297990_laporan Hasil Survey.docx

  • Uploaded by: Eka Prasetya
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 297990_laporan Hasil Survey.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,996
  • Pages: 44
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, karunia, dan kehendak-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas survey proyek hingga akhir penyusunan Laporan Hasil Survey Proyek Pembangunan Jembatan dan Jalan Akses Jl. Ratna – Darmo Kali Surabaya dengan baik dan lancar. Laporan Hasil Survey ini merupakan rangkuman dari hasil pengamatan penulis di lapangan. Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak. Dengan penuh rasa hormat, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Drs. Andang Widjaja, S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Metode Pelaksanaan Konstruksi K3L yang telah memberikan bimbingan, nasehat, dukungan serta semangat hingga selesainya tugas ini. 2. Bapak Kurnia Hadi Putra, S.Pd., S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Metode Pelaksanaan Konstruksi K3L yang telah memberikan bimbingan, nasehat, dukungan serta semangat hingga selesainya tugas ini Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan laporan hasil survey ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan penguasaan ilmu rekayasa sipil di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya.

Surabaya, Desember 2017

Penulis

ii Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 1.1.

Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2.

Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

1.3.

Tujuan ................................................................................................................. 2

1.4.

Manfaat ............................................................................................................... 3

1.5.

Sistematika Penulisan Laporan ........................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 5 2.1.

Perkerasan Jalan .................................................................................................. 5

2.2.

Lapis Aspal Beton (LASTON) ........................................................................... 6

2.3.

Campuran Aspal Panas ....................................................................................... 7

BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................................... 10 3.1.

Objek Penelitian ................................................................................................ 10

3.2.

Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 10

3.3.

Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 11

3.4.

Lokasi................................................................................................................ 11

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 13 4.1 Proyek Pembangunan Jembatan dan Jalan Akses Jl. Ratna – Darmo Kali Surabaya ...................................................................................................................................... 13 A.

PEKERJAAN PERSIAPAN .......................................................................... 13

B.

PEKERJAAN JEMBATAN ........................................................................... 19

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 39 6.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 39 6.2 Saran ....................................................................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 40 LAMPIRAN..................................................................................................................... 41

iii Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Konstruksi perkerasan kaku (Rigid Pavement) banyak digunakan pada kondisi tanah dasar yang mempunyai daya dukung rendah, atau pada kondisi tanah yang mempunyai daya dukung yang tidak seragam. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang mampu menahan beban roda kendaraan dan menyebarkannya ke tanah dasar secara efisien. Sifat beton yang mampu menahan beban tekan dijadikan sebagai andalan untuk menahan beban roda kendaraan, sementara kelemahan dalam menahan beban yang mengakibatkan terjadinya tegangan tarik, dijadikan sebagai kendala dalam perencanaan tebal plat beton. Dampak dari terjadinya tegangan tarik akibat beban yang melebihi tegangan tarik dari beton adalah terjadinya retak-retak pada permukaan. Jika retak yang terjadi tidak segera ditangani, dan konstruksi perkerasan tetap menerima beban kendaraan, maka akan menambah terjadinya retak yang pada akhirnya berakibat pada berkurangnya umur rencana dari konstruksi perkerasan. Salah satu cara untuk mengetahui bagaimana hubungan antara beban terhadap tegangan yang terjadi pada permukaan perkerasan, dapat dilakukan melalui kajian eksperimental pada model konstruksi perkerasan kaku. Dan untuk mendapatkan bentuk model konstruksi perkerasan kaku yang paling baik, dalam pengujiannya harus 2 ada beberapa alternatif model konstruksi perkerasan kaku sebagai pembanding terhadap bentuk konstruksi perkerasan kaku yang umum digunakan dilapangan. Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain (jalan air atau jalan lalu lintas biasa). Jembatan yang merupakan bagian dari jalan, sangat diperlukan dalam sistem jaringan

1 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

transportasi darat yang akan menunjang pembangunan pada daerah tersebut. Perencanaan pembangunan jembatan harus diperhatikan seefektif dan seefisien mungkin, sehingga pembangunan jembatan dapat memenuhi keamanan dan kenyamanan bagi para pengguna jembatan (Struyk, 1984). Keamanan jembatan menjadi faktor utama yang harus diperhatikan dalam perancangan jembatan. Beban primer, beban sekunder, dan beban khusus harus diperhitungkan dalam perancangan jembatan agar memiliki ketahanan dalam menopang beban – beban tersebut. Keselamatan dan keamanan pengguna jembatan menjadi hal penting yang harus diutamakan.

Keberadaan

jembatan

saat

ini

terus

mengalami

perkembangan, dari bentuk sederhana sampai yang paling kompleks, demikian juga bahan – bahan yang digunakan mulai dari bambu, kayu, beton dan baja. Penggunaaan bahan beton untuk struktur jembatan akan memberikan keuntungan yang berlebih terhadap perkembangan serta kelancaran sarana transportasi antar daerah maupun antar pulau yang ada diseluruh Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah Pada penulisan sebuah karya diperlukan sebuah rumusan masalah guna mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai, adapun rumusan masalah yang digunakan adalah sebagai berikut:

Bagaimana Metode Pelaksanaan

Konstruksi Proyek Jembatan Ratna?

1.3. Tujuan Berdasarkan dengan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah mengetahui bagaimana metode pelaksanaan konstruksi proyek Jembatan Ratna.

2 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

1.4. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari laporan ini adalah, 1. Memberikan informasi tentang tahapan-tahapan pelaksanaan pembangunan jembatan dengan perkerasan kaku (rigid pavement). 2. Sebagai bahan

masukan

dalam metode

pelaksanaan

konstruksi jembatan dengan perkerasan kaku (rigid pavement).

