PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
DINAMIKA PSIKOLOGIS PEREMPUAN MENGALAMI BODY SHAME
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh : Tuti Mariana Damanik 119114172
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Halaman Persetujuan Pembimbing
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya tulis pertama yang luar biasa ini pada Tuhan Yesus Kristus
Kepada kedua orang tuaku dan abang dan adik-adik yang sangat kusayangi
dan semua orang yang telah menjadi bagian dalam hidupku selama aku telah berpetualang di dunia ini.
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
Tetaplah rendah hati karena sombong akan membuatmu semakin lama. Tetap lakukan yang terbaik dalam setiap pekerjaan tanganmu.
Oppung berkata: “Perjuangkan apa yang harusnya kau perjuangkan ya nang! (parjuangkon do da nang aha na harus si parjuanganmu!).
Jangan berharap orang lain mengerti akan dirimu, karena sesungguhnya yang mengerti dirimu sepenuhnya adalah dirimu sendiri. Tegaslah pada diri sendiri. Berikan hadiah dan sanksi untuk diri sendiri dalam setiap tugas agar semakin disiplin. -Ulidesi Siadari-
Ungkapkan apa yang bisa diungkapkan, kelamaan mengungkapkan hanya akan menunda dan akhirnya semuanya akan meledak berkali-kali lipat lebih parah.
“Ngapain dimulai lagi toh udah dimulai sejak lama, yang penting itu diselesaikan”. (Om Gik) Salah itu enggak papa, salah enggak buat mati kok. Pesan dari mbak Herlina.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK DINAMIKA PSIKOLOGIS PEREMPUAN YANG MENGALAMI BODY SHAME Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Tuti Mariana Damanik
ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika psikologis perempuan yang mengalami body shame. Partisipan pada penelitian ini berjumlah empat orang perempuan dengan usia dewasa awal. Jenis penelitian penelitian ini kualitatif dengan analisis isi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Penelitian ini menggunakan member checking untuk menguji kredibilitas penelitian. Hasil menunjukkan bahwa proses yang dialami keempat partisipan memiliki kesamaan tahapan. Keempat partisipan mengalami internalisasi akan penilaian lingkungan tentang tubuhnya. Selain proses internalisasi partisipan melakukan self-objectification yang menyebabkan partisipan semakin memperhatikan tubuhnya.Partisipan mengalami body shame karena partisipan mengalami distorsi kognitif. Selain itu, body shame dapat meningkat akibat sensitivitas partisipan terhadap penolakan. Body shame menyebabkan partisipan mengalami dampak psikologis seperti kecemasan, tahapan gangguan makan seperti bulimia, ketidakpercayaan diri. Kata Kunci: body shame, self- objectification, sensitifitas terhadap penolakan, distorsi kognitif.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE PSYCHOLOGICAL DYNAMICS OF WOMEN EXPERIENCING BODY SHAME
Psychology Faculty Sanata Dharma University
Tuti Mariana Damanik
ABSTRACT This research aimed to understand the psychological dynamics of women experiencing body shame. The partisipants are four women in early adulthood. This is a qualitative study research with content analysis. Data were collected by semi-structured interview method. This research used member checking for` examining the credibilty. The result showed that all the partisipants have the same process of the stages. These four participants experienced internalization stage of environment’s judgement. After that, participants did self-objectification, so they more noticed their body. Participants experienced body shame because they have cognitive distortion. Body shame also elevated because participants had sensitivity of rejection. Body shame had some psychological impact for the partisipants such as anxiety, eating disorder stages (bulimia), low confident.
Key words: body shame, self objectification, sensitivity of rejection, cognitive distortion.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kata Pengantar Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang sudah memberikan kehidupan luar biasa kepada saya hingga saat ini. Terimakasih yang tak terhingga juga peneliti sampaikan kepada berbagai pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian skripsi ini: 1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi., Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi Sanata Dharma. 2. Ibu Monica Eviandaru, M., M.App. Psych., Ph.D., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma serta Dosen Pembimbing Akademik. 3. Dosen pembimbing skripsi saya bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi yang sudah bersedia membimbing dan mendengarkan curhatan saya sehingga saya dapat tetap berjalan dan berani menghadapi hidup. 4. Terimakasih saya ucapkan kepada ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. yang bersedia mendampingi saya dalam pengerjaan skripsi. 5. Seluruh dosen, karyawan dan seluruh pihak yang terlibat di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang sudah memberikan saya banyak pengetahuan baru tentang indahnya manusia. 6. Mama, bapak, abang dan kedua adekku yang sangat kusayangi. Hidup bersama kalian adalah yang paling berharga buatku.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Kepada keempat partisipan yang sudah bersedia berbagi cerita hidup dan mempercayakan peneliti untuk mendengarkan cerita kalian. Kepercayaan kalian sangat berharga. 8. Ateph, Ulidesi, Siska, Lenny terimakasih telah mengajari aku rasanya punya sahabat sekaligus saudara perempuan. Terima kasih untuk pendampingan kalian buatku selama menyelesaikan skripsi yang mundur jauh dari target ini. Kalian berjasa dalam hidupku. Kalian punya arti yang saling melengkapi dalam hidupku. 9. Ivana, Nina, Wulan, Tyas, Paskha, Helga, dan Teman-teman mitra perpustakaan tahun 2015/2016, kalian membantu ak belajar bagaimana hidup di dunia professional nantinya :* 10. Keke, Nina, Tara, Agis, Ruth, Tyas, Pascha dan mbak Herlina, Bene terimakasih kalian sudah menjadi saksiku dalam mengerjakan skripsi ini dan di kehidupan perkuliahan kita bersama dengan segala emosi yang ditimbulkannya. Kalian luar biasa telah ada dalam hidupku. 11. Segala pihak yang terlibat dalam pengerjaan skripsi ini yang tidak dapat peneliti ucapkan satu-persatu. Kalian sangat berarti.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... ii HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... v ABSTRAK ............................................................................................................ vi HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... viii Kata Pengantar .................................................................................................... ix DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi BAB I ...................................................................................................................... 1 A. B. C. D.
Latar Belakang ..................................................................................................... 1 Rumusan masalah ................................................................................................ 8 Tujuan penelitian ................................................................................................. 8 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 9
BAB II .................................................................................................................. 10 A. B. 1. 2. 3. C. 1. 2. 3. 4. D. E.
Shame .................................................................................................................. 10 Body Shame ......................................................................................................... 11 Definisi body shame........................................................................................ 11 Jenis body shame ............................................................................................ 15 Dampak body shame ...................................................................................... 16 Teori-teori yang dapat memengaruhi dinamika psikologis body shame ....... 21 Teori objektifikasi (Objectification Theory) ............................................... 22 Distorsi kognitif ............................................................................................. 23 Teori Sensitivitas terhadap Penolakan ........................................................ 28 Teori Budaya (Lingkungan) ......................................................................... 30 Perempuan .......................................................................................................... 32 Proses terjadinya body shame bagi perempuan .............................................. 33
BAB III ................................................................................................................. 38 A. B. C. D. E. G. H.
Strategi Penelitian .............................................................................................. 38 Jenis Penelitian ........................................................Error! Bookmark not defined. Batasan penelitian (Fokus penelitian) .............................................................. 39 Kriteria Partisipan Penelitian ........................................................................... 39 Prosedur Pengumpulan Data Penelitian .......................................................... 40 Kredibilitas penelitian ....................................................................................... 43 Analisis ................................................................................................................ 44
BAB IV ................................................................................................................. 47 A. B. C. D.
Persiapan penelitian................................................Error! Bookmark not defined. Pelaksanaan penelitian ...................................................................................... 48 Data Demografi Partisipan ............................................................................... 52 Gambaran Partisipan ........................................................................................ 52
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. F.
Hasil Penelitian .................................................................................................. 57 Pembahasan ........................................................................................................ 84
BAB V................................................................................................................... 90 A. B.
Kesimpulan ..............................................................Error! Bookmark not defined. Saran ................................................................................................................... 91
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 93
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang “Kulit tampak lebih cerah putih merona” (Iklan Ponds White Beauty, 2012) dan “Cantik itu kulit mulus bebas bulu” (VeetHair Removal Cream, 2013) merupakan tagline iklan produk kecantikan yang pernah ditampilkan oleh media beberapa waktu lalu. Berdasarkan dua contoh tagline
tersebut,
iklan
cenderung
mengarahkan
penikmat
media
mengategorikan cantik seperti yang ditampilkan di iklan. Iklan yang ditampilkan media ini dapat memberikan pengaruh yang dapat menimbulkan ketidakpuasan akan tubuh dan internalisasi tubuh ideal sesuai media. Tidak hanya media elektronik, media cetak juga menyajikan iklan kecantikan yang menampilkan bentuk tubuh langsing, kulit putih, rambut lurus dan panjang, serta bergaya (stylish) untuk perempuan (“Mengapa perempuan bermasalah”, 2009). Hariningsih (2005) mengatakan bahwa perempuan dikatakan menarik jika bertubuh langsing, pinggang kecil, pinggul dan pantat besar, dada berisi, mata bulat, bibir tipis, rambut lurus. Sedangkan salah satu finalis L-Men of the year 2010 menyampaikan bahwa bentuk tubuh atletis dengan perut sixpack, dan dada bidang merupakan kategori yang laki-laki idamkan dan iklan sering menampilkan model demikian (Fazriyati, 2010). Penilaian yang dibentuk media tersebut memicu masyarakat tidak puas dengan tubuhnya dan membuat individu menilai bahwa tubuhnya
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
memalukan. Penilaian tentang tubuh yang dimaksud bukan terbatas fisik tetapi dapat berkaitan dengan kepribadian, kemampuan atau hal lain dalam tubuh. Individu akan semakin merasa tidak puas terhadap tubuhnya apabila individu menginternalisasi penilaian yang disampaikan lingkungan tentang tubuh. Ketidakpuasan individu terhadap bagian tubuhnya akan semakin besar apabila individu tersebut menerima penilaian yang disampaikan melalui iklan atau media yang dapat diakses tentang tubuh yang ideal (Knauss, Paxton & Alsaker, 2008). Kondisi ini semakin menguat karena iklan pada media mampu menggiring opini masyarakat untuk menilai tubuh yang ideal sesuai dengan konten iklan tersebut. Iklan yang disuguhkan semakin sering mengangkat tubuh yang dianggap ideal sehingga memengaruhi individu yang melihat. Selain melalui iklan yang sedang ramai menampilkan tubuh saat ini, dunia memang sudah memiliki penilaian tentang adanya bentuk tubuh yang dianggap ideal dan ada yang tidak ideal. Penilaian ini sudah lama dimiliki manusia di seluruh belahan bumi (Dolezal, 2015). Cara pandang terhadap tubuh seperti ini dapat terjadi karena adanya objektifikasi diri. Objektifikasi diri (self-objectification) adalah penilaian terhadap tubuh sendiri, menginternalisasi perspektif pengamat yang fokus mengamati bagian tubuh seperti bagaimana aku dilihat orang lain, dan kurang menilai berdasarkan penilaian yang mengamati keunikan dan potensi apa yang dapat dilakukan tubuh serta bagaimana yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
dirasakan oleh tubuh (Fredrickson & Robert, 1997). Teori objektifikasi menunjukkan bahwa self-objectification meningkatkan peluang individu merasa malu khususnya malu akan suatu tubuh (Noll & Fredrickson, 1998). Perkembangan teknologi saat ini menyebabkan semua informasi semakin mudah diakses. Kondisi ini menyebabkan manusia semakin mudah dipengaruhi oleh iklan yang membahas tentang penilaian tubuh ideal di masyarakat. Penilaian tubuh ideal ini menyebabkan individu banyak yang mengalami body shame. Body shame merupakan perasaan malu yang muncul akan salah satu bagian tubuh individu ketika penilaian orang lain dan penilaian diri sendiri tidak sesuai dengan diri ideal yang diharapkan individu (Nol & Frederickson, 1998). Body shame sedang marak terjadi di dunia saat ini dan fenomena ini bukanlah fenomena yang baru. Sejak dulu fenomena ini sudah dialami oleh masyarakat di belahan bumi barat (Dolezal, 2015). Data yang diperoleh dari sebuah survei majalah BLISS menunjukkan 90% remaja dari 5053 tidak bahagia dengan bentuk tubuhnya. Hanya 19% yang memang mengalami kelebihan berat badan, 67% berpikir bahwa mereka perlu menurunkan berat badan, serta 64% sedang menjalani diet (“90% teens unhappy”, 2016). Body shame dapat meningkat ketika individu menjalani hubungan romantis dengan orang lain (Sanchez, Good, Kwang, & Saltzman, 2008). Ketika individu melakukan relasi romantis maka akan ada penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
terhadap fisik pasangannya. Hal ini dapat membuat individu itu lebih memperhatikan
soal
penampilan
sehingga
dapat
meningkatkan
kemungkinan body shame baik pada pria maupun perempuan (Sanchez & Kwang, 2007). Dolezal (2015) mengatakan perempuan melakukan pengecekan yang lebih kompulsif terhadap penampilannya di depan cermin dan lebih khawatir akan busana yang digunakan, tata rias wajah serta penampilan ketika melakukan suatu aktivitas. Penelitian McKinley (1996) menunjukkan body shame berkaitan dengan harga diri, diet serta gejala gangguan makan. Selain itu, pada penelitian Noll dan Fredrickson (1998) body shame sebagai mediator hubungan berbagai variabel misalnya dengan self-objectification dengan gangguan makan, body shame bisa semakin meningkat karena relationship contingency dan pentingnya menemukan pasangan sebagai tuntutan masyarakat (Sanchez dkk, 2008). Sanchez, dkk. (2008) menuliskan bahwa individu yang memiliki hubungan romantis pada dasarnya memiliki ketertarikan dengan
pasangannya
khususnya
dalam
penampilan
yang sama (appearance).
