98194_makalah Batuk Iii.docx

  • Uploaded by: kadekryan
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 98194_makalah Batuk Iii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,872
  • Pages: 20
SPESIALITE OBAT BATUK

NAMA KELOMPOK

1. I GUSTI AYU ARYA PUSPANINGSIH

(161200049)

2. I KADEK ADI JAYANA PUTRA

(161200050)

3. I KADEK ANGGA MARDANA

(161200051)

4. I KADEK RYAN FARMAWANGSA CETEG (161200052)

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI TAHUN AJAR 2017

PEMBAHASAN

I. Definisi Penyakit Batuk Batuk adalah suatu proses alami yang penting untuk menjaga agar tenggorokan dan saluran pernafasan senantiasa bersih (MIMS ed.15 hal A40). Batuk dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti virus (flu, bronkitis), bakteri, dan benda asing yang terhirup (alergi). Beberapa penyakit, seperti kanker, paruparu, TBC, tifus, radang paru-paru, asma dan cacingan, juga menampakkan gejala berupa batuk (Widodo, 2009). Menurut (Junaidi, 2010) ada 2 definisi tentang batuk yaitu: a. Batuk merupakan cara tubuh melindungi paru-paru dari masuknya zat atau benda asing yang mengganggu. b. Batuk merupakan refleks alami tubuh, dimana saluran pernapasan berusaha untuk mengeluarkan benda asing atau produksi lendir yang berlebihan.

Menurut Weinberger (2005) batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang menyediakan mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang trakeobronkial dari sekret dan zat-zat asing. Masyarakat lebih cenderung untuk mencari pengobatan apabila batuknya berkepanjangan sehingga mengganggu aktivitas seharian atau mencurigai kanker.

Menurut McGowan (2006) batuk bisa terjadi secara volunter tetapi selalunya terjadi akibat respons involunter akibat dari iritasi terhadap infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas maupun bawah, asap rokok, abu dan bulu hewan terutama kucing. Antara lain penyebab akibat penyakit respiratori adalah seperti asma, postnasal drip, penyakit pulmonal obstruktif kronis, bronkiektasis, trakeitis, croup, dan fibrosis interstisial. Batuk juga bisa terjadi akibat dari refluks gastro-esofagus atau terapi inhibitor ACE). Selain itu, paralisis pita suara juga bisa mengakibatkan batuk akibat daripada kompresi nervus laryngeus misalnya akibat tumor.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.925/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Perubahan Golongan Obat Nomor 1 memuat ketetapan mengenai obat-obat yang masuk kedalam daftar obat “W” dan pengertian tentang obat bebas terbatas. Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter jika penyerahannya memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Obat tersebut hanya boleh dijual dengan bungkus asli danri pabriknya atau pembuatnya. 2. ada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda peringatan yang tercetak sesuai contoh. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam, berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm, dan memuat tulisan pemberitahuan berwarna putih. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983, tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam. Tanda khusus harus dilekatkan sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan mudah dikenali.

II. Manifestasi Klinis Batuk  Gejala yang menyertai batuk pada umumnya disebabkan oleh influenza. Gejala tersebut antara lain demam yang tinggi disertai otot tubuh yang kaku, bersinbersin, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan. Namun batuk berdahak juga timbul akibat peradangan pada paru-paru.  Penyebab Batuk 1) Umumnya disebabkan oleh infeksi di saluran pernapasan bagian atas yang merupakan gejalaflu. 2) Infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA). 3) Alergi 4) Asma atau tuberculosis 5) Benda asing yang masuk kedalam saluran napas 6) Tersedak akibat minum susu

7) Menghirup asap rokok dari orang sekitar  Mekanisme Batuk Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi 4 fase yaitu: :  Fase iritasi Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar dirangsang.  Fase inspirasi Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial.  Fase kompresi Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi sampai 300 cmH2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.  Fase ekspirasi/ ekspulsi

Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.