1.5. Sistematika Penulisan Laporan Secara garis besar, Laporan ini akan disusun menjadi 5 (lima) bab dengan sistematika sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Bab pendahuluan berisi uraian latar belakang yang berisi pokok pikiran mengenai permasalahan yang akan dikaji. Kemudian dilanjutkan dengan perumusan masalah yang diangkat berdasarkan uraian latar belakang, maksud dan tujuan proyek, lokasi proyek, serta sistematikan penulisan laporan. BAB II. DASAR TEORI Pada bab ini akan menguraikan landasan teori yang berhubungan dengan pokok pikiran Laporan itu sendiri, berisi uraian umum terkait teori, definisi atau pengertian yang diambil dari beberapa literatur terkait pembahasan laporan. Adapun pengertian atau definisi tersebut merupakan penjelasan mengenai istilah yang berkaitan dengan penulisan laporan dan literature review. BAB III. METODOLOGI Bab ini menjabarkan tentang metodologi yang digunakan dalam penyusunan laporan. Pada bab ini dijabarkan juga mengenai teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai landasan untuk melaksanakan penulisan laporan.

3 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

BAB IV. ANALISA DATA Bab ini menjelaskan hasil dari survey lapangan terkait Metode pelaksanaan konstruksi Proyek Jembatan Ratna BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran sebagai bagian akhir dari laporan hasil survey ini.

4 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam memenuhi kelancaran pergerakan lalu lintas. Perkerasan jalan yang digunakan pada saat sekarang ini umumnya terdiri atas tiga jenis, yaitu perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit. Secara umum bahwa perkerasan jalan ini terdiri dari beberapa lapis, seperti : 

Lapis permukaan (surface course)



Lapis pondasi atas (base course)



Lapis pondasi bawah (subbase course)



Lapisan tanah dasar (subgrade)

1. Perkerasan Lentur (flexible pavement) Perkerasan lentur adalah jenis perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat untuk lapisan perkerasan. Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi sebagai penerima beban lalu lintas dan menyebarkan ke lapisan dibawahnya. 2. Perkerasan Kaku (rigid pavement) Perkerasan kaku adalah jenis perkerasan yang menggunakan lapisan pelat beton baik menggunakan tulangan atau tanpa tulangan yang diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa pondasi bawah. Beban yang bekerja atau yang melintasi lapisan perkerasan kaku sebagian besar dipikul oleh pelat beton tersebut. 3. Perkerasan Komposit (composite pavement) Perkerasan komposit adalah kombinasi antara konstruksi perkerasan lentur dengan konstruksi perkerasan kaku. Dalam kombinasi tersebut,

5 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

perkerasan kaku dapat diletakkan di atas perkerasan lentur atau juga sebaliknya. Perbedaan utama antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku dapat terlihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Perbedaan perkerasan lentur dan perkerasan kaku

1

Perkerasan Lentur

Perkerasan Kaku

Aspal

Semen

Repetisi

Timbul rutting(lendutan pada

Timbul retak-retak pada

beban

jalur roda)

permukaan

Penurunan

Jalan bergelombang

Bersifat sebagai balok diatas

tanah dasar

(mengikuti tanah dasar)

perletakan

Perubahan

Modulus kekakuan berubah.

Modulus kekakuan tidak

temperatur

Timbul tegangan dalam yang

berubah. Timbul tegangan

kecil

dalam yang besar.

Bahan Pengikat

2

3

4

2.2. Lapis Aspal Beton (LASTON) Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Material agregatnya terdiri dari campuran agregat kasar, agregat halus, dan filer yang bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang didapat terutama berasal dari sifat mengunci (interlocking) agregat dan juga sedikit dari mortar pasir, filler, dan aspal. Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Material agregatnya terdiri dari campuran agregat kasar, agregat

6 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

halus, dan filer yang bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang didapat terutama berasal dari sifat mengunci (interlocking) agregat dan juga sedikit dari mortar pasir, filler, dan aspal. Berdasarkan fungsinya aspal beton dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Sebagai lapis permukaan (lapis aus) yang tahan terhadap cuaca, gaya geser, dan tekanan roda serta memberikan lapis kedap air yang dapat melindungi lapis di bawahnya dari rembesan air dikenal dengan nama Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC). b. Sebagai lapis pengikat dikenal dengan nama Asphalt Concrete-Binder Course (AC-WC). c. Sebagai lapis pondasi, jika dipergunakan pada pekerjaan peningkatan atau pemeliharaan jalan, dikenal dengan nama Asphalt Concrete-Base (ACBase).

2.3. Campuran Aspal Panas Campuran aspal panas adalah suatu kombinasi pencampuran antar agregat bergradasi rapat yang berisi agregat kasar, halus, dan filler sebagai komposisi utama kemudian ditambahkan aspal sebagai bahan pengikat. Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur serta dipadatkan dalam kondisi panas pada suhu tertentu sehingga membentuk suatu campuran yang bisa digunakan sebagai bahan lapis perkerasan pada jalan. Jenis perkerasan dengan menggunakan campuran aspal panas adalah jenis perkerasan lentur. Dalam pembuatan campuran aspal panas, terlebih dahulu agregat dan aspal yang digunakan dipanaskan. Fungsi dari pemanasan ini adalah agar memudahkan dalam pelaksanaan pencampuran. Sebagaimana kita ketahui, aspal dalam kondisi dingin memiliki sifat fisik yang relatif kaku, sehingga untuk mencairkan perlu dipanaskan terlebih dahulu pada suhu tertentu barulah dicampurkan dengan agregat. 7 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

