1
BAB I PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit juga merupakan tempatmenyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan berkewajiban mengupayakan, menyediakan dan menyelenggaraka npelayanan yang bermutu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang berkualitas. Dalam mewujudkan pelayanan rumah sakit yang berkualitas, hal tersebut tidak terlepas dari manajemen keperawatan yang ada di rumah sakit. Manajemen Keperawatan adalah proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Proses Manajemen Keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang (Organization Of Nursing, 2013). Menurut
Swanburg
(2000)
dalam
Laorensikirei
(2013),
keterampilan manajemen dapat diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu: 1)
2
Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori, keterampilan berfikir. 2) Keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau teknik. 3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam berinteraksi dengan individu atau kelompok. Rumah sakit harus dapat menegakan aspek pengobatan dan aspek pelayanan keperawatan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Salah satu hal yang paling penting dari setiap pelayanan keperawatan yang ada yaitu pelayanan yang mengenai keselamatan pasien di rumah sakit. Menurut undangundang no 36 tahun 2009 dimana rumah sakit harus mengutamakan keselamatan pasien diatas kepentingan yang lain sehingga sudah seharusnya rumah sakit berkewajiba menerapkan budaya keselamatan pasien. RSUD Sekarwangi secara administratif terletak di Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi. Status RSUD Sekarwangi adalah kelas C. RSUD Sekarwangi berdiri diatas lahan seluas 5 Ha. Mempunyai 334 tempat tidur terdiri dari Ruang Perawatan Penyakit Dalam, Ruang Perawatan Bedah, Ruang Perawatan Anak, Ruang HCU, Ruang Perawatan Umum, Ruang Perawatan Kebidanan. Visi Rumah Sakit Sekarwangi adalah menjadi Rumah Sakit Terbaik pilihan dan kebanggaan masyarakat dengan Misi memberikan jasa pelayanan kesehatan berkualitas aman dan terjangkau, meningkatkan Sumber Daya Manusia baik kualitas maupun kuantitas yang professional, meningkatkan sarana dan prasarana Rumah Sakit, menjalin kerjasama (kemitraan) dengan pihak – pihak penguna jasa pelayanan kesehtatan (Profil RS Sekarwangi, 2015).
2
3
RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi merupakan rumah sakit pusat rujukan di Kabupaten Sukabumi yang melayani perawatan rawat inap, rawal jalan, ICU, IGD, IBS dan Hemodialisa. Dimana, bangsal bangsal bagi pasien tersebut dipusatkan diruang Ade Irma Suryani Bedah yang mencakup perawatan untuk kelas 1 dan 3. Sedangkan Ruang Nyi Ageng Serang Bedah lantai 1 kelas 3 terdiri dari Sembilan kamar seperti yang terlihat pada tabel 1.1 berikut ini: No
Ruangan
Jumlah BED
1
1
8
Bedah mata perempuan
2
2
6
Bedah anak
3
3
6
Bedah umum laki – laki
4
4
6
Bedah umum
5
5
6
Bedah umum laki – laki
6
6
6
Bedah umum perempuan
7
7
6
Bedah umum perempuan
8
8
8
Bedah mata laki-laki
9
Isolasi
1
Bedah umum
Jumlah
Keterangan
53
Jumlah tenaga perawat di ruangan Nyi Ageng Serang Lantai 1 sebanyak 23 orang perawat primer terdiri dari 1 orang kepala ruangan, 3 orang kepala tim dan 19 orang anggota perawat yang terbagi menjadi 3 siff jaga. Salah satu fungsi utama dari ruangan tersebut adalah memberikan layanan kepada pasien berkaitan dengan persipan pembedahan dan perawatan post pembedahan.
3
4
Menurut himpunan kamar bedah Indonesia (HIPKABI) mendefinisikan tindakan operasi sebagai prosedur medis yang bersifat invasive untuk diagnosis, pengobatan penyakit, trauma dan deformitas (HIPKABI, 2014) Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan operatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan pembedahan (Mirianti, 2011). Persiapan operasi dapat dilakukan diantaranya persiapan fisik, penunjang, pemeriksaan status anastesi, sampai inform concent. Selain itu tak kalah pentingnya persiapan psikologis/mental. Personal hygene, nutrisi, mobilisasi dan perawatan luka post operasi dapat mempengaruhi kesembuhan luka operasi dan dapat pula
menyebebkan ilo jika tidak terpenuhi dengan baik (Riyadi dan
Hatmoko, 2012). Tindakan oprasi dapat menimbulkan stress dan cemas , karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan jiwa seseorang. Keadaan stress yang tidak dapat di atasi dapat menimbulkan permasalahan pada saat pra bedah, selama pembedahan maupun pasca pembedahan. (Rhadianto,2008). Persiapan fisik sebelum pasien operasi diantaranya adalah personal hygene dan pengosongan kandung kemih. Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah operasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan
4
5
personal hygene secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygene. Salah satu prosedur pemulihan yang bisa di lakukan setelah oprasi adalah latihan post operatif yang di antara adalah batuk efektif. Karena masalah yang paling sering terjadi ketika pasien batuk suka merasa nyeri pada bagian luka oprasinya (Black dan Hawks 2010). Dari hasil kajian situasi yang dilakukan pada tanggal 19-25 Oktober 2018, ruang Nyi Ageng Serang Lantai 1 belum optimal dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam hal prosedur ruangan dalam pelaksanaan menejemen batuk efektif batuk efektif , kebebasan pasien dari cemas dan memenuhi kebutuhan personal hygene pasien. Berdasarkan paparan diatas, maka kelompok akan melakukan rencana tindak lanjut dari masalah manajemen yang ditemukan, serta melengkapi dan menjalankan intervensi yang telah disusun oleh kelompok bersama dengan preseptor dan perawat ruangan. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Menerapkan proses tahap manajemen operasional asuhan keperawatan di ruang Nyi Ageng Serang Lantai 1 RSUD Sekarwangi. 2. Tujuan Khusus
Melakukan kajian unit terfokus asuhan keperawatan di ruang Nyi Ageng Serang Lantai 1.
