LAPORAN PRAKIKUM BUDIDAYA SPIRULINA
LAPORAN PRAKTIKUM Disusun Untuk Memenuhi Laporan Budidaya Pakan Alami
Disusun Oleh:
Kelompok 4/Perikanan C M Rafif Ramadhan Ismah Naufal Sonia Putri Ardy Rahadiansyah
230110170149 230110170151 230110170157 230110170159
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada waktunya. Laporan praktikum ini berjudul “ Kultur Spirulina sp”. Laporan praktikum ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum mata kuliah Budidaya Pakan Alami. Penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah bekerja sama mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya. Untuk itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini. Sebagai sebuah karya, laporan ini akan terus berproses, tentunya dengan masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Demikian laporan praktikum ini disusun yang disesuaikan dengan format laporan yang diberikan oleh asisten laboratorium. Semoga dengan dibuatnya laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi pengembangan pengetahuan di bidang perikanan dan umumnya bagi semua pihak.
.
Jatinangor, November 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB
Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR ........................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... v
I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 2 1.3 Manfaat ...................................................................................... 2
II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Spirulina ..................................................................................... 3 2.2 Morfologi ................................................................................... 3 2.3 Habitat ........................................................................................ 4 2.4 Reproduksi ................................................................................. 5 2.5 Siklus Hidup .............................................................................. 6 2.6 Kandungan Nutrisi Spirulina ..................................................... 7 2.7 Pupuk dalam Kultur Spirulina ................................................... 7
III
BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu ..................................................................... 8 3.2 Alat dan Bahan ........................................................................... 8 3.2.1 Alat Praktikum ........................................................................... 8 3.2.2 Bahan Praktikum ........................................................................ 9 3.3 Metode Perhitungan Kepadatan ................................................. 9 3.4 Prosedur Kultur .......................................................................... 10 3.5 Prosedur Panen .......................................................................... 10
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan ............................................................... 11
V
PENUTUP 5.1 Kesimpulan ................................................................................ 15 5.2 Saran .......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16 LAMPIRAN .................................................................................................... 18
ii
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
1. Alat Praktikum .................................................................................... 8 2. Bahan Praktikum ................................................................................. 8
iii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
1. Spirulina sp. ........................................................................................ 3 2. Siklus Hidup Spirulina sp. .................................................................. 6
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1. Alat Praktikum .................................................................................... 18 2. Bahan Praktikum .................................................................................. 19 3. Dokumentasi Kegiatan Praktikum ...................................................... 20 4. Prosedur Bagan Alir ............................................................................ 25 5. Tabel Pengamatan ............................................................................... 29 6. Kepadatan Awal dan Kepadatan Hari ke -7 dan 14 ............................. 30
v
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Spirulina merupakan mikroalga yang termasuk kelompok sianobakteria
dengan bentuk filamen. Komoditas ini telah dibudidayakan secara komersial karena laju pertumbuhan sel yang tinggi, prosedur permanenan yang relatif mudah, dan potensi pasar yang besar. Kandungan berbagai senyawa penting seperti protein, mineral, vitamin, pigmen, serta asam lemak tidak jenuh menyebabkan Spirulina diminati sebagai bahan baku untuk industri kimia (biopigmen), pangan (suplemen dan nutrasetikal), dan pakan (Cifferi &Tiboni, 1985; Cohen et al., 1987). Spirulina bersifat fotoautotrof sehingga membutuhkan cahaya sebagai sumber energi untuk pertumbuhan sel dan sintesis berbagai substansi penting yang terlibat di dalamnya. Karakteristik sumber cahaya seperti panjang gelombang dan intensitas menjadi salah satu faktor kritis yang memengaruhi produksi Spirulina maupun mikroalga pada umumnya (Hirata et al., 1998; Chojnacka & Nowortya, 2004; Blanken et al., 2013; Carvalho et al., 2011). Peningkatan penggunaan Spirulina sp. dalam berbagai bidang industri mengakibatkan tingkat konsumsi Spirulina sp. dari tahun ke tahun semakin besar, akan tetapi hal itu tidak diimbangi dengan produksi Spirulina sp. karena hingga saat ini masih mengandalkan produksi dari habitat alami dengan kualitas dan kuantitas yang tidak dapat dijamin, sehingga upaya pengembangan teknik kultur perlu dilakukan agar produktivitas dan kualitas kultur Spirulina sp. dapat ditingkatkan.
v
Oleh karena itu, berbagai penelitian dan pengembangan telah dilakukan untuk memproduksi biomassa Spirulina sp. yang meliputi teknik kultur dalam berbagai skala produksi, optimasi kondisi lingkungan kultur, dan uji galur Spirulina sp. (Reinehr dan Costa, 2006; Vonshak dan Tomaselli, 2000).
v
1.2
Identifikasi Masalah
1.
