1553835249068_ikm - Clm - Devina Sagitania.docx

  • Uploaded by: Devina Sagitania
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1553835249068_ikm - Clm - Devina Sagitania.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,010
  • Pages: 24
LAPORAN AKHIR PERORANGAN ILMU KESEHATAN KOMUNITAS “CUTANEUS LARVA MIGRAN”

Disusun oleh : DEVINA SAGITANIA (42170129)

Pembimbing : dr. Florentina Sita Murti

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA PUSKESMAS IMOGIRI 1 PERIODE 25 FEBRUARI 2019 – 23 MARET 2019 YOGYAKARTA 2019

BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan daerah tropis yang sesuai untuk perkembangan berbagaimacam jenis parasit misalnya cacing. Hingga saat ini kasus kecacingan pada manusia di Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu kelompok cacing usus yag prevalensinya masih cukup tinggi adalah Soil Transmitted Helminth. Termasuk dalam kelompok ini adalah Ascaris lumbricoides, Trichuristrichiura,Strongyloides stercoralis, Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Infeksi cacing adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas, terutama di negara tropis dan berkembang seperti Amerika Serikat bagian tenggara, Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Asia Tenggara dan di Indonesia pun banyak dijumpai. Sebagian besar infeksi cacing terjadi di negara berkembang beriklim tropis atau subtropis, yang merupakan suatu kondisi lingkungan yang kondusif bagi siklus hidup cacing. Selain itu, kepadatan penduduk yang tinggi, kemiskinan, dan sanitasi yang buruk banyak ditemukan di daerah-daerah. Cutaneous larva migrans (CLM) adalah dermatosis cacing yang paling umum ditemukan. Cutaneous larva migrans atau disebut juga dengan creeping eruption merupakan kelainan kulit yang merupakan peradangan kulit yang disebabkan oleh penetrasi dan migrasi larva cacing tambang ke epidermis yang berasal dari kucing dan anjing. Terbanyak disebabkan oleh Ancylostoma braziliense, Ancylostoma caninum, dan Ancylostoma ceylanicumkan penularan penyakit ini. B. TUJUAN 1. Untuk menemukan permasalahan komunitas pada pasien infeksi cacing yang ada di Puskesmas Imogiri 1 2. Untuk mengkaji serta memberikan edukasi terkait infeksi cacing pada kulit dalam komunitas C. MANFAAT 1. Dapat menambah wawasan dokter muda dalam melakukan pengkajian masalah komunitas terkait infeksi cacing pada kulit 2. Dapat membantu menemukan penyelesaian untuk permasalahan komunitas terkait infeksi cacing pada kulit

1

BAB II METODE PENGAMBILAN DAN INTERPRETASI DATA

A.

Metode Pengambilan Data Data diambil dari catatan kunjungan pasien di puskesmas. Kemudian

data kesehatan komunitas diperoleh dari anamnesis dengan pasien di puskesmas dan wawancara pasien dan keluarga melalui kunjungan rumah pasien di Barepan, Imogiri. Dilakukan 2 kali kunjungan untuk penanganan berkesinambungan, berikut kunjungan yang dilakukan: •

Kunjungan Pertama

Pada tanggal 8 Maret 2019 dilakukan kunjungan pertama. Pada kunjungan ini dilakukan autoanamnesis, edukasi kepada pasien, pemeriksaan fisik secara umum. •

Kunjungan Kedua

Pada tanggal 15 Maret 2019 dilakukan kunjungan kedua. Pada kunjungan kedua dilakukan autoanamnesis dan pemberian edukasi kepada keluarga.

B.

Intepretasi Data

Interpretasi data menggunakan : - Kalimat penjelasan

2

BAB III HASIL DAN KAJIAN

A. DATA KLINIS PERORANGAN DAN EVIDENS DASAR Area upaya puskesmas

: Pemeriksaan Klinis dan Pembinaan Keluarga

Judul Kasus

: Cutaneus Larva Migran

Anamnesis dan pemeriksaan klinis dilakukan secara bertahap, yaitu tanggal 6 maret 2019 di Puskesmas Imogiri 1, tanggal 8 Maret dan 15 maret di rumah pasien.

