MANAJEMEN STRUKTUR MODAL 5.1 Pendekatan NI, NOI, Tradisional A.
Pendekatan laba bersih (Net Income) mengasumsikan bahwa investor
Mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah utangnya dengan biaya utang yang konstan pula. Karena biaya modal saham dan biaya utang adalah sama, maka semakin besar utang yang digunakan perusahaan, biaya modal rata-rata tertimbang akan semakin kecil. Jika biaya modal rata-rata tertimbang semakin kecil sebagai akibat penggunaan utang yang semakin besar, maka nilai perusahaan akan meningkat. Persoalannya adalah apakah dalam kenyataannya ada perusahaan dapat memperoleh pembiayaannya dengan 100% utang. B.
Pendekatan laba operasi bersih (Net Operating Income) mengasumsikan
Bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan utang oleh perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang adalah konstan berapapun tingkat utang yang digunakan oleh perusahaan. Teori ini diasumsikan biaya modal rata-rata tertimbang ( Ke ) konstan, berapapun jumlah utang perusahaan tetap. Dalam teori ini para investor mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda a. Biaya utang konstan sama seperti pendekatan laba bersih b. Utang perusahaan meningkat, resiko perusahaan ikut meningkat. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan oleh utang. Konsekuensinya adalah biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan dalam situasi ini keputusan struktur modal menjadi tidak penting. C.
Pendekatan tradisional (Traditional Approach) diasumsikan dalam
Pendekatan ini bahwa hingga satu leverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan, sehingga biaya modal baik utang (Kd) maupun saham (Ke) relative konstan. Tetapi setelah leverage atau rasio tertentu, biaya utang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar dan bahkan akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan utang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan pada awalnya meningkat dan kemudian menurun sebagai akibat penggunaan utang yang semakin besar. Dengan dimikian menurut pendekatan tradisional ini terdapat suatu struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. 5.2 Pendekatan teori MM tanpa pajak A.
Preposisi I
MM berpendapat bahwa nilai setiap perusahaan tidak lain merupakan kapitalisasi laba operasi bersih yang diharapkan atau expected net operating income ( NOI = EBIT ) dengan tingkat kapitalisasi ( Ko ) konstan yang sesuai dengan tingkat resiko perusahaan
B.
Preposisi II
MM berpendapat bahwa biaya modal sendiri perusahaan yang memiliki leverage adalah sama dengan biaya modal sendiri perusahaan yang tidak memiliki leverage ditambah dengan premium resiko. Dimana besar kecilnya resiko tergantung atas selisih antara biaya modal sendiri dan biaya utang perusahaan yang tidak memiliki leverage dikalikan dengan besarnya utang. C.
Preposisi III
MM berpendapat bahwa perusahaan seharusnya melakukan investasi proyek baru sepanjang nilai perusahaan meningkat paling tidak sebesar iaya investasi. Pendekatan teori MM bila ada pajak Preposisi I MM berpendapat bahwa nilai perusahaan yang memiliki leverage sama dengan nilai perusahaan yang tidak memiliki leverage ditambah dengan nilai perlindungan pajak. Adapun nilia perlindungan pajak ini adalah sebesar pajak penghasilan perusahaan dikalikan dengan utang perusahaan. Preposisi II MM berpendapat bahwa biaya modal sendiri perusahaan yang memiliki leverage adalah sama dengan biaya modal perusahaan yang tidak memiliki