Apa itu spirulina sp. ?
2.
Bagaimana siklus hidup Spirulina sp. ?
3.
Apa saja kegunaan dari Spirulina sp. ?
4.
Bagaimana kandungan nutrisi dalam spirulina sp. ?
5.
Jenis pupuk apa saja yang digunakan dalam kultur spirulina.sp ?
1.3 Tujuan Praktikum Tujuan dari Praktikum kultur Spirulina sp. ini adalah : 1.
Mengetahui cara kultur Spirulina sp.
2.
Menghitung kepadatan awal dan akhir dari kultur Spirulina sp.
3.
Mengetahui Kegunaan dari Spirulina sp.
4.
Dapat melakukan dan mengetahui cara panen spirulina sp. yang baik dan benar.
1
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Spirulina Spirulina sp. termasuk ke dalam cyanobacteria atau yang dikenal dengan
alga hijau biru, sudah terdapat di bumi sejak 3500 juta tahun yang lalu. Spirulina sp. memiliki pigmen fikosianin yang merupakan antioksidan dan antin flamantori (Desmorieux 2006). Klasifikasi Spirulina sp. menurut Bold dan Wyne (1985) adalah sebagai berikut: Kingdom
: Protista
Divisi
: Cyanophyta
Kelas
: Cyanophyceae
Ordo
: Nostocales
Famili
: Oscilatoriaceae
Genus
: Spirulina
Spesies
: Spirulina sp
Gambar 1. Spirulina sp. (Sumber: R. Locci dalam Cifferi, 1983 dan Henrickson, 1989)
2.2
Morfologi Spirulina sp. merupakan organisme autotrof berwarna hijau kebiruan,
menyerupai spiral dengan sel membentuk filamen terpilin sehingga disebut juga alga biru hijau berfilamen. Spirulina sp. berdiameter 1-12 mikrometer dan memiliki
3
4
bentuk tubuh menyerupai benang yang merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis. Selain itu, filamen Spirulina sp. juga dapat hidup soliter (Haryati, 2008). Menurut Kebede and Ahlgren (1996), Spirulina sp. adalah jenis Cyanobacteria yang mengandung klorofil dan dapat melakukan fotosintesis untuk membuat makanan sendiri. Zat warna alami yang dikandung Spirulina sp. terdiri atas pigmen hijau, merah, kuning dan biru (Richmond, 1988 dalam Borowitzka, 1994). Kandungan fikosianin yang tinggi pada mikroalga ini menyebabkan warnanya cenderung hijau biru. Spirulina sp. memiliki struktur trichoma spiral dengan filamen–filamen bersifat mortal dan tidak memiliki heterosit. Sel Spirulina sp. berukuran relatif besar yaitu 110 µm, sehingga dalam proses pemanenan dengan menggunakan kertas saring lebih mudah (Richmond, 1988 dalam Borowitzka, 1994). 2.3
Habitat Spirulina sp. merupakan mikroalga yang hidupnya menyebar secara luas di
sulluruh perairan, mikroorganisme ini dapat dapat ditemukan di berbagai tipe lingkungan, baik di perairan payau, laut dan tawar (Ciferri 1983). Hal ini bisa disebabkan karena Spirulina sp. merupakan mikroalga yang memiliki daya adaptasi tinggi, yang artinya dia mampu tumbuh dalam berbagai kondisi pertumbuhan. Misalnya dapat ditemukan di perairan dengan pH basa. Faktor-faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan Spirulina sp. adalah suhu, cahaya, pH, dan agitasi (Richmond 1986). Menurut Taw (1990), kisaran suhu optimal untuk Spirulina sp. skala laboratorium adalah 25-35oC. Nilai pH pada media tumbuh mikroalga akan menentukan kemampuan biologi mikroalga dalam memanfaatkan unsur hara, sehingga pH optimum sangat penting untuk menunjang pertumbuhan Spirulina sp. yang optimal. Nilai pH yang baik untuk pertumbuhan Spirulina sp. berkisar antara 8,5-9,5 (Suryati 2002). Cahaya dalam kultur mikroalga skala laboratorium biasanya cukup dengan menggunakan lampu TL atau neon. Cahaya merupakan sumber energi bagi mikroalga untuk dapat melakukan fotosintesis. Apabila mikroalga kekurangan cahaya dalam lingkungan kulturnya maka fotosintesis akan berlangsung tidak
5
