Medicare memiliki asuransi kesehatan tambahan yang meliputi jumlah atau jasa yang tidak ditanggung oleh Medicare. Linda mengkategorikan reimbursement yang diterima di bawah Medicare ini sebagai kebijakan tambahan sebagai pembayaran untuk pasien Medicare.
BCBS: Sejumlah pasien MCCS membawa Blue Cross/Blue Shield kesehatan asuransi dimana BCBS membayar MCCS pembayaran kembali yang dihitung berdasarkan (meskipun itu lebih tinggi dari) jumlah Medicare. Biasanya pasien harus membayar persentase dari jumlah tertutup (pasien co-pay), hingga batas tahunan, dan kebijakan BCBS membayar sisanya. Linda memasukkan pembayaran BCBS, serta co-pay dari BCBS pasien, dalam kategori ini.
KESIMPULAN Studi STS telah menunjukkan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam praktek medis yang dilakukan FMMG dan MCCS.
Pengidentifikasian aktivitas yang ada pada praktek medis ini dapat menganalisis aktivitas yang memengaruhi biaya yang muncul dalam prakteknya.
Dengan dilakukannya perhitungan-perhitungan biaya proses untuk setiap obyek biaya ini, diharapkan dapat diketahui estimasi keuntungan dan kerugian dari penggabungan MCCS dan FMMG diterapkan Activity Based Management pada praktek medis mereka.
CR I T I CAL R E V I EW
yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah penjelasan mengenai hasil penelitian yang kurang diperinci dan diberikan kesimpulan. Untuk mengetahui lebih luas tentang pengaruh Activity Based
Management (ABM), maka peneliti berikutnya sebaiknya melakukan penelitian pada praktek usaha lain yang memerlukan analisis lebih jauh mengenai keuntungan yang akan ditimbulkan dengan menggunakan konsep Activity Based Management tersebut.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH