378965855-hpk-2-panduan-second-opinion.docx

  • Uploaded by: Raff Habibie Rizzkhanbjm
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 378965855-hpk-2-panduan-second-opinion.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,159
  • Pages: 13
PANDUAN SECOND OPINION RS ISLAM BANJARMASIN

Disusun Oleh Rumah Sakit Islam Banjarmasin Alamat

: Jl. Letjend. S. Parman No 88 Banjarmasin Kode Pos 70115

Telp

: (0511) 3354896-3350332-3350335

Website

: [email protected]

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN VISI MISI MOTTO DAN TUJUAN RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN VISI Rumah Sakit Islam Banjarmasin sebagai Rumah Sakit yang profesional bermutu dan menjadi pilihan serta kebanggaan masyarakat

MISI Rumah Sakit Islam Banjarmasin didirikan untuk pelayanan kesehatan membantu pasien untuk memperoleh kesehatan jasmani dan rohani juga sebagai media dakwah islamiyah MOTTO Cepat dalam pelayanan, Islami dalam pengabdian, Nyaman bagi pelanggan, Tepat dalam tindakan, Aman dan bermutu TUJUAN Meningkatkan derajat Kesehatan Masyarakat tanpa membedakan Suku, Agama, Ras, Aliran serta membentuk mental spiritual yang islami

Direktur RS Islam Banjarmasin

8

KATA PENGANTAR

Assalamua ’laikum Wr Wb Rumah sakit Islam Banjarmasin sebagai salah satu Rumah Sakit Swasta yang terletak di Banjarmasin mempersiapkan diri sebagai rumah sakit Untuk mengatasi / meminimalisir kesalahan dokter / ahli medis dalam memberikan diagnosis , agar tepat dalam penatalaksanaan dan pemberian obat terhadap apa yang di derita pasien di RS Islam Diharapkan dengan adanya Second Opinion di RS. Islam Banjarmasin dapat mengantisipasi kesalahan dokter / ahli medis lainnya dalam mendiagnosis pasien dan pasien lebih teredukasi mengenai masalah kesehatan yang dihadapinya. Panduan Second Opinion bertujuan Untuk meminimalisir kesalahankesalahan olah dokter ataupun ahli medis lainnya dalam mendiagnosis pasien, sehingga penatalaksanaan dan pemberian obat akan sesuai dengan diagnosis pasien di RS.Islam Banjarmasin Dengan panduan ini diharapkan semakin meningkatkan kualitas layanan kesehatan di RS. Islam Banjarmasin. Seiring beijalannya waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknoiogi tak menuntut adanya perubahan dalam penanganan Second Opinion . Untuk itu tidak menuntut adanya beberapa perubahan dan revisi akan dilakukan secara berkala demi kesempurnaan dan kualitas pelayanan di RS. Islam Banjarmasin. Wasalamua laikum Wr Wb

DFATAR ISI

SK DIREKTUR RS SURYA ASIH DAFTAR ISI ...............................................................................................

i

KATA PENGANTAR ................................................................................

ii

BAB I

Definisi ........................................................................................

1

BAB II

Ruang Lingkup ..........................................................................

5

BAB III Tata Laksana .............................................................................

6

BAB IV Dokumentasi ..............................................................................

11

8

KATA PENGANTAR

puji dan sukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kemudahan yang diberikan olehNya kami dapat menyelesaukan panduan ini. perbedaan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit oleh dokter sering terjadi di berlahan dunia mamapun. Di negara yang paling maju dalam bidang kedokteraanpun, para dokter masih saja sering terjadi perbedaan dalam diagnosa maupun proses terapi, sehingga menimbulkan keraguan pada pasien dan keluarganya, begitu juga di Indonesia perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah hal yang biasa terjadi tetapi bila hal ini itu menyangkut kerugian biaya yang besar dan ancaman nyawa maka harus lebih dicermati. Sehingga sangatlah penting bagi pasien dan keluarga untuk mendapatkan second opinion dokter lain, tentang permasalahan kesehatannya sehingga mendapatkan hasil pelayanan kesehatan yang maksimal. Semoga panduan ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya oleh seluruh uni terkait RSSA

BAB I DEFINISI

Second opinion adalah upaya yang dilakukan oleh pasien atau keluarga pasien untuk mencari pendapat dari dokter lain mengenai diagnosis,program pemeriksaan, atau program pengobatan yang akan dijalankan pada pasien karena adanya keraguan terhadap diagnosa, program pemeriksaan, maupun program pengobatan yang sudah diinformasikan oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP). 1.

Opini

Medis adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang dokter

atauahli medis terhadap suatu diagnosa, terapidan rekomendasi medis lain terhadappenyakit seseorang. 2.

Meminta Pendapat Lain (Second Opinion) adalah pendapat medis yang diberikan oleh dokter lain terhadap suatu diagnosa atau terapi maupun rekomendasi medis lain terhadap penyakit yang diderita pasien. Mencari pendapat lain bisa dikatakan sebagai upaya penemuan sudut pandang lain dari dokterkedua setelah pasien mengunjungi atau berkonsultasi dengan dokter pertama. Second opinion hanyalah istilah, karena dalam realitanya di lapangan, kadang pasien bisa jadi menemui lebih dari dua dokter untuk dimintakan pendapat medisnya. Meminta pendapat lain atau second opinion juga diatur dalam Undang Undang no.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bagian empat pasal 32 poin H tentang hakpasien, disebutkan bahwa "Setiap pasien memiliki hak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit". Setiap pasien yang berobat di Rumah Sakit dan mendapatkan pelayanan kesehatan baik rawat inap maupun rawat jalan,

pasien dan keluarganberhak mengajukan

komplain yang berhubungan dengan pelayanan yang ada di Rumah Sakit .

8

BAB II RUANG LINGKUP Perbedaan diagnosis dan penatalaksaan penyakit oleh dokter sering terjadi di belahan dunia manapun. Di negara yang paling maju dalam bidang kedokteranpun, para dokter masih saja sering terjadi perbedaan dalam diagnosis maupun proses terapi, sehingga menimbulkan keraguan pada pasien dan keluarganya. Begitu juga di Indonesia, perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah halyang biasa terjadi. Perbedaan dalam penentuan diagnosis dan penatalaksanaan mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang berbahaya dan merugikan bagi penderita. Tetapi bila hal itu menyangkut kerugian biaya yang besar dan ancaman nyawa maka harus lebih dicermati. Sehingga sangatlah penting bagi pasien dan keluarga untuk mendapatkan second opinion dokter lain tentang permasalahan kesehatannya sehingga mendapatkan hasil pelayanan kesehatana yang maksimal. Dengan semakin meningkatnya informasi dan teknologi maka semakin terbuka wawasan ilmu pengetahuan dan informasi tentang berbagai hal dalam kehidupan ini. Demikian juga dalam pengetahuan masyarakat tentang wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan kesehatannya. Informasi yang sepotong-sepotong atau salah dalam menginterpretasikan informasi seorang pasien akan berakibat pasien atau keluarganya merasa tindakan dokter salah atau tidak sesuai standar. Hal ini juga membuat pasien dan keluarganya mempertahankan informasi yang didapat tanpa mempertimbangkan masukan dari dokter tentang fakta yang sebenarnya terjadi. 1. Pentingnya Second Opinion untuk pasien adalah : a. Kesalahan diagnosis dan penatalaksaan pengobatan dokter sering terjadi dibelahan dunia manapun, termasuk di Indonesia b. Perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah hal yang biasa terjadi, dan hal ini mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang berbahaya dan merugikan bagi penderita c. Second opinion dianjurkan bila menyangkut ancaman nyawa, kerugian biaya atau dampak finansial yang besar.

2. Permasalahan kesehatan yang memerlukan Second Opinion: a. Keputusan

dokter

tentang

tindakan

operasi,

apalagi

yang

akan

membuatperubahan anatomis permanen pada tubuh pasien dan tindakan operasilainnya. b. Keputusan dokter tentang pemberian obat jangka panjang lebih dari 2 minggu, misalnya pemberian obat TBC jangka panjang, pemberian antibiotika jangka panjang dan pemberian obat-obat jangka panjang. c. Keputusan dokter dalam pemberian obat yang sangat mahal : baik obat minum, antibiotika, susu mahal atau pemberian imunisasi yang sangat mahal. d. Kebiasaan dokter memberikan terlalu sering antibiotika berlebihan pada kasus yang tidak seharusnya diberikan : seperti infeksi saluran napas, diare, muntah, demam virus, dan sebagainya. Biasanya dokter memberikan diagnosis infeksi virus tetapi selalu diberi antibiotika. e. Keputusan dokter dalam pemeriksaan laboratorium dengan biaya sangat besar f. Keputusan dokter tentang suatu penyakit yang berulang diderita misalnya :penyakit tifus berulang, g. Keputusan diagnosis dokter yang meragukan: biasanya dokter tersebut menggunakan istilah “gejala” seperti gejala tifus, gejala ADHD, gejala demam berdarah, gejala usus buntu. Atau diagnosis autis ringan, ADHD ringan dan gangguan perilaku lainnya. h. Ketika pasien didiagnosa penyakit serius seperti kanker, maka pasien punbiasanya diizinkan meminta pendapat lain. i. Keputusan pemeriksaan dan pengobatan yang tidak direkomendasikan oleh institusi kesehatan nasional atau internasional : seperti pengobatan dan terapi bioresonansi, terapi antibiotika yang berlebihan dan tidak sesuai dengan indikasi 3.

Dalam rangka membantu pasien untuk mendapatkan Second Opinion, RS perlu memberikan beberapa pertimbangan kepada pasien atau keluarga sebagai berikut: a. Second Opinion sebaiknya didapatkan dari dokter yang sesuai kompetensinya atau keahliannya. b. Rekomendasi atau pengalaman keberhasilan pengobatan teman atau keluarga terhadap dokter tertentu dengan kasus yang sama sangat penting untuk dijadikan referensi. Karena, pengalaman yang sama tersebut sangatlah penting dijadikan sumber referensi. 8

c. Carilah informasi sebanyak-banyaknya di internet tentang permasalahan kesehatan tersebut. Jangan mencari informasi sepotong-sepotong, karena seringkali akurasinya tidak dipertanggung jawabkan. Carilah sumber informasi internet dari sumber yang kredibel seperti : WHO, CDC, IDAI, IDI atau organisasi resmi lainnya. d. Bila keadaan emergensi atau kondisi tertentu maka keputusan second opinion juga harus dilakukan dalam waktu singkat. e. Mencari second opinion diutamakan kepada dokter yang dapat menjelaskan dengan mudah, jelas, lengkap dan dapat diterima dengan logika. Dokter yang beretika tidak akan pernah menyalahkan keputusan dokter sebelumnya atau tidak akan pernah menjelekkan pendapat dokter sebelumnya atau menganggap dirinya paling benar. f. Bila melakukan second opinion sebaiknya tidak menceritakan pendapat dokter sebelumnya atau mempertentangkan pendapat dokter sebelumnya, agar dokter terakhir tersebut dapat obyektif dalam menangani kasusnya, kecuali dokter tersebut menanyakan pengobatan yang sebelumnya pernah diberikan atau pemeriksaan yang telah dilakukan. g. Bila sudah memperoleh informasi tentang kesehatan jangan menggurui dokter yang anda hadapi karena informasi yang anda dapat belum tentu benar. Tetapi sebaiknya anda diskusikan informasi yang anda dapat dan mintakan pendapat dokter tersebut tentang hal itu. h. Bila pendapat lain dokter tersebut berbeda, maka biasanya penderita dapat memutuskan salah satu keputusan berdasarkan argumen yang dapat diterima secara logika. Dalam keadaan tertentu disarankan mengikuti advis dari dokter yang terbukti terdapat perbaikan bermakna dalam perjalanan penyakitnya. Bila hal itu masih membingungkan tidak ada salahnya melakukan pendapat ketiga. Biasanya dengan berbagai pendapat tersebut penderita akan dapat memutuskannya. Bila pendapat ketiga tersebut masih sulit dipilih biasanya kasus yang dihadapi adalah kasus yang sangat sulit. i. Keputusan second opinion terhadap terapi alternatif sebaiknya tidak dilakukan karena pasti terjadi perbedaan pendapat dengan pemahaman tentang kasus yang berbeda dan latar belakang ke ilmuan yang berbeda. j. Kebenaran ilmiah di bidang kedokteran tidak harus berdasarkan senioritas dokter atau gelar yang disandang. Landasan pertimbangan ilmiah berbasis bukti penelitian di bidang kedokteran (Evidance Base Medicine).