III. Klasifikasi Batuk Jenis batuk berdasarkan produktivitasnya 1.

Batuk produktif Batuk produktif adalah batuk yang menghasilkan dahak atau lendir (sputum) sehingga lebih dikenal dengan sebutan batuk berdahak. Batuk produktif memiliki ciri khas yaitu dada terasa penuh dan berbunyi. Mereka yang mengalami batuk produktif umumnya mengalami kesulitan bernapas dan disertai pengeluaran dahak. Batuk produktif sebaiknya tidak diobati dengan obat penekan batuk karena lendir akan semakin banyak terkumpul di paru-paru

2. Batuk tidak produktif Batuk tidak produktif adalah batuk yang tidak menghasilkan dahak (sputum), yang juga disebut batuk kering. Batuk tidak produktif sering membuat tenggorokan terasa gatal sehingga menyebabkan suara menjadi serak atau hilang. Batuk ini sering dipicu oleh kemasukan partikel makanan, bahan iritan, asap rokok (baik oleh perokok aktif maupun pasif), dan perubahan temperatur. Batuk ini dapat merupakan gejala sisa dari infeksi virus atau flu. Jenis batuk berdasarkan waktu berlangsungnya 1. Batuk akut Batuk akut adalah batuk yang berlangsung kurang dari 3 minggu, serta terjadi dalam 1 episode. Batuk jenis ini umumnya disebabkan oleh flu dan

alergi. Bentuk batuk yang sering ditemui, merupakan jenis batuk akut ringan yang disertai demam ringan dan pilek 2. Batuk kronis Batuk kronis adalah batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu atau terjadi dalam 3 episode selama 3 bulan berturut-turut. Batuk jenis ini biasanya disebabkan oleh bronchitis, asma, dan tuberkolosis

3. Batuk Subakut Batuk akut adalah batuk yang gejala terjadinya antara 3 – 8 minggu. Batuk ini biasanya disebabkan karena adanya infeksi akut saluran pernafasan oleh virus yang mengakibatkan adanya kerusakan epitel pada saluran nafas.

Jenis batuk pada anak-anak 1) Batuk menggonggong Batuk seperti menyalak (menggonggong) umumnya disebabkan oleh inflamasi atau pembengkakan pada saluran napas atas. Kebanyakan batuk ini disebabkan oleh croup, yakni inflamasi pada laring (pangkal tenggorok) dan trakea (batang tenggorok). Croup dapat disebabkan oleh alergi, perubahan suhu pada malam hari dan infeksi saluran napas atas. Anak dibawah 3 tahun cenderung terserang croup karena batang tenggoroknya sempit. 2) Pertusis/batuk rejan Batuk rejan atau pertusis adalah infeksi pada saluran napas, yang terjadi akibat bakteri bordetella pertusis. Penyakit ditandai oleh batuk yang diakhiri dengan suara keras saat anak menarik napas. Gejala lainnya adalah hidung berair, bersin, batuk dan sedikit demam (Junaidi, 2010). Penyakit ini biasanya menyerang anak yang berusia diantara 3 bulan dan 3 tahun, batuk rejan dapat mengancam kehidupan jika tidak ditangani. Terapi biasanya meliputi pemberian antibiotik dan cairan 6 serta anak dipajankan terhadap udara yang dilembapkan, untuk mempertahankan fungsi pernapasan (Speer, 2009). 3) Batuk disertai napas berbunyi