5
6
Merumuskan masalah sesuai dengan data kajian yang ditemukan bersamasama penanggung jawab ruangan.
Merumuskan planning of action yang sesuai dengan masalah didapat..
6
7
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Keperawatan Perioperatif 1. Definisi Keperawatan perioperatif adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga tahap dalam suatu proses pembedahan yaitu tahap pra operasi, tahap intra operasi dan pasca operasi. Masing-masing tahap mencakup aktivitas atau intervensi keperawatan dan dukungan dari tim kesehatan lain sebagai satu tim dalam pelayanan pembedahan (Majid, 2011). Keperawatan Perioperatif adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan di kamar bedah yang langsung diberikan pasien, dengan menggunakan
metodelogi
proses
keperawatan.
Keperawatan
periopertif
berpedoman pada standar keperawatan dilandasi oleh etika keperawatan dalam lingkup tanggung jawab keperawatan. Perawat yang bekerja di kamar operasi harus memiliki kompentensi dalam memberikan asuhan keperawatan perioperatif (HIPKABI, 2012). 2. Tahap – Tahap Keperawatan Perioperatif Ada beberapa tahapan dalam keperawatan perioperatif dan keberhasilan dari suatu pembedahan tergantung dari setiap tahapan tersebut. Masing-masing tahapan dimulai pada waktu tertentu dan berakhir pada
7
8
waktu tertentu pula. Adapun tahap-tahap keperawatan periopertif adalah (Hamlin, 2009): a. Tahap pra operasi. Tahap ini merupakan tahap awal dari keperawatan periopertif. Kesuksesan
tindakan
pembedahan
secara
keseluruhan
sangat
tergantung pada tahap ini, kesalahan yyang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Bagi perawat perioperatif tahap ini di mulai pada saat pasien diserah-terimakan dikamar operasi dan berakhir pada saat pasien dipindahkan ke meja operasi. b. Tahap intra operasi. Tahap ini dimulai setelah pasien dipindahkan ke meja operasi dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Aktivitas di ruang operasi difokuskan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah-masalah fisik yang mengganggu pasien tanpa mengenyampingkan psikologis pasien. Diperlukan kerjasama yang sinergis antar anggota tim operasi yang disesuaikan dengan peran dan tanggung jawab masing-masing. Salah satu peran dan tanggung jawab perawat adalah dalam hal posisi pasien yang aman untuk aktifitas pembedahan dan anestesi.
8
9
B. Rehabilitasi A. BATUK EFEKTIF Pengertian
Batuk Efektif adalah Latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi dan mengganggu di saluran nafas dengan cara dibatukkan
Tujuan
1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret 2. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik 3. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret
Indikasi
1. Pasien dengan tirah baring lama 2. Pasien dengan hipoventilasi 3. Pasien dengan peningkatan produksi sputum 4. Pasien dengan batuk tidak efektif 5. Pasien dengan mobilisasi sekret tertahan (atelektaksis, abses paru, pneumonia, post operative) Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk
Kebijakan
1. Klien dengan gangguan saluran nafas akibat akumulasi secret 2. Pemeriksaan diagnostik sputum di laboratorium
Peralatan
1. Kertas tissue 2. Bengkok 3. Perlak/alas 4. Sputum pot berisi desinfektan
9
10
5. Air minum hangat Prosedur
B. Tahap PraInteraksi
1. Mengecek program terapi 2. Mencuci tangan 3. Menyiapkan alat C. Tahap Orientasi 1. Memberikan salam dan sapa nama pasien 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien D. Tahap Kerja 1. Menjaga privacy pasien 2. Mempersiapkan pasien 3. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen 4. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup) 5. Meminta
pasien
merasakan
mengembangnya
abdomen (cegah lengkung pada punggung) 6. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan 7. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir seperti meniup)
10
11
8. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot 9. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di dekat mulut bila tidur miring) 10. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat 11. Menampung lender dalam sputum pot 12. Merapikan pasien E. Tahap Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan 2. Berpamitan dengan klien 3. Mencuci tangan 4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
11
12
B. CEMAS 1. Pengertian Gangguan kecemasan umum (Generalize Anxiety Disorder) adalah jenis gangguan kecemasan yang paling luas spektrumnya. Ciri khas GAD adalah terlalu banyak hal sehari-hari, baik besar maupun kecil. Penderitanya cemas terus-menerus setiap hari setidaknya selama enam bulan. Kecemasan juga menjadi begitu parah, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan disertai dengan gejala yang nyata seperti kelelahan. 2. Tanda – Tanda Cemas a. Masalah tidur Sulit tidur atau sering tertidur telah lama dikaitkan dengan berbagai kondisi kesehatan, baik fisik maupun psikologis. Hampir semua orang pernah mengalami sulit tidur terutama ketika mereka sedang mengalami masalah yang menyita pikiran. b. Tegang otot Tegang otot konstan, seperti mengepalkan rahang, tinju, atau meregangkan otot-otot seluruh tubuh, sering menyertai gangguan kecemasan. Gejala ini bisa berlangsung beberapa lama tanpa orang menyadarinya. Olahraga teratur dapat membantu mengontrol ketegangan otot. Namun, ketegangan mungkin akan timbul lagi jika ada gangguan kecemasan yang kambuh. c. Gangguan pencernaan kronis Kecemasan dapat dimulai dari dalam pikiran tetapi sering memanifestasikan dirinya melalui gejala fisik, seperti masalah pencernaan kronis d. Panik Serangan panik bisa menakutkan. Tiba-tiba Anda dicekam perasaan takut yang luar biasa dan membuat Anda merasa tidak berdaya dan panik. Serangan panik dapat berlangsung selama beberapa menit, disertai dengan gejala fisik seperti masalah pernapasan, jantung berdebar kencang, kesemutan atau tangan mati rasa, berkeringat, lemas atau pusing, nyeri dada,
12
13
sakit perut dan merasa panas atau dingin. Tidak semua orang yang memiliki serangan panik memiliki gangguan kecemasan, tetapi orang yang mengalaminya berulang kali dapat didiagnosis dengan gangguan panik. Orang dengan gangguan panik hidup dalam ketakutan tentang kapan, di mana, dan mengapa serangan mereka berikutnya mungkin terjadi. Mereka cenderung menghindari tempat-tempat di mana serangan pernah terjadi di masa lalu. e. Trauma Menghidupkan kembali atau kilas balik peristiwa yang membuat emosi terganggu atau trauma, seperti kematian mendadak orang yang dicintai, adalah ciri dari gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Biasanya, orang-orang ini akan menghindari faktor-faktor yang bisa memicu ingatan buruk itu datang lagi. Misalnya, orang yang trauma karena pernah diejek di depan publik akan menjadi tidak suka tampil di keramaian atau tidak suka memiliki banyak teman karena itu akan membuatnya cemas. f. Kesadaran diri Gangguan kecemasan sosial tidak selalu berkaitan dengan bicara di depan orang banyak atau menjadi pusat perhatian. Orang-orang dengan gangguan kecemasan sosial cenderung merasa seperti semua mata tertuju padanya. Akibatnya, mereka jadi grogi, wajah memerah, gemetar, mual, berkeringat, atau kesulitan berbicara. Gejala ini bisa begitu mengganggu dan membuat mereka sulit untuk bertemu orang baru, menjaga hubungan baik dengan orang lain, baik di tempat kerja maupun di sekolah. 3. Tingkat Ansietas (kecemasan) Tingkatan ansietas menurut Stuart (2006) dibagi menjadi 4 yaitu : a. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan seharihari. Ansietas pada tingkat ini menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
13
14
b. Ansietas sedang memungkinkan orang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan hal lain. Sehingga seseorang mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih banyak jika diberi arahan. c. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu cenderung untuk berfokus pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat berfokus pada suatu area lain. d.
Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian dan terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan bahkan kematian.
4. Faktor Penyebab Kecemasan Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya kecemasan menurut Carpenito (2006) yaitu : a. Patofisiologis, yaitu setiap faktor yang berhubungan dengan
kebutuhan
dasar manusia akan makanan, air, kenyamanan dan keamanan. b. Situasional (orang dan lingkungan). Berhubungan dengan ancaman konsep diri terhadap perubahan status, adanya kegagalan, kehilangan benda yang dimiliki dan kurang penghargaan dari orang lain. c. Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat karena kematian, perceraian, tekanan budaya, perpindahan, dan adanya perpisahan sementara atau permanen. 14
15
d. Berhubungan dengan ancaman integritas biologis : yaitu penyakit, terkena penyakit mendadak, sekarat, dan penanganan-penanganan medis terhadap sakit. e. Berhubungan dengan perubahan dalam lingkungannya misalnya : pencemaran lingkungan, pensiun, dan bahaya terhadap keamanan. f. Berhubungan dengan perubahan status sosial ekonomi, misalnya pengangguran, pekerjaan baru, dan promosi jabatan. g.
Berhubungan dengan kecemasan orang lain terhadap individu (Carpenito, 2006 : 13).
5. Pengukuran cemas Kecemasan dapat diu kur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor( skala likert) antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe). Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable. Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi: 1. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tensinggung.
15
16
2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu. 3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar. 4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk. 5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi. 6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari. 7. Gejala somatik: nyeni path otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot. 8. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah. 9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap. 10. Gejala pemapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek. 11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut. 12. Gejala urogenital : sering keneing, tidak dapat menahan keneing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi. 13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala. 14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat. Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
16
17
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan hasil: 1. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan. 2. Skor 7 – 14 = kecemasan ringan. 3. Skur 15 – 27 = kecemasan sedang. 4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat. B. Personal Hygiene Menurut Hidayat (2008), perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan perawatan diri sendiri yaang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan dan hygiene yang artinya sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Wartonah, 2006). Menurut Ananto (2006), memeilihara kebersihan dan kesehatan pribadi adalah salah satu upaya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada peserta didik disekolah atau madrasah dan dirumah. Melalui peningkatan kebersihan dan kesehatan pribadi, kesehatannya akan menjadi lebih baik. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Pemeliharaan higiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanaan, dan kesehatan. Praktek hygiene sama dengan meningkatkan kesehatan (Perry dan Potter, 2005).
17
18
Terdapat tujuan perawatan personal hygiene menurut Wartonah, (2006:79) yaitu: 1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang. 2. Memelihara kebersihan diri seseorang. 3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang. 4. Pencegahan penyakit. 5. Meningkatkan percaya diri seseorang. 6. Menciptakan keindahan. Menurut Wartonah (2006: 81) dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene yaitu: 1. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit. Gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. 2. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. . Jenis personal hygiene Jenis perawatan diri, menurut Hidayat (2008) : a. Perawatan diri pada kulit
18
19
Kulit merupakan salah satu bagian pentingdari tubuh yang dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma, sehingga diperlukan perawatan yang adekuat (cukup) dalam mempertahankan fungsinya. Kulit secara umum mempunyai berbagai fungsi, diantaranya: 1. Melindungi tubuh dari masuknya berbagai kuman atau trauma jaringan bagian dalam yang juga dapat menjaga keutuhan kulit. 2. Mengatur keseimbangan suhu tubuhdan membantu produksi keringat serta penguapan. 3. Sebagai alat peraba yang dapat membantu tubuh menerima rangsangan dari luar melalui rasa sakit, sentuhan, tekanan, atau suhu. 4. Sebagai alat ekskresi keringat melalui pengeluaran air, garam, dan nitrogen. 5. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah pengeluaran cairan tubuh secara berlebihan. 6.
Memproduksi dan menyerap vitamin D sebagai penghubung
atau pemberi vitamin D dari sinar ultraviolet matahari (Hidayat, 2008) Yang dapat dilakukan untuk perawatan kulit yaitu dengan melakukan mandi. Mandi bermanfaat untuk menghilangkan atau membersihkan bau badan, keringat dan sel yang mati, serta merangsang sirkulasi darah, dan membuat rasa nyaman. Mandi menggunakan sabun mandi secara rutin minimal 2 kali sehari (bila perlu lakukan lebih sering bila kerja di tempat kotor atau banyak berkeringat). Hindari penggunaan pakaian, handuk,
19
20
selimut, sabun mandi, dan sarung secara berjamaah. Hindari penggunaan pakaian yang lembab/basah (karena keringat/sebab lain). Gunakan obat anti jamur kulit (bila perlu).