Kemampuan campuran beraspal dalam memperoleh daya dukung ditentukan dari friksi dan kohesi bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beraspal tersebut. Friksi agregat diperoleh dari gaya gesek antara butiran dan gradasi serta kekuatan agregat itu sendiri. Jika suatu agregat memiliki sifat fisik yang kuat dan gradasi antar butir agregat semakin rapat, maka dengan sendirinya akan memiliki friksi yang baik. Sedangkan untuk kohesi sendiri diperoleh dari sifat-sifat aspal yang digunakan. Oleh sebab itu kinerja campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh agregat dan aspal yang digunakan (Bina Marga, 2002). Bahan penyusun konstruksi perkerasan jalan terdiri dari agregat (agregat kasar dan agregat halus) filler, dan aspal. Berikut adalah bahan penyusun konstruksi perkerasan jalan yang digunakan, yaitu: a) Aspal Aspal adalah suatu unsur dari minyak bumi paling kasar yang bukan hasil proses utama dalam distilasi minyak bumi. Tetapi merupakan residu dari minyak mentah. Residu minyak bumi ini memiliki komponen yang bervariasi mulai dari 1 persen hingga 58 persen berat. Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang disebut bitumen. Oleh sebab itu, aspal sering disebut material berbituminous. Fungsi aspal adalah sebagai bahan pengikat aspal dan agregat atau antara aspal itu sendiri, juga sebagai pengisi rongga pada agregat. Daya tahannya (durability) berupa kemampuan aspal mempertahankan sifat aspal akibat pengaruh cuaca dan tergantung pada sifat campuran aspal dan agregat. Sedangkan sifat adhesi dan kohesi yaitu kemampuan aspal mempertahankan ikatan yang baik. Sifat kepekaan terhadap temperaturnya aspal adalah material termoplastik yang bersifat lunak / cair apabila temperaturnya

8 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

bertambah. b) Agregat Agregat adalah partikel mineral yang berbentuk butiran-butiran yang merupakan salah satu penggunaan dalam kombinasi dengan berbagai macam tipe mulai dari sebagai bahan material di semen untuk membentuk beton, lapis pondasi jalan, material pengisi, dan lain-lain. Agregat didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras dan padat. Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan, yaitu 90-95% agregat berdasarkan prosentase berat atau 75- 85% agregat berdasarkan prosentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain. Pemilihan agregat yang akan digunakan harus memperhatikan ketersediaan bahan di lokasi, jenis konstruksi, gradasi, ukuran maksimum, kebersihan, daya tahan, bentuk, tekstur, daya lekat agregat terhadap aspal, dan berat jenisnya. Agregat yang digunakan dalam perkersan jalan ini memiliki diameter agregat antara 19 mm sampai 0.075 mm. Atau agregat yang lolos saringan 3/4 sampai no. 200.

9 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian 

Batching Plant dari PT. Varia Usaha Beton – Waru Sidoarjo



Batching Plant dari PT. Varia Usaha Beton – Waru Surabaya adalah salah satu perusahaan penyedia produk beton segar di Sidoarjo. Lokasi perusaan terletak di Jalan Letjen S Parman no.30 waru Sidoarjo Jawa Timur.

3.2. Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung atau diperoleh dengan cara survey lapangan dan wawancara. Data-data yang dikumpulkan seperti data-data umum dan data teknis proyek yang ada di perusahaan. Sedangkan data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari melalui dokumen (Sugiyono, 2005). Pada penelitian data sekunder, data diperoleh dari artikel, peraturan-peraturan, dan sebagainya yang diperoleh dari internet. Berikut adalah data Perusahaan yang dapat dikumpulkan melalui survei dilapangan: •

Nama Perusahaan

: Pembangunan Jembatan dan Jalan Akses Jl.

Ratna Darmokali Surabaya 

Alamat

: Jalan Letjen S Parman no.30 waru Sidoarjo Jawa

Timur

10 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

3.3. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penulisan laporan ini terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Berikut ini merupakan teknik pengumpulan data primer yang dilakukan dalam penyusunan laporan ini: a. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung di lapangan, b. Wawancara, yaitu melaksanakan tanya jawab dengan pembimbing di lapangan dari pihak kontraktor dan pelaksana. Adapun hasil dari pengumpulan data primer dilapangan adalah sebagai berikut: a. Gambaran kondisi umum Perusahaan PT. Varia Usaha Beton b. Dokumentasi berupa foto. Sementara itu, untuk pengumpulan data sekunder didapatkan melalui teknik studi literatur terkait dengan pembahasan laporan. Data sekunder didapatkan dengan melakukan internet research mengenai referensi dalam penyusunan laporan.

