Makalah Skenario 3.pdf

  • Uploaded by: Junita Elvrida Doloksaribu
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Skenario 3.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 3,315
  • Pages: 23
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Trauma gigi adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras gigi dan atau periodontal karena sebab mekanis. Kondisi ini sering terjadi pada masa prasekolah, masa sekolah dan dewasa muda. Sebagian besar trauma hanya melibatkan satu gigi permanen dan gigi yang paling sering terkena trauma adalah gigi insisivus sentralis maksila. Jenis trauma gigi yang paling sering mengenai gigi permanen adalah fraktur enamel, fraktur enamel dentin dan fraktur mahkota yang kompleks. Trauma gigi dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Trauma gigi secara langsung terjadi ketika suatu benturan langsung mengenai gigi dan trauma gigi tidak langsung terjadi ketika lengkung gigi rahang bawah memberikan hantaman kepada lengkung gigi rahang atas, seperti benturan yang mengenai dagu ketika terjatuh yang mmengakibatkan gigi mengalami fraktur dan luka pada mukosa. Untuk itu, kontrol nyeri sangat penting dalam praktek operasi kedokteran gigi. Popularitas anestesi lokal yang semakin meluas dan meningkat dalam bidang kedokteran gigi merupakan cerminan dari efisiensi, kenyamanan dan adanya kontraindikasi yang minimal dari anestesi lokal. Rasa sakit dapat diredakan melalui terputusnya perjalanan neural pada berbagai tingkatan dan melalui cara-cara yang dapat memberikan hasil permanen atau sementara. Dalam kedokteran gigi sering digunakan anestesi lokal untuk melakukan suatu prosedur operasi atau ekstraksi gigi. Obat anestesi lokal yang lazim dipakai di Indonesia untuk golongan ester adalah prokain, sedangkan golongan amida adalah lidokain, bupivakain, artikain, mepivakain. Idealnya, suntikan harus diikuti segera dengan timbulnya efek

1

anestesi lokal. Bila anestesi lokal digunakan dalam dosis yang tepat, maka akan menimbulkan efektivitas yang konsisten 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa yang terjadi jika gigi tertinggal di dalam gusi ? 2. Apa yang dimaksud dengan pendarahan aktif ? 3. Apa saja jenis – jenis pendarahan umum ? 4. Bagaimana cara penganan luka koyak ? 5. Apa saja teknik penjahitan luka ? 6. Apa

saja

jenis



jenis

anastesi

lokal

yang

digunakan

pada

kedokteran gigi ? 7. Apa prinsip dari anastesi lokal ?

1.3. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa mampu mengetahui perngertian perdarahan dan jenis-jenis perdarahan secara umum. 2. Mahasiswa mampu mengetahui cara penanganan vulnus laseratum. 3. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis anastesi lokal yang digunakan dalam kedokteran gigi. 4. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip dari anastesi lokal. 5. Mahasiswa mampu mengetahui teknik penjahitan luka.

2

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

2.1 Akibat Jika Sisa Akar Gigi Tertinggal Dalam Gusi Sisa akar gigi atau gangren radiks yang hanya dibiarkan saja dapat muncul keluar gusi setelah beberapa waktu, hilang sendiri karena teresorbsi oleh tubuh, atau dapat berkembang menjadi abses, kista dan neoplasma. Setiap sisa akar gigi juga berpotensi untuk mencetuskan infeksi pada akar gigi dan jaringan penyangga gigi. Infeksi ini menimbulkan rasa sakit dari ringan sampai hebat, terjadi pernanahan, pembengkakan pada gusi atau wajah hingga sukar membuka mulut (trismus). Pasien terkadang menjadi lemas karena susah makan. Pembengkakan yang terjadi di bawah rahang dapat menginfeksi kulit, menyebabkan selulitis atau flegmon, dengan kulit memerah, teraba keras bagaikan kayu, lidah terangkat ke atas dan rasa sakit yang menghebat. Perluasan infeksi ini sangat berbahaya, bahkan penanganan yang terlambat dapat merenggut jiwa, seperti pada angina Ludwig. Infeksi pada akar gigi maupun jaringan penyangga gigi dapat mengakibatkan migrasinya bakteri ke organ yang lain melalui pembuluh darah. Teori ini dikenal dengan fokal infeksi. Keluhan seperti nyeri, bengkak dan pembentukan pus (nanah) adalah reaksi tubuh terhadap infeksi gigi. Bakteri yang berasal dari infeksi gigi dapat meluas ke jaringan sekitar rongga mulut, kulit, mata, saraf, atau organ berjauhan seperti otot jantung, ginjal, lambung, persendian, dan lain sebagainya. Gigi atau sisa akar seperti ini sebaiknya segera dicabut (ekstraksi), namun antibiotik umumnya diberikan beberapa hari sebelumnya untuk menekan infeksi yang telah terjadi. Pencabutan tidak dapat dilakukan dalam keadaan gigi yang sedang sakit, 3