normal. Pencahayaan pada kultur dapat dipengaruhi oleh tingkat intensitas pencahayaan, lamanya pencahayaan dan bergantung dari kepadatan sel yang akan mempengaruhi pembentukan bayangan sel itu sendiri. Intensitas cahaya yang optimal untuk pertumbuhan Spirulina sp. berkisar antara 1500-3000 lux dan tidak melebihi 4000 lux untuk menghindari fotoinhibisi (Richmond 1968). Agitasi atau proses pengadukan merupakan faktor yang penting dalam mengoptimalkan proses pertumbuhan Spirulina sp. Agitasi dilakukan untuk menjaga kelarutan CO2, meratakan penyebaran nutrien dan cahaya serta mencegah pengendapan sel-sel alga. Salah satu cara agitasi yang termudah dan efektif adalah dengan aerasi. Pemberian aerasi tersebut akan dapat memberikan udara ke dalam media tumbuh. Aerasi merupakan salah satu alat untuk membantu difusi oksigen dalam perairan. Dalam kultur Spirulina sp. aerasi diperlukan mencegah terjadinya pengendapan, meratakan nutrien, membuat gerakan untuk terjadinya pertukaran udara (penambahan CO2) dan dalam skala massal untuk mencegah terjadinya stratifikasi suhu (Novrina 2003). 2.4
Reproduksi Reproduksi Spirulina sp. terjadi secara aseksual (pembelahan sel) yatiu
dengan memutus filamen menjadi satuan-satuan sel yang membentuk filamen baru. Ada tiga tahap dasar pada reproduksi Spirulina sp. yaitu proses fragmentasi trikoma, pembesaran dan pematangan sel hormogonia, serta perpanjangan trikoma. Selanjutnya trikoma dewasa dapat dibagi menjadi filamen atau hormogonia, dan sel-sel di hormogonia akan meningkat melalui pembelahan biner, tumbuh memanjang dan membentuk spiral (Hongmei Gong et al., 2008). Siklus reproduksi mikroalga tersebut berlangsung melalui pembentukan hormogonium yang dimulai ketika salah satu atau beberapa sel yang terdapat di tengah-tengah trikoma yang mengalami kematian dan membentuk badan yang disebut cakram pemisah berbentuk bikonkaf. Sel-sel mati yang disebut nekrida tersebut akan putus dengan segera, kemudian trikoma terfragmentasi menjadi koloni sel yang terdiri atas 2-4 sel yang disebut hormogonia dan memisahkan diri 8 dari filamen induk untuk menjadi trichoma baru. Hormogonia memperbanyak sel dengan pembelahan pada
6
sel terminal. Tahap akhir proses pendewasaan sel ditandai terbentuknya granula pada sitoplasma dan perubahan warna sel menjadi hijau kebiruan (Cifferi, 1983). 2.5
Siklus Hidup Siklus hidup Spirulina sp. yaitu proses reproduksinya disempurnakan
dengan fragmentasi dari trikoma yang telah dewasa. Reproduksi Spirulina platensis dengan cara membelah diri, pembelahan diri diawali dengan pemutusan filamen yang telah masak ini merupakan awal dari daur hidup Spirulina platensis. Pemutusan filamen ini akan membentuk bagian yang disebut dengan nekridia.Perkembangbiakannya dengan cara aseksual yaitu membelah diri (fragmentasi). Pembelahan sel dimulai dengan membentuk membrane transversal didalam sel, hampir mencapai 8 menit, kemudian sel putus, selini disebut nekridia. Nekridia akan mengalami lisis dan membentuk sel-sel baru yang bentuknya bikonkaf. Lalu bagian-bagian ini membentuk koloni sel yang disebut hormogonia. Sel yang terdapat pada hormogonia akan bertambah jumlahnya melalui fusi sel. Sitoplasmanya bergranula dan warna sel menjadi biru-hijau cerah. Proses ini menyebabkan ukuran trichome bertambah panjang dan membentuk heliks. Setelah hormogonia terbentuk lalu memisahkan diri dari filamen induk untuk kemudian menjadi filament baru, dan bertambah jumlahnya melalui fusi sel. Dimana trichome membentuk heliks. Daur hidup Spirulina dalam kondisi Laboratorium adalah sekitar 1 hari dan dalam kondisi lapangan adalah 3-5 hari.