Batuk disertai dengan napas berbunyi saat anak mengembuskan napas merupakan

tanda

saluran

napas

bagian

bawah

mengalami

peradangan/inflamasi. Pada anak yang masih kecil, saluran bagian bawah terhalang oleh benda asing atau lendir karena infeksi pernapasan. 4) Batuk di malam hari Batuk ini kebanyakan bertambah buruk ketika malam hari karena penyumbatan dalam hidung dan sinus mengalir disepanjang tenggorokan serta menyebabkan iritasi saat anak berbaring. Ini menimbulkan masalah karena anak menjadi sulit tidur. Asma juga dapat memicu batuk dimalam hari karena saluran napas cenderung menjadi sensitif dan mudah teriritasi pada malam hari (Junaidi, 2010). 5) Batuk di siang hari Batuk di siang hari disebabkan alergi, asma, kedinginan, dan infeksi pernapasan. Udara dingin dan aktivitas yang berat dapat memperparah batuk ini, tetapi biasanya akan mereda dimalam hari ketika anak beristirahat. Perlu dipastikan bahwa dirumah tidak ada faktor pencetus batuk seperti pengharum ruangan, binatang peliharaan, dan asap terutama asap rokok (Junaidi, 2010). 6) Batuk disertai demam Jika anak batuk disertai demam dan hidung meler, kemungkinan anak terserang flu. Namun batuk disertai demam tinggi (39oC) atau lebih mungkin disebabkan oleh pneumonia, terutama jika anak terlihat lesu dan bernapas tidak cepat. Bila ini terjadi, segera bawa anak ke dokter (Junaidi, 2010). 7) Batuk disertai muntah Umumnya anak batuk karena dipicu oleh reflex penyumbatan. Anak yang menderita batuk disertai flu atau asma dapat muntah jika terlalu banyak lendir yang mengalir ke dalam perut dan menimbulkan rasa mual (Junaidi, 2010). Batuk menetap Batuk yang disebabkan flu dapat hilang dalam seminggu. Asma, alergi, atau infeksi kronis di sinus atau saluran napas mungkin penyebab pada batuk yang menetap (persisten). Jika batuk terjadi selama seminggu, segera hubungi dokter (Junaidi, 2010).

I. Factor penyebab batuk Batuk dapat disebabkan karena dua hal, yaitu penyakit infeksi dan bukan infeksi. Penyebab batuk dari infeksi bisa berupa bakteri atau virus, misalnya tuberkulosa, influenza, campak, dan batuk rejan. Sedangkan penyebab yang bukan infeksi misalnya debu, asma, alergi, makanan yang merangsang tenggorokan, batuk pada perokok, batuk pada perokok berat sulit diatasi hanya dengan obat batuk simptomatik. Batuk pada keadaan sakit disebabkan adanya kelainan terutama pada saluran nafas yaitu bronkitis, pneumonia dan sebagainya. Beberapa penyakit penyebab batuk yang tidak disarankan untuk dilakukan tindakan swamedikasi, karena beberapa faktor yang bisa membahayakan bagi penderita, diantaranya : 1.

Batuk yang disebabkan karena kuman TB yang dapat berbahaya bagi pasien yang menderita, respon dapat berupa batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

2. Batuk yang disebabkan karena asma yaitu peradangan kronis pada saluran nafas dimana saluran nafas mengalami hipersekresi mukus dan juga lubang bronkus mengalami penyempitan, sehingga bisa menyebabkan sesak nafas atau mengi. 3. Batuk yang disebabkan karena PPOK yang menggambarkan pasien dengan bronchitis kronis, emfisema atau keduanya, pada pasien PPOK mengalami batuk produktif selama 3 bulan. 4. Batuk yang disebabkan pneumonia yang merupakan peradangan paru yang disebabkan karena bakteri Streptococus pneumoniae. 5. Dan lain-lain, beberapa penyakit diatas sebaiknya ditangani dengan berkonsultasi dengan tenaga medis secara persisten karena berbahaya bagi pasien yang menderita.