karena pembiusan lokal (anestesi lokal) seringkali tidak maksimal. Sisa akar gigi yang tertinggal ukurannya bervariasi mulai dari kurang dari 1/3 akar gigi sampai sebatas permukaan gusi. Gigi yang tinggal sisa akar tidak dapat digunakan untuk proses pengunyahan yang sempurna.

2.2Perdarahan Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibat kerusakan (robekan) pembuluh darah. Kehilangan darah bisa disebabkan perdarahan internal dan eksternal. Perdarahan internal lebih sulit diidentifikasi. Jika pembuluh darah terbuka maka akan segera terjadi kontriksi dinding pembuluh darah sehingga hilangnya darah dapat berkurang. Platelet mulai menempel pada tepi sampai bentuk sumbatan.

2.3​ ​Jenis Perdarahan secara umum Perdarahan sendiri dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu perdarahan luar dan perdarahan dalam. 1. Perdarahan Luar (Terbuka) Perdarahan luar terjadi akibat rusaknya pembuluh darah disertai dengan kerusakan kulit yang memungkinkan darah keluar dari tubuh. Pada perdarahan jenis ini penolong wajib berhati-hati dikarenakan darah yang keluar bisa saja menjadi penularan suatu penyakit. Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami kerusakan, perdarahan luar dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, antara lain : a. Perdarahan dari pembuluh nadi (arteri) Perdarahan yang paling parah adalah dari arteri yang besar, dalam, dan terlindungi dengan baik. Cedera pada pembuluh darah arteri adalah cedera yang serius. Arteri membawa darah dari jantung keseluruh bagian tubuh di bawah tekanan yang kuat oleh setiap denyutan jantung. Dari arteri

4

yang terluka, darah yang berwarna merah menyala akan memuncrat keluar bersamaan dengan setiap denyutan jantung dan bisa sulit dikendalikan bahkan bisa mengancam jiwa. b. Perdarahan dari pembuluh darah balik (vena) Vena adalah pembuluh yang membawa darah kembali kejantung. Lokasi mereka lebih dekat dengan permukaan kulit. Perdarahan dari vena bersifat lebih lambat dari pada arteri karenadarah bera dadalam tekanan yang lebih rendah. Meskipun sebuah vena bisa mengalami perdarahan hebat, tetapi biasanya dapat dikendalikan dengan tindakan pertolongan pertama yang sederhana. Darah vena berwarna lebih gelap. c. Perdarahan dari pembuluh rambut (kapiler) Pembuluh darah kecil yang tersebar diseluruh tubuh disebut kapiler. Ada ratusan ribu kapiler diseluruh permukaan kulit. Perdarahan pada kapiler ini paling mudah dikendalikan, keluar perlahan-lahan berupa rembesan, dan biasanya perdarahan berhenti sendiri.