Gambar 2. Siklus hidup Spirulina sp. (Sumber : (Hongmei Gong et al., 2008))
7
2.6
Kandungan Nutrisi Spirulina Analisis kimia dari Spirulina sp. dimulai pada tahun 1970 yang
menunjukkan Spirulina sp. sebagai sumber yang sangat kaya protein, vitamin dan mineral. Kandungan protein pada Spirulina sp. bekisar antara 60% -70% dari berat kering, mengandung provitamin A tinggi, sumber β-karoten yang kaya vitamin B12 dan digunakan dalam pengobatan anemia, kandungan lipid sekitar 4-7%, serta karbohidrat sekitar 13,6% (Carrieri et al., 2010). Spirulina sp. juga mengandung kalium, protein dengan kandungan Gamma Linolenic Acid (GLA) yang tinggi (Tokusoglu dan Uunal, 2006) serta vitamin B1, B2, B12 dan C (Brown et al., 1997), sehingga sangat baik apabila dijadikan pakan ataupun bahan untuk makanan dan obat-obatan. Spirulina sp. merupakan jenis sianobakteri yang banyak digunakan dalam berbagai industri seperti akuakultur, kesehatan, dan makanan karena memiliki kandungan nutrisi seperti protein, asam lemak, vitamin, dan antioksidan yang tinggi. Spirulina sp. berperan sebagai produsen primer dalam struktur rantai makanan di perairan. Salah satu cara untuk meningkatkan kelimpahan populasinya yaitu menyediakan media pertumbuhan yang dibutuhkan Spirulina sp., diantaranya nutrien, intensitas cahaya, pH dan suhu (Lavens and Sorgeloos, 1996). Komposisi media kultur sebagai sumber nutrien diperlukan untuk pertumbuhan Spirulina sp. sehingga dibutuhkan media yang mempunyai kandungan nutrien tinggi dan proporsional. Menurut Kebede and Ahlgren (1996), Spirulina sp. adalah jenis Cyanobacteria yang mengandung klorofil dan dapat melakukan fotosintesis untuk membuat makanan sendiri. Zat warna alami yang dikandung Spirulina sp. terdiri atas pigmen hijau, merah, kuning dan biru (Richmond, 1988 dalam Borowitzka, 1994). Kandungan fikosianin yang tinggi pada mikroalga ini menyebabkan warnanya cenderung hijau biru. Spirulina sp. memiliki struktur trichoma spiral dengan filamen–filamen bersifat mortal dan tidak memiliki heterosit. Sel Spirulina sp. berukuran relatif besar yaitu 110 µm, sehingga dalam proses pemanenan dengan menggunakan kertas saring lebih mudah (Richmond, 1988 dalam Borowitzka, 1994).
8
2.7
Pupuk dalam Kultur Spirulina Kultur Spirulina sp. Umumnya menggunakan (pupuk Walne ), dimana
pupuk teknis ersebut berasal dari bahan kimia. Salah satu unsur dari pupuk teknis yang dibutuhkan Spirulina sp adalah nitrogen dan fosfor. Nitrogen dan fosfor merupakan nutrien yang dibutuhkan fitoplankton kehidupan dan pertumbuhannya. Nitrogen
dalam jumlah besar untuk
merupakan komponen untuk
meningkatkan aktivitas metabolisme sehingga terjadi pembelahan sel (Rafiqul 2005). Menurut Adhikari (2004), Spirulina sp membutuhkan pupuk sebagai faktor penunjang pertumbuhan sel yang didalamnya diperlukan minimal 16 unsur dan harus ada 3 unsur mutlak yang ada didalamnya yaitu nitrogen,fosfor, dan kalium.