II. Prinsip terapi a. Non farmakologi

Umumnya batuk berdahak dan tidak berdahak dapat dikurangi dengan cara sebagai berikut: 1. Memperbanyak minum air putih yang hangat, untuk membantu mengencerkan dahak, mengurangi iritasi atau rasa gatal. 2. Menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang tenggorokan dan udara malam yang dingin. 3. Hindari makanan yang berlemak b. Farmakologi Bila keadaan batuk belum dapat teratasi dengan cara-cara tersebut maka dapat digunakan obat batuk, yang mana obat batuk dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : 1. Ekspektoran (pengencer dahak/riak) Meningkatkan sekresi dahak dari saluran pernafasan sehingga mudah dikeluarkan beberapa obat yang bisa diperoleh tanpa resep dokter antara lain: Glyseryl guaiacolate (Guafenesin), Bromheksin, ambroxol 2. Antitusiv (penekan batuk) beberapa obat yang bisa diperoleh tanpa resep dokter antara lain: dextromethorphan, dipenhidramin, kodein

III. Jenis Obat A. Obat batuk ekspectoran a. Glyseryl guaiacolate (Guafenesin) Efek farmakologi : untuk batuk yang membutuhkan pengeluaran dahak Penggunaan

: secara oral

Efek samping

: mual, muntah yang dapat dikurangi dengan minum segelas air putih.

Kontra indikasi

: pasien yang alergi terhadap yang alergi guafenesin

Interaksi obat

: GG diminum bersama dengan alkihol dapat

menyebabkan efek fisiologis bagi kesehatan, yaitu data mematika selsel baru yang dibentuk oleh tubuh Dosis

: Dosis pemakaian untuk dewasa 200-400 mg setiap 4 jam dan untuk anak-anak usia 2-6 tahun 50-100 mg

setiap 4 jam, Sedangkan untuk usia 6-12 tahun 100200 mg setiap 4 jam Bentuk sediaan

: tablet

Nama paten

: Benadryl Exp, Mucinex

a. Bromheksin Efek farmakologi : sebagai mukolitik pada batuk yang produktif Penggunaan

: oral

Efek samping

: dapat terjadi rasa mual, diare, dan kembung yang

ringan Kontra indikasi

: pasien yang hipersensitif

Interaksi obat

:

Pemberian

bersamaan

dengan

antibiotika

(amoksisilin, sefuroksim, doksisiklin) akan meningkatkan konsentrasi antibiotika pada jaringan paru Dosis

: pemakaian untuk dewasa 4-8 mg, 3 kali sehari.

Bentuk sediaan

: tablet

Nama paten

: mukohexin

b. Ambroxol Efek farmakologi : penyakit saluran pernafasan akut dan kronis yang disertai sekresi bronkial yang abnormal, khususnya pada eksaserbasi dan bronchitis kronis, bronkistis asmatik, serta asma bronkia Penggunaan

: oral

Efek samping

: reaksi yang ditemukan pada kulit , pembengkakan

wajah , dyspnea, demam Kontra indikasi

: pasien yang hipersensitif

Interaksi obat

:

pemberian

bersama

antibiotic

(amoxicillin,

eritromisin, doxicyclin) menyebabkan peningkatan antibiotic ke dalam jaringan paru-paru Dosis

: Oral : 60-120 mg per hari dalam 2-3 dosis terbagi.

Dapat juga diberikan secara inhalasi, injeksi atau rektal. Dosis Pediatrik Anak 5-12 tahun : ½ kaplet (15mg) 2-3 kali sehari atau 5 mL 2-3 kali sehari.

Anak 2 – 5 tahun : 2,5 mL 3 kali sehari Anak < 2 tahun : 2,5 mL 2 kali sehari. Dosis Dewasa Anak > 12 tahun dan Dewasa : 1 tablet (30mg) 2-3 kali sehari atau 10mL 3 kali sehari Bentuk sediaan

: tablet, sirup

Nama paten

: extropect, mucos

B. Obat batuk antitusiv a. Dekstrometorphan HBr Efek farmakologi :

Dextromethorphan merupakan

antitusif

non

narkotik yang dapat meningkatkan ambang rangsang refleks batuk secara sentral. Penggunaan

: oral

Efek samping

: pemakaian yang berlebihan akan menyebabkan penurunan refleks bernapas, mengantuk, pusing, mual dan muntah.