B. IDENTITAS PASIEN Nama

: Bp. MS

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Usia

: 35 tahun

Tanggal Lahir

: 13 april 1983

Pekerjaan

: kuli bangunan

Pendidikan

: SMP

Alamat

: barepan

No JKN

: 000064820xxx

C. IDENTITAS KELUARGA Nama

: Ny.S

Usia

: 30 tahun

Tanggal Lahir

: 10 januari 1989

Pekerjaan

: ibu rumah tangga

Pendidikan

: SMA

D. ANAMNESIS a. Keluhan Utama gatal pada kaki kiri b. Riwayat penyakit sekarang Kulit di kaki kiri gatal dan terasa panas sudah 4 hari, terutama saat malam hari dan terdapat lepuh kemerahan berkelok-kelok. Pasien mengatakan sekitar

3

1 minggu yang lalu pernah mengalami hal serupa, awalnya terasa gatal panas kemudian timbul lepuh kemeharan yang meluas berkelok-kelok, pasien pernah berobat 1 minggu lalu dan diberi obat albendazol dan CTM, kemudian keluhan berkurang, namun 4 hari lalu muncul keluhan serupa di tempat yang berbeda dengan sebelumnya (berpindah) . Keluhan gatal di bagian lain disangkal. Teman kerja pasien pernah mengalami hal serupa, namun pada keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa. BAK dan BAB tidak ada kelainan. c. Riwayat penyakit dahulu •

Keluhan serupa : (+) 1 minggu yang lalu



Riwayat Alergi : (-)



Riwayat asma : (-)



Riwayat mondok : (-)



Riwayat hipertensi : (-)



Riwayat kolesterol : (-)



Riwayat DM : (-)



Riwayat Jantung : (-)



Riwayat Operasi: (-)

d. Riwayat penyakit keluarga •

Riwayat penyakit serupa : (-)



Riwayat hipertensi : (-)



Riwayat kolesterol : (-)



Riwayat DM : (-)



Riwayat Alergi : (-)

e. Anamnesa Sistemik  Sistem neurologis

: tidak ada keluhan.

 Sistem kardiovaskular

: tidak ada keluhan.

 Sistem respiratorius

: tidak ada keluhan.

 Sistem muskuloskeletal

: tidak ada keluhan

 Sistem gastrointestinal

: tidak ada keluhan

 Sistem urogenital

: tidak ada keluhan

4

f. Life style Pasien merupakan kuli bangunan yang sehari-hari bekerja bersentuhan dengan pasir dari pagi hingga sore, pekerjaan pasien berpindah-pindah tempat tergantung proyek pembangunan. Pasien mengatakan bekerja selalu menggunakan sepatu boot, namun menggunakan celana pendek setinggi lutut. Pasien mengatakan tidak sering mencuci tangan dan kaki setelah beraktivitas. Pasien mengatakan bahwa baru pertama kali ini mengalami hal ini sejak 3 tahun menjadi kuli bangunan, dan mengalami hal ini semenjak 1 bulan pasien bekerja di proyek yang sekarang, pasien mengatakan kemungkinan disebabkan oleh pasir yang masih basah yang diambil dari sungai. Sehari-hari pasien makan makanan yang dimasak di rumah, namun terkadang memakan makanan dari luar, pola makan seimbang sayur dan buah, pasien juga minum sekitar 10-12 gelas per hari. pasien tidak memiliki kebiasaan merokok.

E. FAMILY SCREEM Social : Pasien tinggal bersama istri, kedua anak dan keluarga kakaknya yang terdiri dari 3 orang. Hubungan pasien dengan anggota keluarga cukup baik, pasien mengatakan keluarga di rumah memberikan perhatian lebih saat pasien sakit, dan juga bila ada masalah keuangan keluarga di rumah sering membantu. Pasien masih aktif dalam menjalankan aktifitas sehari-hari sebagai kepala rumah tangga dan aktif dalam kegiatan sosial dengan tetangga. Culture: Pasien hidup dengan budaya Jawa, yang saling menghormati dan di keluarga saling melindungi dan membantu. Religious