Mengganti pakaian dengan teratur. Minimal 1x sehari atau setelah mandi. Biasakan mengganti pakaian sesampainya di rumah setelah pulang sekolah atau bepergian karena pakaian dan keringat akan menempel pada pakaian setelah di pakai beraktivitas (Haince, 2012). b. Perawatan diri pada kuku, kaki dan tangan. Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku (Hidayat, 2008). Oleh karena itu, Potong kuku 1x/mg atau saat terlihat panjang (gunakan pemotong kuku dan setelah dipotong ujung kuku dihaluskan/dikikir) (Haince, 2012). Masalah kuku kaki dan tangan sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan dihasilkan karena perawatan yang salah atau kurang terhadap kaki dan tangan, seperti menggigit kuku dan pemotongan yang tidak tepat dan pemakaian sepatu yang tidak pas (Potter, 2006) Bersihkan tangan dan kaki sehari minimal 2x/hr atau setiap kotor. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun, kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan. Oleh karena itu biasakan
20
21
cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun agar tangan bersih dan sehat. Saat harus cuci tangan yaitu setiap tangan kita k otor (setelah memegang uang, memegang binatang, berkebun), setelah buang air besar atau buang air kecil, sebelum makan dan sebelum memegang makanan. Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan pada kaki, gunakan alas kaki yang lembut, aman, dan nyaman. Jenis alas kaki yang dipakai dapat mempengaruhi maslah kaki dan kuku. Sepatu yang sempit atau kurang pas dapat mnyebabkan luka kulit tertentu dan mengganggu sirkulasi kaki. Menjaga kebersihan sepatu itu juga sangat penting. Begitu kaki berkeringat, keringatnya akan menempel ke sepatunya, sehingga menjadi tempat tumbuhnya bakteri yang bisa menyebabkan penyakitpenyakit di kaki. Segera setelah pulang sekolah dan tiba di rumah, bukalah sepatunya terlebih dahulu. Kemudian untuk menjaga sepatunya tetap bersih dengan cara mencuci, menyikat, dan menyemirnya. Usai beraktivitas ajarkan anak untuk mencuci kakinya dan mengeringkannya dengan baik. Cuci kaki dengan baik ketika mandi atau sebelum pergi tidur. Keringkan dengan baik menggunakan handuk bersih. (Haince, 2012). c. Perawatan diri pada rambut Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi ( Hidayat, 2008).
21
22
Rambut yang bersih tak hanya menghindarkan aroma tak sedap, tetapi juga menghindari gangguan pada kulit kepala seperti ketombe, mudah rontok atau bahkan kutu rambut. Rambut barmanfaat mencegah infeksi daerah kepala. Kebersihan rambut bisa membantu melancarkan sirkulasi darah pada kulit kepala. Rambut yang bersih juga membantu mengurangi stres dan membantu jaringan metabolisme agar tetap tumbuh dan berkembang secara normal. Kutu rambut pun tidak diberi kesempatan untuk hidup. Karena itu, ajarkan anak untuk keramas secara teratur minimal membersihkan rambut dua kali dalam seminggu, atau setelah berolah raga atau banyak mengeluarkan keringat, keramas dengan menggunakan shampoo, agar kebersihan rambut dan kulit kepala terjaga. Samphoo berfungsi membersihkan rambut juga untuk memberikan beberapa vitamin bagi rambut sehingga rambut subur dan berkilau. Selain itu untuk menjaga kebersihan rambut jangan lupa juga menjaga kebersihan sisir yang dipakai. Membersihkan sisir bisa bersamaaan saat kita keramas (Haince, 2012). Penyisiran pada rambut juga sangat penting, karena dapat mencegah rambut menjadi kusut dan dapat membebtuk gaya rambut. Rambut dan kulit kepala mempunyai kecenderungan kering, maka diperlukan penyisiran sehari-hari agar tidak kusut (potter, 2006).
22
23
d. Kebersihan mulut dan gigi. Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi dan bibir. Hygiene mulut yang lengkap memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan (Potter, 2006). Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya, sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. Tujuan dari menjaga kebersihan mulut dan gigi adalah supaya gigi bersih dan tidak berlubang, mulut tidak berbau, lidah bersih, gusi tidak bengkak, bibir tidak pecah-pecah. Sehingga menyikat gigi bertujuan untuk menghilangkan plak yang dapat menyebabkan gigi berlubang (Caries ) dan menyebabkan sakit gigi. (Hidayat, 2008). Pentingnya menyikat gigi, agar gigi tetap dalam kondisi baik hingga usia dewasa. Menggosok gigi secara benar dan teratur, sedikitnya 4 kali sehari, dianjurkan setiap selesai makan dan sebelum tidur. Menggosok gigi menggunakan sikat gigi sendiri. Sikat gigi harus diganti setiap 3 bulan sekali (Potter,2006). Selain itu, yang penting diketahui adalah jenis makanan yang dapat merusak gigi dan membiasakannya untuk mengonsumsi makanan yang lebih sehat. Ajak anak untuk menghindari makan/minum yang terlalu panas/dingin dan yang terlalu asam. Anak harus banyak mengonsumsi makanan bergizi. Orangtua perlu juga membawa anak untuk memeriksakan kesehatan gigi dan mulut secara rutin kurang lebih 6 bulan
23
24
sekali ke puskesmas atau ke dokter gigi. Jika merasa gigi nyilu/sakit segera berobat ke puskesmas atau dokter gigi (Haince, 2012). e. Kebersihan diri pada mata Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena secara terus menerus dibersihkan oleh air mata, dan kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing. Seseorang hanya memerlukan untuk memindahkan sekresi kering yang berkumpul pada kantus sebelah dalam atau bulu mata. Pembersihan mata biasanya dilakukan selama mandi dan melibatkan pembersihan dengan waslap pembersih yang dilembabkan kedalam air. Bersihkan daerah mata dari arah luar ke dalam (bersihkan kotoran mata yang menempel pada sudut kelopak mata) (Potter, 2006). f. Kebersihan telinga dan hidung. Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran bila subtansi lilin atau benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, yang mengganggu konduksi suara. Hidung memberikan indera penciuman tetapi juga memantau temperatur dan kelembapan udara yang dihirup serta mencegah masuknya partikel asing kedalam sistem pernafasan (Potter, 2006). Bersihkan telinga secara rutin (1x/1-2 mg) lakukan dengan hati-hati menggunakan alat yang bersih dan aman. Daun telinga dibersihkan waktu mandi kemudian dikeringkan dengan handuk atau kapas bersih
24
25
(Hidayat, 2008). Tidak di perbolehkan menggunakan alat yang tajam seperti peniti untuk membersihkan serumen yang ada pada telinga (Potter, 2006) Bersihkan hidung juga menggunakan kapas, sapu tangan atau tisue yang bersih. Biasanya mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan membersihkan kedalam dengan tisu lembut. Hal ini menjadi hygiene harian yang diperlukan (Potter, 2006). Jika terdapat keluhan dengan telinga atau hidung segera periksa ke Puskesmas/ dokter (Haince, 2012). STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MEMANDIKAN 1. Persiapan tempat dan alat Alat-alat: Baki berisi:
2 kom berisi air hangat.