Penampilan yang pada umumnya menjadi pusat perhatian misalnya standar berat badan ideal atau bentuk fisik yang dianggap menarik. Kesamaan ketertarikan ini dapat menyebabkan meningkatnya body shame. Individu yang memiliki relasi romantis cenderung saling memberikan kritik pada penampilan pasangannya ketika penampilan pasangan tidak sesuai dengan standar dalam hubungan mereka. Selain itu, harapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
memiliki relasi romantis menyebabkan individu menganggap bahwa tampilan tubuh dapat berpengaruh pada kesempatan menemukan pasangan (Sanchez dkk, 2008). Penelitian ini juga mengatakan bahwa tuntutan untuk memiliki pasangan
merupakan salah satu hal yang menyebabkan
kemungkinan relasi romantis dapat memunculkan body shame. Body shame menimbulkan kecemasan terhadap individu. Body shame yang terjadi menyebabkan individu rentan pada gangguan dismorfik tubuh (Body Dismorphic Disorder/BDD) (Dolezal, 2015). Gangguan dismorfik tubuh menyebabkan individu merasa bahwa ada yang kurang pada dirinya. Kekurangan yang dirasakan hanyalah dalam bayangan karena pada dasarnya individu terlihat normal (Dunand & Barlow, 2006). Kekurangan yang dirasakan disebabkan pikiran individu yang kacau atau individu tersebut mengalami kekacauan pikiran. Istilah ini sering disebut dengan distorsi kognitif (Burn, 1988). Body shame merupakan penyebab gangguan makan (Noll & Frederickson, 1998). Gangguan makan juga
merupakan efek dari
sensitivitas terhadap penolakan (Rejection sensitivity). Peneliti ingin melihat
bagaimana
menyebabkan
peran
individu
sensitivitas
mengalami
terhadap
body
shame.
penolakan Penelitian
dapat Park
mengatakan individu yang memiliki sensitivitas terhadap penolakan yang tinggi dapat menyebabkannya lebih memperhatikan tubuhnya karena tubuh tidak sesuai dengan yang diharapkan orang lain (Park, 2007; Park, Calorego & Diraddo, 2010 dalam Damanik, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
Pandangan tiap individu mengenai body shame dipengaruhi oleh bagaimana budaya sekitarnya dan individu itu sendiri menilai tubuh. Banyak penelitian yang membahas tentang ketidakpuasan tubuh yang terjadi pada anak remaja dilakukan di Amerika Serikat, Australia dan Inggris. Penelitian tentang kesehatan remaja Swiss menunjukkan bahwa ketidakpuasan akan tubuh merupakan masalah utama bagi remaja (Knauss dkk, 2008). Ketidakpuasan tubuh yang berkelanjutan dapat membuat body shame semakin meningkat. Ketidakpuasan merupakan penilaian dan perasaan negatif individu akan tubuhnya (Grogan, 1999). Dewasa ini, peneliti menemukan semakin banyak individu yang melakukan berbagai usaha seperti berolahraga, diet, menggunakan produk, serta operasi karena merasa bentuk tubuhnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh dirinya maupun lingkungannya. Berbagai usaha dilakukan untuk mencapai berat badan atau tubuh yang ideal menurut diri sendiri dan orang lain. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Choma dan Hosker (2009) menemukan bahwa individu yang memiliki self-objectification akan menyebabkannya mengalami subjective well-being yang rendah. Subjective well-being merupakan penilaian individu atas pencapaiannya dalam hidupnya. Maka diperlukan bagaimana penilaian individu tentang tubuhnya setelah individu melakukan usaha untuk mengurangi rasa malu terhadap tubuhnya. Fenomena
body
shame
menyebabkan
peneliti
melakukan
penelitian tentang dinamika psikologi individu yang mengalami body
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
shame. Penelitian sebelumnya tentang body shame masih hanya menjelaskan bagaimana hubungan body shame beberapa variabel lain yang berkaitan dengan pandangan terhadap tubuh seperti objektifikasi diri (Noll & Fredrickson, 1998), pengawasan tubuh (Knauss, dkk 2008). Penelitian sebelumnya hanya menjelaskan bagaimana body shame dipengaruhi, mempengaruhi
maupun
bertindak
sebagai
mediator
hubungan
antarvariabel lain. Oleh karena itu, perlu melihat bagaimana pengalaman body shame dan dampak yang dialami. Peneliti belum menemukan penelitian yang secara mendalam meneliti dinamika psikologi body shame pada individu yang mengalami. Dengan melakukan penelitian ini, peneliti mampu memaparkan dinamika psikologis individu mengalami body shame. Setelah mengetahui proses terjadinya body shame, peneliti juga ingin melihat dampak yang dialami informan yang mengalami body shame. Selain itu, penelitian ini diharapkan
membantu
informan
penelitian
untuk
menceritakan
pengalaman dan menyadari proses serta mengetahui dampak body shame yang alami. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa body shame lebih sering dialami oleh perempuan. Hal ini terjadi karena perempuan cenderung menginternalisasi penilaian pengamat yang mengobyekkan tubuhnya dibandingkan laki-laki (Knauss dkk, 2008). Budaya memiliki tuntutan yang lebih besar terhadap standar tubuh perempuan (Dolezal 2015). Namun, penelitian sebelumnya mengatakan bahwa
bukan hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
perempuan saja tetapi pria juga mengalami body shame walaupun perempuan memiliki body shame yang lebih tinggi dibandingkan pria (Knauss, dkk, 2008). Berarti fenomena body shame dapat dialami baik perempuan maupun laki-laki. Berdasarkan data yang diperoleh 90% dari 5053 perempuan merasa tidak bahagia akan tubuhnya (Dailymail.co.uk) sedangkan 34% pria mengatakan bahwa tidak puas dengan bentuk tubuhnya (Gallivan, 2014). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa body shame lebih banyak dialami oleh perempuan. Oleh karena itu, peneliti memilih perempuan sebagai informan penelitian. Selain itu, peneliti memilih informan perempuan karena perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh penilaian tubuh ideal yang ditampilkan media dan membandingkannya dengan tubuhnya (Knauss dkk, 2007). Perempuan lebih mudah menginternalisasi penilaian orang lain dibandingkan pria sehingga jumlah pria yang menginternalisasi tubuh ideal media lebih sedikit (Knauss, dkk 2008). berdasarkan B. Rumusan masalah Penelitian
ini
akan
mendeskripsikan
dinamika
psikologis
perempuan yang mengalami body shame dan dampak yang dialami. C. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses terjadinya body shame pada perempuan dan dampaknya dalam kehidupan perempuan yang mengalami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian diharapkan mampu menambah referensi dalam bidang psikologi, khususnya psikologi klinis dan sosial. Penelitian ini dapat menjadi
pengetahuan
bahwa
objektifikasi
diri
berlebih
yang
menghasilkan body shame dapat menyebabkan individu mengalami resiko gangguan kesehatan mental. b. Manfaat Praktis 1) Bagi perempuan yang mengalami body shame Penelitian ini membantu mereka menyadari penilaian tubuh mereka dan dampak apa yang ditimbulkan body shame. Menyadari kondisi
tubuhnya
dan
tidak
melakukan
penilaian
yang
menyimpang tentang tubuhnya serta memiliki harapan yang sesuai dengan kondisi tubuhnya. 2) Bagi masyarakat Agar masyarakat dapat lebih menyadari tindakan apa yang dilakukan ketika berhadapan dengan iklan yang ditampilkan di media cetak maupun elektronik dengan kata lain penelitian ini dapat menjadi refleksi juga bagi pembaca untuk menyadari setiap tindakan yang dilakukan untuk tubuhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan memaparkan tinjauan teoritis tentang proses body shame yang dialami perempuan. Pertama, penulis akan menjelaskan tentang definisi body shame jenis serta dampaknya. Kemudian teori yang digunakan untuk melihat proses body shame, dan perempuan sebagai partisipan. Selanjutnya penulis akan memaparkan tentang proses perempuan mengalami body shame. A. Shame Sebelum memasuki bahasan tentang body shame, peneliti ingin menjelaskan bahwa malu merupakan emosi yang termasuk dalam selfconscious emotion. Adapun emosi yang merupakan emosi kesadaran diri ini antara lain pride, hubriss, shame dan guilt. Emosi ini merupakan emosi yang berperan dalam menentukan moral seseorang. Emosi sadar diri (rasa bersalah, malu, iri hati, dan bangga) akan memainkan peran penting ketika individu dihadapkan pada perilaku pencapaian dan moral. Emosi ini akan berkembang dengan baik apabila orang dewasa memberikan arahan yang tepat dalam mendampingi anak mengembangkan emosi sadar diri. Oleh karena itu, emosi ini sangat beragam di antara budaya. Di negara barat yang individualistik, kebanyakan anak akan diajari untuk merasa bangga atas pencapaian diri. Dalam budaya kolektif seperti di Cina dan Jepang menunjukkan
keberhasilan
pribadi
10
dapat
meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
rasa malu dan menutup diri (Berk, 2012). Pelanggaran terhadap standar budaya yang diberikan orang lain dapat melahirkan rasa malu yang luar biasa (Akimoto & Sanbonmatsu, dalam Berk, 2012). Menurut Michael Lewis (2011) rasa malu adalah hasil aktivitas kognitif yang kompleks: evaluasi tindakan individu mengenai standar, aturan, tujuan serta evaluasi global dari diri mereka dan dari orang lain sedangkan rasa bersalah merupakan emosi yang dihasilkan ketika individu mengevaluasi perilaku mereka gagal tetapi berfokus pada perilaku spesifik diri atau tindakan diri yang mengarah pada kegagalan. Noll dan Fredrickson (1998) mengatakan bahwa shame diartikan sebagai perasaan yang muncul ketika individu gagal mencapai suatu target ideal. Sara Ahmed dalam Dolezal (2015) menyebutkan shame merupakan
emosi
yang terbentuk dari kebiasaan sosial dan budaya, bentuk/wujud dari budaya politik yang dibentuk oleh dunia. Malu merupakan bagian dari emosi kesadaran diri akan berpengaruh pada pembentukan fenomena body shame dalam penelitian ini.
B. Body Shame 1. Definisi body shame Body shame merupakan perasaan malu akan salah satu bentuk bagian tubuh ketika penilaian orang lain dan penilaian diri sendiri tidak sesuai dengan diri ideal yang diharapkan individu (Nol & Frederickson, 1998). Body shame terjadi ketika orang mengevaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dirinya relatif terhadap internalisasi dan budaya ideal (Fredrikson & Roberts, 1997). Dalam dolezal (2015) individu bisa merasakan bahwa perilaku, kepribadian, aktivitas, pikiran, perasaan atau emosi serta situasi itu dapat memalukan. Body shame merupakan bagian khusus yang kuat dan potensi dari rasa malu. Orang lain tidak hanya mengamati tubuh sebagai bagian dari
diri kita tetapi tubuh juga menjadi tempat untuk
kepribadian yang membuat pengalaman subyektif manusia yang bermakna dapat terjadi. Pada dasarnya tubuh merupakan dasar dari diri (self). Demikianlah, kesadaran perlu diwujudkan dan tidak seksama dapat ditemukan batasan yang dapat dibuat antara diri dan tubuh. Walaupun “aku adalah tubuhku” (I am my body) tetap akan ada perasaan bahwa “aku memiliki tubuhku” (I have my body).
Saat
individu mengalami body shame aka nada jarak antara diri dengan tubuh, bahwa individu yang merasa tubuh adalah miliknya dia akan merasa
bahwa
apa
yang
diharapkannya
pada
tubuhnya
sebaiknya/seharusnya ada di tubuhnya. Padahal sebenarnya tidak semua yang diharapkan atau diinginkan harus dimiliki. Misalnya, individu akan merasa tidak nyaman dengan kulitnya sendiri karena saat itu media menampilkan standar yang tidak dimiliki kulitnya (Dolezal, 2015). Body shame memiliki peran penting dalam hubungan sosial. Body shame juga dipahami sebagai rasa malu yang muncul sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
akibat dari beberapa aspek dan fitur dari tubuh. Body shame merupakan aspek yang luas yang dapat mencakup aspek fisik tubuh, seperti penampilan seseorang, dan juga rasa malu tentang aspek fisik penilaian tubuh yang kurang jelas, seperti perilaku (Dolezal, 2015 p. 6). McKinley & Hyde (1996) mengatakan bahwa body shame sebagai rasa malu dan rasa bersalah yang muncul ketika penampilan seseorang tidak sesuai dengan standar budaya ideal. Karena standar budaya terhadap tubuh perempuan hampir tidak bisa tercapai sepenuhnya, perempuan yang menginternalisasi dan menghubungkan pencapaian standar itu sebagai identitas mereka akan merasa malu jika tidak dapat mencapainya. Rasa malu merupakan emosi yang biasa dirasakan perempuan akan tubuh mereka. Bartky (1988) berpendapat bahwa kondisi malu yang dialami perempuan akan tubuhnya merupakan sebuah ukuran seberapa besar perempuan menginternalisasi budaya (McKinley & Hyde, 1996). Berdasarkan Noll dan Fredrickson (1998) body shame merupakan perasaan malu akan salah satu bentuk bagian tubuh ketika penilaian orang lain dan penilaian diri sendiri tidak sesuai dengan diri ideal yang diharapkan individu. Body shame merupakan salah satu dampak dari selfobjectification selain kecemasan. Body shame merupakan perasaan malu yang timbul
akibat ketidakpuasan individu akan tubuhnya.