: Pasien berserta keluarganya menganut agama Islam, masih sholat

5 waktu tidak mengeluhkan adanya kendala dalam menjalankan ibadah. Education : Pendidikan terakhir pasien yaitu SMP. Pasien dan keluarganya memiliki sedikit pengetahuan mengenai penyebab, faktor resiko dan penganganan pada penyakitnya yaitu penyakit kulit yang diakibatkan oleh cacing. Ekonomi : Pasien merupakan kuli bangunan selama 3 tahun, istri pasien merupakan ibu rumah tangga, anak pertama pasien SD kelas 2 dan anak kedua masih berusia 5 bulan. Penghasilan pasien tidak menentu, bila sedang ada proyek

5

pembangunan maka dapat menghasilkan Rp 60.000 / hari. Pasien mengatakan pendapatannya kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup namun pasien merasa bersyukur karena ada kakaknya yang tinggal 1 rumah sehingga biaya untuk kebutuhan rumah dapat ditanggung berdua. Medical : Pasien dan keluarganya memiliki jaminan kesehatan berupa Kartu Indonesia Sehat. Jika pasien dan keluarga sakit, pasien mencari bantuan kesehatan ke unit pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau Rumah Sakit. Lainnya

:

pasien merupakan kuli bangunan yang sehari-hari bekerja bersentuhan dengan pasir, pekerjaan pasien berpindah-pindah tempat tergantung proyek pembangunan. Pasien mengatakan bekerja selalu menggunakan sepatu boot, namun menggunakan celana pendek. Pasien mengatakan tidak sering mencuci tangan dan kaki setelah beraktivitas. Pasien mengatakan bahwa baru pertama kali ini mengalami hal ini sejak 3 tahun menjadi kuli bangunan, dan mengalami hal ini semenjak 1 bulan pasien bekerja di proyek yang sekarang, pasien mengatakan kemungkinan disebabkan oleh penggunaan pasir yang masih basah yang diambil dari sungai. Sehari-hari pasien makan makanan yang dimasak di rumah, namun terkadang memakan makanan dari luar. Sekitar 1 minggu lalu pasien pernah mengalami hal serupa dan diberi obat albendazole dan CTM namun keluhan muncul kembali, pasien mengatakan obat albendazole diminum sampai habis namun CTM tidak karena menyebabkan kantuk, sehingga pasien masih sering menggaruk terutama malam hari dan menyebabkan luka menjadi infeksi.

F. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 8 maret 2019 di Puskesmas imogiri 1 a.

Status Generalis 

KU

: Baik



GCS

: EVM 4/5/6



Vital Sign : o Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

o Nadi

: 88 kali/menit

6

b.

o Frekuensi nafas

: 20 kali/menit

o Suhu

: 36.8 oC

Status Lokalis -

Kepala

: normochepali, KI (-/-), SI (-/-), sianosis (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-), otorrhea (-), rhinorea(-) ,tampak mengeluarkan saliva dari bibir

-

Leher

: pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)

-

Thorax

:



Paru

:

1. Inspeksi

: gerakan dada simetris, retraksi interkosta(-), jejas (-)

2. Palpasi

: tidak teraba adanya benjolan , nyeri tekan (-) , fremitus

kanan dan kiri simetris , ketinggalan gerak (-) 3. Perkusi

: sonor semua lapang paru

4. Auskultasi : vesikuler(+/+) , ronki (-/-) , wheezing (-/-)  -

Jantung

Abdomen

:suara jantung S1/S2 normal (reguler) , S3 (-) dan S4(-) :



Inspeksi

: distensi (-)



Auskultasi

: peristaltik usus (+) normal (9 kali/menit)



Perkusi

: tymphani pada 9 regio abdomen



Palpasi

: abdomen teraba supel, nyeri tekan epigastrik (-),

pembesaran hepar (-), pembesaran limpa (-), turgor kulit normal -

Ekstremitas

: akral teraba hangat, nadi cukup kuat, CRT<2 detik, edema

(-)

- Status lokalis : Pada regio cruris anterior sinistra terdapat papul eritematous berbentuk serpiginosa, dan terdapat patch hiperpigmentasi multiple.