Perijinan

Pengumpulan Data

Pelaporan Hasil Survey Gambar 1. Diagram Alir Metodologi Survey Lapangan

3.4. Lokasi PT.Varia Usaha Beton terletak pada area kawasan Sidoaarjo tepatnya pada Kecamatan Waru. Adapun berikut ini merupakan visualisasi google 11 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

maps serta kondisi eksisting dari lokasi PT. Varia Usaha Beton

Gambar 2. Peta Lokasi Tampak Atas Denah Lokasi Proyek Jembatan Ratna

Gambar 3. Kondisi Eksisting Lahan Proyek Jembatan Ratna

12 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proyek Pembangunan Jembatan dan Jalan Akses Jl. Ratna – Darmo Kali Surabaya Jembatan Ratna merupakan salah satu usaha Pemkot Surabaya berusaha memecah kepadatan lalu lintas yang kerap terjadi di jalur tengah kota. Salah satunya dengan membangun Jembatan Ratna. Jembatan Ratna ini nantinya akan menyambungkan Jalan Ngagel dengan Jalan Darmo Kali dan Jalan Bengawan. Adapun berdasarkan hasil observasi di lapangan diketahui bahwa saat ini proses pengerjaan Jembatan Ratna telah berada pada tahapan finishing atau penyelesaian. Adapun berikut ini merupakan tahapan – tahapan dari metode pelaksanaan konstruksi dari proyek pembangunan jembatan dan Jalan Akses Jl. Ratna – Darmo Kali Surabaya A. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Persiapan (Mobilisasi & Demobilisasi) Metode Kerja: Persiapan : a. Sebelum memulai pekerjaan kontraktor akan membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Kerja, bermaterai Rp. 6.000,00 ditujukan kepada PPKm dengan tembusan kepada Direksi Proyek yang lain. b. Membuat Surat Pemberitahuan Mulai Kerja, ditujukan kepada PPKm dengan tembusan kepada Direksi Proyek yang lain, serta instansi terkait, termasuk Kepada Camat dan Kepala Kelurahan yang wilayah kerjanya termasuk di dalam area proyek. c. Mengajukan pada Direksi proyek, meliputi

hal–hal sebagai

berikut:

13 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L



Rencana kerja tertulis dilengkapi dengan Time Schedule serta rencana pemakaian peralatan kerja utama dan pendukung sesuai kebutuhan.



Contoh bahan / sample yang akan digunakan dalam pekerjaan pembangunan jembatan dan jalan.

d. Melakukan koordinasi dengan Direksi Proyek berkaitan dengan pembahasan Rencana Kerja, contoh bahan dan petunjuk pengarahan kerja ( Pre Construction Meeting ). e. Melakukan koordinasi dengan Instansi yang berwenang / terkait berkenaan dengan : 

Sosialisasi adanya pekerjaan pembangunan jembatan dan jalan akses Mastrip - Jambangan.



Gangguan kelancaran lalu lintas selama masa pelaksanaan pada ruas jalan tersebut.



Kemungkinan hambatan / gangguan pada utilitas yang ada ( tiang, kabel atau pipa).



Keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja seluruh pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan proyek termasuk warga masyarakat yang tinggal atau tengah melintas pada area pekerjaan selama masa pelaksanaan.

f. Mendirikan Direksi Keet yang cukup representatif dan memenuhi ketentuan dalam Dokumen Lelang diantaranya : 

Lokasinya telah mendapat persetujuan Direksi Proyek.



Berukuran lebih dari 3 m x 9 m terdiri atas Kantor Direksi, Kantor Kontraktor, Gudang peralatan dan bahan kerja serta Barak Pekerja.



Dilengkapi dengan peralatan kantor yang memadai ( meja, kursi, lemari, papan tulis, peralatan tulis menulis ), air minum,

14 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

toilet, perlengkapan P3K serta penerangan / listrik kerja yang cukup. 

Untuk menunjang kelancaran pekerjaan juga tersedianya peralatan pengukuran berupa Theodolith, Waterpass, Roll Meter.

Mobilisasi dan Demobilisasi : a. Mobilisasi dilaksanakan setelah menerima Surat Perintah Kerja (SPK), maka segera dilaksanakan Mobilisasi tenaga, alat, dan bahan sesuai dengan dengan jadwal dan metode pelaksanakan. b. Demobilisasi dilakukan setelah pekerjaan telah selesai dilakukan. c. Segala resiko yang diakibatkan oleh pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi menjadi tanggung jawab kontraktor.

Gambar 1. Tahapan Mobilisasi Pada Pekerjaan Persiapan 2. Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank ( Uitzet ) Metode Kerja: Pengukuran : a. Sebelum

pekerjaan

dimulai

terlebih

dahulu

dilakukan

pengukuran lapangan (Uitzet), tujuan dari pengukuran lapangan

15 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

adalah untuk menentukan letak bangunan, elevasi dan titik ikat BM (Bench Mark) dan Mengetahui batas-batas area yang akan dikerjakan. b. Titik – titik yang menjadi acuan ditandai dengan menggunakan patok. c. Memberi tanda misalnya utilitas existing seperti Tiang Telfond, PJU, Listrik, Pipa Gas, Kabel, dan akan dikoordinasikan lebih lajut dengan Instansi terkait Untuk melakukan pergeseran / pemindahan apabila mengganggu kelancaran proyek. d. Alat yang di gunakan dalam pengukuran lapangan yaitu Total Station / Theodolit, Meteran 5 m – 50 m, dan Roll Meter. e. Pengukuran ini dilakukan oleh seorang surveyor dan pembantu surveyor. f. Setelah pengukuran Kontraktor akan membuat Shop Drawing /Gambar Pelaksanaan, dan membuat MC-0 apabila ada perubahan volume pekerjaan.

Gambar 2. Pekerjaan pengukuran dengan alat

Pemasangan Bouwplank : a. Pekerjaan ini

dilakukan seiring

atau setelah

pekerjaan

pengukuran lapangan dilakukan.

16 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

b. Pemasangan Bouwplank dilaksanakan bersama-sama oleh Kontraktor, Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana dan Direksi Dinas PU, dan dibuat berita acara Pematokan. c. Bahan yang digunakan untuk pemasangan bouwplank adalah kayu papan, kayu meranti, dan paku.