3 kantong pencuci.
2 handuk. 4. Alas meja.
Sabun dalam tempatnya,
Kamfer spiritus dan dedak/talk.
Peralatan untuk menggosok gigi.
Pakaian bersih.
Sisir.
Botol berisi air untuk membilas sesudah BAB/BAK.
Kertas kloset.
Selimut mandi.
25
26
Tempat pakaian kotor.
2. Persiapan pasien Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan. 3. Persiapan Lingkungan
Menutup pintu dan jendela.
Memasang tabir dan tirai.
4. Pelaksanaan
Mencuci tangan.
Menutup selimut pada bagian kaki tempat tidur.
Membantu pasien menyikat gigi.
Menawaarkan paien untuk BAB dan BAK. 5.
Mencuci muka pasien. a) Handuk di bagian atas dibentangkan di bawah kepala. b) Membersihkan mata pasien tanpa menggunakan sabun. c) Mencuci muka dan telinga dengan waslap, mengeringkan dengan handuk atas.
Mencuci lengan (Gambar 3.10). a) Pakaian bagian atas ditanggalkan. b) Handuk atas dibentangkan memanjang di sisi kanan dan handuk bawah di sisi kiri sehingga menutup bagian depan dan kedua lengan di atas handuk. c) Mencuci lengan dan ketiak membilas minimum 3 x. d) Mengeringkan dengan handuk atas.
26
27
Mencuci dada dan perut (Gambar 3.11) a) Kedua lengan dikeataskan dan diletakkan di samping kepala. b) Merubah letak kedua handuk sehingga leher, dada dan perut dapat dicuci. c) Mencuci leher, dada dan perut kemudian mengeringkannya dengan handuk atas. d) Memberi bedak tipis-tipis pada leher, dada ketiak dan perut.
Mencuci punggung (Gambar 3.12 dan Gambar 3.13). a) Menutup bagian depan dengan handuk bawah. b) Menanggalkan celana dalam. c) Menganjurkan pasien miring ke kiri. d) Membentangkan handuk atas memanjang di bawah punggung. e) Mencuci punggung dengan waslap. f) Mencuci paha dan bokong dengan waslap. g) Mengeringkan punggung dengan handuk atas, paha dan bokong dengan handuk bawah. h) Menggosok kamfer spiritus dan memberi bedak tipis-tipis. i) Mengenakan pakaian bagian atas.
Mencuci paha dan kaki. a) Membentangkan handuk atas menutupi bagian bawah. b) Handuk bawah memanjang di bawah kaki. c) Mencuci dengan kantong pencuci atas.
27
28
d) Mengeringkan dengan handuk bawah. 10. Mencuci bagian bawah depan. e) Menanggalkan pakaian bagian bawah. f) Handuk bawah melintang di bawah bokong separuh menutupi bagian atas. g) Mencuci bagian bawah dengan waslap. h) Mengeringkan dengan handuk bawah. i) Memberi bedak tipis-tipis. j) Mengenakan pakaian bawah.
Menyisir rambut.
Membereskan peralatan.
Mencuci tangan.
(Sumber : Kasiati, 2016).
28
29
DAFTAR PUSTAKA
29
30
BAB III PROSES HASIL KAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANGAN NYI AGENG SERANG BEDAH
A. Profil Area Kajian Berdasarkan hasil observasi ruang rawat inap Nyi Ageng Serang Lantai 1 RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi merupakan ruangan yang khusus mengelola pre dan post bedah. Ruang Nyi Ageng Serang Lantai 1 terdiri dari Sembilan kamar perawatan yang dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Jumlah Ruangan dan Tempat Tidur Ruang Rawat Inap Nyi Ageng Serang Bedah RSUD Sekarwangi No
Ruangan
Jumlah BED
1
1
8
Bedah mata perempuan
2
2
6
Bedah anak
3
3
6
Bedah umum laki – laki
4
4
6
Bedah umum
5
5
6
Bedah umum laki – laki
6
6
6
Bedah umum perempuan
7
7
6
Bedah umum perempuan
8
8
8
Bedah mata laki-laki
9
Isolasi
1
Bedah umum
Jumlah
Keterangan
53
30
31
Jumlah tenaga perawat di ruangan Nyi Ageng Serang Lantai 1 sebanyak 23 orang perawat primer terdiri dari 1 orang kepala ruangan, 3 orang kepala tim dan 19 orang anggota perawat yang terbagi menjadi 3 siff jaga. B. Hasil Kajian Awal Berdasarkan hasil orientasi dan observasi, ditemukan data yang menurut kelompok harus segera diperbaiki dan ditindak lanjuti: Dalam melakukan kajian situasi, kelompok mencari fenomena yang bisa dikembangkan dengan method 7 M, sehingga data yang ditemukan di hari pertama dan kedua kajian situasi dapat dikembangkan untuk merumuskan masalah dari fenomena yang sudah ditemukan. Maka fenomena awal yang ditemukan yang dijadikan dasar untuk pengembangan data ialah sebagai berikut : a. Pada Tanggal 20 Oktober 2018 pukul 20.30 WIB pasien di Bed 5.3 Tn. I dengan post op nephrolithiasis mengatakan nyeri pada bagian luka oprasinya saat batuk dan keluarga tidak tau cara batuk efektif. perlu divalidasi kembali dan perlu dilengkapi lagi. Sumber informasi didapatkan dari hasil observasi pada pasien dan keluarga pasien. b. Pada tanggal 20 Oktober 2018 pukul 19.00 pasien bed 3.6 Tn.D dengan post prostat tidak mengetahui tehnik batuk efektif, hal ini sudah terjadi, perlu divalidasi kembali dan perlu dilengkapi lagi. Sumber informasi didapatkan dari hasil observasi pada pasien dan keluarga pasien.
