5. Perilaku Kekerasan.docx

  • Uploaded by: Eka Pratiewie
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 5. Perilaku Kekerasan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,695
  • Pages: 8
LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN

A. Definisi Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Fitria:2009). Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).

B. Etiologi 1. Faktor predisposisi Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Tousend (Purba, dkk, 2008) adalah :  Teori biologik, terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku: 1. Neurobiologik, ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif yaitu sisitem limbik, lobus frontal, dan hipotalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. 2. Biokimia,sebagai neurotransmitter (ephineprine, norephineprine, dopamin,aseticolin, dan serotinin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. 3. Genetik, penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan genetik karyotype XYY. 4. Gangguan otak, sindrom otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindakan kekerasan. Tumor otak khususnya, yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal, trauma otak yang menimbulkan perubahan sereral, dan penyakit seperti ensephalitis, dan epilepsy khususnya lobus temporal terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.  Teori psikologi 1. Teori psikoanalitik, menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan berkembangnya ego dan membuat

Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang

konsep diri rendah. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri. 2. Teori pembelajaran, anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang tua mereka sendiri. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yangmendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa. 3. Teori sosiokultural, pakar sosiolog lebih menekakan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap perilaku agresif. Adanya ketrebatasan sosial dapat menimbulkan kekeasan dalam hidup individu. 2. Faktor presipitasi Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan (Yosep, 2009) : -

Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri

-

Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.

-

Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah.

-

Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme

-

Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan.

C. Rentang respon marah Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentan adaptif-maladaptif, dapat digambarkan sbb :  Asertif adalah mengungkapkan marah tampa melukai orang lain, melukai perasan orang lain atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.  Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.  Pasifadalah respon dimana individu tidak dapat mengungkapkan perasaan yang dialami.  Agresif adalah perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol individu.  Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri.

D. Tanda dan gejala Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sbb : 1. Fisik, meliputi muka merah dantegang, mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, postur tubuh kaku, jalan mondar-mandir Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang

2. Verbal, meliputi bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, mengumpat, ketus. 3. Perilaku, meliputi melempar atau memukul benda/ orang lain, menyerang orang lain, melukai diri sendiri, merusak lingkungan, amuk/agresif. 4. emosi, tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusushan, mengamuk, inginberkelahi,menyalahkan dan menuntut. 5. Intelektual, mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasma. 6. Spiritual, merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, meyinggung perasaan orang lain. 7. Sosial, menarik diri, penagsingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran. 8. Perhatian, bolos, mencuri, melarikan diri.

E. Akibat dari perilaku kekerasan Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi menciderai diri, orang lain, dan lingkungan. F. Proses marah Respon marah dapat diungkapkan melalui 3 cara, yaitu : mengungkapkan secara verbal, menekan dan menantang. Dari ketiga cara ini, cara yang pertama adalah konstruktif sedang 2 cara yang lain adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri dan lingkungan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik.

G. Perilaku - Menyerang atau menghindar (Fight of flight), respon fisiologis timbul karena jeguatan sistem saraf otonom bereaksi tergadap sekresi ephineprin yang menyebabkan TD meningkat, takikardia, wajah merah. - Menyatakan secara asertif, dengan perilaku mengekspresikan kemarahanya dengan perilaku pasif agresif tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. - Memberontak (acting out), perilaku yang muncuk biasanya disertai akibat konflik perilaku memberontak untuk menarik perhatian orang lain. - Perilaku kekerasan, tindak kekerasan yang ditujukkan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang

H. Mekanisme kopping Mekanisme kopping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (Stuart dan Sunndeen, 1998). Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karna adanya ancaman. Beberapa mekanisme kopping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain:  Sublimasi, misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada objek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok, dsb untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.  Proyeksi, menyalakan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik.  Represi, mencegah pikiran menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar.  Reaksi formasi, mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan sebagai rentangan.  Displacement, melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada objek yang tidak berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi.

I. Data yang perlu dikaji Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Data Subyektif : - Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. - Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. - Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Data Objektif : - Mata merah, wajah agak merah. - Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. - Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. - Merusak dan melempar barang-barang. Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang

b. Perilaku kekerasan / amuk Data Subyektif: - Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. - Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. - Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Data Obyektif: - Mata merah, wajah agak merah. - Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. - Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. - Merusak dan melempar barang-barang. c. Gangguan harga diri : harga diri rendah Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

J. Diagnosa Keperawatan Resiko Perilaku kekerasan

K. Pohon Masalah

Akibat

Risiko Mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Core Problem Perilaku Kekerasan Causa

Gangguan Konsep Diri; Harga Diri Rendah L. Rencana Tindakan Keperawatan Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang

Diagnosa: perilaku kekerasan Tujuan Umum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Tujuan Khusus: 1) Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan: 1.1. Bina hubungan saling percaya :salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. 1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. 1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang. 2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. Tindakan: 2.1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan. 2.2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal. 2.3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang. 3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan. Tindakan : 3.1

Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/ kesal.

3.2

Observasi tanda perilaku kekerasan.

3.3

Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien.

4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Tindakan: 4.1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. 4.2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. 4.3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?" 5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Tindakan: 5.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan. 5.2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan. 5.3. Tanyakanapakahinginmempelajaricarabaru yang sehat. 6) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan. Tindakan : 6.1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang

6.2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukulbantal / kasur. 6.3. Secara verbal :katakana bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung 6.4. Secara spiritual :berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran. 7) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan. Tindakan: 7.1. Bantu memilih cara yang paling tepat. 7.2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih. 7.3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih. 7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi. 7.5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah. 8) Klien mendapat dukungan dari keluarga. Tindakan : 8.1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga. 8.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga. 9) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program). Tindakan: 9.1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek samping). 9.2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu). 9.3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

DAFTAR PUSTAKA Dadang Hawari, 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizoprenia, FKUI : Jakarta. Fitria,Nita.2010.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta Keliat Budi Anna, 2002. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. FKUI : Jakarta. Stuart, GW dan Sunden, S. J, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang

menantang Menjaga keutuhan orang lain Masalah tidak selesai

Marah berkepanjang an Marah pada orang lain

lega

Ketegangan menurun

Rasa marah teratasi

Ardhia Winda Prastia 1501460038 MunculD-IV rasa Keperawatan Malang bermusuhan Poltekkes Kemenkes Malang

Menik diri

Mengingakari marah

Marah tidak terungkap

Marah pada diri sendiri

Depresi psikosomatik

Related Documents

5. Perilaku Kekerasan.docx
December 2019 18
Perilaku
June 2020 24
Perilaku Pembeli
April 2020 14
Perilaku Konsumenn.docx
April 2020 18
Perilaku Organisasi.docx
October 2019 29
Perilaku Keorganisasian
August 2019 28

More Documents from "Fitya Hilyatin Nafis"

5. Perilaku Kekerasan.docx
December 2019 18
Rehabilitasi Mental.docx
December 2019 31
14. Sptk-halusinasi.docx
December 2019 25
565.pdf
May 2020 60