Gambar 3. Pemasangan Bouwplank

3. Pembuatan Papan Nama Proyek Metode Kerja: a. Papan Nama Proyek akan dibuat dan dipasang pada awal pelaksanaan kegiatan. b. Papan Nama Proyek ini dibuat dari triplek t. 12 mm dengan ukuran 90 x 120 cm, ditopang kayu kaso (5/7) dengan tinggi 250 cm dari permukaan tanah dan dicat dasar warna yang sesuai dan huruf cetak berwarna hitam yang berisi informasi mengenai cakupan kegiatan yang akan dilaksanakan, antara lain :

17 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L



Nama Kegiatan.



Nama Pekerjaan.



Biaya Pekerjaan.



Sumber Dana.



Jangka Waktu.



Nama Penyedia Jasa.

d. Papan nama proyek dipasang pada lokasi yang mudah dilihat oleh masyarakat dan tidak mengganggu lalu lintas.

Gambar 4. Papan nama proyek 4. Pasang Rambu Pengaman Lalu Lintas Metode Kerja: a. Rambu pengaman lalu lintas akan selalu dipasang pada saat proses pekerjaan berlangsung.

18 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

b. Rambu pengaman keselamatan kerja dipasang diluar dan didalam lokasi pekerjaan. c. Setiap titik rambu pengaman akan selalu dijaga oleh pekerja.

Gambar 5. Rambu – rambu pekerjaan

B. PEKERJAAN JEMBATAN B.1

KONTRUKSI BANGUNAN BAWAH Pada pekerjaan kontruksi bangunan bawah (Jembatan ) ini meliputi: 1. Pekerjaan pengadaan dan pemasangan pondasi tiang pancang. 2. Pekerjaan abutment dan wingwall jembatan. 3. Pekerjaan pilar tengah jembatan. 1. Pekerjaan pengadaan dan pemasangan pondasi tiang pancang Metode Kerja: Pengadaan : a. Pekerjaan ini dilakukan setelah dilakukan pengukuran (Uitset) dan pemasangan bouwpalnk. b. Sebelum dan selama pekerjaan berlangsung Kontraktor akan melakukan tes penyelidikan tanah, tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi tanah dilokasi pekerjaan.

19 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

c. Kontraktor akan menyerahkan data produk dari pabrikan tiang pancang kepada Direksi Dinas PU dan Konsultan Pengawas. d. Pada saat pemesanan Tiang Pancang, Kontraktor akan megundang Direksi Dinas PU dan Konsultan Pengawas untuk melakukan kunjungan pabrikasi, tujuannya adalah untuk memastikan Tiang Pancang yang dipesan sudah sesuai dengan Spesifikasi. e. Semua tiang pancang yang dikirim ke lokasi proyek harus dilengkapi dengan sertifikat pabrik. f. Tiang Pancang akan ditolak apabila dalam kondisi retak, pecah, keropos.

Pemasangan Tiang Pancang : a. Kontraktor harus membuat ijin tahapan pemancangan kepada Konsultan Pengawas dan Direksi Direksi Dinas PU dan menyerahkan secara detail metode pemancangan untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan peralatan pancang yang akan dipakai b. Kontraktor harus mengusulkan urutan pemancangan tiangtiang yang berdekatan untuk memperoleh persetujuan. c. Pemancangan harus dilaksanakan oleh operator dan staf pengawas yang berpengalaman dengan sistem yang dipakai. d. Pemancangan dilakukan dengan alat Hammer Tiang Pancang dan untuk pengangkatan dengan menggunakan Crane. e. Untuk pemancangan disungai digunakan ponton sebagai alas dari alat pancang, dan ponton harus tetap stabil ketika berada di dalam sungai.

20 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

f. Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu sesuai dengan perencanaan, Selanjutnya dilakukan pemancangan dititik berikutnya. g. Pada setiap waktu sejak pemancangan hingga saat struktur diatas tiang dikerjakan, tiang harus dilindungi sedemikian untuk menjaga posisi, vertikal atau kemiringan yang direncanakan dan untuk menghindari buckling. h. Kontraktor harus menjamin kesesuaian, efisiensi dan energi dari alat pancang. Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan alat pancang dengan kapasitas yang sesuai untuk menjamin keutuhan tiang selama pemancangan. Selama pemancangan kepala tiang harus dilindungi dengan helmet dan dolly. Packing dari helmet dan dolly ini harus selalu dalam kondisi baik dan harus diganti bilamana diperlukan atau bila diperintahkan oleh Direksi / Pengawas untuk menghindari kerusakan pada kepala tiang. i. Kontraktor harus menjamin agar selama pelaksanaan pemancangan tidak terjadi pergeseran atau kerusakan yang dapat mengganggu perilaku dan ketahanan tiang yang telah terpancang.

Gambar 6. Proses Pengangkatan dan Pengecekan Kemiringan Tiang Pancang

21 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

Gambar 7. Proses Pemancangan Tiang Pancang

2. Pekerjaan Abutment dan Wingwall Jembatan Pada pekerjaan abutmen jembatan meliputi : -

Pekerjaan galian tanah abutment jembatan

-

Pekerjaan begesting abutment dan wingwall jembatan

-

Pekerjaan pembesian abutment dan wingwall jembatan

-

Pekerjaan pengecoran abutment dan wingwall jembatan

22 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

Metode Kerja: Pekerjaan Galian Tanah Abutment Jembatan: a.

Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan pemancangan tiang pancang.

b.

Prosedur galian : 

Galian dilaksanakan dengan alat Excavator.



Penggalian

dilaksanakan

sesuai

dengan

elevasi

kedalaman yang telah ditentukan dalam gambar bestek. 