2. Perdarahan Dalam Perdarahan dalam terjadi ketika pembuluh darah di dalam tubuh mengalami pecah, tetapi kulit tetap utuh jadi, suatu luka tertutup. Lebam adalah contoh kecil dari perdarahan dalam. Perdarahan dalam yang parah bisa diakibatkan oleh cedera pada perut yang cukup kera suntuk merusak pembuluh yang besar atau alat-alat tubuh di dalam rongga perut, misalnya terpukul pemukul baseball. Bisa jugaa kibat cedera yang mematahkan tulang dan menusuk jaringan di dalam tubuh, misalnya patahnya tulang iga yang menusuk paru-paru. Perdarahan dalam juga dapat diakibatkan oleh masalah medis, misalnya pecahnya usus buntu. Perdarahan dalam yang parah juga bisa mengancam jiwa. Berdasarkan waktu terjadinya, perdarahan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Perdarahan Primer 5

Perdarahan primer ialah perdarahan yang terjadi pada waktu terputusnya pembuluh darah karena kecelakaan atau operasi. Di dalam perdarahan primer darah tidak berhenti setelah 4-5 menit sesudah operasi selesai. 2. Perdarahan Intermediet Perdarahan intermediet terjadi dalam waktu 24 jam setelah kecelakaan atau setelah operasi. Selama operasi tekanan darah pasien mungkin akan menurun karena semisyok. Dan ketika tekanan darah kembali normal, sejalan dengan membaiknya pasien, inilah yang disebut perdarahan intermediet atau rekuren. 3. Perdarahan Sekunder Perdarahan sekunder ialah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam atau beberapa hari setelah kecelakaan atau operasi. Ini yang biasanya menyebabkan pembekuan darah terbongkar diikuti dengan infeksi

2.4 Penanganan Luka Koyak Pertama dilakukan anestesia setempat (lokal), tergantung berat dan letak luka, serta keadaan penderita. Luka dan sekitarnya dibersihkan dengan antiseptik, kalau perlu dicuci dengan air sebelumnya. Kemudian daerah sekitar lapangan kerja ditutup dengan kain steril dan secara steril dilakukan kembali pembesihan luka dari kontaminan secara mekanis, misalnya pembuangan jaringan mati dengan gunting atau pisau dan dibersihkan dengan bilasan, guyuran atau semprotan cairan NACl. Akhirnya lakukan penjahitan denga rapi. Luka ditutup dengan bahan yang dapat mencegah lengketnya kasa, misalnya mengandung vaselin, ditambah dengan kasa penyerap, dan dilanjut dengan pembalut elastis.

2.5 Teknik Penjahitan Luka Penjahitan luka memiliki teknik yang beragam, seperti simple interrupted suture, simple continuous suture, locking continuous suture, vertical mattress suture, horizontal mattress suture, subcuticular suture, dan figure-of-eight suture. Meskipun 6

demikian, teknik-teknik penjahitan luka tersebut haruslah memenuhi prinsip-prinsip umum penjahitan luka seperti dibawah ini: a. Jarum jahit sebaiknya dipegang dengan needle holder pada 1/3 bagian dari tempat masuknya benang dan 2/3 bagian dari ujung jarum jahit. b. Penetrasi jarum jahit ke dalam jaringan harus perpendikular terhadap permukaan jaringan. c. Penjahitan luka sebaiknya dilakukan dengan jarak dan kedalaman yang sama pada kedua sisi daerah insisi, biasanya tidak lebih dari 2-3mm dari tepi luka. Sedangkan jarak antara jahitan yang satu dengan yang lainnya berkisar 3-4mm. d. Jahitan jangan terlalu longgar maupun terlalu ketat. e. Penyimpulan benang jangan diletakkan tepat diatas garis insisi. 2.5.1 Simple Interrupted Suture Simple interrupted suture adalah teknik atau metode penjahitan luka yang paling umum digunakan.Teknik ini menjahit tepi luka dengan satu jahitan, disimpul lalu digunting. Teknik ini relatif aman karena apabila satu jahitan terputus maka jahitan lainnya tidak terganggu. Teknik ini merupakan teknik yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Simple interrupted suture memiliki potensial yang rendah dalam menyebabkan edema dan kerusakan sirkulasi kulit. Kerugian dari jahitan ini adalah waktu yang dibutuhkan cukup panjang untuk insersidan memiliki resiko lebih besar dalam meninggalkan bekas jahitan yangmembentuk seperti jalur kereta api (rail-road scar).