G. DIAGNOSA BANDING -

Cutaneus larva migran

-

Dermatitis kontak

7

H. DIAGNOSIS Cutaneus larva migran

I. TERAPI - r/ albendazole tab 400 mg no IV s 1 dd tab 1 - r/amoxicilin tab 500 mg no x s 3 dd tab 1 - r/ chlorpheniramine tab no V s 1 dd tab 1 1) Non Medikamentosa 

Edukasi mengenai penyakit yang diderita merupakan akibat dari cacing

tanah, terutama tanah yang terkontaminasi dan tanah yang lembab, dan penyakit ini tidak menular, menjaga higienitas sangat diperlukan, yaitu : - Mencegah bagian tubuh berkontak langsung dengan tanah atau pasir yang terkontaminasi (misalnya dengan penggunaan alas kaki yaitu sepatu boot, sendal, sepatu, lalu penggunaan celana panjang) - Saat menjemur pakaian pastikan tidak menyentuh tanah - Usahakan hewan tidak berada di lingkungan kerja pasien yang bersentuhan dengan pasir - kebersihan pribadi berupa rajin mencuci kaki dan tangan sesudah aktivitas 

Menjelaskan bahwa pentingnya hindari kebiasaan menggaruk terutama saat luka, karena akan semakin memperparah infeksi dan memperlambat penyembuhan. Menjelaskan bahwa obat yang dapat menyebabkan kantuk juga harus diminum saat malam hari agar mencegah pasien menggaruk saat malam hari,itu akan menyebabkan infeksi sekunder.



Memberikan penjelasan bahwa penyakit pasien ini sebenarnya dapat sembuh sendiri, karena cacing tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya pada manusia, sehingga bila tidak terjadi komplikasi dapat sembuh dalam 4-8 minggu, namun pemberian obat dapat mempercepat penyembuhan.

8



Edukasi untuk keluarga : -

Agar memberikan dukungan untuk pasien

-

Menambah pengetahuan tentang penyakit kulit akibat cacing yang meliputi : - faktor risiko yaitu kontak langsung dengan tanah terkontaminasi - Kebersihan diri dan lingkungan (menggunakan alas kaki tertutup, rajin membersihkan halaman dan lingkungan rumah, hindari jemuran menyentuh tanah)

J. PROGNOSIS Ad Vitam

: bonam

Ad Sanationam

: bonam

Ad Functionam

: bonam

K. PLANNING JANGKA PENDEK 1. Memberikan terapi yang tepat (antihelmintes dan antibiotik) 2. Mengurangi gatal sehingga diharapkan pasien tidak menggaruk-garuk karena dapat mempersulit sembuh dan menyebabkan infeksi sekunder (menggunakan chlorpheniramine) 3. Memantau perbaikan selama dirawat dan setelah dirawat

L. PLANNING JANGKA PANJANG 1. Memberi edukasi mengenai penyakit kulit akibat cacing : -

Penyebab = larva cacing tanah -

cara penularan = melalui tanah yang terkontaminasi dan tanah yang

lembab , dan melalui feses dari hewan seperti kucing, anjing, unggas dll, sehingga penting untuk mencegah kontak langsung kulit dengan tanah yang terkontaminasi yaitu dengan menggunakan celana panjang, sepatu boot, pakaian, saat membersihkan kandang hewan usahakan menggunakan sarung tangan dan alas kaki, Kemudian, pakaian juga harus dicuci dengan bersih dan usahakan jangan terkena tanah saat menjemur.

9

-

Gejala = gatal-gatal dan panas pada kulit kemudian muncul lepuh

kemerahan membentuk seperti cacing -

Memberikan edukasi bahwa penyakit ini sebenarnya dapat sembuh sendiri

bila tidak terjadi komplikasi karena jenis cacing ini tidak bisa menyelesaikan siklus hidupnya pada manusia, namun harus diobati agar tidak terjadi komplikasi seperti infeksi sekunder, sehingga pentingnya edukasi untuk menghindari menggaruk agar luka tidak terbuka dan tidak semakin parah. 2. Memberikan edukasi cara agar tidak berulang yaitu dengan menjaga kebersihan : memakai alas kaki tertutup setiap berjalan, cuci tangan dan kaki dengan sabun setelah aktivitas, menjaga kebersihan rumah.