Hasil galian akan segera dibuang keluar lokasi proyek dan tidak diperbolehkan untuk dipakai sebagai timbunan kembali.



Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara galian yang stabil dan mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya, harus dipertahan-kan sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang memadai harus dipasang bilamana permukaan lereng galian mungkin tidak stabil.



Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade) yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam hari berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan, sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan

23 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

Gambar 8. Pekerjaan Galian Abutment

Pekerjaan Begesting Abutment dan Wingwall Jembatan : a. Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan galian abutment jembatan. b. Untuk cetakan beton pada abutment dibuat dari multiplek 12 mm, diperkuat dengan kayu – kayu stut (ukuran 4/6, 5/7, serta 6/12) dengan dilengkapi tie rod dll). c. Agar memudahkan pembongkaran bekisting dan juga untuk menjaga permukaan beton (mempertahankan bentuk) maka permukaan bekisting dilapisi dengan minyak bekisting sebelum dilaksanakan pekerjaan cor beton. d. Untuk mempercepat proses begesting Kontraktor boleh membuat begesting dari besi plat dengan rangka.

24 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

Pekerjaan Pembesian : a.

Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan begesting.

b.

Besi yang didatangkan harus menunjukkan sertifikat test dari pabrik, sehingga dapat diketahui mutu besi yang di datangkan baik ukuran maupun kekuatan tariknya.

c.

Kontraktor juga akan melakukan pengujian diameter besi dan kuat Tarik besi yang digunakan di laboratorium independen, tujuannya untuk memastikan besi yang di gunakan sudah sesuai dengan spesifikasi.

d.

Penempatan besi dilapangan ditata sedemikian rupa berdasarkan

atas

diameter

dan

potongan,

sehingga

memudahkan pengecekan dan pengambilan pada saat akan dipasang. e.

Pemotongan besi digunakan bar – cutter dan pembengkokan dilaksanakan dengan bar bender.

f.

Besi dirangkai sedemikian rupa sesuai dengan gambar bestek.

Gambar 9. Pekerjaan Begesting dan Pembesian Abutment

25 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

Pekerjaan Pengecoran Abutment Jembatan : a. Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan begesting dan pembesian selesai dilaksanakan. b. Pengecoran Abutment dilakukan dengan menggunakan Beton dari Pabrik dengan mutu sesuai dengan yang tertera pada spesifikasi teknis. c. Sebelum pengecoran kontraktor akan melakukan tes slump tujuannya unutk mengetahui kadar keenceran beton dan membuat benda uji untuk dilakukan pengetesan beton di laboratorium independen. d. Untuk memastikan pengecoran tidak keropos, pada saat pengecoran diharuskan menggunakan mesin penggetar beton (Concrete

Vibrator).

Proses

pengerjaan

pengecoran

abuntment jembatan dilakukan dengan cara cor di tempat, menggunakan peralatan concrete pump. e. Kontraktor akan melakukan perawatan beton, artinya beton telah mengeras. Perawatan ini dilakukan, agar proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal selama 7 (tujuh) hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat.

26 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

Gambar 10. Proses Pengecoran Abutment

3. Pekerjaan Pilar Tengah Jembatan Pada pekerjaan pilar tengah jembatan meliputi : -

Pekerjaan begesting pilar tengah jembatan

-

Pekerjaan pembesian pilar tengah jembatan

-

Pekerjaan pengecoran pilar tengah jembatan

Pekerjaan Begesting Pilar Tengah Jembatan : a.

Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan pemancangan tiang pancang.

b.

Kontraktor akan membuat perancah di sungai untuk proses begesting pilar tengah jembatan.

c.

Untuk cetakan beton pada pilar tengah jembatan dibuat dari multiplek 12 mm, diperkuat dengan kayu – kayu stut (ukuran 4/6, 5/7, serta 6/12) dengan dilengkapi tie rod dll).

d.

Agar memudahkan pembongkaran bekisting dan juga untuk menjaga permukaan beton (mempertahankan bentuk) maka

27 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

permukaan bekisting dilapisi dengan minyak bekisting sebelum dilaksanakan pekerjaan cor beton. e.

Untuk mempercepat proses begesting Kontraktor boleh membuat begesting dari besi plat dengan rangka.

Pekerjaan Pembesian : a. Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan begesting. b. Besi yang didatangkan harus menunjukkan sertifikat test dari pabrik, sehingga dapat diketahui mutu besi yang di datangkan baik ukuran maupun kekuatan tariknya. c. Kontraktor juga akan melakukan pengujian diameter besi dan kuat Tarik besi yang digunakan di laboratorium independen, tujuannya untuk memastikan besi yang di gunakan sudah sesuai dengan spesifikasi. d. Penempatan

besi

dilapangan

berdasarkan

atas

diameter

ditata dan

sedemikian

potongan,

rupa

sehingga

memudahkan pengecekan dan pengambilan pada saat akan dipasang. e. Pemotongan besi digunakan bar – cutter dan pembengkokan dilaksanakan dengan bar bender. f. Besi dirangkai sedemikian rupa sesuai dengan gambar bestek.

Pekerjaan Pengecoran Pilar Tengah Jembatan : a. Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan begesting dan pembesian selesai dilaksanakan.