Dengan kata lain dalam penelitian ini, body shame diartikan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
perempuan menilai bahwa tubuhnya memalukan. Peneliti sebelumnya mengatakan bahwa ketidakpuasan tubuh (body dissatisfaction) merupakan penilaian dan perasaan negatif individu terhadap tubuhnya (Grogan, 1999). Sehingga peneliti memahami bahwa ketidakpuasan tubuh memiliki arti yang tidak terlalu berbeda dengan body shame. Penelitian Schooler, Ward, Merriwether & Caruthers (2005) yang memaparkan perbedaan antara body shame dan ketidakpuasan tubuh (body dissatisfaction). Pertama, body shame melibatkan kedua evaluasi negatif dari satu tubuh dan komponen emosional, sebuah keinginan untuk menyembunyikan diri dari satu tubuh yang tidak selalu
diikuti
oleh
ketidakpuasan
tubuh.
Kedua,
walaupun
ketidakpuasan tubuh cenderung lebih fokus pada ukuran tubuh, bentuk, dan berat tubuh, body shame berkaitan dengan aspek lain dalam tubuh seperti bau, ketelanjangan dan rambut tubuh. Orang yang mengalami body shame belum tentu mengalami ketidakpuasan tubuh. Individu yang mengalami body shame pasti mengalami ketidakpuasan tubuh. Berdasarkan pengertian diatas maka body shame merupakan penilaian individu akan tubuhnya yang memunculkan perasaan bahwa tubuhnya memalukan yang disebabkan penilaian dirinya dan orang lain tidak sesuai dengan tubuhnya. Hal ini dapat untuk berbagai hal seperti: perilaku, kepribadian, pikiran, perasaan atau emosi serta situasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Dolezal (2015) menyebutkan bahwa body shame membahas tentang visibility, ketika mengalami body shame beberapa bagian tubuh dan tingkah laku dibawa ke kesadaran dan diperhatikan (dinilai) oleh diri individu atau orang lain. 2. Jenis body shame Body shame terdiri dari dua jenis yaitu acute body shame dan chronic body shame yang dikemukakan oleh Dolezal : a. Acute Body shame Acute Body shame lebih berhubungan dengan aspek perilaku dari tubuh, seperti pergerakan atau tingkah laku. Istilah ini biasa dikenal dengan embarrassment, tipe body shame yang biasanya terjadi pada persiapan yang tak diduga atau tidak direncanakan. Jenis body shame ini terjadi pada kasus seperti kejadian yang terjadi dalam interaksi sosial seperti sebuah presentasi diri yang mengalami kegagapan, gagal atau tidak sesuai dengan tingkah laku yang diharapkan, muncul sebagai hasil dari pelanggaran
perilaku,
penampilan
atau
pertunjukan,
atau
kehilangan kontrol sementara dan tidak terduga atas suatu tubuh atau fungsi tubuh. Body shame acute ini merupakan rasa malu yang wajar terjadi dalam interaksi sosial bahkan rasa malu ini dibutuhkan dalam interaksi sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
b. Chronic body shame Jenis kedua dari body shame muncul disebabkan oleh bentuk permanen dan terus menerus dari sebuah penampilan atau tubuh, seperti berat badan, tinggi dan warna kulit. Selain itu, body shame ini juga dapat muncul karena stigma atau cacat seperti bekas luka atau kelumpuhan. Selain penampilan, chronic body shame berhubungan dengan fungsi tubuh dan kecemasan yang biasa dialami seperti tentang jerawat, penyakit, hal buang air besar, penuaan dan sebagainya. Tambahan, body shame ini dapat muncul pada saat gagap ataupun canggung yang kronis. Apapun yang menginduksinya, body shame jenis ini akan muncul secara menahun dan berulang-ulang pada suatu kesadaran dan membawa rasa sakit yang berulang dan mungkin konstan. Body shame kronis menekan dan menyakiti. Body shame ini dapat menuntun pengurangan pengalaman tubuh yang konstan mempengaruhi harga diri dan nilai diri (self-esteem dan self-worth).
3. Dampak body shame Proses terjadinya body shame bisa terbentuk karena adanya interaksi dan pengaruh dari lingkungan kemudian pengaruh tersebut memberikan dampak pada individu. Dampak tersebut antara lain: a. Gangguan Makan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Body shame sebagai mediator antara self-objectification dengan gangguan makan. Penelitian yang dilakukan oleh Noll dan Fredrickson (1998) menuliskan bahwa teori objektifikasi memberikan konsekuensi psikologis pertama bahwa perempuan secara umum dipandang dan memperlakukan diri mereka sebagai objek serta menjadi sibuk untuk memperhatikan penampilan fisik mereka. Teori objektifikasi mengarahkan individu memiliki self-objectification yang semakin tinggi juga. Self-objectification memiliki variasi emosional dan perilaku yang ketika terjadi berlebihan dapat berkontribusi pada resiko gangguan psikologis perempuan termasuk gangguan makan, depresi unipolar dan disfungsi seksual. Asumsi budaya tentang berat badan menyatakan bahwa ada kepercayaan bahwa individu dapat mengontrol berat badan serta dapat memilih berat ideal yang mereka inginkan. Diet (mengatur pola makan agar mencapai bentuk tubuh yang diharapkan untuk kesehatan atau sesuai petunjuk ahli) menjanjikan bantuan mengurangi body shame yang muncul akibat ketidakpuasan dengan bentuk tubuh untuk perempuan. Sebaliknya, latihan mengurangi berat tubuh seperti mengurangi makan dapat meningkatkan body shame
dibandingkan
mengurangi
terjadinya
body
shame.
Sebenarnya, penurunan berat badan akan menyebabkan perempuan lebih memperhatikan berat badan dan bentuk tubuh yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
meningkatkan frekuensi mereka sadar atas kegagalan mencapai tubuh ideal. Gagal mencapai target menurunkan berat badan atau tidak mampu mempertahankan penurunan berat badan juga dapat meningkatkan body shame. Lingkaran setan kemudian mungkin akan muncul diakibatkan kegagalan mencapai tubuh ideal. Kegagalan akan menuntun individu mengalami body shame serta usaha-usaha seperti menurunkan berat badan dapat menjadi sekumpulan penyebab semakin tingginya terjadinya body shame (Noll & Fredrickson, 1998). Body shame dapat menuntun perempuan melakukan diet. Peneliti sebelumnya menemukan bahwa mengantisipasi body shame atau ancaman mengalami body shame jika suatu hari tidak berhasil
mencapai
tubuh
ideal
maka
body shame dapat
berkontribusi menyebabkan perempuan diet. Beberapa perempuan yang mengobservasi dirinya merasa puas dengan penampilan dan berat
tubuhnya
(walaupun
mereka
sibuk
memperhatikan
penampilannya) dan tidak merasa tubuhnya memalukan (Noll & Fredrickson, 1998). Perempuan mengalami kemungkinan sepuluh kali lebih besar dalam gangguan makan. Walaupun sebenarnya tubuhnya termasuk kategori kurus, mereka melihat tubuhnya terlalu gemuk (bentuk tubuh yang terdistorsi). Kondisi ini dapat disebabkan oleh adanya ketidakpuasan tubuh yang dialami individu seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
rendahnya harga diri dan dukungan sosial, adanya cibiran mengenai berat badan. Pada usia remaja, gangguan makan juga dapat terjadi apabila hubungan remaja dan orang tua kurang harmonis, misalnya pola makan baik dari orang tua dapat dilakukan oleh anak dan disisi lain hubungan negatif anak orang tua dapat meningkatkan perilaku diet pada remaja perempuan (Santrock, 2009). Gangguan makan antara lain anorexia nervosa, bulimia serta binge eating disorder. b. Depresi Fredrickson dan Robert (1997) mengatakan hidup di budaya yang mengobyekkan tubuh perempuan dapat mengacaukan alur kesadaran perempuan itu dengan menggandakan persepsi mereka, membujuk perempuan untuk mengambil perspektif pengamat (orang ketiga) tentang diri atau tubuh. Pada situasi yang ekstrem perspektif pengamat terhadap diri mungkin sepenuhnya dapat menggantikan perspektif sendiri perempuan tentang tubuhnya, kondisi ini memungkinkan individu mengalami kondisi kehilangan diri (loss of self). Ketika kondisi loss of self terus berlanjut dapat menyebabkan depresi karena akan semakin mengambil perspektif pengamat terhadap diri. Teori objektifikasi memprediksi bahwa menginternalisasi perspektif pengamat pada diri dapat menciptakan kebiasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
memeriksa tubuh
(habitual
body monitoring)
yang dapat
menghasilkan kecemasan dam rasa malu yang berulang, dan juga menahan kesenangan yang berhubungan dengan puncak motivasi tertinggi. Melihat bagaimana pengalaman emosional perempuan dibentuk oleh budaya yang mengobyekkan tubuh perempuan, maka teori objektifikasi dapat menarik kesimpulan bagaimana perbedaan gender berpengaruh pada depresi (Fredrickson & Robert, 1997). c. Sexual dysfunction Perempuan lebih banyak melaporkan ketidakpuasan seksual dan gangguan dalam hubungan heteroseksual dibandingkan lakilaki. Kecemasan dan rasa malu yang dimiliki perempuan tentang tubuhnya
tampaknya
akan
mempengaruhi
kehidupan
seks
perempuan. Kondisi ini dipengaruhi oleh budaya yang berkembang bahwa peran perempuan lebih pada memberi daripada menerima. Hal ini menuntun perempuan untuk tidak mementingkan dirinya sendiri dan kurang fokus pada keinginan sendiri serta sensasi fisik perempuan, tetapi lebih fokus pada keinginan pasangan. Pertama, memberikan perhatian yang berlebihan pada gambar visual diri sendiri menghabiskan banyak energi mental yang sebenarnya dapat digunakan untuk aktivitas yang lebih bermanfaat dan memuaskan. Kedua, malu dan cemas yang dimiliki banyak perempuan tentang tubuhnya dibawakan
bersama
pengalaman seks. Emosi negatif rasa malu serta cemas akan tubuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
yang dimiliki perempuan ini akan memengaruhi pengalaman seks perempuan yang memungkinkan sangat berkurangnya kesenangan seks. Ketiga, perhatian rutin perempuan terhadap penampilan tubuh eksternal, bersama dengan kebiasaan mengendalikan makan dan diet, dapat menuntun ketidakpekaan terhadap isyarat internal tubuh. Ketidakpekaan akan sensasi tubuh akan menjadi hambatan kesenangan seksual bagi perempuan.
C. Komponen yang dapat mempengaruhi dinamika psikologis body shame Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, dinamika merupakan gerakan dari dalam, tenaga yang menggerakkan serta semangat. Menurut Hurlock (1980), dinamika merupakan suatu tenaga, kekuatan, yang selalu bergerak, berkembang serta dapat menyesuaikan sesuai keadaan yang ada dan berkaitan dengan proses belajar yang menyebabkan individu mengerti akan suatu objek kejadian. Oleh karena itu, dinamika merupakan suatu proses kekuatan yang menyebabkan individu tetap bergerak menyesuaikan diri dengan keadaan. Menurut Walgito (2003) psikologi merupakan ilmu yang memperlajari tentang perilaku dan aktivitas manusia sehingga psikologis mempelajari perilaku yang tampak (overt behavior), perilaku yang tidak tampak (covert behavior) serta aktivitas motorik, emosional serta kognitif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Berdasarkan
pengertian
diatas,
maka
dinamika
psikologis
merupakan proses yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi fisik dan mental untuk mengalami perubahan pada tingkah lakunya baik dari segi emosional, kognitif, perilaku. Penelitian ini memiliki beberapa komponen yang akan mempengaruhi dinamika psikologis
perempuan
yang
mengalami body shame yaitu teori objektifikasi atau self-objectification, distorsi kognitif, sensitivitas terhadap penolakan, lingkungan yang menekankan standar tubuh. Berikut akan dijelaskan mengenai komponen yang akan mempengaruhi dinamika psikologis body shame: 1. Teori objektifikasi (Objectification Theory) Teori objektifikasi : (a) menyediakan kerangka untuk memahami pengalaman psikologis yang muncul untuk menjadi perempuan yang unik, (b) merumuskan sebuah beberapa analisis lifecourse dari beberapa resiko kesehatan mental perempuan, (c) mengorganisasi (d) menawarkan prediksi spesifik untuk mengarahkan penelitian masa depan. Teori objektifikasi menempatkan perempuan
dan anak
perempuan untuk menginternalisasi pandangan orang lain sebagai penilaian utama terhadap tubuhnya. Pandangan ini dapat menimbulkan kebiasaan mengawasi tubuh secara rutin pada diri, pada gilirannya, dapat meningkatkan peluang perempuan mengalami kecemasan dan rasa malu, mengurangi peluang perempuan mencapai kondisi motivasi maksimal, dan mengurangi kesadaran akan internal tubuh (awareness
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
of internal bodily state). Sehingga, teori objektifikasi mengusulkan bahwa objektifikasi diri meningkatkan peluang individu mengalami malu khususnya malu akan suatu tubuh. Teori objektivikasi adalah penilaian terhadap tubuh sendiri, menginternalisasi
perspektif
pengamat yang fokus mengamati bagian tubuh seperti bagaimana aku dilihat orang lain, dan kurang menilai keunikan dan potensi apa yang dapat dilakukan tubuh serta bagaimana perasaan (Fredrickson & Robert, 1997). 2. Distorsi kognitif Distorsi kognitif menyebabkan individu yang mengalami body shame. Distorsi kognitif merupakan penyimpangan persepsi yang disebabkan adanya pemikiran negatif akan diri.