31
32
c. Pada tanggal 21 oktober 2018 pukul 17.30 Tn. I tidak mendapatkan pengarahan tentang batuk efektif, hal ini sudah terjadi, perlu divalidasi kembali dan perlu dilengkapi lagi. Sumber informasi didapatkan dari obserfasi pada pasien dan perawat ruangan. d. Pada tanggl 29 Oktober 2018 pukul 06.30 WIB pasien bed 7.6 mengalami rasa cemas karena takut menghadapi oprasi . Sumber informasi didapatkan dari hasil observasi, pada pasien. e. Pada tanggal 20 Oktober 2018 pukul 09.30 WIB. Pada pasien di ruangan
resutiasi dengan luka gangrene pada kaki sebelah kiri mengaku takut dan gak bisa tidur karena mau di oprasi hal ini sudah terjadi, perlu divalidasi kembali dan perlu dilengkapi lagi. Sumber informasi didapatkan dari hasil observasi, pada pasien. f. Pada tanggal 20 Oktober 2018 pukul 20.00 WIB. 4 dari 5 pasien pre op mengatakan merasa tidak tenang dan cemas akan menghadapi operasi besok, pasien tidak mengetahui cara mengurangi kecemasan. g. Pada tanggal 21 Oktober 2018 pukul 16.00 keluarga Ny I post op app akut H-1 mengatakan Ny 1 belum melakukan mobilisasi dari sesudah dilakukan operasi dan keluarga tidak tahu cara mobiliasi pasien. h. Pada tanggal 22 Oktober 2018 Tn T post operasi neprolithiasi mengatakan
bahwa dirinya hanya tidur saja setelah operasi belum mandi. Kesimpulan fenomena yang diambil: 1. Prosedur Manajemen batuk efektif pada pasien post operasi bulum optimal 2. Kebutuhan klien terbebas dari rasa cemas belum terpenuhi
32
33
3. Hak pasien untuk mendapatkan mobilisasi
dini post operasi belum
terpenuhi. C. Pengembangan Fenomena Fenomena-fenomena di atas sudah terjadi dan perlu divalidasi kepada perawat ruangan serta perlu dilengkapi dengan pengembangan data-data yang mendukung menggunakan metode 7M, yakni Man, Money, Methode, Material, Minute, Market, dan Machine ya ng dilakukan pada tanggal 19 – 25 Oktober 2017 didapatkan pengembangan data sebagai berikut : 1. Manajemen batuk efektif a. Setelah dilakukan obserfasi selama proses pengkajian, tidak terdapat peanggungjawab dalam memberikan penkes tentang batuk efektif. b. Pada tanggal 23 Oktober 2018 menurut perawat ruangan, penkes mengenai batuk efektif atau informasi lainnya dilakukan jika memang pasien membutuhkannya. dan kasus batuk pada pasien pre dan post operatif cukup jarang. c. Selama masa pengkajian dalam pengembangan kasus (19 – 25 Oktober 2018) tidak ada yang melakukan penkes rehabilitasi dan metode yang digunakan memengenai batuk efektif. d. Setelah dilakukan wawancara pata tanggal 25 oktober 2018 perawat ruangan mengatakan biasanya penkes dilakukan secara verbal dan langsung dilakukan kepada pasien tanpa media. e. Berkaitan dengan fasilitas yang ada, terdapat leaflet tentang nafas dalam dan batuk efektif di ruangan.
33
34
f. Selama dilakukan pengkajian pengmebangan data (19 – 25 Oktober 2018 ) berkaitan dengan waktu pelaksanaan, tidak terdapat waktu khusus dalam pemberian penkes batuk efektif diruangan. 2. Kebutuhan klien terbebas dari rasa cemas belum terpenuhi a. Setelah dilakukan obserfasi pada tanggal 21 Oktober 2018 diketahui bahwa belum adanya supervisor untuk mengawasi pengawasan kondisi kecemasan pada setiap pasien. b. Pada tanggal 21 Oktober 2018 berkaitan dengan metode untuk pelaksanaan penanganan cemas pada pasien diruangan belum ada penilian khusus untuk melakukan penilian pada pasien cemas sebelum oprasi. c. Didalam ruangan belum terdapat fasilitas tentang tingkatan kecemasan pada. d. Perawat ruangan mengatkan menangani cemas hanya dilakukan dengan menjelaskan prosedur oprasi kepada pasien sebelum oprasi itu di lakukan. Dan teknik melakukan relaksasi kecemasan tidak di lakukan. e. Saat dilakukan observasi pasa tanggal 23 Oktober 2018 pukul 14.30 WIB. Dari jumlah total pasien 5 orang, Semua pasien mengatakan tidak tau cara mengurangi cemas sebelum oprasi dan tidak pernah di ajarkan relaksasi mengurangi cemas. f. Kemudian pada tanggl 24
Oktober 2018 pukul 09.30 WIB tidak
ditemukan median informasi cara relaksasi untuk kecemasan
34
35
3. Hak Pasien post operasi untuk mendapatkan mobilisasi dini post operasi belum terpenuhi. a. Pada tanggal 24 oktober 2018 menurut perawat ruangan mobilisasi dini memang selalau memberikan penkes tentang mobilisasi dini pada psien post oprasi tetapi untuk melakukan mobilisasi pada pasien sendiri secara langsung masih belum optimal karena ada beberapa keterbatasan yang membuat tidak optimal dalam mobilisasi. b. Rumah sakit sudah memiliki anggaran khusus dan fasilitas untuk penyedian media informasi. c. Setelah dilakukan wawancara pada tanggal 24 oktober 2018 perawat ruangan mengatakan biasanya pendidikan kesehatan dilakukan secara verbal dan langsung dilakukan kepada pasien tanpa media. d. Berkaitan dengan fasilitas yang ada, terdapat leaflet tentang mobiliasi dini.