10

DATA KUNJUNGAN RUMAH A. RIWAYAT PERSONAL SOSIAL

1. Riwayat pendidikan : Pendidikan terakhir pasien yaitu SMP. Pasien dan keluarganya memiliki sedikit pengetahuan mengenai penyebab, faktor resiko dan penganganan pada penyakitnya yaitu penyakit kulit yang diakibatkan oleh cacing. 2. Riwayat keluarga : pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Kakak pasien laki-laki, bertempat tinggal bersama pasien. Pasien menikah sekali hingga sekarang, pernikahanya sudah berlangsung selama 8 tahun. Pasien memiliki 2 orang anak, anak pertamanya perempuan, usia 7 tahun, sedangkan anak keduanya laki-laki, berusia sekitar 6 bulan. 3. Riwayat pekerjaan : pasien merupakan seorang kuli bangunan, istri seorang ibu rumah tangga. Sebagai seorang kuli bangunan pekerjaan tidak selalu ada, tergantung dari penawar jasa. Kadang ada pekerjaan, kadang tidak dapat pekerjaan, dengan kata lain pekerjaan tidak tetap, sedapatnya. Pasien mulai bekerja dari pagi pukul 08.00 hingga pukul 17.00, dan jam istirahat pada pukul 12.00. 4. Riwayat ekonomi : Pasien merupakan kuli bangunan selama 3 tahun, istri pasien merupakan ibu rumah tangga, anak pertama pasien SD kelas 2 dan anak kedua masih berusia 5 bulan. Penghasilan pasien tidak menentu, bila sedang ada proyek pembangunan maka dapat menghasilkan Rp 60.000 / hari. Pasien mengatakan pendapatannya kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup namun pasien merasa bersyukur karena ada kakaknya yang tinggal 1 rumah sehingga biaya untuk kebutuhan rumah dapat ditanggung berdua.

5. Riwayat aktivitas sehari-hari : pasien sehari-hari menghabiskan waktunya untuk bekerja sebagai kuli bangunan. Hampir sepanjang hari pasien habiskan di tempat kerja. Setelahnya bila di sekitar tempat tinggal ada acara pasien menyempatkan diri untuk menghadiri acara tersebut, terutama bila sedang tidak merasa lelah, seperti : arisan RT bapak-bapak, pengajian, dll.

11

B. RIWAYAT RUMAH DAN LINGKUNGAN Kunjungan rumah dilaksanakan tanggal 8 maret 2019. Kunjungan rumah yang pertama bertujuan untuk : -

Memantau kesehatan pasien setelah kunjungan ke puskesmas

-

Anamnesa kondisi kesehatan pasien dan keluarga saat ini dan sebelum sakit

-

Melihat langsung kondisi rumah dan lingkungan sekitar rumah pasien

-

Mencaritahu seberapa jauh pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penyakit kulit akibat cacing

-

Mencari tahu apakah ada penderita penyakit kulit yang lain selain pasien disekitar tempat tinggal pasien.

-

Memberi edukasi pada pasien sekeluarga tentang penyakit kulit dan mencegah terulangnya penyakit

a. Keadaan Rumah 1) Letak/lokasi : rumah pasien beralamat di Barepan, sabdodari 2) Bentuk rumah : bangunan rumah permanen dengan luas kira-kira 10x10 meter. Bangunan berdiri sejak orang tua pasien dan sudah direnovasi beberapa kali. Bangunan satu lantai ini terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur,1 dapur. Secara terpisah terdapat 1 sumur dan 1 kamar mandi luar, Lantai rumah sudah dilapisi tegel kecuali di dapur hanya terdiri dari semen. Atap rumah pasien adalah atap genteng tanpa plafon. 3) Kondisi rumah : rumah tersebut dihuni oleh pasien, istri pasien, dan 2 anak, serta keluarga kakaknya yang terdiri dari 3 orang. Rumah pasien memiliki 1 pintu utama dan 2 jendela kaca di ruang tamu. Dibagian atas jendela terdapat ventilasi. Tidak banyak perabotan yang dimiliki pasien, hanya lemari tv, kursi dan meja tamu, namun banyak barangbarang berserakan..kondisi rumah terasa lembab. Kondisi kamar cukup luas dengan satu lemari baju dan tempat tidur. Dapur pasien terletak di belakang dengan alat-alat yang tidak tertata rapih dan sudut dapur banyak tumpukan barang-barang. Pada dapur pasien terdapat

12

ventilasi di atas dan terdapat satu pintu menuju pekarangan samping rumah. Dapur cukup luas dengan peralatan masak yang tidak tersusun rapi, dengan sudut-sudut ruangan banyak tumpukan barang.