Kognitif : menafsirkan peristiwa dengan sederetan pikiran yang mengalir terus dalam diri.
Dunia: sederetan peristiwa yang positif, netral dan negatif.
Mood: perasaan yang diciptakan pikiran bukan oleh peristiwa atau realitas
Bagan 1. Perjalanan distorsi kognitif.
Berikut 10 distorsi (kekacauan pikiran) yang mungkin dapat menjadi penyebab meningkatnya body shame yang dialami perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dalam Burn (1988): a. Pemikiran “ Segalanya Atau Tidak Sama Sekali” Pemikiran
ini
merupakan
pemikiran
yang
menyebabkan individu cenderung mengevaluasi dirinya dengan konsep “hitam atau putih” secara ekstrem. Individu akan merasa tidak berarti apa-apa ketika dia mengalami kegagalan. Pemikiran ini merupakan pemikiran yang menjadi dasar perfeksionisme. Pemikiran ini adalah pemikiran yang sangat tidak realistis karena di dunia ini tidak ada sesuatu yang mutlak. Tidak ada yang sepenuhnya pintar atau bodoh. b. Terlalu menggeneralisasi (Over-generalisasi) Pemikiran ini merupakan pemikiran yang salah dikarenakan individu menyimpulkan pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya akan terjadi berulang-ulang. Rasa sakit akibat penolakan yang pernah terjadi biasanya disebabkan pemikiran yang over-generalisasi. Rasa sakit akibat penolakan memang akan mengecewakan tetapi tidak akan berdampak sangat serius. Rasa sakit itu akan muncul akibat pikiran yang berlebihan. c. Filter mental Kondisi pikiran individu yang menyebabkan dirinya fokus pada hal negatif yang sedang dialaminya saat ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
tanpa memperhitungkan hal positif lain yang dialami sebelumnya. Distorsi kognitif ini menyebabkan individu memersepsikan semua hal menjadi negatif ketika dia pasa situasi tertentu sedang mengalami hal yang negatif. d. Mendiskualifikasasikan yang positif Pemikiran
ini
menyebabkan
individu
menghilangkan pengalaman positif yang ada pada dirinya. Hal-hal positif pada dirinya dianggap tidak bermakna apaapa dan penilaian ini terjadi berulang-ulang. Misalnya seseorang memuji bahwa prestasi yang dilakukan seorang anak perempuan sangatlah bagus, tetapi reaksi anak tersebut menunjukkan bahwa yang dilakukannya hanya kebetulan saja. Tindakan
mendiskualifikasikan ini
merupakan distorsi kognitif yang paling merusak. e. Loncatan ke Kesimpulan 1) Membaca Pikiran Individu berasumsi bahwa orang lain sedang memandang rendah akan dirinya. Asumsi yang dibentuk individu menyebabkannya menarik diri atau
menyerang
mengalahkan diri menjadi
balik ini
“self-fulfilling
orang
lain.
Pola
menyebabkan individu prophecy”
(anda
menciptakan sesuatu yang anda ramalkan sendiri)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dan membuat adanya interaksi negatif dalam hubungan individu dengan orang lain yang sebelumnya tidak ada. 2) Kesalahan peramal. Distorsi kognitif ini menyebabkan individu membayangkan sesuatu
yang negatif dan tidak
realistis akan terjadi. Ramalan yang tidak realistis ini dianggap menjadi suatu fakta yang terjadi. f. Pembesaran dan pengecilan Pemikiran yang salah yang lainnya menyebabkan individu melakukan pembesaran atau pengecilan melebihi proporsi aslinya. Pembesaran biasanya dilakukan ketika melakukan kesalahan, ketakutan atau ketidaksempurnaan diri sendiri. Sedangkan pengecilan biasanya dilakukan jika membicarakan soal kemampuan individu sehingga dianggap tidak penting atau kecil. Jika individu membesar-besarkan ketidaksempurnaannya dan memperkecil kebaikan dirinya maka sehingga individu menjadi rendah diri. Distorsi ini sering disebut juga dengan “permainan teropong”. g. Penalaran emosional Pemikiran yang menyebabkan individu merasa segala sesuatu sangat negatif dan menyimpulkan bahwa begitulah yang sesungguhnya. Individu tidak mencoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
untuk membuktikan kebenaran persepsi yang menciptakan perasaan tersebut. Individu telah membohongi dirinya sendiri
dan
terbiasa
membiarkan
perasaan
negatif
menentukan caranya bertindak. h. Pernyataan “ Harus” Pemikiran ini membuat individu membuat standar harus dalam melakukan sesuatu sehingga ketika standar ini tidak tercapai maka individu akan kesal dan tertekan. Ketika “harus” dihadapkan pada orang lain maka individu akan frustasi. Kata “harus” memunculkan kekalutan emosional yang sebenarnya tidak perlu ada dalam kehidupan seharihari. Bila standar “harus” gagal dipenuhi, maka “harus” dan “seharusnya tidak” yang ditentukan akan membuat individu merasa malu, bersalah dan membenci diri sendiri. i. Memberi cap dan salah memberi cap Distorsi ini merupakan bentuk ekstrem dari overgeneralisasi.
Distorsi
ini
menyebabkan
individu
memberikan sebuah gambaran diri negatif terhadap dirinya. Kesalahan yang dilakukan dianggap menetap dalam diri tanpa
mengevaluasinya.
Salah
memberi
cap
menggambarkan peristiwa dengan suasana yang dipenuhi emosi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
j. Personalisasi Distorsi ini merupakan distorsi rasa bersalah. Individu yang mengalami penyimpangan pikiran ini merasa bahwa dirinya bertanggungjawab atas peristiwa eksternal negatif. Dirinya merasa bahwa ketika ada suatu kegagalan hal tersebut bisa membuktikan bahwa dirinya buruk. 3. Teori Sensitivitas terhadap Penolakan Damanik (2014) mendapatkan kelekatan pada pengasuh menjadi prediktor sensitivitas terhadap penolakan. Santrock (2011) mengatakan kelekatan merupakan ikatan emosional yang kuat antara dua individu dalam hal ini khususnya ikatan antara bayi dan pengasuh. Pengalaman emosional tersebut akan membentuk internal working memory pada bayi. Internal working memory merupakan suatu model pengetahuan mental anak terhadap pengasuh. Internal working memory akan berfungsi dan berperan penting dalam menemukan hubungan antara kelekatan dan pemahanan emosional lanjutan (munculnya rasa malu, rasa bersalah, dan rasa bangga), perkembangan kesadaran, dan konsep diri hingga individu dewasa jika diikuti dengan pola asuh yang konsisten dari orang tua atau pengasuh dalam berinteraksi dengan orang lain (Santrock, 2011). Kelekatan di masa awal antara anak dan pengasuh merupakan hal yang penting karena tentunya hal itu akan berkaitan dengan perilaku sosial anak di kemudian hari. Beberapa penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
longitudinal skala luas yang dilakukan Alan Sroufe dan rekanrekannya (2005) kelekatan aman yang diukur dengan prosedur situasi asing 12 dan 18 bulan berkaitan dengan kesehatan emosional, tingginya harga diri, keyakinan diri serta kompetensi dalam interaksi sosial kawan, guru, dan kekasih di masa remaja. Penelitian lain kelekatan tidak aman dan penolakan di masa bayi menjadi prediktor negatif terhadap perkembangan kognitif pada masa sekolah dasar (O’Connor & McCartney, 2007). Penolakan dari significant other menjadi prediktor yang kuat bagi individu menjadi sensitif terhadap penolakan. Sensitivitas terhadap penolakan (rejection sensitivity) oleh Dewney dan Feldman (1996) diartikan sebagai kecenderungan untuk mengira-ira bahwa akan ditolak oleh orang lain dan bereaksi berlebihan terhadap penolakan (Dewney, Feldman, Khuri, Friedman, 1994, Dewney & Feldman, 1996). Sensitivitas terhadap penolakan ini menyebabkan individu mengkhawatirkan adanya penolakan khususnya penolakan karena penilaian orang lain tentang tubuhnya. Dewney dan Feldman (1996) mengatakan bahwa individu yang sensitif terhadap penolakan sosial memiliki kecenderungan mudah cemas. Sensitivitas terhadap penolakan memberikan efek samping pada individu yang mengalaminya salah satunya adalah masalah mental dan perilaku. Efek samping sensitivitas terhadap penolakan yang sesuai dengan penelitian ini gangguan makan (Selby, Ward,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Joiner, 2010) dan gangguan makan merupakan gangguan yang dapat terjadi jika individu mengalami body shame (Noll & Fredrickson, 1998). Sehingga dengan kondisi yang demikian adanya sensitivitas terhadap penolakan ini memungkinkan individu memperhatikan secara detail tubuhnya agar individu mengetahui apakah ada bagian tubuhnya yang tidak sesuai dengan penilaian masyarakat dengan tujuan mengurangi peluang akan ditolak oleh lingkungannya. Individu yang sensitif terhadap penolakan akan berusaha melakukan apa yang diharapkan lingkungan agar tidak mengalami penolakan sehingga apabila tubuh tidak sesuai dengan lingkungan maka individu merasa tubuhnya memalukan. 4. Teori Budaya (Lingkungan) Lingkungan dalam bentuk budaya membentuk persepsi dalam masyarakat bahwa tubuh menjadi pusat perhatian. Perhatian ini dapat menyebabkan body shame semakin banyak terjadi. Lingkungan lebih banyak menyoroti tubuh sebagai sarana. Kondisi ini menjadi sangat ramai karena hampir semua segi kehidupan manusia diiklankan oleh manusia. Namun, dalam hal ini lebih banyak ditekankan pada perempuan. Matlin (2012) menuliskan kebanyakan perempuan Amerika Utara disibukkan dengan berat tubuh mereka. Banyak perempuan yang memiliki tubuh proporsional tetapi menilai tubuhnya mengalami kelebihan berat badan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lingkungan memberikan tanggung jawab lebih besar pada perempuan untuk memperhatikan tubuhnya. Perempuan diharapkan mampu lebih menjaga penampilan fisik agar tetap dianggap menarik khususnya perempuan dituntut untuk tetap langsing. Kebanyakan perempuan Amerika Utara berfokus bahwa mereka kelebihan berat badan, walaupun sebenarnya berat mereka masih proporsional, kecenderungan ini disebut culture of thinness (M. Cooper, 2003 dalam Matlin 2012). Lingkungan sering mengembangkan pemikiran agar fokus untuk langsing pada remaja perempuan. Individu yang tidak sesuai dengan standar lingkungan dapat dianggap tidak menarik. Teman sebaya memberikan pengaruh yang cukup kuat menyampaikan penilaian kepada temannya. Standar tubuh ideal yang dibentuk budaya menyebabkan perempuan membandingkan dirinya dengan standar ketika dia melihat pada tubuhnya. Dan dengan menginternalisasi standar tubuh, secara intensif dapat menjadi sumber malu.