Kontra indikasi

: hipertensi, penyakit koroner, hipertiroidisme

Interaksi obat

: Dengan MAO inhibitor pernah diiaporkan dapat

menyebabkan nausea, koma, hipotensi dan hiperpireksia. Dosis

: pemakaian dewasa 10-20 mg, 3 kali sehari 1 tablet jika perlu (jika batuk). Dalam bentuk sirup 5-10 ml jika perlu 3x sehari sedangkan untuk dosis anak-anak (usia 6-12 tahun) 5-10 mg 3 kali sehari dan dalam bentuk sirup 2,5-5 ml (1/2-1 sendok takar)

Bentuk sediaan

: tablet dan sirup

Nama paten

: dextromex, Zenidex

b. Difenhidramin HCl

Efek farnakologi :

antihistamin,

antiemetik,

anti

spamodik;

parkinsonisme Penggunaan

: oral

Efek samping

: mengantuk. pusing atau sakit kepala, lelah, mulut

kering, sulit buang air kecil Kontra indikasi

: terhadap wanita hamil, ibu menyusui dan anak < 6 tahun. (e) Efek samping dapat menyebabkan kantuk

Interaksi obat

: alcohol, depresan SSP,penghambat MAO

Dosis

: dewasa 25 mg, 3-4 kali sehari dan untuk anakanak 12,5 mg atau 4 kali sehari

Bentuk sediaan

: sirup

Nama paten

: komix, ikadryl

c. Codein Efek farmakologi : Antitusif , Analgesik Penggunaan

: oral

Efek samping

:

Dapat

menimbulkan

ketergantungan,

Mual,

muntah, idiosinkrasi, pusing, sembelit, Depresi pernafasan terutama pada penderita asma, depresi jantung dan syok Kontra indikasi

: Asma bronkial, emfisema paru-paru, trauma kepala,

tekanan intrakranial yang meninggi, alkoholisme akut, setelah operasi saluran empedu. Interaksi obat

: Hendaknya hati-hati dan dosis dikurangi, apabila

digunakan bersama-sama dengan obat-obat depresan lain, anestetik, tranquilizer, sedatif, hipnotik dan alkohol. Tranquilizer terutama fenotiazin bekerja antagonis terhadap analgesik opiat agonis. Dekstroamfetamin dapat menghambat efek analgesik opiat agonis. Jangan diberikan bersama-sama dengan penghambat MAO dan dalam jangka waktu 14 hari setelah pemberian penghambat MAO. Dosis

: Dosis codeine untuk batuk:

Dosis awal: 15 mg oral setiap 6 jam seperlunya. Mungkin bertambah menjadi 20 mg setiap 4 jam. Maksimal 120 mg/hari. Dosis codeine untuk batuk pada lansia:

Dosis awal: 10 mg oral setiap 6 jam seperlunya. Mungkin ditambahkan secara hati-hati sampai 20 mg setiap 4 jam. Maksimal 120 mg/hari Dosis codeine untuk anak penderita batuk: 2-6 tahun: 2,5-5 mg oral setiap 4-6 jam. Maksimal 30 mg/hari 2-7 6-12 tahun: 5-10 mg oral setiap 4-6 jam. Maksimal 60 mg/hari Bentuk sediaan

: tablet

Nama paten

: coditam, codipront

1.1. Penggolongan Obat Batuk Obat batuk dapat dibagi menurut titik kerjanya dalam 2 golongan besar, yaitu : 1.5.1. Zat-zat Sentral (Antitusif) Obat-obat ini menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di sumsum lanjutan dan mungkin bekerja terhadap pusat saraf lebih tinggi di otak dengan efek menenangkan (sedatif). Zat-zat ini dibedakan antara zat-zat yang menimbulkan adiksi dan non-adiksi. A. Zat-zat adiktif Yang termasuk zat-zat ini adalah candu dan kodein, zat ini termasuk kelompok obat opioid, yaitu zat yang memiliki sebagian sifat farmakologi dari opium atau morfin. Berhubungan obat ini mempunyai efek ketagihan (adiksi) maka penggunaanya harus hati-hati dan untuk jangka waktu yang singkat.