28 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

b. Pengecoran Pilar Tengah Jembatan dilakukan dengan menggunakan Beton dari Pabrik dengan mutu sesuai dengan yang tertera pada spesifikasi teknis. c. Untuk memudahkan pengecoran Pilar Tengah Jembatan yang berada di Sungai maka dipergunakan Concrete Pump untuk menyalurkan beton ke tempat pengecoran. d. Sebelum pengecoran kontraktor akan melakukan tes slump tujuannya unutk mengetahui kadar keenceran beton dan membuat benda uji untuk dilakukan pengetesan beton di laboratorium independen. e. Untuk memastikan pengecoran tidak keropos, pada saat pengecoran diharuskan menggunakan mesin penggetar beton (Concrete Vibrator) f. Kontraktor akan melakukan perawatan beton, artinya beton telah mengeras. Perawatan ini dilakukan, agar proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal selama 7 (tujuh) hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat.

B.2 KONTRUKSI BANGUNAN ATAS Pada pekerjaan kontruksi bangunan atas (Jembatan ) ini meliputi : 1. Pekerjaan pengadaan dan pemasangan voided slab 2. Pekerjaan plat lantai kendaraan 3. Pekerjaan trotoar jembatan 4. Pekerjaan plat injak 5. Pekerjaan ralling pagar jembatan 29 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

6. Pekerjaan lapisan perkerasan jalan pada jembatan 1. Pekerjaan pengadaan dan pemasangan voided slab Metode Kerja: Pengadaan : a. Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan abutment dan pilar tengah jembatan. b. Sebelum

pemasangan

Voided

Slab

terlebih

dahulu

pemasangan elastomer bearing pad, spesifikasi elastomer bearing pad sesuai yang tertera dalam spesifikasi teknis. c. Kontraktor akan menyerahkan data produk dari pabrikan Voided Slab kepada Direksi Dinas PU dan Konsultan Pengawas. d. Pada saat pemesanan Voided Slab, Kontraktor akan megundang Direksi Dinas PU dan Konsultan Pengawas untuk melakukan kunjungan pabrikasi, tujuannya adalah untuk memastikan

Voided Slab yang akan didatangkan

sudah sesuai dengan Spesifikasi. e. Semua Voided Slab yang dikirim ke lokasi proyek harus dilengkapi dengan sertifikat pabrik.

Pemasangan : a. Voided Slab yang digunakan pada pekerjaan ini adalah Voided Slab dengan system full span dengan panjang sesuai dengan gambar, dan berfungsi sebagai balok sekaligus plat. b. Untuk pemasangan Voided Slab dengan menggunakan dua Crane yang saling berhadapan, dan diletakkan di Abutment dan Pilar Tengah Jembatan. 30 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

Gambar 11. Proses Pemasangan Voided Slab

2. Pekerjaan Plat Lantai Kendaraan Pada pekerjaan plat lantai kendaraan ini meliputi : -

Pekerjaan pembesian.

-

Pekerjaan pengecoran.

Metode Kerja: Pekerjaan pembesian : a. Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan pemasangan Voided Slab. b. Besi yang didatangkan harus menunjukkan sertifikat test dari pabrik, sehingga dapat diketahui mutu besi yang di datangkan baik ukuran maupun kekuatan tariknya.

31 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

c. Kontraktor juga akan melakukan pengujian diameter besi dan kuat Tarik besi yang digunakan di laboratorium independen, tujuannya untuk memastikan besi yang di gunakan sudah sesuai dengan spesifikasi. d. Penempatan

besi

dilapangan

berdasarkan

atas

diameter

ditata dan

sedemikian

potongan,

rupa

sehingga

memudahkan pengecekan dan pengambilan pada saat akan dipasang. e. Pemotongan besi digunakan bar – cutter dan pembengkokan dilaksanakan dengan bar bender. f. Besi dirangkai sedemikian rupa sesuai dengan gambar bestek.

Pekerjaan Pengecoran : a. Setelah pembesian maka akan dilakukan pengecoran. Beton yang digunakan merupakan beton ready mix mutu K350 dengan metode pengecoran di tempat. b. Pengecoran Plat Lantai Kendaraan dilakukan dengan menggunakan Beton dari Pabrik dengan mutu sesuai dengan yang tertera pada spesifikasi teknis. c. Sebelum pengecoran kontraktor akan melakukan tes slump tujuannya unutk mengetahui kadar keenceran beton dan membuat benda uji untuk dilakukan pengetesan beton di laboratorium independen. d. Untuk memastikan pengecoran tidak keropos, pada saat pengecoran diharuskan menggunakan mesin penggetar beton (Concrete Vibrator)

32 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

e. Kontraktor akan melakukan perawatan beton, artinya beton telah mengeras. Perawatan ini dilakukan, agar proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal selama 7 (tujuh) hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat.

Gambar 12. Pekerjaan pembesian plat lantai kendaraan dan pengecoran

3. Pekerjaan lapis leveling jalan Metode Kerja: a. Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan dinding penahan jalan. b. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam

33 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. c. Sebelum lapis leveling jalan dihampar terlebih dahulu area kerja harus dibersihkan dari semak dan rerumputan dengan menggunakan alat pemotong rumput atau motor grader sebagai perata badan jalan. d. Material yang digunakan sebagai leveling jalan pada pekerjaan ini adalah Sirtu dengan ketebalan bervariasi sesuai dengan gambar desain perencanaan. e. Kemudian bagian jalan yang sudah di leveling akan dipadatkan dengan menggunakan Vibratory Roller sambal disiram dengan air sekaligus membentuk badan jalan. f. Pekerjaan penghamparan leveling jalan tidak diperbolehkan pada waktu kondisi hujan.

Gambar 13. Pekerjaan Levelling Jalan

34 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

4. Pekerjaan lapis pondasi jalan Pada pekerjaan lapis pondasi jalan ini meliputi : 

Lapis Pondasi Bawah.



Lapis Pondasi Atas.