Standar ideal budaya yang
dibentuk untuk feminine body sebenarnya mustahil dapat tercapai karena standarnya dirancang jauh dari rata-rata tubuh perempuan. Oleh karena itu, ketika perempuan menginternalisasi standar tubuh akan menyebabkan mereka malu ketika mereka tidak dapat mencapai standar (McKinley, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
D. Perempuan Perempuan dalam Konstruksi Budaya Penelitian ini akan dilaksanakan dengan informasi yang diperoleh dari partisipan perempuan. Matlin (2012) menyebutkan ketertarikan fisik lebih diperhatikan oleh anak remaja perempuan dibandingkan anak lakilaki. Anak gadis 11 tahun menghabiskan lebih banyak waktu untuk memikirkan penampilan fisik mereka dibandingkan anak laki-laki. Penekanan penilaian ketertarikan tubuh terhadap perempuan terjadi secara berlebihan selama masa remaja. Remaja perempuan belajar melihat dirinya sebagai objek yang dapat diperhatikan dan dinilai oleh orang lain. Selain itu, remaja perempuan secara tetap mendapatkan pesan bahwa kecantikan fisik dan terlihat baik merupakan ukuran yang penting bagi perempuan. Perempuan dituntut untuk memiliki kulit yang putih bersih, gigi yang rapi dan berkilau, rambut yang berkilau dan perempuan dituntut memiliki tubuh yang langsing. Perempuan lebih banyak mendapatkan komentar agar mereka memiliki tubuh yang ramping. Perempuan yang kelebihan berat badan akan menjadi target sejumlah komentar negatif tentang tubuhnya (Matlin, 2012). Beberapa perempuan muda Amerika Utara berfokus untuk menjadi ramping yang menyebabkan mereka mengalami ancaman gangguan makan (Matlin, 2012). Media mendorong penekanan pada kecantikan dan kerampingan dan perempuan muda menyadari pesan yang disampaikan. Selanjutnya,
berbagai
pendekatan
penelitian
mengatakan
bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
perempuan akan lebih kurang puas dengan tubuhnya apabila mereka melihat majalah fashion dibandingkan melihat majalah yang menunjukkan ukuran normal perempuan (Matlin, 2012). Body shame tidak terpengaruh terhadap usia. Penelitian yang dilakukan oleh Tiggeman & Lynch (2001) yang menemukan bahwa obyektifikasi diri akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Body shame dan munculnya kecemasan yang merupakan konsekuensi dari objektifikasi diri diprediksi akan sama menurun bersamaan dengan bertambahnya usia. Namun, hal ini tidak terkonfirmasi pada body shame, tidak ada hubungan yang signifikan antara body shame dengan usia. Hal ini berbeda dengan kecemasan yang memiliki korelasi negatif dengan usia. Sehingga induvidu semua usia dapat mengalami body shame (Tiggeman & Lynch, 2001). Peneliti memilih partisipan perempuan karena berdasarkan data yang diperoleh perempuan mendominasi mengalami body shame. Perempuan yang akan memberikan keterangan adalah remaja sampai dewasa madya. Remaja dipilih sebagai partisipan karena pada usia remaja, mereka mulai mengalami tuntutan untuk memberi dan mendapatkan penilaian terhadap tubuh mereka. Oleh karena inilah remaja dipilih sebagai kriteria awal usia partisipan sampai dewasa. E. Dinamika psikologis body shame bagi perempuan Menurut teori objektifikasi diri, perempuan diposisikan untuk menginternalisasi perspektif pengamat terhadap tubuhnya sebagai cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
pandang untuk fisiknya (Fredrickson & Roberts, 1997). Dolezal (2015) menuliskan budaya yang berkembang di dunia sejak dulu memberikan perhatian yang besar terhadap tubuh perempuan dan penilaian terhadap tubuh perempuan sudah berlangsung sejak dulu. Perempuan dituntut untuk lebih mampu memperhatikan penampilan. Perempuan memiliki peluang lebih besar mengalami body shame dibandingkan laki-laki. Perempuan menghabiskan lebih banyak waktu, energi dan sumber dana dalam mencapai tubuh yang dianggap baik yang sesuai dengan standar normatif yang dianggap wajar (Dolezal, 2015). Tekanan sosiokultural akan ketipisan (thinness) dan pengaturan makan juga telah ditemukan dapat memprediksi sejumlah objektifikasi diri (perempuan cenderung menginternalisasi pesan sosial dan nilai akan tubuh yang kurus atau tipis: Stice et al., 1996). Kebiasaan melakukan pengawasan tubuh (self-surveillance or self objectification) dapat menuntun perempuan untuk mengalami body shame. Standar kecantikan yang diberikan pada perempuan saat ini tidak mungkin dicapai oleh sejumlah perempuan dan penilaian itu mendorong mereka untuk membandingan tubuh mereka dengan streotip standar budaya kurus/tipis dan perempuan diatur supaya bingung akan diri mereka dan dengan tubuhnya (Tylka & Hill, 2004 p.720721). Asumsi budaya memercayai bahwa berat badan dapat dikontrol serta individu dapat memilih serta menentukan berat badan yang mereka inginkan. Adanya asumsi ini mengarahkan individu mengikuti tawaran diet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Diet memang menjanjikan dapat mengurangi berat badan tetapi tidak menyelesaikan permasalahan body shame yang dialami. Penilaian yang diberikan lingkungan pada perempuan dapat menyebabkan mereka mengalami penolakan dari lingkungan. Penolakan yang didapatkan membuat mereka lebih sensitif. Sensitivitas terhadap penolakan yang dialami dapat menyebabkan perempuan mengalami body shame
karena
individu
yang
sensitif
terhadap
penolakan
akan
mengantisipasi malu agar tidak ditolak. Dolezal (2015) mengatakan bahwa perempuan bisa saja tidak menyadari bahwa mereka mengalami body shame atau mereka sedang melakukan berbagai usaha untuk menghindari pengalaman malu tersebut. Perempuan yang malu terhadap tubuhnya berusaha untuk mengurangi malu tersebut dengan menekan isyarat lapar yang dirasakannya sebagai usaha menghilangkan berat badan (Hirschmann & Munter, 1995; Tribole & Resch, 1995 dalam Tylka & Hill, 2004). Penelitian Muehlenkamp & SarisBaglama (Tylka & Hill, 2004) juga menemukan bahwa
body shame
terhubung dengan ketidakmampuan mengidentifikasi lapar ataupun kenyang serta mendeskripsikan emosi. Penilaian diri dan orang lain terhadap diri sendiri menyebabkan perempuan merasa body shame. Penilaian memberikan dampak psikologis yang berbeda-beda terhadap perempuan yang mengalami. Body shame dapat menyebabkan beberapa dampak psikologis terhadap perempuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
mengalami. Dampak psikologis yang ditimbulkan ketika perempuan mengalami body shame antara lain seperti gangguan makan, disfungsi seksual, dan depresi. Kondisi demikian membuat peneliti ingin meneliti bagaimana proses terjadinya body shame yang dialami perempuan bagaimana perempuan mengatasi masalah dan apa dampak yang dialami perempuan yang mengalami body shame. Body shame juga akan terjadi jika terjadi distorsi kognitif pada perempuan yang mengalami. Penelitan ini akan dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mendapatkan dinamika psikologis body shame dan dampaknya bagi partisipan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Gambar 2.1. Skema dinamika psikologis perempuan yang mengalami body shame
Pengaruh / penilaian lingkungan
Lingkungan mengejek dan jadi bahan bercanda
Partisipan menginternalisasi penilaian
Mengalami body shame
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini nanti akan menampilkan bagaimana perempuan menyadari proses body shame yang dialami dan apa dampak yang dihasilkan dari proses tersebut. Peneliti wajib mengusahakan agar fenomena body shame dipahami berdasarkan sudut pandang perempuan yang mengalami fenomena secara mendalam (Herdiansyah, 2015). Penelitian
ini
bertujuan
untuk
memberikan
dinamika
psikologis
perempuan mengalami body shame dan dampak yang dialami perempuan sebagai akibat dari pengalaman yang dialami. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Creswell (2009) penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang mengeksplorasi dan memahami makna yang dialami individu atau grup yang berkaitan tentang masalah sosial dan manusia. Penelitian ini bertujuan mengetahui, mengamati, dan mengeksplorasi
proses body
shame yang dialami oleh perempuan. Hal apa saja yang menyebabkan berkembangnya fenomena tersebut dan dampak yang ditimbulkan fenomena tersebut dalam kehidupan yang mengalami.
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
B. Batasan penelitian (Fokus penelitian) Hal ini diperlukan dalam penelitian kualitatif agar peneliti mengetahui batasan fenomena penelitian yang ingin diteliti. Penelitian ini mencoba fokus untuk
mengetahui
bagaimana proses perempuan
mengalami body shame. Body shame yang dialami terjadi disebabkan oleh apa saja sesuai dengan pengalaman perempuan. Selanjutnya, apa dampak body shame pada kehidupan perempuan yang mengalami. Body shame yang dialami dapat terjadi disebabkan oleh hubungan individu dengan lingkungan sosial dan pengalaman tersebut berdampak apa pada kehidupan perempuan yang mengalami. Proses terjadinya body shame ini akan dilihat berdasarkan pengalaman apa saja yang membentuk terjadinya fenomena body shame yang dialami perempuan dan bagaimana perempuan mengatasi body shame yang dialami. C. Kriteria Partisipan Penelitian Peneliti memilih partisipan perempuan remaja sampai dewasa yang mengalami body shame pada awalnya. Akan tetapi, pada pelaksanaannya partisipan yang bersedia semuanya kategori usia dewasa awal. Peneliti memilih infoman sesuai dengan kriteria agar partisipan yang diperoleh mengalami pengalaman body shame. Kriteria partisipan penelitian adalah perempuan yang memiliki pengalaman merasa malu dengan bagian tubuhnya dan pengalaman itu disebabkan oleh partisipan menginternalisasi penilaian yang ada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
lingkungan. Peneliti memutuskan perempuan sebagai partisipan karena perempuan lebih mudah menginternalisasi penilaian orang lain. Peneliti mencari partisipan yang sesuai kriteria di Yogyakarta. Peneliti meminta saran dari teman-teman yang memiliki kenalan sesuai kriteria body shame. Setelah itu peneliti mencoba menghubungi partisipan yang bersangkutan untuk bertanya apakah bisa ditemui peneliti untuk melakukan proses lebih lanjut berupa pengenalan dan selanjutnya akan dilakukan wawancara. D. Prosedur Pengumpulan Data Penelitian Menurut Herdiansyah (2010) menuliskan bahwa proses pengumpulan data kualitatif antara lain: 1. Peneliti
mengidentifkasi
partisipan
penelitian
serta
lokasi
penelitian 2. Peneliti mencari dan mendapatkan akses menuju partisipan atau lokasi penelitian. 3. Peneliti menentukan jenis data yang akan diperoleh 4. Peneliti menentukan metode pengumpulan data. 5. Peneliti melakukan pengumpulan data. Peneliti melakukan pengumpulan data sebanyak beberapa kali. Langkah terakhir yang perlu dilakukan untuk mengumpulkan data penelitian kualitatif, pertama, pengumpulan data yang berulang perlu dilakukan karena hanya sedikit kemungkinan peneliti dapat memahami dan menganalisis inti dari fenomena yang diteliti sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
dengan setiap partisipan. Kedua, pengumpulan data harus disesuaikan dengan kondisi alamiah partisipan. Baik kondisi alamiah partisipan atau lokasi penelitian. Misalnya apabila partisipan terlihat sedang tidak sehat pada waktu yang dijanjikan untuk pengambilan data peneliti harus mengubah jadwal wawancara sampai partisipan benar-benar siap dan sehat. E. Metode pengumpulan data Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa wawancara. Menurut Stewart & Cash (2008), wawancara merupakan sebuah proses tanya jawab yang bersifat interaktif. Disebut interaktif karena adanya pertukaran atau membagikan peran, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif serta informasi. Wawancara bukanlah kegiatan yang bisa dilakukan oleh satu pihak saja karena dibutuhkan pihak lain sebagai pihak yang memberikan jawaban (Herdiansyah, 2010). Wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara
dalam penelitian fenomenologis
memiliki
pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan secara terbuka dan bebas sesuai pengalaman yang dialami partisipan tanpa mengacu pada teori spesifik tertentu. Pertanyaan dibuat sesuai dengan pengalaman dan konteks fenomena yang dialami partisipan (Moustakas, 1994 dalam Supratiknya, 2015). Wawancara semi terstruktur tepat dilakukan untuk menggali data pada penelitian agar dapat menyesuaikan dengan pengalaman yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dialami oleh partisipan. Daftar pertanyaan wawancara semi terstruktur untuk penelitian proses body shame yang dialami perempuan: 1. Menggali data awal partisipan Penilaian partisipan mengenai tubuhnya seperti: bagian tubuh apa yang kamu paling sukai dan tidak sukai Mengapa menyukai bagian tubuh itu atau tidak menyukai? Bagaimana sejauh ini kamu melihat tubuhmu? Apakah ada yang membuatmu tidak puas atau malu? Bagian apa itu dan mengapa? Sudah pernah melakukan sesuatu untuk penilaianmu terhadap tubuh atau tidak? Coba ceritakan! 2. Ceritakan apa yang membuat anda merasa malu dengan tubuh anda? 3. Penilaian lingkungan (keluarga, teman terdekat dan masyarakat) tentang tubuhmu Apakah keluarga sering mengomentari tentang penilaian tubuh? Kriteria tubuh seperti apa yang dianggap baik di keluarga atau lingkungan? Apakah penilaian tubuh dalam keluarga sama dengan penilaian tubuh yang dianggap baik dengan lingkungan? Bagaimana menurutmu lingkungan memberikan penilaian tersebut pada partisipan atau dalam bentuk apa penilaian tersebut? Bagaimana kriteria lingkungan mengenai penilaian tubuh yang bagus?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