4) Kondisi kamar mandi : kamar mandi pasien terletak terpisah dengan rumah, dan bersebelahan dengan sumur. Kamar mandi dan sumur tertutup dinding bata dan beratapkan seng. Kamar mandi terasa lembab dan gelap karena hanya ada ventilasi kecil di atas dan cahaya tidak dapat masuk kecuali pintu terbuka. Terdapat tumpukan baju di kamar mandi. Bak mandi dan sumur terbuat dari semen yang tidak dicat. Kualitas air mandi dan air sumur tampak agak keruh, tidak berbau dan terdapat ikan di bak mandi. Pasien mengaku membersihkan bak mandi seminggu sekali. Kondisi kamar mandi banyak terdapat lumut. Kondisi kamar mandi secara keseluruhan tampak cukup bersih. 5) Sumber air : Sumber air berasal dari sumur yang terletak di luar rumah. Sumur terletak di samping dapur dan kamar mandi. Sumur tertutup. Kualitas air dalam sumur seperti air pada kamar mandi. Air tampak berwarna agak keruh, tidak berbau. Sumur tertutup digunakan sebagai sumber air untuk mandi dan kegiatan rumah tangga seperti mencuci dan memasak. 6) Pembuangan air limbah rumah tangga termasuk septiktank berada di depan rumah jaraknya kurang lebih hanya 5 meter dari kamar mandi pasien. Bentuk pembuangan limbah tertanam dan sudah tertutup semen sehingga limbah rumah tangga tidak menimbulkan bau. 7) Jemuran baju : jemuran baju terdapat di sisi kiri rumah pasien dengan disinari cahaya matahari yang cukup.

b. Kondisi Lingkungan Sekitar Rumah Lingkungan rumah pasien dikelilingi halaman yang masih tanah dan pohon. Di bagian samping rumah pasien memelihara 10 ayam. Di teras rumah pasien memelihara burung berjumlah 15 . pasien mengatakan sering membersihkan kandang peliharannya, namun saat kunjungan kandang

13

peliharaan dalam keadaan belum dibersihkan, di sekitar pasien banyak kucing-kucing liar dan terdapat kotoran kucing di pekarangan rumah.

14

BAB IV ANALISA KASUS DAN DETERMINAN

1. ANALISA KASUS Pasien merupakan laki-laki berusia 35 tahun, bertempat tinggal di barepan, imogiri, datang ke Puskesmas imogiri 1 dengan keluhan gatal di kaki kiri dan kemerahan membentuk berkelok-kelok sejak tanggal 6 maret 2019. Gatal terasa panas terutama saat malam hari. 1 minggu sebelumnya pasien pernah mengalami hal serupa, keluhan awal terasa gatal panas dan kemudian muncul kemerahan berkelok-kelok, namun berbeda tempat dengan yang dialami sekarang (berpindah). Saat itu pasien diberikan albendazole dan CTM sempai membaik namun muncul lagi saat ini. Pasien diberikan kembali albendazole dan CTM dengan tambahan antibiotik karena sudah ada infeksi sekunder. Pada pasien CLM yang terpenting adalah mengobati penyebab dengan antihelmintes dan bila ada infeksi sekunder diberikan antibiotik, karena CLM sebenarnya self limited disease bila tanpa komplikasi, namun pemberian obat dapat mempercepat penyembuhan dan mencegah komplikasi dan tetap menjaga kebersihan.

II.

ANALISIS DETERMINAN/ FAKTOR RESIKO Suatu penyakit terjadi karena interaksi antara pejamu (host), penyebab penyakit (agent), dan lingkungan (environment). Dalam konteks CLM, ketiga faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain yang kemudian akan memudahkan agen untuk menyebabkan terjadinya CLM. Penjelasan keterkaitan antara 3 faktor tersebut sebagai berikut: 1. Faktor Pejamu (Host) Host merupakan populasi atau organisme yang memiliki risiko untuk sakit, dalam kasus ini Bp. MS adalah host. Predisposisi untuk terjadinya CLM pada host disebabkan karena Bp. S memiliki pekerjaan yang mengharuskan untuk kontak langsung dengan pasir dan tanah yakni kuli bangunan dan kebersihan diri yang masih kurang.

