JURNAL SKILLS LAB BLOK XI SEMESTER 4
PERIODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA MEDAN 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
IDENTITAS MAHASISWA
Nama
: …………………………………………………..
NIM
: …………………………………………………..
Pembimbing : …………………………………………………..
BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
3
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
PERATURAN DAN TATA TERTIB SKILLS LAB 1. Setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti semua kegiatan skills lab 2. Mahasiswa harus hadir sebelum praktikum dimulai dan mengisi daftar hadir yang telah disediakan. Bagi yang terlambat lebih dari 10 menit tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan skills lab. 3. Di dalam ruang skills lab, mahasiswa harus memakai jas praktikum dan tanda pengenal. 4. Tidak diperkenankan keluar ruang praktikum selama praktikum berlangsung, kecuali atas izin dosen pembimbing praktikum. 5. Selama kegiatan skills lab berlangsung, mahasiswa dilarang merokok, makan, dan melakukan kegiatan serupa lainnya. 6. Setiap menjalani skills lab, masing-masing mahasiswa diharuskan membawa: jurnal skills lab yang diberi sampul plastik, 1 buah kain lap / serbet untuk alas tempat kerja, alat-alat serta bahan yang dibutuhkan untuk praktikum pada hari tersebut. 7. Model / pekerjaan praktikum tidak boleh dibawa pulang, bagi mahasiswa yang melanggar maka skills lab yang diikutinya dinyatakan batal. 8. Setiap tahap pekerjaan yang dinyatakan selesai harus ditandatangani oleh pembimbing sebelum melanjutkan tahap pekerjaan berikutnya. 9. Mahasiswa bertanggung-jawab atas kebersihan ruang praktikum. 10. Bagi yang melanggar ketentuan di atas akan dikenakan sanksi.
BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
4
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
PEMERIKSAAN JARINGAN PERIODONTAL
A. TUJUAN 1. Tujuan Umum Setelah mengikuti skills lab ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan jaringan periodonsium 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti skill lab ini mahasiswa diharapkan mampu: a. Menggunakan alat-alat standar untuk pemeriksaan jaringan periodonsium b. Melakukan pengukuran kedalaman poket, resesi gingiva, level perlekatan, gingiva berkeratin dan gingiva cekat 3. Kompetensi yang Diharapkan Setelah mengikuti skills lab ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan jaringan periodonsium dengan benar dan informatif
B. ALAT DAN BAHAN 1. Kaca Mulut 2. Sonde 3. Pinset 4. Probe UNC 15 5. Nierbekken 6. Masker 7. Sarung Tangan 8. Penggaris dan jangka
C. PROSEDUR PEMERIKSAAN 1. Persiapan alat dan cara meletakkan susunan alat Alat yang dibutuhkan dalam melakukan pemeriksaan ini dipersiapkan, kemudian disusun secara teratur yaitu dimulai dari kaca mulut, sonde, pinset dan probe periodontal di baki alat (nierbekken).
BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
5
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
Gambar 1. Probe periodontal
2. Pemeriksaan klinis rongga mulut Pemeriksaan klinis rongga mulut meliputi pemeriksaan gigi dan jaringan mukosa di dalam rongga mulut 3. Pemeriksaan klinis kedalaman saku/poket a. Masukkan probe periodontal ke dalam poket. Probe diusahakan sejajar sumbu gigi. Probing dilakukan di seluruh permukaan gigi (vestibular bagian mesial, mid, dan distal begitu juga bagian oral) secara perlahan tanpa tekanan. Lakukan pada salah satu gigi (misal gigi 34). Catat hasil pengukuran probing pada daerah terdalam.
Gambar 2. Poket/saku (A). Posisi probe (B).
b. Sulkus normal memiliki kedalaman 1-2 mm. Hasil yang ditulis adalah poket dengan kedalamannya 3 mm atau lebih, tetapi jika terdapat perdarahan pada BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
6
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
probing, yang berarti ada proses inflamasi, data 1 atau 2 mm juga ditulis karena untuk diperhatikan agar lokasi tersebut juga harus dirawat, dan dicegah agar tidak menjadi lebih berat. Jika probing area proksimal dari vestibular dan oral berbeda, baik untuk daerah mesial, mid, dan distal, lakukan pengukuran tersebut pada salah satu gigi (misal gigi 44) dan catat data yang paling dalam atau terbesar.