B. Zat-zat non-adiktif Yang termasuk zat-zat ini adalah noskapin, dekstrometorfan, pentoksiverin. Antihistamin juga termasuk, misalnya prometazin dan difenhidramin 1.5.2. Zat-zat Perifer Obat-obat ini bekerja di perifer dan terbagi dalam beberapa kelompok yaitu : a. Ekspektoran

Ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran pernapasan. Obat ini bekerja melalui suatu refleks dari lambung yang menstimulasi batuk. Sekresi dahak yang bersifat cair diperbanyak secara reflektoris atau dengan jalan efek langsung terhadap sel-sel kelenjar. Obat yang termasuk golongan ini adalah ammonium klorida, gliceryl guaiacolat, ipeka, dan minyak terbang. b. Mukolitik Mukolitik ialah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran pernapasan dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida

dari

sputum.

Mukolitik

memiliki

gugus

sulfhydryl bebas dan berdaya mengurangi kekentalan dahak dan mengeluarkannya. Mukolitik digunakan dengan efektif pada batuk dengan dahak yang kental sekali. Zat-zat ini mempermudah pengeluaran dahak yang telah menjadi lebih encer melalui proses batuk atau dengan bantuan gerakan cilia dari epitel. Tetapi pada umumnya zat ini tidak berguna bila gerakan silia terganggu, misalnya pada perokok atau akibat infeksi. Obat-obat yang termasuk kelompok

ini

adalahasetilkarbosistein,

mesna,

bromheksin,

danambroxol. c.

Emoliensia Memperlunak rangsangan batuk dan memperlicin tenggorokan agar tidak kering, serta memperlunak selaput lendir yang teriritasi. Zatzat yang sering digunakan adalah sirup (thymi dan altheae), zat-zat lendir (infus carrageen), dan gula-gula, seperti drop (akar manis), permen, pastilles isap, dan sebagainya.

1.2. Contoh-contoh Obat Batuk Obat batuk dapat dibagi menjadi 4 yaitu: 1.6.1. Zat-zat pereda sental (Antitusif) 1)

Keodein (F.I): metilmorfin, *Codipront Alkaloida candu ini memiliki sifat menyerupai morfin, tetapi efek analgetis dan meredakan batuknya jauh lebih lemah,

begitu pula efek depresinya terhadap pernapasan. Obat ini banyak digunakan sebagai pereda batuk dan penghilang rasa sakit,

biasanya

dikombinasi

dengan

asetosal

yang

memberikan efek potensiasi. Dosis analgetis yang efektif terletak di anatara 15 – 60 mg. Sama dengan morfin, kodein juga

dapat

membebaskan

histamine

(histamine-

liberator).Efek sampingnya jarang terjadi pada dosis biasa dan terbatas pada obstipasi, mual dan muntah, pusing, dan termangu-mangu. Pada anak kecil dapat terjadi konvulsi dan depresi pernapasan. Dalam dosis tinggi dapat menimbulkan efek sentral tersebut. Walaupun kurang hebat dan lebih jarang daripada morfin, obat ini dapat pula mengakibatkan ketagihan. Dosis: oral sebagai aalgetikum dan pereda batuk 3-5 dd 1040 mg dan maksimum 200 mg sehari.Pada diare 3-4 dd 25-40 mg. 2) Noskapin Alkaloida candu alamiah ini tidak memiliki rumus fenantren, seperti kodein dan morfin, melainkan termasuk dalam kelompok benzilisokinolin seperti alkaloda candu lainnya (papaverin dan tebain).Efek meredakan batuknya tidak sekuat kodein, tetapi tidak mengakibatkan depresi pernapasan atau obstipasi, sedangkan efk sedatifnya dapat diabaikan. Risiko adiksinya ringan sekali. Berkat sifat baik ini, kini obat ini banyak digunakan dalam berbagai sediaan obat batuk popular. Noskapin tidak bersifat analgetis dan merupakan pembebas histamine yang kuat dengan efek bronchokonstriksi dan hipotensi (selewat) pada dosis besar. Efek sampingnya jarang terjad dan berupa nyeri kepala, reaksi kulit, dan perasaan lelah letih tidak bersemangat. Dosis: oral 3-4 kali sehari 15-50 mg, maksimal 250 mg sehari. 3) Dekstrometofan:

methoxylevorphanol,

*Romilar/exp, *Benadryl DMP

Detusif,

Derivat-fenantren ini (1953) berkhasiat menekan batuk, yang sama kuatnya dengan kodein, tetapi bertahan lebih lama dan tidak bersifat analgetis, sedative, sembelit, atau adiktif. Mekanisme kerjanya berdasarkan peningkatan ambang pusat batuk di otak. Pada peyalahgunaan dengan dosis tinggi dapat terjadi efek stimulasi SP. Efek sampingnya hanya ringan dan terbatas pada rasa mengantuk, termangu-mangu, pusing, nyeri kepala, dan gangguan lambung-usus. Dosis: oral 3-4 dd 10-20 mg (bromide) p.c., anak-anak 2-6 tahun 3-4 dd 8 mg, 6-12 tahun 3-4 dd 15 mg.

1.6.2. Antihistamin 1. Prometazin: (phenargen exp) Sebagai antihistaminikum berdaya meredakan rangsangan batuk berkat sifat sedative dan antikolinergik yang kuat. Efek samping antikolinergiknya dapat menyebabkan gangguan buang air kecil dan akomodasi pada manula. Dosis : 3 dd 25-50 mg (garam HCl) d.c., anak-anak diatas 1 tahun 2-4 dd 0,2 mg/kg. 2. Oksomemazin Adalah derivat dengan khasiat dan penggunaan sama, daya antikolinergiknya lemah. Dosis : 2-3 dd 15 mg, anak-anak 1-2 tahun 2,5-10 mg sehari, 2-5 tahun 10-20 mg sehari, 5-10 tahun 2-3 dd 10 mg. 3. Difenhidramin (Benadryl) Sebagai zat antihistamin (H-Blocker), senyawa ini bersifat hipnotissedatif dan dengan demikian meredakan rangsangan batuk. Pada bayi dapat menimbulkan perangsangan paradoksal, misalnya mengeringnya selaput lender karena efek antikolinergiknya. Dosis : 3-4 dd 25-50 mg 1.6.3. Mukolitik 

Asetilsistein (Fluimucil)

Mekanisme aksinya yakni Mengurangi kekentalan / viskositas sekret dengan memecah ikatan disulfida pada mukoprotein, memfasilitasi pengeluaran sekret melalui batuk. Mekanisme ini paling baik pada pH 7-9, sehingga pH sediaan diadjust dengan NaOH. Efek Samping: Reaksi hipersensitivitas (bronkospasme, angioedema, kemerahan, gatal), hipotensi / hipertensi (kadang-kadang), mual, muntah, demam, syncope, berkeringat, arthralgia, pandangan kabur, gangguan fungsi hati, asidosis, kejang, ;cardiac / respiratory arrest. Dosis : Oral 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd 600 mg granulat, anak-anak n2-7 tahun 2 dd 200 mg, dibawah 2 tahun 2 dd 100 mg, Sebagai antidotum keracunan paracetamool , oral 150 mg/kg berat badan dan larutan 5 %, disusul dengan 75 mg/kg setiap 4 jam 