35
36
D. Rumusan Masalah Setelah ditemukan masalah – masalah, maka data tersebut dikelompokan menjadi 1 kategori dan dibuat daftar masalah yang berkaitan dengan data yang ada, maka dibuatlah rumusan masalah yaitu sebagai berikut : No
Kelompok Data
Kesimpulan / Masalah
1. Pada Tanggal 20 Oktober 2018 pukul 20.30 WIB pasien di Bed 5.3 Tn. I dengan post op nephrolithiasis mengatakan nyeri pada bagian luka oprasinya saat batuk dan keluarga tidak tau cara batuk efektif. 2.Setelah dilakukan obserfasi selama proses pengkajian, tidak terdapat peanggungjawab Prosedur ruangan Akan dalam memberikan penkes tentang batuk Pendidikan Rehabilitasi 1
efektif. Mengenai Batuk Efektif 3.Pada tanggal 23 Oktober 2018 menurut belum optimal. perawat ruangan, penkes mengenai batuk efektif atau informasi lainnya dilakukan jika memang pasien membutuhkannya. dan kasus batuk pada pasien pre dan post operatif cukup jarang. 4.Selama
masa
pengkajian
dalam
pengembangan kasus (19 – 25 Oktober 2018)
36
37
tidak ada yang melakukan penkes rehabilitasi dan metode yang digunakan memengenai batuk efektif. 5.Setelah dilakukan wawancara pata tanggal 25
oktober
2018
perawat
ruangan
mengatakan biasanya penkes dilakukan secara verbal dan langsung dilakukan kepada pasien tanpa media. 6.Berkaitan dengan fasilitas yang ada, terdapat leaflet tentang nafas dalam dan batuk efektif di ruangan. 7.Selama
dilakukan
pengkajian
pengmebangan data (19 – 25 Oktober 2018 ) berkaitan dengan waktu pelaksanaan, tidak terdapat waktu khusus dalam pemberian penkes batuk efektif diruangan. 8.Setelah dilakukan wawancara langsung kepada pasien pada tanggal 24 Oktober 2018 10.15 WIB. Keluarga pasien bed 5.3 mengatakan
bahwa
perawat
hanya
menganjurkan pasien melakukan gerakan – gerakan agar badan pasien tidak kaku saja.
37
38
1. Setelah dilakukan observasi pada tanggal 21 Oktober 2018 diketahui bahwa belum adanya
supervisor
untuk
mengawasi
pengawasan kondisi kecemasan pada setiap pasien. 2.Pada tanggal 21 Oktober 2018 berkaitan dengan
metode
untuk
pelaksanaan
penanganan cemas pada pasien diruangan
2
belum ada penilian khusus untuk melakukan
Kebutuhan klien
penilian pada pasien cemas sebelum oprasi.
terbebas dari rasa
3.Didalam ruangan belum terdapat fasilitas
cemas belum
tentang tingkatan kecemasan pada.
terpenuhan Perlu
4.Perawat ruangan mengatkan menangani
Diperbaiki
cemas hanya dilakukan dengan menjelaskan prosedur oprasi kepada pasien sebelum oprasi itu di lakukan. Dan teknik melakukan relaksasi kecemasan tidak di lakukan. 5.Saat dilakukan observasi pasa tanggal 23 Oktober 2018 pukul 14.30 WIB. Dari jumlah total
pasien
5
orang,
Semua
pasien
mengatakan tidak tau cara mengurangi cemas
38
39
sebelum oprasi dan tidak pernah di ajarkan relaksasi mengurangi cemas. 6.Kemudian pada tanggl 24 Oktober 2018 pukul 09.30 WIB tidak ditemukan median informasi cara relaksasi untuk kecemasan. 1. Pada tanggal 21 Oktober 2018 pukul 16.00 keluarga Ny I post op app akut H-1 mengatakan
Ny
1
belum
melakukan
mobilisasi dari sesudah dilakukan operasi dan keluarga tidak tahu cara mobiliasi pasien 2.tidak terdapat penanggung jawab dalam memberikan penkes mobilisasi pada pasien post operatif. 3
3.ada yang melakukan penkes mobilisasi pada pasien post oprasi 4.biasanya penkes dilakukan secara verbal dan langsung dilakukan kepada pasien 5.tidak
terdapat
waktu
khusus
dalam
pemberian penkes mobilisasi dini 6.pada tanggal 22 oktober 2018 pukul 10.15 WIB keluarga pasien bed 6.3 mengatakan bahwa perawat hanya menganjurkan pasien
39
40
melakukan gerakan – gerakan agar badan pasien tidak kaku saja
40
41
E. PLANNING OF ACTION Pertemuan dalam perencanaan pada tanggal 29 Oktober 2018 yang dihadiri oleh 8 orang mahasiswa, orang perawat CIC dan 1 orang pembimbing lahan di ruang NAS RSUD. Sekarwangi Kabupaten Sukabumi pukul 13.30 WIB. dengan hasil sebagai berikut :
Penanggung No
Jenis Kegiatan
Sasaran
Waktu
Tempat
Biaya
Evaluasi Jawab
1
1. Diskusikan
mengenai
Perawat
penggunaan media lain
Kolega
14.00 WIB
NAS lantai 1
-
Media yang akan digunakan :
untuk
pendidikan
Pemasangan
kesehatan
rehabilitasi
phamplet
pasien mengenai batuk efektif.
