16158_makalah Akbi Kelompok 1 Metode Harga Pokok Pesanan(1).docx

  • Uploaded by: Kiran Salsabilah
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 16158_makalah Akbi Kelompok 1 Metode Harga Pokok Pesanan(1).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,380
  • Pages: 17
BAB II PEMBAHASAN

A. Metode Harga Pokok Pesanan Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan. Atau Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan seluruh komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Di dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun tetap dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang belum dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan) apabila produk selesai tersebut tidak dijual. Menurut metode full costing, karena produk yang dihasilkan ternyata menyerap jasa BOP Tetap walaupun tidak secara langsung, maka wajar apabila biaya tadi dimasukkan sebagai komponen pembentuk produk tersebut. Tujuan dari penggunaan metode harga pokok pesanan adalah untuk menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan baik harga pokok secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk persatuan. Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Pada pengumpulan harga pokok pesanan dimana biaya

yang dikumpulkan untuk setiap pesanan/kontrak/jasa secara terpisah dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya. 𝑻𝑶𝑻𝑨𝑳 𝑩𝑰𝑨𝒀𝑨 𝑷𝑹𝑶𝑫𝑼𝑲𝑺𝑰 𝑷𝑬𝑺𝑨𝑵𝑨𝑵

Harga Pokok Per Unit Pesanan = 𝑱𝑼𝑴𝑳𝑨𝑯 𝑼𝑵𝑰𝑻 𝒀𝑨𝑵𝑮 𝑫𝑰𝑯𝑨𝑺𝑰𝑳𝑲𝑨𝑵 𝑷𝑬𝑺𝑨𝑵𝑨𝑵

Atau dalam pengertian yang lain, penentuan harga pokok pesanan adalah suatu sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan, kontrak atau tumpukan produk yang spesifik. Dalam pembahasan kali ini diuraikan lebih mendalam metode harga pokok pesanan dalam perusahaan yang menggunakan full costing dalam penentuan harga produksinya. Uraian akan diawali dengan siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur, kemudian dilanjutkan dengan karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, serta karakteristik metode harga pokok pesanan. Dan diakhiri dengan pembahasan metode harga pokok pesanan.

B. Kartu Harga Pokok Pesanan Kartu Harga Pokok Pesanan pesanan adalah dokumen dasar dalam penentuan biaya pesanan yang mengakumulasi biaya-biaya untuk setiap pesanan. Karena biaya diakumulasi setiap batch atau loy dalam sistem biaya pesanan menunjukkan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung serta biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk suatu pesanan. File kartu biaya pesanan yang belum selesai dapat berfungsi sebagai buku besar tambahan untuk persediaan dalam proses.

C. Aliran Kegiatan Perusahaan Manufaktur Aliran harga pokok produk menunjukkan aliran biaya produksi dalam rangka kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang selanjutnya dijual, oleh karena itu aliran harga pokok produk akan dipengaruhi aliran kegiatan. Aliran kegiatan perusahaan manufaktur secara umum terdiri dari:

1. Pengadaan Pengadaan adalah kegiatan untuk memperoleh atau mengadakan barang dan jasa yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi, dapat dikelompokkan menjadi: a) Pembelian, penerimaan, dan penyimpanan bahan baku, bahan penolong, supplies pabrik, dan elemen lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi b) Perolehan jasa dari tenaga kerja langsung, tenaga kerja tak langsung dan jasa lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi. 2. Produksi Produksi adalah kegiatan pengolah bahan baku menjadi produk selesai. Pada kegiatan tersebut akan dikonsumsi bahan baku, tenaga kerja langsung, barang dan jasa lainnya yang dikelompokkan dalam overhead pabrik. 3. Penyimpanan produk selesai Produk yang telah selesai diproduksi dari pabrik akan dipindahkan ke dalam gudang produk selesai menunggu saat dijual atau diserahkan kepada pemesan. 4. Penjualan produk selesai. Produk yang sudah laku dijual akan dikeluarkan dari gudang produk selesai untuk dikirim kepada pembeli, dan perusahaan dapat membebani rekening langganan atau pembeli.