leverage ditambah dengan premium resiko. Besarnya premium rsiko ini tergantung atas besarnya utang dan selisih atas biaya modal sendiri perusahaan yang tidak memiliki leverage dan biaya utang. Preposisi III Sama seperti dalam kondisi tidak ada pajak, perusahaan seharusnya melakukan investasi sepanjang memenuhi syarat IRR > Keu{1-T(D/V)} Kesimpulan : Pendekatan teori MM dengan adanya pajak penghasilan perusahaan dan pajak pendapatan perseorangan.Pendekatan ini sama seperti pendekatan-pendekatan terdahulu hanya saja pada pendekatan ini kita memasukkan adanya nilai penghasilan perushaan dan pajak pendapatan perseorangan. 5.3
Pecking Order Theory
Pecking order theory mengasumsikan bahwa perusahan bertujuan memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Perusahaan berusaha menerbitkan sekuritas pertama dari internal, retained earning, kemudian utang berisiko rendah dan terakhir ekuitas (Myers, 1984 dalam Perminas Pangeran, 2004). Pecking order theory memprediksi bahwa pendanaan utang eksternal didasarkan pada defisit pendanaan internal.Model pecking order theory
memfokuskan pada motivasi manejer korporat, bukan pada prinsip-prinsip penilaian pasar modal. Pecking order theory mencerminkan persoalan yang diciptakan oleh asimetrik informasi. Dasar pemikirannya didasarkan pada penjelasan berikut ini, (Meyers, 1984 dalam Perminas Pangeran, 2004) : Para manejer mengetahui lebih banyak tentang perusahaan daripada investor luar, namun mereka enggan untuk menerbitkan saham ketika percaya saham mereka adalah undervalued. Investor memahami bahwa para manajer mengetahui lebih banyak dan mereka mencoba menerbitkan sesuai waktu yang tepat.Para manejer menginterpresentasikan keputusan untuk menerbitkan ekuitas sebagai bad news, dan perusahaan dapat menerbitkan ekiutas hanya pada harga discount.Perusahaan yang bekerja berdasarkan filosofi pecking order theory dan membutuhkan ekuitas eksternal kemungkinan tidak akan memanfaatkan kesempatan investasi yang baik, karena saham tidak dapat dijual pada “fair Price”. Menurut Myers (1996) dalam Saidi (2004) perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber dana dengan mengacu packing order theory adalah internal fund (dana internal), debt (utang), dan equity (modal sendiri) (Kaaro, 2003). Contoh Soal : 1. PT”ABC” semula hutang sebesar Rp 30.000.000 dengan bunga 5% dan laba operasi bersih Rp 10.000.000,- Misalkan tingkat kapitalisasi modal sendiri(tingkat kapitalisasi berarti tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk modal sendiri sebesar 11%. Kalau kita hitung penilaian perusahaan sebagai berikut : O
Laba bersih operasi
Rp 10.000.000
F
Bunga 5% x Rp 30.000.000
Rp 1.500.000(-)
E
Laba tersedia untuk
Rp 8.500.000
pemegang saham ke Tingkat kapitalisasi MS S
Nilai pasar Saham
0,11
(:)
Rp 77.727.700
B Nilai pasar obligasi
Rp 30.000.000(+)
V Nilai keseluruhan Persh
Rp107.277.000
Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau ko = O = Rp 10.000.000 V
x 100% = 9,32 %
Rp 107.277.000
Bila perusahaan mempunyai 850 lb saham, maka harga per lb saham = Rp 77.277.000 = Rp 90.910,850
2. Sekarang bila perusahaan ingin mengganti obligasi dengan saham.Nilai obligasi pd soal.1 Rp30.000.000, sedang harga saham Rp 90.910/lb, maka diperlukan maka diperlukan Rp 30.000.000 : Rp 90.910 = 330 lb. Sehingga sekarang obligasi dibelanjai dengan modal sendiri semuanya, maka tingkat keuntungan yang disyaratkan menjadi lebih rendah yaitu 10%. Maka besarnya ko (tingkat kapitalisasi keseluruhan) dapat dihitung sebagai berikut : O