41
Petugas PKRS
42
2. Diskusikan waktu
mengenai
khusus
untuk
Perawat
14.15 WIB
NAS lantai
Kolega
-
Waktu dilakukannya penkes : Pre operatif
1
melakukan
penkes
focus pada pasien
rehabilitasi
pasien
anastesi NU
khususnya
manajemen
batuk
efektif
PP
dengan
menggunakan media yang tersedia. 3. Diskusikan dengan pihak ruangan
mengenai
Perawat
14.25 WIB
NAS lantai
Kolega
1
-
Penanggung jawab pelaksanaan penkes :
penanggung jawab dalam Katim dan pelaksanaan
penkes penanggungjawab
rehabilitasi pasien secara per sif. umum.
42
PP
43
2
1. Diskusikan
mengenai
Perawat
atau
Kolega
supervisor
14.30 WIB
NAS lantai
-
Penanggungjawab
PP
atau supervisor yang
1
penanggungjawab dalam
terpilih : Katim dan
pemberian penkes pada
penanggungjawab
pasien pre operasi
per sif. Waktu yang
2. Sepakati
bersama Perawat
mengenai waktu penkes
14.40 WIB
NAS lantai
disepakati untuk
1
pelaksanaan secara
Kolega untuk mengurangi cemas
-
pasie pre oprasi
pelaksanakan penkes
3. Anjurkan pihak ruangan untuk
tentang mengurangi
melakukan Perawat
sosialisasi pada perawat Kolega pelaksan
kontinyu : waktu
NAS lantai 14.45 WIB
1
mengenai
43
cemas itu pershif.
PP
44
pelakanaan penkes cemas pada pasien pre op.
44
45
3
1. Diskusikan
kembali
Perawat
dengan perawat ruangan
Kolega
13.05 WIB
NAS lantai
-
-
1
dan PP
mengenai mobilisasi dini.
Observasi
2. Anjurkan dan aplikasikan bersama mobilisasi
mengenai dini
pada
Perawat
15.15 WIB
NAS lantai
pelaksanaan : Harus
1
dilakukan mobilisasi
Kolega
dini pada pasien post
pasien pre op. -
45
Tim PKRS
46
46
47
F. Implementasi Menajemen Implemetasi menajemen untuk beberapa fenomena yang ditemukan, dilakukan mulai tanggal 31 Oktober – 2 November 2018 implementasi yang dilakukan diantaranya : 1. Diskusi (Communicating) dengan pihak ruangan Pada hari Selasa, 29 Oktober 2018 kelompok melakukan kegiatan diskusi (communicating) berkaitan dengan temuan masalah dari hasil pengkajian yang didapat oleh kelompok yang bisa dilihat pada gambar 3.1 :
Gambar 3.1 pelaksanaan communicating kelompok 4 program profesi Ners di Ruang NAS Lt.1 Kegiatan tersebut dihadiri oleh 8 anggota kelompok 4 profesi ners, 2 orang perawat ruangan dan perseptor lahan.
48
2. Melakukan roll model dalam pelaksanaan penkes untuk mengurangi rasa cemas pada pasien pre oprasi Pada hari rabu, 31 Oktober 2018 kelompok melakukan roll model dalam pelaksanaan penkes untuk mengurangi rasa cemas menggunakan media leaflet yang ada di ruangan yang dapat dilihat pada gambar 3.2 :
Gamber 3.2 Roll model dalam pelaksanaan penkes untuk mengurangi rasa cemas pada pasien post oprasi Kegiatan pemberian penkes ditujukan kepada pasien pada fase pre operatif .
48
49
3. Melakukan roll model dalam pelaksanaan mobilisasi dini Pada hari rabu, 31 Oktober 2018 kelompok melakukan implementasi mobilisasi dini yang dapat dilihat pada gambar 3.3 :
Gambar 3.3Mobilisasi dilakukan roll model oleh mahasiswa ners.
4. Melakukan pemasangan Phamplet Batuk Efektif Pada hari kamis
1 November 2018 kelompok melakukan
pemasangan Phamplet sebagai media informasi tentang batuk efektif di setiap ruangan yang bisa dilihat pada gambar 3.4 :
Gambar 3.4Pemasangan Phamplet batuk efektif
49
50
Phamplet dipasang di depan ruang perawatan di ruangan NAS Lt. 1 yang terdiri dari 9 ruangan perawatan.
G. Evaluasi Managemen Evaluasi dilakukan pada hari sabtu 03 November 2018. Setelah di lakukan implementasi maka di dapatkan evaluasi tentang kurang optimalnya. Peran ruangan akan rehabilitasi Manajemen batuk efektif pada pasien post operasi bulum optimal,kebutuhan pasien tentang cemas belum terpenuhi dan Hak pasien akan mendapatkan mobilisasi dini post operasi belum terpenuhi.
Dari data hasil evaluasi yang di dapatkan, maka dapat di simpulkan untuk beberapa masalah teratasi sehingga perlu tindakan dan implementasi yang sesuai, implementasi di lanjutkan.
50
51
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Hasil evaluasi yang di lakukan pada tanggal 04 November 2018 maka dapat di simpulkan masalah teratasi namun perlu tindakan dan implementasi lebih lanjut, perlu di lakukan tambahan tambahan intervensi untuk mendapatkan hasil penyelesaian masalah managemen keperawatan yang maksimal dan harapan sesuai kondisi di ruangan. Tabel 4.1 Rencana tindak lanjut No
Masalah
Waktu Teratasi
Rencana Tindak Lanjut
Peran Ruangan Akan Pendidikan Rehabilitasi
Jumat 02
Mengenai Batuk Efektif
November 2018
- Intervensi dilanjutkan
1
oleh kelompok selanjutya
Perlu Diperbaiki Kebutuhan Pasien
oleh kelompok
Kamis 01 2
Tentang Cemas Belum
selanjutnya
November 2018 Terpenuhi .
51
Intervensi dilanjutkan
52
-
Intervensi dilanjutkan oleh kelompok
Hak Pasien Tentang Kamis 01 3
Mobilisasi Dini Tidak November 2018 Terpenuhi
selanjutnya. -
Lakukan supervise untuk pelaksanaan mobilisasi secara kontinyu
52