BAB III TATA LAKSANA Second opinion atau mencari pendapat lain yang berbeda adalah merupakanhak seorang pasien dalam memperoleh jasa pelayanan kesehatannya. Hak yang dipunyai pasien ini adalah hak mendapatkan pendapat lain (second opinion) dari dokter lainnya. Untuk mendapatkan pelayanan yang optimal, pasien tidak usah ragu untuk mendapatkan “second opinion” tersebut. Memang biaya yang dikeluarkan akan menjadi banyak, tetapi paling tidak bermanfaat untuk mengurangi resiko kemungkinan komplikasi atau biaya lebih besar lagi yang akan dialaminya. Misalnya, pasien sudah direncanakan operasi caesar atau operasi usus buntu tidak ada salahnya melakukan permintaan penapat dokter lain. Dalam melakukan “second opinion” tersebut sebaiknya dilakukan terhadap dokter yang sama kompetensinya. Misalnya, tindakan operasi caesar harus minta “second opinion” kepada sesama dokter kandungan bukan ke dokter umum. Bila pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan dokter sangat banyak dan mahal, tidak ada salahnya minta pendapat ke dokter lain yang kompeten. Hak pasien untuk meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yangmempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit. Manfaat yang bisa didapatkan dari second opinion adalah pasien lebih teredukasi mengenai masalah kesehatan yang dihadapinya. Terdapat kondisi yang meragukan bagi pasien pada saat meminta pendapat lain, misalnya ketika dokter pertama menyarankan operasi, tidak mengherankan jika pendapat dari dokter lain akan berbeda, oleh karena setiap penyakit memiliki gejala klinis yang berbeda ketika hadir di ruang periksa sehingga mempengaruhi keputusan dokter. Untuk mendapatkan second opinion, pasien dan keluarganya menghubungi perawat atau langsung kepada dokter yang merawatnya kemudian mengemukakan keinginannya untuk mendapatkan pendapat lain atau second opinion. Dokter yang merawat berkewajiban menerangkan kepada pasien dan keluarganya hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendapatkan second opinion (terdapat dalam panduan ini). Apabila keputusan mengambil pendapat lain telah disepakati, maka formulir 8

permintaan pendapat lain (Second Opinion) diisi oleh pasien atau walinya dan diketahui oleh Dokter (DPJP) serta saksi.

1. Second opinion di dalam RS a. DPJP memberikan informasi mengenai diagnosa pasien dan program pengobatan yang harus dijalani oleh pasien. b. Ketika ada permintaan second opinion dari pasien atau keluarga pasien, perawat melapor kepada dokter DPJP. c. Perawat memastikan bahwa dokter yang akan memberikan second opinion memiliki SIP baik yang berada di Rumah Sakit Surya Asih maupun yang berada di luar Rumah Sakit Surya Asih. d. Perawat hubungi konsulen ahli yang dimaksud via telepon e. Apabila pasien setuju, konsulen ahli yang dituju akan mendatangi pasien atau keluarga pasien yang membutuhkan second opinion. f. Konsulen ahli melakukan pemeriksaan fisik pada pasien dan melakukan review rekam medik selama perawatan. g. Konsulen ahli menjelaskan kepada Pasien dan atau Keluarga mengenai apa yang terjadi pada pasien, h. penyebabnya, tindakan atau pengobatan yang akan dilakukan beserta alternatifnya, dan komplikasi yang mungkin muncul. i. Konsulen ahli evaluasi pengetahuan atau pemahaman pasien dan atau keluarga pasien mengenai apa yang telah dijelaskan dan minta mengambil sikap atau keputusan. j. Konsulen mendokumentasikan apa yang sudah dijelaskan dan hasil evaluasinya di lembar konsultasi dan formulir edukasi. Keluarga dan konsulen menandatangani lembar edukasi yang sudah disediakan (Terlampir). 2. Second opinion ke luar RS a. Apabila pasien dan atau keluarga pasien masih ragu setelah mendapatkan informasi dari konsulen ahi, DPJP tawarkan pada pasien atau keluarga pasien untuk mencari second opinion ke RS rujukan Rumah Sakit yang mempunyai sarana dan prasarana yang cukup atau lengkap terkait dengan penyakit yang dialami pasien.

b. DPJP Sarankan pasien/keluarga pasien untuk mencari second opinion ke RS rujukan Nasional, seperti RSUD Abdoel Moeloek lampung, dan lain-lain. c. DPJP buat resume medis penanganan selama di Rumah Sakit . d. DPJP berikan resume medis yang sudah dibuat kepada pasien/keluarga pasien. e. Pasien/Keluarga pasien pulang sambil membawa resume medis yang akan digunak sebagai dasar meminta second opinion ke RS lain.

8

BAB IV DOKUMENTASI

1. Panduan Hak & Kewajiban Pasien 2. Formulir Permintaan Pendapat Lain (Second Opinion)

Ditetapkan :Di Banjarmasin Pada tanggal :

2016

DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

Drg.Hj.Eva Ariyani NIK.0559.VII.2011

More Documents from "Raff Habibie Rizzkhanbjm"