15

2. Penyebab Penyakit (Agent) Agen adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau ketidak beradaannya dapat menimbulkan penyakit atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Dalam kasus ini yang berperan sebagai agen salah satunya adalah larva cacing Necator americanus dan Ancylostoma duodenale, 3. Lingkungan (Environment) Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar diri host, baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua elemen tersebut. Pada kasus ini Bp. MS memiliki lingkungan yang berkontak dengan pasir yang mungkin terkontaminasi, kemudian lingkungan rumah yang kurang bersih.

16

BAB V DIAGNOSIS KOMUNITAS Berdasarkan hasil identifikasi masalah komunitas yang ada, maka diagnosis komunitas pada kasus ini adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kulit akibat cacing seperti penyebab, faktor risiko penularan dan pencegahan, pengobatan, komplikasi. Kurangnya kebersihan lingkungan dan kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat pada pasien dan keluarga.

17

BAB VI STRATEGI DAN PROGRAM PENANGANAN

INTERNAL

EKSTERNAL

Peluang (O)  Kesadaran untuk mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan baik.  Adanya keinginan untuk belajar Ancaman (T)  Latar belakang pendidikan: tamat SMP sehingga pengetahuan tentang penyakit kulit dan pola hidup sehat masih kurang

Kekuatan (S) Kelemahan (W)  Adanya kader kesehatan  Kurangnya petugas  Adanya kegiatan rutin kesehatan di puskesmas disekitar tempat tinggal  Kurangnya pasien : arisan bapakpengetahuan kader bapak, dll  Kurangnya program  Akses ke fasilitas penyuluhan terkait kesehatan yang mudah penyakit kulit dijangkau  Kurangnya pendataan epidemiologi penyakit kulit Strategi SO STRATEGI WO  Meningkatkan  Peningkatan peran pengetahuan kader kader dalam edukasi tentang penyakit kulit penyakit kulit.  Belajar bersama tenaga kesehatan dan kader kesehatan Strategi ST Strategi WT  Perbanyak petugas  Melakukan kegiatan kesehatan khusus penyuluhan terkait menangani kasus kulit penyakit kulit, dan cacing  meningkatkan  Meningkatkan pengetahuan petugas pengetahuan kader terkait kesehatan, sehingga penyakit kulit dengan dapat memberikan mengadakan kelas kader edukasi penyuluhan  Meningkatkan pendataan kepada masyarakat epidemiologi tentang penyakit kulit baik oleh kader dan petugas kesehatan di puskesmas

18

Rumusan masalah yang dapat digolongkan dalam menghadapi penyakit kulit akibat cacing tersebut adalah : NO 1

2

Prioritas Masalah Kurangnya 1 pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang penyakit kulit akibat cacing

Kurangnya 2 pendataan epidemiologi terkait penyakit kulit

Penyebab Masalah

Alternatif Pemecahan Masalah

 Kurangnya sosialisasi tentang penyakit kulit dan cacing  Belum optimal dalam upaya pembinaan pasien dan keluarga mengenai penyakit kulit  Sarana pembinaan yang masih minim.  Kurangnya SDM dan komitmen.  Masih kurang pengetahuan di masyarakat mengenai kebersihan lingkungannya

 Membentuk kader terkait kesehatan kulit  Mensosialisasikan mengenai masalah kulit terkait cacing untuk menambah wawasan masyarakat agar masyarakat memahami dan mengetahui pengertian, penyebab, faktor resiko, gejala, upaya pencegahan  Menyediakan sarana pembinaan seperti penyuluhan, poster maupun brosur yang mudah dimengerti masyarakat mengenai masalah kulit  Kerjasama antara pasien, keluarga, masyarakat dengan tenaga kesehatan dalam hal penanganan kasus kulit  Pemberdayaan kader dan petugas kesehatan untuk melakukan pendataan epidemiologi terkait penyakit kulit  Meningkatkan pengetahuan kader dengan membuat kelas kader

 Kurangnya perhatian petugas kesehatan terkait masalah kulit  Masih kurangnya tenaga kesehatan

Pemecahan Masalah Terpilih  Sosialisasi mengenai kesehatan kulit akibat cacing melalui brosur/ poster, pertemuan masyarakat desa, dan memberikan edukasi mengenai masalah kulit terkait cacing di masyarakat.