7

Gambar 2.5.1 Simple Interrupted Suture

2.5.2 Simple Continuous Suture Keuntungan dari simple continuous suture ini adalah insersi jahitannya yang cukup cepat. Sedangkan kerugiannya adalah jika salah satu jahitan terputus, maka keseluruhan jahitan akan rusak. Oleh karena itu, teknik ini diindikasikan pada penjahitan luka pada daerah tension yang minimal.

Gambar2.5.2 Simple Continuous Suture 2.5.3. Locking Continuous Suture Teknik jahitan ini hampir sama dengan teknik simple continuous suture, namun terdapat keuntungan tambahan berupa adanya mekanisme pengunci. Dengan adanya

mekanisme

ini, jaringan dapat disesuaikan dengan insisi secara

perpendikular. Selain itu, hal ini juga mencegah terjadinya pengetatan jahitan secara terus menerus sebagai kemajuan proses penyembuhan luka.

8

Gambar 2..5.3 Locking Continuous Suture 2.5.4 Vertical Mattress Suture Vertical mattress suture merupakan teknik penjahitan yang hampir sama dengan teknik simple interrupted suture, perbedaannya adalah adanya penambahan penetrasi jarum jahit pada tepi luka yang berfungsi untuk memaksimalkan eversi luka, meminimalisir adanya dead space, dan meminimalisir tekanan yang melewati luka.

Gambar 2.5.4 Vertical Mattress Suture 2.2.5 Horizontal Mattress Suture Pada teknik ini, eversi luka dan kontinuitas menghasilkan penutupan luka yang sangat fluktuatif. Oleh karena itu, teknik ini biasa dilakukan pada pencangkokan tulang intra oral. Penetrasi jarum jahit dilakukan dari tepi ke tepi luka lalu melewati daerah insisi dan kembali lagi ke tepi jahitan yang pertama.

9

Gambar 2.2.5 Horizontal Mattress Suture 2.2.6 Subcuticular Suture Teknik ini dipopulerkan oleh Halstead pada tahun 1893. Pada teknik ini, jahitan dilakukan dengan membuat jahitan horizontal melewati kedua tepi luka secara bergantian. Pada jahitan ini tidak terlihat tanda jahitan dan dapat dibiarkan lebih dari satu minggu pada area luka.

Gambar2.2.6 Subcuticular Suture 2.5.7 Figure-of-eight Suture Teknik ini biasa digunakan untuk menutup luka pasca ekstraksi.

10

Gambar 10. Figure-of-eight suture.

2.6 Anastesi Lokal Dalam Kedokteran Gigi Penanganan pada gigi dilakukan dengan menggunakan anastesi lokal maupun umum, karena itu dokter gigi harus menilai indikasi dan kontraindikasi keduanya, sebelum memutuskan mana yang akan digunakan untuk kasus tertentu. Anastesi lokal adalah suatu keadaan hilangnya untuk sementara sensasi atau sakit pada satu bagian tubuh sebagai hasil daripada aplikasi topical atau penyuntikan agen tanpa penekanan tingkat kesadaran.

Jenis Anastesi Lokal A. Anastesi Topikal Aplikasi gen anastesi tertentu pada daerah kulit maupun membran mukosa yang dapat dipenetrasi untuk membaal ujung – ujung saraf superficial. Cara melakukan anastesi topikal : a. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutannya bahan anastesi topikal b. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik ± 15 detik, kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif ( tergantung petunjuk pabrik) 11

c. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2 menit, agar obat bekerja efektif Bahan anastesi topikal : a) Menurut bentuknya : Cairan, salep, gel b) Menurut penggunaannya : Spray, dioles, ditempel c) Menurut bahan obatnya : Chlor etil, Xylocain, Oitment d) Anastesi topikal Benzokain (masa kerja cepat) dibuat dengan konsentrasi > 20%, lidokain tersedia dalam bentuk cairan atau salep > 5% dan dalam bentuk spray dengan konsentrasi 10%

B. Anastesi Infiltrasi ( Injeksi Supraperiosteal) Sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah. Mudah dikerjakan dan efektif. Daya penetrasi anastesi infiltrasi pada anak-anak cukup dalam karena komposisi tulang dan jaringan belum begitu kompak.