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1
Tempat dan Waktu Praktikum budidaya pakan alami mengenai “Budidaya Spirulina” bertempat
di Laboratorium Akuakultur dan Laboratorium Akuakultur Gedung 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, pada hari Kamis tanggal 822 November 2018 pukul 13.00 – 15.30 WIB. 3.2
Alat dan Bahan Berikut ini merupakan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
kultur Spirulina sp. 3.2.1 Alat Praktikum Berikut ini merupakan alat yang digunakan dalam praktikum budidaya Spirulina sp. diantaranya: No 1
Alat Aerasi set
Fungsi Untuk pengaduk dan pemberi oksigen pada kultur.
2
Beaker glass
Untuk mengukur volume akuades.
3
Botol plastik 1,5 liter Sebagai media kultur.
4
Gelas ukur
Untuk mengukur volume probiotik dan molase.
5
Hand counter
Sebagai alat bantu menghitung spirulina.
6
Mikroskop
Untuk melihat ukuran spirulina.
7
Object Glass
Untuk menyimpan spirulina yang akan diukur.
8
Petridish
Untuk menyimpan sampel spirulina yang akan dihitung.
9
pH meter
Untuk mengukur pH air,
10
Pipet
Untuk mengambil sampel Spirulina sp.
9
10
11
Plankton net
Untuk menyaring spirulina.
12
Refraktometer
Untuk mengukur salinitas air.
13
Selang
Untuk menyipon spirulina.
14
Timbangan digital
Untuk menimbang pupuk.
15
Wadah plastiik
Untuk wadah spirulina yang dipanen. Tabel 1. Alat Praktikum
3.2.2 Bahan Praktikum Berikut ini merupakan bahan yang digunakan dalam praktikum budidaya Spirulina sp. diantaranya: No
Bahan
Fungsi
1
Akuades
Untuk media kultur spirulina.
2
TSP
Sebagai sumber nutrisi.
3
ZA
Untuk menurunkan pH dan pemberi unsur N.
4
FeCl
Untuk penyusun sitokrom dan klorofil.
5
NaHCO3
Untuk mempercepat reaksi fotosintesis.
6
Urea
Untuk penyuplai unsur N dan P.
7
Garam
Untuk memberi salinitas pada media kultur.
8
Starter Spirulina
Sebagai inokulan spirulina. Tabel 2.Bahan Praktikum
3.3
Metode Perhitungan Kepadatan Perhitungan kepadatan spirulina dilakukan dengan cara mengambil sampel
spirulina pada wadah kultur dengan menggunakan pipet tetes dan setelah itu diamati di bawah mikroskop dengan menggunakan haemacytometer untuk memudahkan perhitungan karena haemacytometer terdapat kotak-kotak. Spirulina yang berada di setiap kotak dihitung jumlahnya. Satu kali sampel sebaiknya menghitung sebanyak lima kotak, kemudian dicari nilai rata-rata dari ke lima kotak tersebut. Kepadatan populasi dihitung dengan rumus sebagai berikut : 𝑠 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 = × 250.000 5 Keterangan : S = Jumlah spirulina yang berada pada 5 kotak haemacytometer.
10
3.4
Prosedur Kultur Berikut merupakan prosedur kultur spirulina:
1.
Bersihkan akuarium yang akan dipakai sebagai tempat media kultur spirulina.
2.
Isi akuarium sebanyak 8 liter air dan siapkan bibit spirulina.
3.
Lalu masukkan bibit spirulina sebanyak 2 liter kedalam akuarium.
4.
Kemudian masukkan pupuk NaHCO3 , NaCl, Urea, TSP, ZA, dan FeCl. dan diberi aerasi selama 7 hari.
3.5
Prosedur Panen Berikut merupakan prosedur panen spirulina:
1.
Pertama ambil akuarium yang telah dikultur selama 7 hari atau lebih.
2.
Kemudian siapkan plankton net serta kertas saring yang akan digunakan untuk panen spirulina.
3.
Lalu siapkan toples atau akuarium lain untuk menampung air spirulina yang telah disaring
4.
Saring spirulina dari media kultur hingga media air spirulina menjadi lebih bening dari sebelumnya.
5.
Setelah disaring dan air telah menjadi lebih bening letakkan spirulina yang telah tersaring ke dalam kantong plastik yang telah disiapkan untuk ditimbang untuk berat basahnya.
6.