4. Pengukuran Resesi Pengukuran klinis resesi yang terbuka/tampak dilakukan dengan cara probe diletakkan sejajar sumbu/aksis gigi dengan ujung probe setentang margin gingiva/krista gingiva bebas (KGB) kemudian ukur jarak dari BSE ke KGB. Lakukan pengukuran tersebut pada salah satu gigi (misal gigi 13) dan catat hasilnya. Keterangan: BSE (Batas Semento-enamel) = CEJ (Cemento-enamel Junction) KGB (Krista Gingiva Bebas) = GM (Gingival Margin)
Gambar 3. Pengukuran resesi
BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
7
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
5. Pengukuran Level Perlekatan (Clinical Attachment Level) Pengukuran klinis level perlekatan dilakukan dengan cara mengukur jarak dari BSE ke dasar poket dan dilakukan penilaian sebagai berikut:
Gambar 4. Anatomi jaringan periodonsium
a. Apabila KGB berada setentang/berhimpitan dengan BSE, maka perlekatan adalah sama dengan kedalaman poket (KP).
Misal: Kedalaman poket = 4 mm Jarak KGB ke BSE = 0 mm (karena KGB setentang dengan BSE)
Maka, LP = KP = 4 mm
Gambar 5. Pengkuran level perlekatan pada kondisi KGB berada setentang/berhimpitan dengan BSE
BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
8
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
b. Apabila BSE tersingkap karena KGB telah migrasi ke apikal, maka level perlekatan didapat dengan mengukur jarak dari dasar poket ke BSE.
Misal: Kedalaman poket = 4 mm Jarak KGB ke BSE = 2 mm (karena KGB setentang dengan BSE)
Maka, LP = KP + Jarak KGB ke BSE = 4 + 2 = 6 mm
Gambar 6. Pengkuran level perlekatan pada kondisi KGB telah bermigrasi ke apikal
c. Apabila KGB berada koronal dari BSE (karena gingiva bebas membesar) maka ukur kedalaman poket terlebih dahulu, kemudian ukur jarak dari KGB ke BSE. Besarya level perlekatan adalah kedalaman poket dikurangi dengan jarak dari KGB ke BSE.
Misal: Kedalaman poket = 8 mm Jarak KGB ke BSE = 2 mm (karena KGB setentang dengan BSE)
Maka, LP = KP - Jarak KGB ke BSE = 8 - 2 = 6 mm
Gambar 7. Pengkuran level perlekatan pada kondisi KGB berada lebih ke koronal dari BSE
BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
9
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
6. Pengukuran Level Gingiva Berkeratin dan Cekat Lebar gingiva berkeratin merupakan jarak yang diukur dari tepi gingiva sampai batas mukosa gingiva (lebar gingiva berkeratin adalah lebar gingiva bebas ditambah gingiva cekat). Untuk mengukur lebar gingiva berkeratin pertama yang ditandai adalah batas mukosa alveolar. Cara pemeriksaan: olesi daerah yang diperiksa dengan larutan iodium maka daerah mukosa alveolar akan menyerap iodium sehingga berwarna coklat. Kemudian daerah mukosa alveolar didorong dengan instrumen tumpul ke arah koronal, dan bila telah mencapai gingiva cekat, mukosa yang didorong tidak bergerak lagi.
Gambar 8. Pengukuran lebar gingiva berkeratin (GB)
Lakukan pengukuran tersebut pada salah satu gigi (misal gigi 41) dan catat lebar gingiva berkeratin (GB) pada gigi tersebut. Lebar gingiva cekat (GC) diukur dengan cara lebar gingiva berkeratin dikurangi dengan kedalaman sulkus/poket: (GC = GB-KS/KP) Catat hasil pengukuran yang telah dilakukan yaitu kedalaman sulkus/poket (KS/KP), jarak KGB-BSE (BK), level perlekatan (LP), gingiva berkeratin (GB) dan lebar gingiva cekat (GC) pada masing-masing gigi yang telah diinstruksikan di atas dan masukkan ke dalam formulir pada halaman selanjutnya.
BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
10
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
11
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
Tugas: Isilah titik-titik gambar di bawah ini, kemudian jawaban dikumpulkan kepada pembimbing untuk dinilai.