Teknik anastesi infiltrasi : Efek suntikan supraperiosteal pada sulkus labiobukal diperoleh, jarum diinsersikan dari aspek labio-bukal, melaluiruang interproksimal, setinggi jaringan gingiva yang melekat pada periosteum dibawahnya. Ujung jarum harus tetap berada pada papila dan tidak boleh menyentuh tulang. Sejumlah kecil larutan anastesi local didepositkan perlahan sampai mukoperiosteum palatal atau lingal memucat. Sejumlah kecil larutan anastesi yang didepositkan dengan cara ini akan memberikan efek anastesi yang memadai pada jaringan palatum. Teknik ini dikenal sebagai suntikan interpapila dan sering digunakan oleh para ahli pedodonti. Para ahli lainnya umumya lebih suka menggunakan suntikan jet atau suntikan intraligamental.

Prosedur anastesi Infiltrasi :

12

A. Daerah bukal/labial/RA/RB Masuknya jarum ke dalam mukosa ± 2 – 3 mm, ujung jarum berada pada apeks dari gigi yang dicabut. Sebelum mendeponir anastetikum, lakukan aspirasi untuk melihat apakah pembuluh darah tertusuk. Bila sewaktu dilakukan aspirasi dan terlihat darah masuk ke dalam karpul, tarik karpul. Buang darah yang berada di karpul dan lakukan penyuntikan pada lokasi lain yang berdekatan. Masukkan obat dengan perlahan dan tidak boleh mendadak sebanyak ± 0,60 ml (1/3 karpul). B. Daerah palatal/lingual. Masukkan jarum sampai menyentuh tulang. Masukkan obat perlahan dan tidak boleh mendadak sebanyak ± 0,2 – 0,3 cc. Akan terlihat mukosa daerah tersebut putih/pucat. C. Daerah Interdental Papil Masukkan jarum pada daerah papila interdental, masukkan obatnya sebanyak ± 0,2 – 0,3 cc. Akan terlihat mukosa daerah tersebut memucat. D. Anastesi Intraligamen Suntikan intraligamen dilakukan ke dalam periodontal ligamen. Suntikan ini menjadi populer belakangan ini setelah adanya syringe khusus untuk tujuan tersebut. Suntikan intraligamen dapat dilakukan dengan jarum dan syringe konvensional tetapi lebih baik dengan syringe khusus karena lebih mudah memberikan tekanan yang diperlukan untuk menyuntikan ke dalam periodontal ligamen. Teknik ini menggunakan 0,2 mL larutan anastesi untuk tiap akar gigi, ukuran jarum 30 gauge pendek. Teknik : a. Hilangkan semua kalkulus

13

b. Insersikan ke dalam sulkus gingiva ke bawah pada bagian mesial distal gigi dengan bevel jarum menjauhi gigi c. Kemudian didorong ke membran periodontal bersudut 30° terhadap sumbu gigi d. Gerakkan jarum ke apikal sampai tersendat diantara gigi dan crest alveolar biasanya 2mm, lalu injeksikan larutan anastesi Suntikan anastesi infiltrasi Sub Mukosa / Submucus Infiltrasi Anastesi Istilah

ini

diterapkan

apabila

larutan

didepositkan

tepat dibalik

membrane mukosa. Walaupun cenderung tidak menimbulkan anestesi pada pulpa gigi, suntikan ini sering digunakan baik untuk menganestesi saraf bukal sebelum pencabutan molar bawah atau operasi jaringan lunak.