Meningkatkan pengetahuan kader tentang penyakit kulit sehingga dapat membantu pendataan epidemiologi penyakit terkait kulit.

19

REFLEKSI

Setelah berkunjung kerumah pasien dan menggali lebih dalam semua hal-hal yang berkaitan dengan penyakitnya, saya menemukan beberapa hal-hal yang dapat dijadikan pembelajaran bagi saya. Seperti yang telah terpapar diatas, pasien memiliki riwayat pendidikan yang kurang, yakni tamat SMP. Kurangnya tingkat pendidikan menyebabkan kurangnya berwawasan mengenai kesehatan, dalam hal ini mengenai penyakit kulit akibat cacing. Tingkat pengetahuan pasien dan isteri kurang terhadap penyakit kulit akibat cacing. Rinciannya sebagai berikut: 

Pasien kurang mengetahui mengenai penularan penyakit ini melalui kulit dengan tanah yang terkontaminasi, dengan kurangnya pengetahuan ini menyebabkan kurang waspada terhadap cara mencegahnya, yaitu pasien masih menggunakan celana pendek saat bekerja, kurangnya kebiasaan hidup bersih seperti tidak mencuci tangan dan kaki setelah aktivitas.



Kurangnya kebersihan lingkungan kerja dapat mempengaruhi, yaitu pasir yang

masih basah setelah dari sungai dapat menjadi faktor risiko penularan. 

Lingkungan rumah pasien yang dikelilingi tanah dan pohon, dan bila terkena

hujan air menggenang, kemudian lingkungan rumah yang juga lembab. Sumber air yang tampak sedikit keruh. Disini bisa diambil pelajaran bahwa pengetahuan seorang (pasien) terhadap penyakit adalah hal paling penting dalam mencegah morbiditas dan mortalitas suatu penyakit. Sebab dengan membekali masyarakat dengan pengetahuan, akan membantu mereka agar mencegah terjadinya suatu penyakit, atau apabila sudah terlanjur sakit supaya tidak lebih sakit dan menjadi sehat kembali. Pengetahuan yang perlu dibagi untuk masyarakat mengenai suatu penyakit mencakup : pengertian, penyebab, tanda-gejala, bagaimana penyakit dapat terjadi, cara penularan, pengobatan, prognosis, cara mencegah. Ada hal-hal yang perlu di pegang oleh tenaga medis sebagai pemberi edukasi, yaitu harus mencari cara pemberian edukasi paling tepat bagi pasien. Contoh saja pasien kami yang memang mata pencaharian mengharuskan untuk terus kontak dengan tanah

20

dan pasir, sehingga edukasi berupa pencegahan dengan perlindungan diri berupa menjaga kebersihan, seperti memakai alas kaki yang tertutup, alas kaki juga rajin dicuci, memakai celana panjang dan rajin dicuci, kemudian selalu mencuci tangan dan kaki setelah aktivitas, menjaga kebersihan rumah, karena edukasi untuk menghindari kontak dengan tanah/pasir yang mungkin terkontaminasi sulit karena pasien harus tetap berkontak dengan lingkungan tanah dan pasir dikarenakan mata pencaharian pasien tersebut. Status gizi pasien masuk status gizi baik. Setiap harinya makanan yang dikonsumsi seimbang antara lauk,sayur dan buahnya. Tidak ditemukan adanya masalah dalam gizi sehari-hari pasien. Sehingga sebenarnya secara imunitas baik, karena tersokong oleh gizi yang baik. Akan tetapi sebagai kuli bangunan, aktivitas fisik yang pasien lakukan tergolong cukup berat. Karena setiap harinya bekerja dari pukul 08.0017.00 dan hanya beristirahat satu jam di jam 12.00.. Akibatnya pasien sering melewatkan waktu istirahatnya. Hal ini bisa menjadi faktor yang mempengaruhi menurunnya kondisi imun pasien.

21

LAMPIRAN

22

23

Related Documents


More Documents from "siti solikha"