D. Prosedur Akuntansi Biaya pada metode Harga Pokok Pesanan Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokok pesanan dapat dikelompokkan menjadi: 1. Prosedur akuntansi biaya bahan baku. 2. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja. 3. Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik. 4. Prosedur akuntansi perhitungan dan perlakuan selisih biaya overhead pabrik

5. Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan. Berikut ini akan dibahas per prosedur, sesuai dengan urutan yang telah disebutkan diatas. 1. Prosedur akuntansi biaya bahan baku dan persediaan Prosedur akuntansi biaya bahan baku meliputi prosedur pembelian sampai dengan pemakaian bahan baku di dalam pabrik. Pada dasarnya, terdapat dua jenis transaksi yang memengaruhi bahan baku, yaitu: a) Pembelian dan penerimaan bahan baku b) Pengeluaran dan pemakaian bahan baku Secara ringkas prosedur akuntansi bahan baku dapat digambarkan sebagai berikut:.

Transaksi dan Dokumen

Jurnal Transaksi

Dasar Pencatatan Pembelian dan Penerimaan Bahan

Persediaan Bahan Baku

xx

Hutang Dagang / Kas

xx

Baku

Pengembalian Pembelian:

Hutang Dagang

xx

Persediaan Bahan Baku

xx

Pengeluaran dan Pemakaian Bahan Baku:

Pemakaian Bahan Baku Langsung untuk mengerjakan suatu pesanan.

Baranng dalam Proses Persediaan Bahan Baku

xx xx

Pemakaian Bahan

Biaya Overhead Pabrik

Baku Tidak Langsung

xx

Persediaan Bahan Baku

xx

Pengembalian Bahan Baku:

Langsung (Bahan

Persediaan Bahan Baku

Baku yang diminta

xx

Barang Dalam Proses

xx

Tetapi tidak dipakai)

Tidak Langsung

Persediaan Bahan Baku

(Bahan Baku Tidak

xx

Biaya Overhead Pabrik

xx

Langsung yang tidak Digunakan dalam proses produksi)

2. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja meliputi prosedur terjadinya gaji dan upah, pembayaran gaji dan upah, dan distribusi gaji dan upah untuk semua karyawan perusahaan baik produksi maupun bagian non produksi. Secara ringkas prosedur akuntansi biaya tenaga kerja adalah sebagai berikut: Transaksi dan Dokumen

Jurnal Transaksi

Dasar Penentuan Upah:

Gaji

dan Biaya Gaji dan Upah

xx

Hutang Pajak Pendapatan

xx

Hutang Gaji dan Upah

xx

Pembayaran Gaji dan Hutang Gaji dan Upah Upah:

xx

Kas

Distribusi

Gaji

xx

dan Barang Dalam Proses

Upah ke biaya tenaga Biaya Overhead Pabrik kerja langsung dan tidak

xx xx

Biaya Gaji dan Upah

xx

langsung:

3. Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling komplek.untuk keadilan dan ketelitian pembebanan harus digunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan di muka. Tarif Biaya overhead ini diperoleh dari:

Tarif Biaya Overhead yang ditentukan di muka

=

𝑻𝑨𝑲𝑺𝑰𝑹𝑨𝑵 𝑻𝑶𝑻𝑨𝑳 𝑩𝑰𝑨𝒀𝑨 𝑶𝑽𝑬𝑹𝑯𝑬𝑨𝑫 𝑷𝑨𝑩𝑹𝑰𝑲 𝑩𝑨𝑺𝑰𝑺 𝑨𝑳𝑶𝑲𝑨𝑺𝑰 𝑻𝑬𝑹𝑻𝑬𝑵𝑻𝑼

Apabila tarif biaya overhead pabrik sudah ditentukan, prosedur akuntansi biaya overhead pabrik sebagai berikut:

a. Prosedur pembebanan biaya overhead pabrik pada pesanan Atas dasar perintah jurnal, maka dibuat jurnal pembebanan BOP dan dimasukkan ke dalam Kartu Harga Pokok Pesanan. Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Biaya Overhead Pabrik Dibebankan

xx xx

b. Prosedur akuntansi pengumpulan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya

Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam periode yang bersangkutan ditampung dalam rekening Biaya Overhead Sesungguhnya dan dimasukkan ke dalam Kartu Pembantu Biaya Overhead Pabrik. Berikut ini dibahas jurnal untuk setiap elemen:

1) Biaya Bahan Penolong (secara detail telah dibahas di prosedur akuntansi biaya Bahan). Jurnal untuk pemakaian bahan penolong sbb:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya

xx

Persediaan Bahan Penolong

xx

2) Biaya tenaga Kerja Tak Langsung (secara detail telah dibahas di prosedur akuntansi biaya tenaga kerja). Atas dasar Daftar Gaji dan Upah, maka jurnal untuk biaya tenaga kerja tak langsung sbb:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya

xx

Biaya Gaji dan Upah

xx

3) Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Pabrik Jurnal untuk penyusutan adalah:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya

xx

Akumulasi Peyusutan

xx

4) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva Tetap Pabrik Biaya reparasi dan pemeliharaan timbul karena pembelian suku cadang atau pembelian jasa reparasi. Jika terjadi pembelian suku cadang, maka jurnalnya sbb:

Persediaan Suku Cadang

xx

Hutang Dagang/ Kas

xx

Jika terjadi pemakaian suku cadang, mak jurnalnya sbb:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya

xx

Persediaan Suku Cadang

xx

5) Biaya Listrik dan Air untuk Pabrik Jurnal untuk pemakaian listrik dan air untuk pabrik sbb:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya

xx

Kas/ Hutang Biaya

xx

4. Prosedur akuntansi perhitungan dan perlakuan selisih biaya overhead pabrik Pada akhir periode akuntansi akan dihitung besarnya selisih biaya BOP sesungguhnya (pengeluaran biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, seperti biaya penyusutan mesin pabrik dan penggunaan bahan baku tidak langsung) dengan BOP yang dibebankan (BOP yang dibebankan ke setiap pekerjaan yang dipesan oleh pelanggan. BOP ini diperoleh dari pengalian tarif biaya overhead dengan basis alokasi tertentu, misalnya jam tenaga kerja). Berikut ini jurnal yang biasanya dibuat di perusahaan:

a. Jurnal menutup biaya overhead pabrik dibebankan ke biaya overhead pabrik sesungguhnya.

Biaya Overhead Pabrik Dibebankan

xx

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya

xx

b. Jurnal untuk menutup biaya overhead pabrik sesungguhnya dan menghitung selisih 1) Apabila BOP sesungguhnya lebih besar dibandingkan BOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:

Selisih Biaya Overhead Pabrik

xx

BOP Sesungguhnya

xx

2) Apabila BOP sesungguhnya lebih kecil dibandingkan BOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:

BOP Sesungguhnya

xx

Selisih Biaya Overhead Pabrik

xx

3) Salah satu perlakuan yaitu masuk ke rekening Rugi laba Jika terdapat selisih tidak mengguntungkan, maka jurnal sbb:

Rugi-Laba

xx

Selisih Biaya Overhead Pabrik

xx

Jika terdapat selisih menguntungkan, maka jurnalnya yang dibuat:

Selisih Biaya Overhead Pabrik Rugi-Laba

xx xx

5. Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.

Berdasarkan faktur penjualan, maka jurnal penjualan barang adalah:

Piutang Dagang/ Kas

xx

Penjualan

Harga Pokok Penjualan Persediaan Produk Selesai

xx

xx xx

E. Perlakuan Sisa Bahan, Produk Rusak, Produk cacat pada Metode Harga Pokok Pesanan Dalam pengolahan produk untuk melayani pesanan, kemungkinan timbul sisa bahan, produk rusak, maupun produk cacat.Bagi manajemen masalahnya adalah bagaimana dapat menekan timbulnya sisa bahan, produk cacat dan produk rusak serendah mungkin. Berkut ini dibahas tentang masalah perlakuan akuntansi untuk masing-masing:

1. Sisa Bahan Dalam perusahaan manufaktur dapat timbul sisa bahan dari proses pengolahan produk, yang disebut sisa bahan. Sisa bahan adalah bahan yang tersisa atau bahan yang rusak di dalam proses pengolahan produk atau penyimpanan dan tidak dapat digunakan kembali dalam perusahaan. Sisa bahan dapat dikelompokkan menjadi dua: a. Sisa bahan yang tidak laku dijual 1) Apabila sisa bahan terjadinya karena pengerjaan pesanan tertentu, biaya pembuangan atau pemusnahan sisa bahan dapat digunakan untuk menambah elemen biaya bahan baku pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya pemusnahan sisa bahan adalah:

Barang Dalam Proses – Biaya Bahan

xx

Kas

xx

2) Apabila sisa bahan secara normal terjadinya dalam perusahaan, biaya tersebut dapat diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya pemusnahan sisa bahan adalah:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya

xx

Kas

xx

b. Sisa bahan yang laku dijual 1) Apabila timbulnya sisa bahan disebabkan karena pengolahan pesanan tertentu, hasil sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku atau pengurang biaya keseluruhan biaya produksi pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:

Kas

xx Barang Dalam Proses – Biaya Bahan

xx

2) Apabila timbulnya sisa bahan sifanya normal di dalam suatu perusahaan, perlakuan hasil penjualan dapat digunakan cara sbb: a) Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya overhead pabrik yang sesungguhnya. Jurnal yang digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:

Kas

xx Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya

xx

b) Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai penghasilan lain-lain.Jurnal yang digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:

Kas

xx Penghasilan Lain – Lain

xx

2. Produk Rusak Produk rusak adalah produk dihasilkan dalam kondisi rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan dan tidak ekonomis untuk diperbaiki menjadi produk yang baik, meskipun mungkin secara tehnik dapat diperbaiki menjadi produk yang baik. Produk yang rusak dapat digolongkan menjadi dua:

a. Produk rusak yang tidak laku dijual Perlakuan produk yang rusak tergantung penyebab timbulnya produk rusak: 1) Apabila produk rusak disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, maka harga pokok produk yang rusak dibebankan pada pesanan yang menimbulkan produk rusak, sehingga harga pokok produksi per unit produk menjadi lebih besar. Akan tetapi tidak ada tambahan jurnal yang harus dicatat. 2) Apabila produk yang rusak terjadinya bersifat normal dalam suatu

perusahaan,maka

harga

pokok

produk

rusak

diperlakukan sebagai elemen biaya overhead sesungguhnya. Jurnal yang harus dicatat adalah:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya

xx

Barang Dalam Proses – Biaya Bahan

xx

Barang Dalam Proses – BTKL

xx

Barang Dalam Proses – BOP

xx

3) Apabila produk rusak karena kesalahan atau kurangnya pengawasan, maka harga pokok produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi produk yang rusak. Jurnal yang harus dicacat adalah:

Rugi Produk Rusak

xx

Barang Dalam Proses – Biaya Bahan

xx

Barang Dalam Proses – BTKL

xx

Barang Dalam Proses – BOP

xx

b. Produk rusak yang laku dijual Perlakuan akuntansi untuk produk rusak yang laku dijual: 1) Apabila produk rusak yang disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, rugi atas penjualan produk yang rusak akan dibebankan pada pesanan yang bersangkutan. Karena sebagian pesanan akan mengalami rusak, dalam pengolahan pesanan harus dimasukkan jumlah yang lebih besar dibanding dengan jumlah yang dipesan. Jurnal yang dicatat pada saat penjualan produk rusak:

Kas

xx Barang Dalam Proses – Biaya Bahan

xx

Barang Dalam Proses – BTKL

xx

Barang dalam Proses - BOP

xx

2) Apabila timbulnya produk rusak bersifat normal di dalam suatu perusahaan, rugi produk yang rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal yang dicatat pada saat penjualan produk rusak:

Kas

xx

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya

xx

Barang Dalam Proses – Biaya Bahan

xx

Barang Dalam Proses –BTKL

xx

Barang Dalan Proses – BOP

xx

3) Apabila timbulnya produk yang rusak karena kesalahan atau kurangnya pengawasan produksi, rugi produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi produk yang rusak. Jurnal yang dicatat pada saat penjualan produk rusak:

Kas

xx

Rugi Produk Rusak

xx

Barang Dalam Proses – Biaya Bahan

xx

Barang Dalam Proses – BTKL

xx

Barang Dalam Proses

xx

3. Produk Cacat Produk cacat adalah produk dihasilkan yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan, akan tetapi produk tersebut masih dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi produk yang baik. Perlakuan akuntansi untuk produk yang cacat:

a. Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai penambah harga pokok pesanan tertentu. Metode ini digunakan apabila penyebab

produk cacat karena sulitnya pengerjaan produk. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah: Barang Dalam Proses – Biaya bahan Baku

xx

Barang Dalam Proses – BTKL

xx

Barang Dalam Proses – BOP

xx

Persediaan Bahan

xx

Gaji dan Upah

xx

BOP yang Dibebankan

xx

b. Biaya perbaikan produk yang cacat diperlakukan sebagai penambah biaya overhead sesungguhnya. Metode ini digunakan apabila produk cacat sifatnya normal terjadi dalam perusahaan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:

Biaya Overhead Sesungguhnya

xx

Persediaan Bahan

xx

Gaji dan Upah

xx

BOP yang Dibebankan

xx

c. Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai elemen Rugi produk cacat. Metode ini digunakan jika produk cacat disebabkan karena lemahnya pengawasan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:

Rugi Produk Cacat

xx

Persediaan Bahan

xx

Gaji dan Upah

xx

BOP yang Dibebankan

xx

Sumber : Dunia, A. Firdaus, Wasilah Abdullan dan Catur Sasongko. 2018. Akuntansi Biaya Edisi 4 Revisi. Indonesia: Salemba Empat.

Related Documents


More Documents from "Nina Safitri"