C. Anastesi Blok Penyuntikan bahan anastesi langsung ke saraf utama atau pleksus saraf

14

2.7 Prinsip Kerja Anestesi Lokal Anestesi lokal merupakan suatu kondisi hilangnya berbagai sensasi seperti rasa sakit yang terjadi di sebagian tubuh. Bahan anestetikum lokal bekerja dengan menghambat pengiriman impuls ke ujung syaraf bebas dengan menghasilkan blokade gerbang sodium sehingga terjadi penurunan sensasi, terutama rasa sakit yang bersifat sementara di sebagian tubuh. Bahan anestetikum lokal mengubah proses pembentukan dan pengiriman impuls dengan beberapa cara, yaitu dengan mengubah potensial istirahat dasar dari membran sel syaraf, mengubah potensial ambang batas (threshold), mengurangi rasio depolarisasi, atau dengan menambah rasio repolarisasi. Perubahan yang terjadi dapat diakibatkan oleh salah satu atau lebih dari satu cara tersebut. Banyak teori yang menggambarkan cara kerja dari anestesi lokal, salah satunya yang sering digunakan adalah teori spesifik reseptor. Bahan anestetikum lokal melekat pada reseptor yang ada di dekat gerbang sodium pada membran sel, lalu mengurangi permeabilitas ion sodium sehingga dapat menghambat konduksi impuls. Ion sodium yang seharusnya berikatan dengan reseptor pada membran sel untuk

meningkatkan

permeabilitas dan membuka gerbang sodium

akan

berkompetisi dengan bahan anestetikum lokal untuk berikatan dengan reseptor pada membrane sel. Setelah bahan anestetikum lokal berikatan dengan reseptor, terjadi penurunan permeabilitas membran sel sehingga menghasilkan blokade gerbang sodium. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan konduksi sodium dan rasio depolarisasi sehingga terjadi kegagalan dalam mencapai potensial ambang batas (threshold) dan mengakibatkan kegagalan dalam potensial aksi. Keadaan ini mengakibatkan terhambatnya pengiriman impuls sehingga sensasi seperti rasa sakit dapat dihilangkan atau terjadi pati rasa.

15

2.8 Mind Map

16

17

BAB 3 PEMBAHASAN 3.1

Skenario Yani seorang wanita umur 20 tahun datang ke klinik dokter gigi. Ia datang

dengan keluhan gigi depannya sakit sekali. Dari anamnese diketahui gigi 11 fraktur, tampak masih ada sisa gigi didalam gusi. Dari patahan tersebut keluar perdarahan akitif. Dari dinding mukosa bagian dalam juga terdapat pendarahan yang diperkirahkan akibat lika koyak tergigit saat jatuh tadi panjangnya ± 5 cm.

3.2

Pembahasan Setiap sisa akar gigi juga berpotensi untuk mencetuskan infeksi pada akar

gigi dan jaringan penyangga gigi. Infeksi ini menimbulkan rasa sakit dari ringan sampai hebat, terjadi pernanahan, pembengkakan pada gusi atau wajah hingga sukar membuka mulut (trismus). Gigi atau sisa akar seperti ini sebaiknya segera dicabut (ekstraksi), namun antibiotik umumnya diberikan beberapa hari sebelumnya untuk menekan infeksi yang telah terjadi. Pencabutan tidak dapat dilakukan dalam keadaan gigi yang sedang sakit, karena pembiusan lokal (anestesi lokal) seringkali tidak maksimal. Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibat kerusakan (robekan) pembuluh darah. Kehilangan darah bisa disebabkan perdarahan internal dan eksternal. Perdarahan internal lebih sulit diidentifikasi. Jika