JAWABAN A B C D E F G H I J K L M N O Pembimbing Skills Lab Tanggal Nama Pembimbing Tanda Tangan Pembimbing
BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
12
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
SCALING DAN ROOT PLANING (INSTRUMENTASI) A. TUJUAN 1. Tujuan umum Setelah mengikuti skills lab ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan tindakan skeling dan root planing 2. Tujuan khusus Setelah mengikuti skills lab ini mahasiswa diharapkan mampu: a. Melakukan pemilihan alat, deteksi dan pembersihan kalkulus b. Melakukan deteksi kalkulus supra dan subgingiva c. Melakukan penskeleran manual dengan skeler sabit (sickle scaler) d. Melakukan root planing dengan kuret 3. Kompetensi yang diharapkan Setelah mengikuti skills lab ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan skeling dan root planing dengan tepat dan mampu untuk deteksi kalkulus
B. ALAT DAN BAHAN 1. Kaca Mulut 2. Sonde 3. Pinset 4. Probe UNC 15 5. Nierbekken 6. Skeler sabit 7. Kuret universal/gracey 8. Model yang diberikan gips stone didaerah supra dan subgingiva 9. Masker 10. Sarung tangan
C. PROSEDUR 1. Persiapan alat dan cara meletakkan susunan alat: Alat yang dibutuhkan dalam melakukan scaling dan root planing dipersiapkan kemudian disusun secara teratur di baki alat (nierbekken). BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
13
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
2. Deteksi kalkulus supra dan subgingiva melalui: a. Pandangan Deteksi kalkulus dilakukan dengan cara visual yaitu melihat langsung kalkulus pada daerah tersebut atau dengan bantuan kaca mulut pada daerah lingual atau palatal. Deteksi kalkulus subgingiva dilakukan dengan eksplorasi menggunakan eksplorer atau probe disertai kepekaan taktil untuk merasakan vibrasi yang berasal dari ujung alat yang menyentuh kalkulus atau permukaan sementum akar. Lakukan deteksi kalkulus supragingiva dengan visual secara langsung dan secara visual menggunakan kaca mulut b. Pemegangan Pemegangan paling baik untuk instrumentasi periodontal adalah modifikasi pen grasp. Dengan cara ini alat dipegang dengan bagian dalam jari tengah, jari telunjuk, dan ibu jari. Jari telunjuk dan ibu jari berada berdekatan pada gagang alat pada sisi yang bersebrangan, sedangkan jari tengah berada diatas leher alat. Jari telunjuk ditekuk pada ruas kedua. Bagian dalam ibu jari dan jari tengah pada sisi yang berseberangan.
Gambar 9. Cara pemegangan instrumen
BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
14
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
c. Adaptasi dan angulasi Adaptasi alat dilakukan dengan menempatkan ujung sonde yang diselipkan ke daerah subgingiva sedemikian rupa sehingga berkontak rapat dengan permukaan akar gigi. Penempatan mata pisau secara benar pada permukaan gigi. Angulasi dilakukan dengan menempatkan eksplorer yang diselipkan ke daerah subgingiva dengan sudut yang dibentuk oleh ujung sonde dengan permukaan gigi adalah 0 derajat
Gambar 10. A. Adaptasi. B. Angulasi
d. Sapuan (stroke) Sapuan adalah aksi dari ujung eksplorer sewaktu bergerak sepanjang permukaan gigi. Sapuan eksploratori disebut juga sapuan horizontal adalah sapuan ringan yang memungkinkan diperolehnya sensai taktil dari ujung alat. Sapuan eksploratori dilakukan dengan gerakan atas dan bawah yang lembut dimana 2-3mm ujung alat berkontak dengan permukaan gigi. Tekanan yang diberikan pada sapuan eksploratori adalah sama baik pada gerak mendorong maupun menarik. Lakukan deteksi kalkulus subgingiva dengan visual secara langsung dan secara visual menggunakan kaca mulut 4. Scaling manual bagian depan menggunakan scaler sabit dengan cara berikut : a. Alat dipegang dengan cara modified pen grasp b. Sandaran jari yang kokoh dilakukan pada gigi tetangga atau tempat bertumpu lainnya
BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
15
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
c. Sisi pendorong dari mata pisau alat ditempatkan pada tepi apikal dari kalkulus lalu mata pisau diadaptasikan dengan baik ke permukaan gigi dengan membentuk angulasi 45-90 derajat d. Dengan tekanan lateral yang kuat dilakukan serangkaian sapuan penskeleran yang pendek, bertumpang tindih ke koronal dalam arah vertikal atau oblik. Tekanan lateral berangsur-angsur dikurangi sampai sedang, sampai secara visual dan sensasi taktil permukaan gigi terbebas dari kalkulus.
Gambar 11. Penempatan skeler sabit
5. Root planing dilakukan dengan menggunkaan kuret universal maupun kuret Gracey dengan cara sebagai berikut : a. Alat dipegang dengan modified pen grasp b. Sandran jari yang kokoh dilakukan pada gigi tetengga atau tempat bertumpu lainnya c. Pilih sisi pemotong mana yang sesuai. Pada kuret Gracey, hanya satu sisi pemotong yang dapat digunakan, sedangkan kuret universal kedua sisi pemotong dapat digunakan disesuaikan dengan sisi yang hendak diinstrumentasikan d. Sisi pemotong yang tepat diadaptasikan ke permukaan gigi dengan bagian bawah tangkai alat sejajar permukaan gigi, dan dengan angulasi 0 derajat diselipkan hati0hati sampai ke epitel penyatu dengan sapuan eksploratori. Setelah sisi pemotong mencapai dasar saku, dibentuk angulasi kerja sebesar 45-90 derajat .
BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
16
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
Gambar 12. Arah sapuan kuret yang tepat
D. PENILAIAN No.
Kegiatan
Tanggal
Nilai
Paraf
I. Scaling Supragingiva 1.
Alat
2.
Pemakaian
masker
dan
handschoen 3.
Angulasi
4.
Adaptasi
5.
Sapuan
II. Scaling Subgingiva dan Root Planning 1.
Alat
2.
Pemakaian
masker
dan
handschoen 3.
Angulasi
4.
Adaptasi
5.
Sapuan
6.
Root Planing Jumlah Nilai
BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
17
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
SPLINTING WIRE LIGATURE A. TUJUAN 1. Tujuan Umum Setelah mengikuti skills lab ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan tindakan splinting wire 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti skills lab ini mahasiswa diharapkan mampu: a. Melakukan pemilihan alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan splinting dengan wire ligature b. Mampu melakukan tahapan prosedur splinting dengan wire ligature 3. Kompetensi yang Diharapkan Setelah mengikuti skills lab ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan splinting dengan wire ligature dengan teknik discontinue
B. ALAT DAN BAHAN 1. Kaca Mulut 2. Sonde 3. Pinset 4. Probe UNC 15 5. Nierbekken 6. Needle holder 7. Wire cutter 8. Model/pantom 9. Amalgam stopper 10. Masker 11. Sarung tangan
C. PROSEDUR 1. Persiapan alat dan cara meletakkan susunan alat, alat yang dibutuhkan dalam splinting wire dipersiapkan kemudian disusun secara teratur di baki alat 2. Gunkaan masker dan sarung tangan
BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
18
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
3. Wire pertama dipersiapkan sepanjang kira-kira 20 cm sebagai wire utama yang akan dilingkarkan mulai dari distal gigi kaninus kiri sampai dengan distal gigi kaninus kanan sebanyak 1 buah. 4. Wire kedua dipersiapkan dalam potongan kecil sepanjang kira-kira 10 cm sebagai wire yang akan dipilin di interdental sebanyak 5 buah 5. Wire pertama dimasukkan ke interdental bagian distal gigi kaninus sebelah kiri dari arah labial menuju lingual dengan bantuan needle holder dan pinset, kemudian dilingkarkan dan dimasukkan kembali ke bagian distal gigi kaninus sebelah kanan dari arah lingual menuju labial. Letak wire utama adalah pada 1/3 apikal dan sedikit di atas singulum. Setelah itu, wire disimpul/dipilin sementara dengan tidak terlalu ketat. 6. Ambil satu buah wire kedua dan masukkan dengan bantuan needle holder dan pinset di antara interdental gigi kaninus bagian mesial (misal di antara gigi 33 dan 32) dari labial ke lingual di bawah wire utama kemudian kembali lagi ke arah labial di atas wire utama dengan posisi wire kedua berada di bawah titik kontak gigi. Setelah itu, wire disimpul/dipilin sementara dengan tidak terlalu ketat. 7. Seluruh wire di interdental disimpul/dipilin dengan bantuan needle holder dengan ketat kemudian dilanjutkan dengan menyimpul/memilin ujung wire utama. Lakukan pengecekan posisi wire utama dan interdental apakah telah beradaptasi dengan baik dan rapat ke permukaan gigi atau masih terdapat celah dengan bantuan sonde halfmoon. Kemudian potong ujung wire yang telah disimpul/dipilin dengan wire cutter dan sisakan sekitar 2-3 cm agar ujung wire dapat ditekuk. 8. Tekukkan seluruh sisa wire ke arah apikal menggunakan amalgam stopper kemudian raba dengan ujung jari apakah masih ada ujung wire yang terasa tajam.
Gambar 13. Penekukkan sisa wire ke arah apikal BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
19
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
D. PENILAIAN No.
Kegiatan
I.
Splinting
1.
Pemilhan alat dan bahan
2.
Penggunaan
masker
Tanggal
Nilai
Paraf
dan
handschoon 3.
Cara splinting
4.
Simpul wire dan adaptasi Jumlah nilai
BLOK XI SKILL LAB PERIODONSIA
20