4. Hubungan atau komunikasi dengan keluarga Apakah orang tua (keluarga) dan partisipan tinggal dengan orang tua? (masih remaja atau dewasa awal- untuk perempuan yang sudah menikah menanyakan hubungan dengan orang tua dulu dan dengan suami atau anak-anak saat ini). Jika tidak bersama orang tua apakah partisipan sering berbagi cerita kepada orang tua (keluarga)? Apakah orang tua selalu/sering mengomentari setiap cerita partisipan? Bagaimana reaksi keluarga terhadap cerita partisipan? Apakah partisipan bisa mencoba menjelaskan mengapa orang tua (keluarga) bereaksi demikian terhadap partisipan? 5. Ada dampak yang timbul atau tidak ketika kamu mengalami penilaian dari lingkungan terhadap tubuhmu? F. Kredibilitas penelitian Konsep validitas yang digunakan dalam penelitian kualitatif disebut dengan kredibilitas penelitian. Kredibilitas penelitian dibutuhkan dalam penelitian kualitatif untuk memeriksa apakah keakuratan yang diperoleh peneliti dalam penelitian kualitatif yang dilakukan. Keakuratan yang dilihat ditentukan dari keakuratan hasil penelitian dari berbagai sudut pandang yaitu sudut pandang peneliti, partisipan serta pembaca yang akan membaca hasil penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
member checking sebagai kredibilitas penelitian untuk memeriksa keakuratan data yang diperoleh dalam penelitian. Member checking atau pengecekan kembali pada partisipan merupakan salah satu proses yang dilakukan peneliti untuk mengecek keakauratan data yang dirumuskan. Data yang sudah dirumuskan oleh peneliti sewaktu pengodean akan dicek lagi keakuratannya kepada partisipan. Ketika partisipan sudah menyetui ketepatan kode-kode yang dirumuskan maka peneliti bisa melaporkannya dalam laporan akhir. Suatu hasil penelitian dikatakan memiliki kredibilitas tinggi
apabila
penelitian
mampu
mencapai
tujuannya
dalam
mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial, pola interaksi majemuk/kompleks (Afiyanti, 2008) G. Analisis Peneliti melakukan penelitian fenomenologi dengan Analisis tematik yaitu analisis Isi Kualitatif (AIK). AIK adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menafsirkan isi data berupa teks secara subjektif melalui proses pengklasifikasian secara sistematis berupa pengodean atau tema. Tujuan analisis ini mengungkap isi tau makna dari sebuah teks sesuai konteksnya. Data teks bisa bersifat lisan dan rekaman elektronik atau cetakan (Supratiknya, 2015). Data pada penelitian akan diperoleh dari data rekaman elektronik dan observasi peneliti dengan partisipan selama proses wawancara. Data penelitian
berupa rekaman elektronik akan
ditranskripsikan dalam bentuk dokumen atau tulisan. Analisis isi kualitatif bertujuan untuk mengklasifikasikan menjadi kategori yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
(Supratiknya, 2015). Tujuan klasifikasi adalah untuk memperoleh sebuah deskripsi yang kaya dan padat tentang fenomena yang diteliti. Tujuan akhir analisis isi kualitatif ini adalah mendapatkan deskripsi pengetahuan dan pemahaman berupa konsep-konsep atau kategori tentang fenomena yang diteliti (Hsieh & Shannon, 2005: Elo & Kyngas, 2008 dalam Supratiknya, 2015). Analisis ini dilakukan dengan pendekatan induktif atau biasa disebut dengan analisis isi konvensional. Analisis isi konvensional bertujuan untuk mendeskripsikan sebuah fenomena yang bertolak dengan fakta yang ada pada data. Pendekatan ini cocok dipilih apabila belum ada atau masih sedikit teori atau hasil-hasil penelitian sehingga masih belum tersedia pengetahuan yang cukup tentang fenomena yang ingin diteliti. (Supratiknya, 2015). Adapun langkah yang akan dipilih peneliti dalam melakukan pendekatan induktif ini menurut Graneheim & Lundman (2004) antara lain (Supratiknya, 2015): 1. Hasil wawancara akan ditranskripsikan ke dalam teks. 2. Teks wawancara dibaca berulang kali kemudian teks wawancara dibaca berulang untuk memperoleh kesan data keseluruhan. Pada tahap ini peneliti mulai menemukan satuan makna dan aneka kawasan isi. 3. Teks wawancara dipadatkan hingga menjadi kode-kode sesuai kategori. 4. Memilah-milah kode yang sesuai dan menggabungkan dengan kategorinya masing-masing yang sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
5. Teks wawancara yang sudah memiliki kategori-kategori yang sama dikelompokkan lagi hingga menemukan tema-tema tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan penelitian Pada awal perencanaan peneliti ingin menggali informasi kepada beberapa perempuan diberbagai usia karena berdasarkan penelitian yang dilakukan Tiggeman dan Lynch (2001) bahwa semua usia dapat mengalami body shame. Peneliti ingin memiliki data dengan usia yang dapat mewakili setiap tahap perkembangan mulai dari remaja, dewasa awal, dewasa tengah dan dewasa akhir. Peneliti meminta bantuan teman untuk memberikan informasi jika memiliki kenalan yang mengalami body shame. Akan tetapi, pada pelaksanaannya peneliti hanya berhasil menemukan empat partisipan bersedia dan semua partisipan berada tahap dewasa awal. Peneliti menemukan partisipan berdasarkan saran teman peneliti. Pada awalnya peneliti mendapatkan rekomendasi sebanyak tujuh orang dari beberapa teman. Tetapi setelah peneliti melakukan pendekatan dan mencoba menjelaskan tujuan penelitian satu partisipan tidak sesuai dengan kriteria penelitian, dua orang tidak bersedia dan empat orang partisipan yang sesuai dan bersedia sebagai partisipan. Berhubung karena keempat partisipan memang disarankan teman peneliti maka peneliti sudah pernah melakukan pendekatan dengan partisipan sebelumnya. Pendekatan yang dilakukan pada awalnya melalui pesan singkat sebelum akhirnya tatap muka. Hal ini memudahkan peneliti untuk meminta
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
kesediaan partisipan untuk berpartisipasi pada penelitian dan partisipan lebih nyaman ketika tatap muka dengan peneliti. Dalam pelaksanaan penelitian, Peneliti akan menggali informasi mengenai proses
body shame kepada
perempuan. B. Pelaksanaan penelitian Peneliti melakukan pengambilan data dilakukan dalam sebulan untuk tiga partisipan pertama. Partisipan keempat dilakukan di bulan berikutnya. Hal ini terjadi karena pada awalnya peneliti merasa bahwa tiga partisipan sudah cukup mewakili variasi data. Kemudian setelah peneliti membaca lagi hasil dari ketiga partisipan peneliti menambahkan satu partisipan lagi agar dapat memperkaya data hasil penelitian tentang dinamika psikologis body shame. Untuk melakukan wawancara, peneliti menyesuaikan waktu partisipan dan tempat disepakati bersama. Dalam melakukan penelitian serta pengambilan data kepada partisipan penelitian beberapa kali. Setelah adanya komunikasi melalui pesan singkat sebelumnya peneliti yang sudah menyepakati waktu dan tempat dengan partisipan bertemu untuk tatap muka. Dalam pertemuan ini peneliti membicarakan lagi soal tujuan penelitian yang akan dilakukan. Kemudian peneliti memberitahukan adanya surat persetujuan bahwa partisipan memang bersedia tanpa paksaan untuk berpartisipasi sebagai pemberi informasi dalam penelitian ini. Persetujuan ini disebut informed consent. Pada persetujuan ini akan berisi kesediaan peneliti tanpa paksaan untuk memberikan informasi tentang pengalaman partisipan terkait body shame. Dalam persetujuan ini partisipan juga memiliki hak untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
berhenti jika partisipan merasa tidak nyaman atau tidak ingin lanjut berpartisipasi dalai penelitian ini tanpa adanya sanksi apapun. Keempat partisipan memahami dan menyetujui isi surat peersetujuan dan bersedia berpartisipasi sampai akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Waktu 14 mei 2017
8 Juni 2017
Kegiatan
Tempat
Rapport dan
Perpustakaan
Wawancara TN
UGM
Bertanya lebih
-
lanjut tentang hubungan partisipan dengan orang tua. 4 Juni 2017
Perkenalan pertama
Perpustakaan
dengan partisipan
Paingan
DW.
Sanata Dharma
15 Juni 2017
Rapport dengan
Perpustakaan
partisipan DW
Paingan Sanata Dharma
19 Juni 2017
Wawancara
Perpustakaan
partisipan DW
Mrican Sanata Dharma
1 Juni 2017
Rapport dan
Kamar kos
Wawancara
Partisipan
Catatan.
Via whatapps.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dengan partisipan P 2 juni 2017
Wawancara 2 atau
Kamar kos
memperdalam data
Indorman P
19 Agustus
Rapport dan
2017
Wawancara dengan partisipan SP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
C. Data Demografi Partisipan Inisial
TN
DW
P
SP
Usia
23
22
24
25
Status
Lajang
Lajang
Lajang
Lajang
Pendidikan
Sarjana
SMA
SMA
Sarjana
Karyawan
Mahasiswa
Mahasiswa
Belum bekerja
terakhir Pekerjaan
D. Gambaran Partisipan Partisipan yang bersedia berpartisipasi dalam penelitan ini sampai selesai berjumlah empat orang dengan rentang usia perkembangan masa dewasa awal. Partisipan ini memiliki pengalaman body shame sebagai bentuk penilaian diri sendiri dan lingkungan yang diinternalisasi ke dalam dirinya. Berikut gambaran singkat mengenai partisipan: 1. Partisipan 1 Partisipan pertama berinisial TN. Partisipan merupakan mahasiswa di salah satu universitas negeri di Yogyakarta. Pada saat wawancara tatap muka pertama kali partisipan telah lulus sarjana dan menunggu wisuda. Berdasarkan data yang diperoleh partisipan memiliki pengalaman dirisak oleh lingkungan sebaya. Awalnya partisipan tidak mempermasalahkan tentang tubuhnya walaupun ada komentar-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
komentar dari lingkungan. Partisipan merasa tidak percaya diri jika lingkungan mengetahui bahwa dirinya tidak sesuai dengan penilaian lingkungan. Hal ini menyebabkan partisipan pernah berbohong ketika ditanya ukuran baju agar lingkungan tidak mengetahui ukuran tubuhnya
yang
sebenarnya.
Partisipan
memiliki
pengalaman
menghindar ketika akan bertemu dengan orang lain. Tindakan partisipan ini terjadi karena partisipan berpikir bahwa orang lain yang akan bertemu dengan dirinya akan menilai partisipan macam-macam seperti orang lain akan menilai bahwa partisipan jelek atau gendut. Partisipan melakukan tindakan untuk mengecilkan tubuh secara serius ketika ada seorang teman KKN cowok yang disukai partisipan yang mengejek dia gendut dan mengatakan “kalau masih muda aja sudah segendut ini gimana nanti kalau sudah tua”. Perkataan laki-laki yang disukai partisipan ini membuat dirinya rutin olahraga dua jam tiap hari dan mengatur pola makan setelah partisipan selesai KKN. Setelah partisipan menerima komentar itu, partisipan semakin fokus untuk memperhatikan tubuhnya (mengobservasi dirinya). 2. Partisipan 2 Partisipan kedua berinisial DW. Partisipan merupakan salah satu mahasiswa di salah satu universitas swasta di Yogyakarta. Partisipan menceritakan bahwa dirinya merasa tinggi badannya tidak sesuai dengan harapannya. Partisipan merasa tidak percaya diri dengan tinggi badannya. Hal ini terjadi karena partisipan pada masa SD sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
sempat dipuji oleh keluarga dan teman ketika tubuhnya lebih tinggi dari teman sebayanya. Lingkungan memprediksi bahwa tubuh partisipan akan semakin tinggi setelah masa pubertas. Akan tetapi, ketika SMP tinggi badan partisipan tidak bertambah tinggi ketika teman-teman partisipan masih bertambah tinggi. Sejak saat itu partisipan tidak percaya diri dengan tubuhnya khususnya tinggi badannya. Partisipan pernah mengaitkan reaksi orang lain terhadap dirinya karena menurut partisipan dirinya tidak semenarik orang lain. Seperti dalam contoh pengalaman yang disampaikan partisipan jika partisipan dekat dengan seorang cowok tetapi tiba-tiba laki-laki itu tiba-tiba pergi mungkin karena aku kurang menarik makanya dia menjauh. Partisipan menceritakan pengalaman tersebut. Partisipan menilai
ketidakpercayaan
dirinya
akan
membuat
orang
lain
menilainya demikian juga. DW menilai bahwa pikiran atau penilaiannya pada tubuhnya sama dengan penilaian orang lain. 3. Partisipan 3 Partisipan ketiga berinisial P. Partisipan merupakan salah satu mahasiswa di universitas swasta di Yogyakarta. Menurut penuturan partisipan, dirinya merasa malu dengan tubuhnya khususnya pantat atau pinggul serta payudaranya tidak proporsional dengan tubuhnya. Partisipan merasa tubuhnya yang demikian membuat dirinya tidak nyaman dan membuat dirinya menjadi pusat perhatian orang disekitarnya. Ketidaknyamanan partisipan dimulai ketika partisipan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
mulai dilihatin oleh cowok-cowok di simpang rumah partisipan. Dan menurut partisipan cara mereka melihat bukan melihat partisipan dengan biasa saja tetapi menurut partisipan tatapan mesum. Sejak saat itu partisipan mulai merasa bahwa ada yang tidak normal pada tubuhnya dengan usianya saat itu. Setelah itu, partisipan menutupi tubuhnya dengan menggunakan baju yang longgar dengan harapan mengalihkan pandangan orang lain dari pinggul dan payudara partisipan. Setelah peneliti bertanya lebih jauh, ternyata partisipan memiliki pengalaman ditolak ayahnya ketika lahir. Ketika Ibu partisipan
sedang
mengandung
partisipan,
ayah
partisipan
mengharapkan anak yang lahir adalah laki-laki. Ketika melahirkan ternyata ibu partisipan melahirkan anak perempuan. setelah kelahiran partisipanpartisipan ayah partisipan memiliki sikap yang berbeda terhadap partisipan dan kakaknya. Menurut partisipan, dia berperilaku tomboy karena ingin tampil sebagai anak laki-laki seperti yang diinginkan
ayahnya.