Penghamparan Lapis Pondasi Bawah : Metode Kerja: a. Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah dilakukan setelah pekerjaan leveling jalan. b. Lapis Pondasi Bawah yang digunakan pada pekerjaan ini adalah Agregat Kelas B dengan CBR 50% c. Alat yang digunakan pada pekerjaan Lapis Pondasi Bawah ini yaitu : Motor Grader, Vibratory Roller, Water Tank Truck. d. Penghamparan dilakukan dengan ketebalan sesuai dengan gambar bestek dan spesifikasi teknis. e. Pekerjaan penghamparan Lapis Pondasi Bawah ini tidak diperbolehkan pada waktu kondisi hujan. f. Setelah pekerjaan penghamparan Lapis Pondasi Bawah dihampar dan dipadatkan Kontrkator harus melakukan pengujian kepadatan tanah dengan cara CBR atau Sand Cone.

35 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

Gambar 14. Lapis Pondasi Agregat Kelas B

Penghamparan Lapis Pondasi Atas : Metode Kerja: a. Pekerjaan Lapis Pondasi Atas dilakukan setelah pekerjaan Lapis Pondasi Bawah. b. Kontraktor tidak diperbolehkan melakukan penghamparan Lapis Pondasi Atas sebelum Lapis Pondasi Bawah yang telah dihampar dan dipadatkan belum dilakukan Test CBR atau Sand Cone. c. Lapis Pondasi Atas yang digunakan pada pekerjaan ini adalah Agregat Kelas A dengan CBR 100% d. Alat yang digunakan pada pekerjaan Lapis Pondasi Atas ini yaitu : Motor Grader, Vibratory Roller, Water Tank Truck. e. Penghamparan dilakukan dengan ketebalan sesuai dengan gambar bestek dan spesifikasi teknis.

36 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

f. Pekerjaan penghamparan Lapis Pondasi Atas ini tidak diperbolehkan pada waktu kondisi hujan. g. Setelah pekerjaan penghamparan Lapis Pondasi Atas dihampar dan dipadatkan Kontrkator harus melakukan pengujian kepadatan tanah dengan cara CBR atau Sand Cone.

Gambar 18. Lapis Pondasi Agregat Kelas A

5. Pekerjaan lapis permukaan jalan Pada pekerjaan lapis permukaan jalan ini meliputi : 

Lapis Antara AC-BC 4 cm.



Lapis Permukaan AC-WC 4 cm.

Lapis Antara AC-BC 4 cm : Metode Kerja: a. Pekerjaan Lapis Permukaan Jalan pada pekerjaan ini dilakukan setelah Lapis Pondasi Atas.

37 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

b. Penghamparan lapisan aspal dengan menggunakan Finisher dan untuk pemadatan dengan menggunakan Tandem Roller dan Tire Roller. c. Sebelum dilakukan penghamparan area kerja terlebih dahulu harus dibersihkan. d. Setelah dilakukan maka area kerja akan disemprot dengan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) e. Langkah selanjutnya adalah penghamparan lapisan antara yaitu AC-BC dengan tebal lapisan sesuai dengan gambar bestek dan spesifikasi teknis. f. Pekerjaan pengaspalan tidak diperbolehkan pada waktu kondisi cuaca hujan.

Lapis Permukaan AC-WC 4 cm : Metode Kerja: a. Setelah pekerjaan penghamparan lapisan pertama yaitu ACBC langkah selanjutnya adalah penghamparan lapis aus AC. b. Sebelum penghampran lapis aus AC terlebih dahulu dilakukan penyemprotan lapis perekat (Tack Coat). c. Setelah penyemprotan lapis perekat langkah selanjutya adalah penghamparan lapis aus AC dengan tebal sesuai dengan gambar bestek dan spesifikasi teknis. d. Pekerjaan pengaspalan tidak diperbolehkan pada waktu kondisi cuaca hujan, dan pekerjaan penghamparan lapis aus AC

tidak

boleh

dilaksanakan

bersamaan

dengan

penghamparan lapis antara AC-BC.

38 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang diperoleh pada kegiatan survey proyek pembangunan Proyek Pembangunan Jembatan dan Jalan Akses Jl. Ratna – Darmo Kali Surabaya, dapat ditarik kesimpulan bahwa proyek yang saat ini telah berada pada proses finishing tersebut menggunakan jenis perkerasan komposit. Kemudian tahapan metode pelaksanaan konstruksi diketahui terdiri dari pekerjaan persiapan dan pekerjaan jembatan sesuai yang telah dijabarkan diatas.

6.2 Saran Dalam pelaksanaan kegiatan survey proyek pembangunan Proyek Jembatan dan Jalan Akses Jl. Ratna – Darmo Kali Surabaya berikut ini kiranya penulis dapat memberikan saran terkait hasil survey yang telah dilaksanakan, yaitu sebagai berikut : a. Mahasiswa yang mengikuti kegiatan survey proyek untuk lebih aktif dan inovatif sehingga akan didapatkan pengetahuan yang lebih luas terkait pembangunan proyek. b. Diperlukan kajian lebih lanjut terkait pelaksanaan metode konstruksi yang digunakan serta dampak dan pengaruhnya terhadap kondisi lingkungan sekitar.

39 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

DAFTAR PUSTAKA

40 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

LAMPIRAN

41 Metode Pelaksanaan Konstruksi & K3L

Related Documents

Hasil
April 2020 44
Hasil
June 2020 44
Hasil Bacaan.docx
December 2019 16
Hasil Terjemahan.docx
December 2019 16

More Documents from "krisnasavitri"