18

pembuluh darah terbuka maka akan segera terjadi kontriksi dinding pembuluh darah sehingga hilangnya darah dapat berkurang. Platelet mulai menempel pada tepi sampai bentuk sumbatan. Perdarahan sendiri dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu perdarahan luar dan perdarahan dalam.​Perdarahan luar terjadi akibat rusaknya pembuluh darah disertai dengan kerusakan kulit yang memungkinkan darah keluar dari tubuh.Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami kerusakan, perdarahan luar dibedakan menjadi 3 (tiga) macam yaitu perdarahan dari pembuluh nadi (arteri), perdarahan dari pembuluh darah balik (vena), perdarahan dari pembuluh rambut (kapiler). Perdarahan dalam terjadi ketika pembuluh darah di dalam tubuh mengalami pecah, tetapi kulit tetap utuh jadi, suatu luka tertutup.Berdasarkan waktu terjadinya, perdarahan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu perdarahan primer, perdarahan intermediet, perdarahan sekunder Pertama dilakukan anestesia lokal, tergantung berat dan letak luka, serta keadaan penderita. Luka dan sekitarnya dibersihkan dengan antiseptik, kalau perlu dicuci dengan air sebelumnya. Anastesi local yang dapat diberikan pada kasus ini yaitu anastesi topikal. Kemudian daerah sekitar lapangan kerja ditutup dengan kain steril dan secara steril dilakukan kembali pembesihan luka dari kontaminan secara mekanis, misalnya pembuangan jaringan mati dengan gunting atau pisau dan dibersihkan dengan bilasan, guyuran atau semprotan cairan NACl. Akhirnya lakukan penjahitan denga rapi. Teknik penjahitan luka yang dapat dilakukan pada kasus ini adalah Simple interrupted suture. Teknik ini

19

menjahit tepi luka dengan satu jahitan,disimpul lalu digunting. Teknik ini relatif aman karena apabila satu jahitan terputusmaka jahitan lainnya tidak terganggu. Teknik ini merupakan teknik yang palingsering digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Luka ditutup dengan bahan yang dapat mencegah lengketnya kasa, misalnya mengandung vaselin, ditambah dengan kasa penyerap, dan dilanjut dengan pembalut elasti

20

BAB 4 PENUTUP

4.1.

Kesimpulan

1. Sisa akar gigi atau gangren radiks yang hanya dibiarkan saja dapat muncul keluar gusi setelah beberapa waktu, hilang sendiri karena teresorbsi oleh tubuh, atau dapat berkembang menjadi abses, kista dan neoplasma. Setiap sisa akar gigi juga berpotensi untuk mencetuskan infeksi pada akar gigi dan jaringan penyangga gigi. 2. Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibat kerusakan (robekan)

pembuluh

darah. Perdarahan

dengan skala besar dapat

menyebabkan syok. 3. Jenis-jenis perdarahan yaitu perdarahan luar dan perdarahan dalam. Berdasarkan waktu nya perdarahan dibagi menjadi 3 yaitu perdarahan primer, perdarahan intermediet dan perdarahan sekunder. 4. Penanganan luka koyak yaitu pertama dilakukan anestesia setempat (lokal), tergantung berat dan letak luka, serta keadaan penderita. Luka dan sekitarnya dibersihkan dengan antiseptik, kalau perlu dicuci dengan air sebelumnya.

21

Kemudian daerah sekitar lapangan kerja ditutup dengan kain steril. 5. Anestesi lokal merupakan suatu kondisi hilangnya berbagai sensasi seperti rasa sakit yang terjadi di sebagian tubuh. Bahan anestetikum lokal bekerja dengan menghambat pengiriman impuls ke ujung syaraf bebas dengan menghasilkan blokade gerbang sodium sehingga terjadi penurunan sensasi, terutama rasa sakit yang bersifat sementara di sebagian tubuh.

4.2

Saran 1. Dokter gigi harus lebih hati-hati dalam pencabutan gigi, agar tidak ada sisa gigi yang tertinggal didalam gusi pasien. 2. Dokter gigi harus mengerti jenis perdarahan yang dialami oleh pasien. 3. Dokter gigi harus mengetahui anestesi apa yang harus dipakai dalam pembedahan. 4. Dokter gigi harus cepat memberi penanganan pada pasien, agar pasien cepat terobati dan tidak merasa kesakitan lagi di dalam rongga mulut.

22

DAFTAR PUSTAKA

http://Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40839/4chapter%2011.pdf http://fk.unsoed.ac.id/sites/default/fils/img/modul/%20labskill/genap%20I/Genap%2 0I%20-20%Hecting.pdf Morison M, 2004. Manajemen Luka, EGC : Jakarta Brunner dan Suddarth, 2001. Keperawatan Medikal Bedah, EGC : Jakarta

23

Related Documents


More Documents from "Nadykla Pattiasina"