Berdasarkan
hasil
wawancara
partisipan
berpendapat bahwa rasa tidak nyaman partisipan akan fisiknya dapat dipengaruhi oleh penerimaan ayahnya akan partisipan. 4. Partisipan 4 Partisipan
keempat
berinisial
SP.
Partisipan
merupakan
mahasiswa di salah satu universitas negeri di Yogyakarta. Partisipan merasa bahwa payudara dan matanya paling tidak dia sukai. Menurut partisipan tubuhnya sering diejek gendut oleh lingkungannya. Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
lingkungan partisipan, khususnya di kampung halamannya, ukuran tubuh partisipan termasuk dalam kategori besar. Penilaian ini diberikan orang sekeliling partisipan dan partisipan membandingkan dirinya dengan orang lain. pada waktu SD partisipan pernah tampil disuatu lomba menyanyi dengan tidak menggunakan kostum lomba karena kostum yang disediakan panitia lomba tidak cukup untuk ukuran tubuh partisipan. Ketika SMA partisipan juga sempat mengalami masa tidak percaya diri di bagian akademik juga. Selain penilaian diri partisipan terhadap tubuhnya, saat SMA partisipan juga sempat mengalami ketidakpercayaan diri mengenai akademik. Partisipan minder dan menutup diri ketika SMA. Pengalaman ini dialami partisipan terjadi berulang sampai partisipan kuliah. Kondisi ini membuat partisipan sempat merasa minder dan berusaha melakukan usaha untuk mengurangi berat badan. Ketika kuliah, partisipan yang mengalami perbedaan perlakuan dari lingkungan pernah mengalami masa gangguan makan, yang berdasarkan keterangan partisipan, peneliti mengategorikan gejala yang muncul sebagai tahapan bulimia. Partisipan merasa bersalah setelah makan banyak menurut penilaian partisipan kemudian berusaha mengeluarkan kembali makanan yang dimakan. Partisipan sempat menutup diri dari lingkungan agar partisipan tidak diajak keluar oleh temannya. Proses itu berlangsung cukup lama sampai akhirnya partisipan berhasil tidak terlalu mempermasalahkan tubuhnya dan lebih menerima tubuhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
E. Hasil Penelitian Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara keempat partisipan memiliki pengalaman body shame. Body shame merupakan penilaian yang dilakukan individu bahwa tubuhnya yang memunculkan rasa malu karena penilaiannya tidak sesuai dengan standar lingkungan untuk segala aspek dalam tubuhnya. Data keempat partisipan menunjukkan bahwa proses dialami terkait body shame memang dipengaruhi lingkungan dan melalui tahap yang hampir sama. Pada awalnya keempat partisipan mengalami olokan atau ejekan dari lingkungan. Berdasarkan cerita keempat partisipan ada yang mencoba biasa aja dengan komentar baik bercanda atau serius dari lingkungan. Namun kemudian partisipan mulai memikirkan penilaian yang diberikan lingkungan terhadap dirinya. Selain itu, ada pula yang memang merasa tidak nyaman ketika mendapatkan komentar yang dianggap negatif oleh partisipan. Berikut akan dijelaskan lebih lengkap mengenai dinamika yang dialami tiap individu terkait pengalaman body shame yang dialami. 1.
Penilaian partisipan terhadap tubuhnya dan standar yang mereka anggap ideal untuk dirinya. Keempat partisipan memiliki kriteria tertentu untuk tubuh yang dianggap ideal untuk dimiliki. Berdasarkan hasil wawancara keempat partisipan memang terbukti memiliki pengalaman malu pada tubuhnya. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dibahas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
peneliti. Berikut akan dipaparkan bagian tubuh partisipan yang membuat mereka merasa body shame: a. Partisipan TN menuturkan bahwa tidak ada satu bagian tubuh yang disukainya. TN merasa semua tubuhnya gendut sehingga tidak ada bagian tubuh yang menarik. TN semakin merasa tidak nyaman terhadap tubuhnya ketika diejek oleh temannya yang mengatakan bahwa pahanya besar sekali. Pernyataan ini tampak pada wawancara dengan TN. “Jadi bagian tubuh yang aku suka sebelum diet itu, apa ya, kayaknya enggak ada deh, aku gak terlalu mikirin ini sih, maksudnya bagian tubuh yang aku suka gak ada biasa aja sih, soalnya waktu itu gendut semua gitu (tertawa) tapi bukan karena aku gendut tapi memang biarin gak gak sampe kepikiran bagian tubuh yang aku suka jadi, sebelum aku diet itu ga ada bagian tubuh yang aku suka.Terus yang aku ga suka juga ga ada juga sebenarnya, ada sih yang aku gak suka itu paha, jadi kenapa paha soalnya, nanti kalau aku duduk itu jadi besar banget.” (TN, 3-13) Menurut partisipan tubuh yang ideal itu adalah tubuh yang kecil. Kecil disini diartikan berdasarkan cerita partisipan antara lain paha kecil dan ada jarak diantara kedua paha sehingga ketika duduk ukuran paha tidak terlihat besar. Selain itu TN mengatakan bahwa yang ideal itu tidak ada lipatan pada bagian perut jadi perut rata ketika duduk atau berdiri. “Nah, itu tu dulu aku pernah diledekin sama temenku “Ih, Besar baget” Jadi waktu kita duduk bareng sebelahan, nah dia itu kecil banget dan itu bedanya bisa jauh banget sama kakiku.Terus sejak saat itu aku jadi malu, nah kalau misalnya duduk dekat banyak orang malu gitu sih soalnya pahaku gede banget.” (TN, 15-21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
TN menilai bahwa lingkungan tidak akan menyebut orang gendut cantik. Hal ini terlihat pada cuplikan wawancara: “Soalnya aku dulu kek lihat temen-temenku itu kuliah tambah cantik tapi kok aku malah tambah gendut itu loh.” (TN, 300302) “Sebenarnya Afriyani juga ga jelek tapi aku tahu apa yang mereka pikirkan, tau ga sih mereka juga ga mungkin menganggap Afriyani itu cantik bagi cowok-cowok.” (TN, 364-367) Menurut TN juga berat badan 70 kg sebelum dia melakukan diet sudah obesitas untuk ukuran berat badan perempuan.
b. Partisipan DW mengatakan bahwa mata adalah bagian tubuh yang paling dia sukai. Menurutnya dan menurut penilaian lingkungan matanya ikut mengekspresikan senyuman ketika tersenyum dan mata merupakan bagian tubuh yang tidak ikut menggendut ketika bagian tubuh lainnya menggendut. Sedangkan bagian tubuh yang paling tidak disukai DW adalah pipi. Hal ini disebabkan karena pipi DW yang pertama kali terlihat menggendut jika dirinya mengalami kenaikan berat badan. “Hmmm apa ya? Hahaha (tertawa) bagian tubuh yang paling disukai…. Hahahaha wah susah, yang paling disukai mata. Hehehe Itu bisa dijelasin gak kenapa? Soalnya eee katanya kalau aku senyum mataku ikut senyum hehehe Iya sih ada juga yang gitu jadi katanya itu dari mata terpancar berbinarbinar gitu. Terus juga kalau mata kan bentuknya segitu segitu aja gak akan ikut gendut ga akan ikut kurus (sambil tertawa). 3 Kalau yang paling kamu gak suka ada gak? Yang paling aku gak suka, hmmmm apa ya? Pipi kali ya. Kenapa itu? Soalnya pipiku aneh kalau misalnya tembem itu tembemnya itu ke samping jadi lebar banget itu loh kayaknya. Jadinya ada kan orang yang tembemnya itu di sebelah sini (nunjuk pipi bagian atas). Jadi kalau aku misalnya nambah dan yang paling cepet,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
kalau misalnya berat badanku nambah yang paling cepat nambah itu pipiku daripada yang lain. Jadi keliatan banget.”(DW, 18-44) DW merasa bahwa tubuhnya tidak proporsional untuk berat badan dan tinggi badannya. Menurut DW berat badannya masih belum sesuai untuk tinggi badannya. Menurutnya masih terlalu gendut meskipun jika dihitung menggunakan BMI tubuh DW dalam kategori normal. “kalau misalnya aku gabung sama mereka pasti kerasa banget lah, gak proporsionalnya badanku eee gak idealnya.Gimana orang-orang melihat bentuk badan yang ideal kalau misalnya dilihat bentuk tubuhnya mereka sama dilihat bentuk badanku pasti beda banget itu kan.” (DW, 82-90) “jadi lebih bandinginnya bandinginnya ke lebih ke eee ke berat badannya temen-temen yang lain bukan ke BMI ku sendiri.Kalau misalnya lihat ke BMIku sendiri sih enggak yang overweight atau yang gimana sih. Enggak maksudnya udah cukup normal kalau untuk diriku sendiri, cuma lebih concernnya ke orang lain.” (DW, 259-264) DW dalam wawancara tidak menyebutkan secara langsung bagaimana kriteria tubuh ideal menurutnya. Hanya dapat disimpulkan peneliti bahwa DW menginginkan tubuh yang lebih tinggi dengan berat badan seperti berat badannya.
c. P menceritakan bahwa tubuhnya tidak proporsional. Bagian tubuh yang tidak proporsional itu adalah pantat dan payudara. Menurut P pantat dan payudaranya dikategorikan besar untuk ukuran tubuhnya. P menilai ukuran itu terlalu besar untuk usianya SMP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
“Bagian tubuh yang paling ga aku sukai itu pantat.Soalnya pantatku itu besar banget dibanding bagian tubuh yang lain.” (P, 10-13) “ya kayak pantatku ini salah banget gitu padahal kan menurut temenku pantatku ini biasa aja.” (P, 17-20) Menurut P kriteria tubuh yang ideal adalah yang ukuran pantat dan payudaranya proporsional dengan ukuran tubuhnya. P berusaha menutupi ukuran payudara atau pantatnya agar tidak terlihat dengan menggunakan pakaian yang longgar. Berdasarkan hasil wawancara P juga merasa hal yang berhubungan dengan perempuan membuatnya merasa repot.
(dalam hal ini peneliti
melihat bahwa ada indikasi bahwa Partisipan P menolak dirinya sebagai perempuan). “mereka cuma bilang “dak papo daripada kawanan dengan betino-betino ujung-ujungnyo belago terus mendeng kawanan dengan lanang tapi bae idak galak nakal” (gak apa-apa daripada temanan dengan cewek-cewek ujung-ujungnya berantem terus mendingan temenan dengan cowok tapi baik gak mau nakal) gitu hehe trus aku pikir bener juga sih dari pada capek sendiri mendingan ngejauh dari yang ribet.” (P, 277-288) Partisipan merasa bahwa perempuan, yang notabene dirinya juga perempuan, dianggap ribet.
d. SP mengatakan bahwa dia menyukai rambutnya karena banyak orang memuji dan bisa menutupi wajahnya yang lebar. Rambutnya yang bergelombang dan panjang dapat membuat wajah persegi dan lebarnya tidak terlalu kelihatan. “Karena banyak orang yang memuji. Ada yang lain gak alasannya? Karena itu bisa menutupi mukaku yang lebar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Hmmmm Kan mukaku lebar dan persegi dan kalau kriting dan panjang bergelombang itu memberi efek mukaku itu enggak terlalu kelihatan persegi dan lebarnya.” (SP, 3-9) SP menilai tubuhnya besar dan beberapa kali mendapatkan penilaian gendut dari lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara, peneliti menemukan bahwa SP merasa bahwa tidak ada yang bisa diandalkan dari tubuhnya selain akademiknya. SP masih berprestasi sampai kelas 3 SMP, kemudian ketika masuk ke SMA akademik dan fisik SP tidak ada yang bisa diandalkan menurut SP. Pada saat masuk SMA, SP merasa tidak ada hal yang bisa diandalkan dari dirinya. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan berdasarkan hasil wawancara SP tidak menyukai seluruh tubuhnya. “dari SD smpe SMP itu aku tidak pernah depresi karena aku itu selalu unggul dimasalah akademik, nah masuklah aku SMA je jejeng aku itu kayak merasa aku paling bodok diantara semua, jadi kayak kompetisinya itu kayak beda level. Dan aku aku tidak punya senjata lagi untuk menutupi badanku yang tidak menurutku tidak sesuai dengan ekspektasiku dan ekspektasi lingkungan. Makanya itu semakin terpuruknya startnya di SMA menurutku. Karena tiap bulan itu aku aku harus berjuang untuk supaya merahku sedikit karena aku selalu di telpon pokoknya ga boleh ada panggilan orang tua kesana bla-bla segala macam. Jadi enggak ada yang mau kuunggulkan, secara fisik juga enggak akademik juga enggak.” (SP, 421-436) SP terlalu memperhatikan komentar orang lain tentang tubuhnya dan menganggap penilaian orang lain tepat. Kriteria ideal yang diharapkan SP antara lain memiliki tubuh yang dinilai kecil oleh lingkungan tempat tinggal SP seperti sepupu dan temantemannya di tempat tinggalnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Keempat partisipan
menentukan kriteria
penilaian ideal
berdasarkan pengaruh lingkungan, baik komentar tiap individu terhadap tubuh partisipan maupun menyesuaikan dengan standar ideal yang sedang berlaku di masyarakat serta apa yang ditampilkan media.
