BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu, angka kesakitan ibu dan kesakitan anak hampir di seluruh dunia. Hipertensi dalam kehamilan merupakan peningkatan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu, bila disertai proteinuria dan atau tanpa oedem disebut dengan preeklampsia dan bila disertai kejang disebut dengan eklampsia. Eklampsia merupakan kelanjutan dari preeklampsia, selain itu preeklampsia dapat juga berlanjut menjadi Sindroma HELLP, yang merupakan bentuk yang lebih parah dari preeklampsia yang dapat menyebabkan masalah dengan fungsi hati, pembekuan darah, dan rendahnya platelet (trombosit). HELPP dapat didiagnosis selama kehamilan atau setelah melahirkan dan berhubungan dengan kesehatan yang buruk untuk ibu termasuk hematoma hepar, ruptur, atau gagal hepar; edema paru; gagal ginjal dan kematian. Kesehatan bayi juga mungkin buruk, terutama disebabkan oleh kelahiran prematur dan gangguan pertumbuhan janin. Di Indonesia eklampsia, di samping pendarahan dan infeksi, masih merupakan sebab uutama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu, diagnosis dini pre-eklampsia, yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Perlu ditekankan bahwa sindroma pre-eklampsia ringan dengan hipertensi, edema dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul pre-eklampsia berat, bahkan eklampsia. Dengan pengetahuan ini menjadi jelas bahwa pemeriksaan antenatal, yang teratur dan yang secara rutin mencari tandatanda pre-eklampsia, sangat penting dalam usaha pencegahan pre-eklampsia berat dan eklampsia.
Sindroma HELLP berlaku pada kira-kira 0,5-0,9% dari kehamilan dan 1020% dari kasus preeklampsia berat. Sebanyak 70% dari kasus Sindroma HELLP terjadi sebelum partus dengan frekuensi tertinggi antara 27-37 minggu kehamilan. 10% dari kasus berlaku sebelum 27 minggu dan 20% berlaku setelah 37 minggu kehamilan. Pasien sindroma HELLP harus dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan tersier dan pada penanganan awal harus diterapi sama seperti preeklampsia. Apabila sindroma HELLP telah didiagnosis secara klinis dan laboratorium, prioritas pertama adalah menilai dan menstabilkan kondisi ibu, khususnya kelainan pembekuan darah. Setelah itu, kondisi fetus harus dievaluasi dan ketiga dilakukan penilaian apakah persalinan yang segera menjadi indikasi.
B. MANFAAT PENULISAN 1. Manfaat teoritis Hasil laporan kasus kelompok ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi dalam hal asuhan keperawatan pasien dengan penyakit eklamsia pada kegawat daruratan yaitu membuktikan kebenaran antara teori dan kenyataan praktik dilapangan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien tersebut. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Instansi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan dan acuan yang diperlukan dalam meningkatkan pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pasien eklamsia pada kegawat daruratan. b. Bagi Instansi Akademik Sebagai bahan masukan dan referensi dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pasien eklamsia dengan kegawat daruratan yaitu dapat digunakan sebagai acuan bagi praktek mahasiswa keperawatan c. Bagi Keluarga Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang penyakit eklamsia pada kegawat daruratan beserta penatalaksanaannya.
d. Bagi Pembaca Sebagai sarana untuk menambah wawasan serta pengetahuan tentang penyakit eklamsia.
C. BATASAN MASALAH Berdasarkan latar belakang, tim penulis merumuskan masalah yaitu bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pasien dengan eklamsia pada kegawat daruratan di Ruang Icu H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin ?
D. TUJUAN 1. Tujuan Umum Agar mampu berpikir secara logis dan ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien penyakit eklamsia dengan menggunakan pendekatan manajemen kegawat daruratan secara benar, tepat dan sesuai dengan standart keperawatan secara professional 2. Tujuan Khusus Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien penyakit eklamsia mahasiswa mampu melakukan: a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit eklamsia . b. Menganalisa kasus dan merumuskan masalah keperawatan gawat darurat pada pasien dengan penyakit eklamsia c. Menyusun asuhan keperawatan gawat darurat yang mencakup intervensi pada pasien dengan penyakit eklamsia d. Melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan gawatdarurat pada pasien dengan penyakit eklamsia e. Mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada pasien dengan penyakit eklamsia. E. METODE Metode yang digunakan dalam laporan kasus ini yaitu wawancara, observasi, dan pemberian intervensi keperawatan