Bromheksin Mekanisme aksinya yakni Bromheksin merupakan secretolytic agent, yang bekerja dengan cara memecah mukoprotein dan mukopolisakarida pada sputum sehingga mukus yang kental pada saluran bronkial menjadi lebih encer, kemudian memfasilitasi ekspektorasi. Efek Samping : Pusing, sakit kepala, berkeringat, kulit kemerahan. Batuk atau bronkospasme pada inhalasi (kadang-kadang). Mual, muntah, diare dan efek samping pada saluran cerna. Dosis : Oral 3-4 dd 8-16 mg (Klorida), Anak-anak 3 dd 1,6 – 8 mg. Tergantung dari usia

1.6.4. Ekspektoran 

Kaliumiodida Iodida menstimulasi sekresi mucus di cabang tenggorokan dan mencairkannya, tetapi sebagai obat batuk (Hampir) tidak efektif. Efek Samping : gangguan tiroid , Struma, Ucticaria dan iod-acne, juga hiperkaliemia( pada fungsi ginjal buruk). Dosis: Pada batuk oral 3 dd 0,5-1 g, maks. 6 g sehari.



Amoniumklorida

Berdaya diuretic lemah yang menyebabkan acidosis, yakni kelebihan asam dalam darah. Keasaman darah merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi napas meningkat dan gerakkan bulu getar (cilia) disaluran napas distimulasi. Sekresi dahak juga meningkat. Maka senyawa ini banyak digunakan dalam sediaaan sirop batuk, misalnya obat batuk hitam. Efek Sampingnya : Acidosis ( khusus pada anak-anak dan pasien ginjal) dan gangguan lambung (mual, muntah), berhubung sifatnya yang merangsang mukosa. Dosis : oral 3-4 dd 100-150 mg, maks. 3 g seharinya. 

Guaifenesin ( Gliserilguaiakolat, Toplexil) Digunakan sebagai ekspektorans dalam berbagai jenis sediaan bentuk popular. Pada dosis tinggi bekerja merelaksasi otot seperti mefenesin. Efek Samping : Iritasi Lambung (mual,muntah) yang dapat dikurangi bila diminum dengan segelas air. Dosis: Oral 4-6 dd 100200 mg.

1.6.5. Emolliensia 1. Succus Liquiritiae Obat ini banyak digunakan sebagai salah satu komponen dari sediaan obat batuk guna mempermudah pengeluaran dahak dan sebagai bahan untuk memperbaiki rasa. Efek Samping : Pada doosis Tinggidari 3 g sehari berupa nyeri kepala, udema, dan terganggunya keseimbangan elektrolit, akibat efek mineralalokortikoid dan hipernatriema dari asam glycyrrizinat. Dosis : oral 1-3 g sehari PENUTUP

Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini antara lain :



Menurut Weinberger (2005) batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang menyediakan mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang trakeobronkial dari sekret dan zat-zat asing. Masyarakat lebih cenderung untuk mencari pengobatan apabila batuknya berkepanjangan sehingga mengganggu aktivitas seharian atau mencurigai kanker.



Jenis-Jenis batuk berdasarkan produktivitasnya, batuk dapat dibedakan menjadi menjadi 2 jenis, yaitu batuk berdahak (batuk produktif) dan batuk kering (batuk non produktif).



Jenis-jenis berdasarkan waktu berlangsungnya, batuk dapat dibedakan menjadi 3, yaitu batuk akut, batuk sub akut dan batuk kronis.



Obat batuk dapat dibagi menurut titik kerjanya dalam 2 golongan besar, yaitu : zat-zat sentral (antitusif) dan zat-zat perifer.

DAFTAR PUSTAKA

Meriati Ni Wayan Eka dkk,2013. Dampak Penyuluhan Pada Pengetahuan Masyarakat Terhadap Pemilihan Dan Penggunaan Obat Batuk Swamedikasi Di Kecamatan Malalayang.Manado: Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado

Yeo ben, 2016. MIMS Petunjuk Konsultasi. Ed.15.Jakarta: PT.Bhuana Ilmu Populer

Related Documents


More Documents from "Rayana Azhar"