Laba operasi
Rp 10.000.000
F
Bunga
Rp
E
Laba tersedia untuk
Rp 10.000.000
0
(-)
pemegang saham ke
Tingkat kapitalisasi MS
0,10
(:)
S
Nilai pasar saham
Rp100.000.000
B
Nilai pasar obligasi
Rp
V
Nilai keseluruhan persh
Rp100.000.000
0
(+)
Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau ko
= O = Rp10.000.000 V
x 100%
= 10%
Rp100.000.000
Sehinga harga saham menjadi = Rp 100.000.000
= Rp 84.750,-
(850 + 330) Dengan demikian harga saham turun krn perubahan struktur modal. 3. Misalkan sekarang (dari contoh no.1) perusahaan menambah modal asingnya dengan Rp 30.000.000 lagi, sehingga menjadi Rp 60.000.000,- dan saham akan berkurang sebesar 330 lembar (Rp30.000.000 : Rp 90.910), shg saham tinggal 520 lb (850lb – 330lb) Dan tingkat kapitalisasi 14%, bunga obligasi yang
Harus dibayar meningkat 6%. Sehingga besarnya ko(tingkat kapitalisi keseluruhan) dapat dihitung sebagai berikut : O
Laba bersih operasi
Rp 10.000.000
F
Bunga 6% x Rp 60.000.000
Rp 3.600.000(-)
E
Keuntungan untuk
Rp 64.000.000
pemegang saham biasa ke
Tingkat kapitalisasi MS
0,14
(:)
S
Nilai pasar saham
Rp 45.714.000(+)
V
Nilai Keseluruhan
Rp105.714.000
Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau ko
= O = Rp 10.000.000 V
x 100% = 9,46%
Rp 105.714.000
Harga per lb saham = Rp 45.714.000 =Rp 87.910,520 Kesimpulan : Dari hasil perhitungan dengan pendekatan tradisional diatas bahwa struktur modal yang optimal pada contoh no.1 yaitu Rp 107.277.000,- memberikan biaya modal yang terendah 9,32% dan memberikan harga saham yang tertinggi Rp 90.910,- dibandingkan soal no.1 dan no.3
Contoh : II PT”Wahana” mempunyai struktur modal yang terdiri dari 100% modal sendiri, laba sebelum bunga dan pajak Rp 4.000.000,-dan tingkat kapitalisasi sebesar 10 % tarip pajak 20 % a. Dengan menggunakan anggapan pasar modal yang sempurna, gambarkan biaya modal perusahaan untuk berbagai tingkat hutang (anggap bahwa perusahaan menarik hutang untuk membeli kembali saham yang beredar). Apa yang terjadi dengan biaya modal dengan adanya leverage. b. Anggaplah sekarang ada biaya kebangkrutan. Apa yang terjadi dengan biaya modal pada contoh diatas ? Penyelesaian : a.
Misalkan perusahaan mempunyai hutang dengan biaya modal (cost of debt) sebelum
pajak 6%, pada berbagai leverage/hutang Rp 5.000.000 dan Rp 10.000.000,Untuk mencari biaya modal, kita harus mencari dulu berapa nilai perusahaan pada berbagai tingkat hutang. Rumus yang digunakan (dengan anggapan hutang bersifat selamanya). VL
=
VU
+ tB
Dimana : VL = Nilai perusahaan yang menggunakan hutang. VU = Nilai persh yang tidak menggunakan hutang.
t
= Tarip pajak.
B = Nilai hutang
Vu
= Laba operasi (1 – t) ke = Rp 4.000.000 (1 – 0,20) = Rp 32.000.000,0,10
Dengan demikian mk apabila hutang yg digunakan Rp 5.000.000,VL = 32.000.000 + (0,20)5.000.000 = Rp33.000.000 Apabila hutang yg digunakan Rp 10.000.000, maka VL = 32.000.000 +(0,20)10.000.000=Rp 34.000.000
DAFTAR PUSTAKA
http://wahyualfita.blogspot.com/2015/10/resume-manajemen-keuangan-manajemen.html http://widmkl.blogspot.com/2014/06/struktur-modal-capital-structure_4766.html http://adaddanuarta.blogspot.co.id/2014/11/struktur-modal-menurut-para-ahli.html
RESUME MANAJEMEN KEUANGAN MANAJEMEN STRUKTUR MODAL
NAMA KELOMPOK : 1. Febriana Nafi’ah V 2. M Nashrul Ardiansyah 3. Septia ilfi U 4. Nur Hafifa Agustin P
1710110506 1710110604 1710110642 1710110782
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STESIA) SURABAYA 2019