Setelah ditimbang spirulina dikeringkan/dijemur hingga menjadi bubuk kemudian ditimbang lagi untuk berat keringnya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil dan Pembahasan
15
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan kepadatan spirulina hari ke-14 sebesar
0000000 ind/l. Kepadatan dan hasil pengamatan suantikai dan hendrawandi (2009) menyatakan bahwa kepadatan yang didapatkan pada kultur spirulina hari ke-14 berkisar antara 00000 ind/ml atau 0000000 ind/l, maka hasil kultur spirulina yang dilakukan tidak sesuai dengan pengamatan suantika dan hendrawandi. Hal ini terjadi karena beberapa faktor diantaranya kondisi lingkungan yang kurang dijaga atau bisa juga disebut masih rentan dengan kontaminasi dan penyaringan yang tidak akurat pada saat panen, sehingga banyak spirulina yang terbuang. 5.2
Saran Untuk mendapatkan hasil spirulina yang baik pada saat praktikum,
sebaiknya dilakukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi dan menjaga kultur spirulina dari tingkat kontaminasi yang tinggi, karena hasil yang didapatkan akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adhikari. (2004). Household characteristics and forest dependency: evidence from common property forest management in Nepal. Ecological Economics Journal, Vol.48 P. 245-257. Bold, H.C, and Wynne, M.J. 1985. Introduction to the Algae Structure and Reproduction. Second Edition. Pretice-Hall Mc. Engelwood Cliffs, New York. Borowitzka, M.A. 1988. Algal Growth Media And Sources Of Algal Cultures. In : Borowitzka, M.A & L.J Borowitza (Eds) Microalga Biotechnology. Cambridge University Press: Cambridge. pp. 456-465. Brown, M.R., Jeffrey, S.W., Volkman, J.K., & Dunstan, G.A. 1997. Nutritional properties of microalgae for mariculture. Aquaculture. 151: 315-331. Carrieri, D., Momot, D., Brasg, I.A., Ananyev, G., Lenz, O., Bryant, D.A. Dismukes, G.C. 2010. Boosting autofermentation rates and product yields with sodium stress cycling: Application to production of renewable fuels by cyanobacteria. Journal Applied and Environmental Microbiology, Volume 76, Issue 19, 6455-6462 page. Ciferri, O. 1983. Spirulina The Edible Microorganisme. Microbial Review. American Society. Desmorieux, H. 2006. Convective Drying of Spirulina in Thin Layer. Journal Food Eng. Vol. 1. No. 77. Hh. 64-70. Hariyati, R. (2008). Pertumbuhan dan biomassa Spirulina sp. dalam skala laboratoris. BIOMA, Vol. 10, No.1, hal.19-22. Hongmei Gong et al. 2008. Characterization of photosystem II in saltstressed cyanobacterial Spirulina platensis cells. Lavens, P. and Sorgeloos, 1996, Manual on the Production and Use of Live Food for Aquaculture. Fisheries Technical Paper, Food and Agriculture Organization of The United Nation, Rome.
Novrina R. 2003. Teknik kultur Nannoclholoropsis sp.di Balai Budidaya Lampung. Universitas Lampung. Lampung. Rafiqul IM, Jalal KCA, Alam MZ. 2005. Environmental Factors for Optimisation of Spirulina Biomass in Laboratory Culture. Asian Network for Scientific Information, Biotechnology 4(1): 19-22.
17
Richmond A. 1986. CRC Handbook of Microalgal Mass Culture. CRC Press, Inc. Florida. p. 199-244. Suryati. 2002. Pemanfaatan limbah cair pabrik gula (LCPG) untuk pertumbuhan Spirulina sp. Skripsi. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang. 74 hal. Taw Nyan,DR. 1990 . Petunjuk Pemeliharaan Kultur Murni dan Massal Mikroalga. Proyek Pengembangan Budidaya Udang : United Nations Development Progrramme Food and agriculture organization of the Unite Nations. US. 34 hal (diterjemahkan oleh : Budiono M & Indah W) Tokusoglu, O., M.K. Uunal. 2006. Biomass nutrient profile of three microalgae: Spirulina platensis, Chlorella vulgaris and Isochrisis galbana.Journal Food Sci. Vol. 86 (4): 1144 -1148.
18
19
Lampiran
21
Lampiran 1. Alat Praktikum
22
Lampiran 2. Bahan Praktikum
23
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Praktikum
24
Lampiran 4. Prosedur Bagan Alir Lampiran 5. Tabel Pengamatan
25
Lampiran 6. Hatching Rate (Hr) dan Survival Rate (Sr)