BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sejak dahulu permasalahan di Indonesia tidak terlepas dari persoalan
kebutuhan akan tepung terigu. Hal ini dikarenakan kebutuhan pangan akan tepung terigu sangat besar. Tepung terigu sangat banyak dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan pangan. Hal ini tentu menjadi sebuah permasalahan yang perlu dicari solusi permasalahannya untuk menghindari penggunaan tepung terigu pada produk pangan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan mengurangi penggunaan tepung terigu dengan mensubstitusikan tepung yang berasal dari produk pangan yang lain. Dalam negeri tidak terlepas dari persoalan ketersediaan beras dan terigu. Menurut Thomas (1998), dalam mengatasi ketergantungan tepung terigu perlu diupayakan bahan pensubstitusi yang dapat dibuat dari bahan yang diperoleh secara lokal atau bahan alami yang mudah ditemukan. Salah satu alternatif subtutusi tepung terigu yaitu dalam pembuatan crekes bayam dengan penggunaan tepung sukun. Tepung sukun berfungsi menggantikan penggunaan tepung terigu. Sukun merupakan tanaman lokal yang penyebarannya sangat luas dan merata di daerah yang beriklim tropis, termasuk Indonesia (Taylor & Tuia 2007). Sukun memiliki kandungan gizi yang baik, terutama sebagai sumber karhohidrat(302 kalori per 100 g), sukun sangat potensiai untuk diversifikasi pangan. Buah sukun
menjadi
komoditas
yang cukup penting karena
produktivitasnya yang tinggi (Omobuwajo et al. 2003). Buah sukun memiliki nilai energy antara 470-670 kJ per 100 gram. Buah sukun mengandung niasin, vitamin C, riboflavin, karbohidrat, kalium, thiamin, natrium,kalsium, dan besi. (Suyanti dkk., 2003). Non flaky crackers merupakan pengembangan dari produk cracker yang berlapis-lapis (flaky crackers). Bedanya dengan crackers biasa yaitu Non flaky crackers memiliki struktur yang tidak berlapis-lapis dengan bagian luar lebih masif dan padat kalori (Virdiani, 2009). Mengingat kandungan protein tepung
1
2
sukun yang relatif rendah, maka pemanfaatan tepung sukun dalam pembuatan Non flaky crackers dirasa sesuai, karena dalam proses pembuatan Non flaky crackers membutuhkan persyaratan kualitas gluten yang lebih ringan. Upaya lain untuk meningkatkan nilai gizi Non flaky crackers dilakukan dengan penambahan serbuk bayam. Bayam memiliki kandungan gizi yang lengkap diantaranya karbohidrat, protein, mineral, vitamin, dan mineral. Kandungan mineral bayam cukup tinggi terutama
zat
besi/Fe
yang
dapat
mencegah
kelelahan
akibat
anemia
(Suyanti,2008). Bayam adalah salah satu sayuran hijau yang mudah untuk didapatkankarena selalu ada sepanjang tahun. Pemanfaatan bayam dalam bentuk serbuk diharapkan juga dapat meningkatkan masa simpan bayam mengingat bayam setelah dipetik mudah menjadi layu. Penambahan serbuk bayam hijau dalam pembuatan Non flaky crackers juga diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi dan menambah kandungan betakaroten Non flaky crackers.
1.2
Rumusan Masalah 1. Apakah subtitusi tepung sukun berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia,mikrobiologis dan organoleptik non flaky cracker bayam hijau (Amaranthus tricolor)? 2. Berapakah subtitusi tepung sukun untuk mendapatkan kualitas non flaky cracker bayam hijau (Amaranthus tricolor) terbaik?
1.3
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh subtitusi tepung sukun terhadap sifat fisik, kimia,mikrobiologis dan organoleptik Non flaky crackers bayam hijau(Amaranthus tricolor). 2. Menentukan subtitusi tepung sukun untuk mendapatkan Non flaky crackers bayam hijau (Amaranthus tricolor) yang berkualitas.
3
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
menggenai penggunaan tepung sukun dan serbuk daun bayam hijau (Amaranthus tricolor) dalam menghasilkan produk non flaky cracker sebagai makanan sehat dan bergizi serta peningkatan ketahanan pangan dan memberikan masukan bagi teknologi pengolahan pangan.
1.5
Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Pada desain ini akan dibahas model struktur rangka kuda-kuda kantilever
dengan batasan sebagai berikut: Pada desain ini hanya ditinjau bagian kuda-kuda saja, sehingga perhitungan beton diabaikan (tidak dihitung). Pada desain ini yang akan diteliti adalah optimalisasi dari permodelan struktur yang terpilih mencapai syarat, kemudian yang meliputi prinsip ketekniksipilan dalam dunia konstruksi, yaitu aman, stabil dan ekonomis. Pada desain kuda-kuda baja kantilever ini akan menggunakan metode LRFD (Load Resistance and Factor Design). Analisa struktur baik gaya maupun evaluasi kinerja menggunakan bantuan software SAP2000 v.14. Pada desain ini menggunakan PPIUG (Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung) 1983 untuk koefesien angin pada dinding vertikal. Pada desain ini, perhitungan beban gempa diabaikan.