2.
Pengalaman sebelum menyadari malu. Keempat partisipan (TN, DW, P, SP) memiliki waktu yang berbeda-beda ketika menyadari bahwa tubuhnya tidak sesuai dengan lingkungan dan menilai tubuhnya memalukan. Standar yang ada di lingkungan memberikan pengaruh pada partisipan. SP mulai merasa tidak nyaman dengan tubuh ketika lingkungan memberikan komentar bahwa dirinya gendut kelas 3 SD. Pada saat itu SP makan lima kali sehari dan tetangga menyebutnya dengan panggilan “ si gumbal” sebutan gendut (yang merupakan bahasa sehari-hari di lingkungan orang batak) karena hal tersebut. Ini tampak pada wawancara partisipan: “Jadi dulu itu aku diejekin si gumbal “ih si Gumbal ini apa enggak makin lebar badannya makan aja kerjanya.” Si gumbal itu apa artinya? Sama kayak gendut, gempal-gempal.” (SP, 399-401) Pada awalnya partisipan belum memperhatikan penilaian ataupun komentar dari lingkungannya karena ketika SD, SP memiliki prestasi di bidang akademik, SP selalu meraih juara di lingkungannya sampai kelas 3 SD dan orang tua SP juga tidak komplain sehingga SP tidak terlalu memikirkannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
“jadi karena nilaiku baik terus jadi orang tuaku enggak pernah komplain. Mulai dari kelas satu SD aku selalu dapat juara dan lingkunganku juga gak komplain secara blakblakan karena ada yang menutupi gitu loh. Selalu dikenal orang kan dia dapat juara jadi kayak bisa dimaafkan untuk hal-hal lainnya meskipun tetanggaku suka ngejek tapi aku enggak terlalu peduli sampai kelas tiga SD.” (SP,411-419).
Pada partisipan DW dan P mereka mulai memperhatikan penilaian orang lain dan melihat tubuh ketika masa ada perubahan di tubuhnya. P merasa perubahan di tubuhnya tidak sesuai dengan usianya saat itu sedangkan DW merasa perubahan tinggi badannya berhenti dan tidak bertambah lagi. Pengalaman dua partisipan yang bertolak belakang ini sama-sama membuat mereka merasa tubuhnya memalukan dan membuat mereka tidak percaya diri. P memang sejak kecil sudah terbiasa bermain dengan laki-laki dan sering melakukan aktivitas bermain dengan laki-laki mungkin ketika ada perubahan pada tubuhnya membuatnya tidak nyaman. Berdasarkan cerita P perasaan tidak nyaman ini semakin diperhatikan ketika ada yang mengomentari bahwa payudara P besar untuk anak yang masih SMP. Tampak dalam wawancara P berikut: “Kalo gak salah waktu SMP kelas 1 kalo gak kelas 2 aduhhh lupa kelas berapa pokoknya sekitar kelas segitu deh waktu sore-sore nih kan aku main sepeda keliling lingkungan tempatku tinggal nah aku lewat depan cowok-cowok yang sering mangkal di simpang.. oh iya aku juga gak terlalu suka dengan payudaraku. Jadi waktu aku lewat itu mereka liatin aku gitu trus ngeliatnya itu kayak mesum banget trus mereka ngomong “ih masih SMP aja teteknya udah besak nian” nah dari situ aku ngerasa kalo payudara dan pantatku ini gak normal untuk umuranku.”(P, 42-58)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Sejak mendapat komentar dari orang lain seperti itu P mulai menggunakan jaket untuk menutupi payudaranya yang dinilai besar olehnya dan oleh orang lain. Selain itu, P menggunakan baju yang lebih besar, tidak mau menggunakan bra berbusa dan P juga berjalan membungkuk untuk berusaha menutupi payudaranya walaupun dia menyadari bahwa payudaranya tetap kelihatan. “Ya gimana yah namanya juga baru kelas 1 atau kelas 2 SMP ya jadi ya habis diomongin kayak gitu ya aku kayak mulai pake baju yang lebih gede dari biasa aku pake buat nutupin payudaraku. Aku juga gak mau pake bra yang ada busanya karna menurutku make bra yang ada busanya itu bukan buat aku tambah pede tapi buat aku malu karna payudaraku jadi tambah gede.Trus aku tu jadi cenderung bungkuk untuk nutupin payudaraku ini” (P, 90-102) Partisipan DW ketika dia kelas 6 SD sempat dipuji keluarga akan tumbuh tinggi seperti postur tubuh bapaknya karena tubuh DW saat SD bongsor jadi diprediksi masih akan bertambah ketika SMP. “Kalau orang tua ga pernah ini sih, cuma ya paling kek gitu aja kalau lagi ngobrol-ngobrol keluarga. Dulu kan waktu SD badanku itu agak bongsor kalau dibandingin sama yang lain. orang-orang kalau pas waktu SD udah bilang “Oh nanti ini pasti tinggi.” Jadi gini, soalnya bapakku kan tinggi ibuku yang kecil. Nah orangorang itu udah ikut bapaknya ini ikut bapaknya. Cuma pas mulai SMP sampe sekarang ini paling keluarga juga jadi bercandain gitu, “Gimana nih kok gak tambah, tambah tinggi lagi tinggi lagi. Jadi kayak komentar yang kayak suruh apa gitu sih enggak. Cuma karena juga concernnya karena akunya yang agak ga PD jadi mereka dari dulu juga sempat yang bantu aku yang beli suplemenlah, peninggi badan, terus susu, terus sempat dibeliin alat olahraga buat ninggiin badan juga.” (DW, 117-139) Partisipan TN
tinggal bersama dengan orang tua sampai
sekarang. Orang tua partisipan tidak memberikan komentar apapun tentang tubuh partisipan dan tidak mempermasalahkan tubuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
partisipan. Kemudian TN menilai bahwa tidak ada bagian tubuh yang disukainya. Meskipun dalam perkataannya TN ini terjadi karena dia tidak terlalu memikirkan. Hal ini terlihat dari ucapan TN dalam wawancara: “..apa ya, kayaknya enggak ada deh, aku gak terlalu mikirin ini sih, maksudnya bagian tubuh yang aku suka gak ada biasa aja sih, soalnya waktu itu gendut semua gitu (tertawa) tapi bukan karena aku gendut tapi memang biarin gak gak sampe kepikiran bagian tubuh yang aku suka jadi, sebelum aku diet itu ga ada bagian tubuh yang aku suka. (baris 4-12 Partisipan TN). Partisipan memiliki pengalaman diejek oleh teman sebaya ketika SD, partisipan diberi julukan gajah. Akan tetapi, saat itu TN masih belum terlalu memusingkan pendapat orang lain. Menurut TN sebelum fokus tentang tubuh, selama tubuhnya tidak merugikan orang lain itu tidak apa-apa. Hal ini terlihat dari hasil wawancara yang menunjukkan: “Kalau dulu itu, aku gak terlalu ambil pusing itu loh, jadi waktu gendut itu aku itu ngerasa biasa aja. Banyak orang yang udah kayak ngasih masukan gitu lo Tut. Kamu mbok diet.Gitu blablabla gitu. Tapi aku kayak, ya aku suka makan gitu lo jadi aku merasa itu bukan menjadi satu hal yang perlu aku perhatikan itu loh, gitu waktu itu. Kayak ya udah aku gendut gapapa toh gendutku tidak merugikan orang lain.Kekgitu kan, jadi. Terus dari orang tuaku sendiri mereka gak pernah mempermasalahkan itu lo Tut. Kalau aku gendut Ya kamu gendut juga gapapa toh gendut juga ga salah gitu. Makanya aku dulu, dulu merasanya kayak biasa aja.” (baris 57-72, partisipan TN). TN mencoba menganggap bahwa tubuhnya biasa saja walaupun sebenarnya TN merasa malu dengan tubuhnya sejak lama. Partisipan TN memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan terkait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
penilaian tubuh yang menyebabkannya mengalami body shame. Walaupun pada awalnya partisipan belum terlalu memedulikannya ternyata hal itu sudah mengganggu partisipan. Pengalaman TN terkait tubuhnya sebenarnya sudah mulai berawal ketika partisipan masih SD. Hanya saja ketika partisipan masih SD dirinya masih belum memperhatikan ejekan yang diberikan lingkungan padanya (dalam hal ini teman sebaya). Pengalaman selanjutnya yang dialami TN ketika TN pernah diejek oleh kakak kelasnya ketika duduk dibangku SMA. “Jadi kayak mereka itu sukanya ngejekin aku gitu lho, enggak ngejek tapi mereka kalau sama yang cantik baik banget, perlakuannya beda. Jadi waktu itu aku tambah ga pede sih. Jadi kayak mereka itu sukanya ngejekin aku gitu lho, enggak ngejek tapi mereka kalau sama yang cantik baik banget, perlakuannya beda. Jadi waktu itu aku tambah ga pede sih” (TN, 305-309) Hal itu sudah membuat TN merasa tidak nyaman dengan tubuhnya. Pengalaman keempat partisipan merupakan pengalaman awal mereka merasa tidak nyaman dengan tubuhnya dan sejak memiliki
pengalaman
tersebut
keempat
partisipan
semakin
memperhatikan tubuhnya dan lebih mudah cemas ketika menghadapi komentar orang lain ataupun pandangan orang lain tentang tubuhnya walaupun sebenarnya segala yang dicemaskan belum tentu terjadi. Berdasarkan hasil penelitian kejadian yang dialami partisipan merupakan
tahapan
awal
bagaimana
lingkungan
memberikan
penilaian dan sejak saat itu partisipan mulai menerima bahwa penilaian itu menggambarkan diri partisipan (partisipan melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
internalisasi pandangan lingkungan) dan keempat partisipan sudah melakukannya. Pengalaman internalisasi yang dialami keempat partisipan menunjukkan mereka mengalami proses body shame. Perempuan lebih mudah mengalami internalisasi karena lingkungan.
3.
Pengalaman setelah merasa malu Pengalaman yang dialami keempat partisipan sebelumnya membuat mereka semakin memperhatikan tubuhnya setelah itu dan lebih mudah khawatir tentang tubuhnya. Partisipan TN, SP dan P memiliki pengalaman perilaku menghindar ketika membahas tentang tubuhnya. Perilaku menghindar ini terjadi setelah ketiga partisipan menerima penilaian dari lingkungan tentang tubuhnya. Partisipan TN pernah menghindar dari teman ketika dia merasa temannya akan menilai negatif
tentang
tubuhnya. SP pernah tidak bersedia jika dimintai ibunya pergi ke warung karena tidak ingin bertemu dengan laki-laki yang senang memberi “catcall” ketika SP lewat dan SP menghindari cermin karena dia tidak menyukai tubuhnya ketika SP duduk di bangku SMA dan menurutnya saat itu kemampuan akademik dan tampilan fisiknya jelek. P tidak mau pergi ke warung karena jika ke warung akan melewati gerombolan laki-laki yang mengejeknya ketika SMP. Ketiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
reaksi partisipan ini terjadi karena penilaian mereka sedang merasa malu dengan tubuhnya. Pengalaman menghindari orang lain terjadi beberapa kali pada partisipan TN. Perilaku menghindarnya ini dilakukan hanya karena dirinya khawatir bagaimana penilaian orang lain ketika melihat tubuhnya. Pengalaman body shame membuat TN berprasangka negatif tentang penilaian orang lain akan dirinya. Padahal kekhawatiran itu belum tentu terjadi. Pengalaman itu terlihat dari kutipan wawancara sebagai berikut: “Enggak sih sebenarnya ketemunya bukan yang gimana ya, jadi dia tahu aku lewat medsos, jadi nanti misalnya di suatu acara kita itu ketemu, nah itu nanti pasti aku sembunyi-sembunyi gitu loh” (TN, 242-245) “Terus aku itu pernah sampai takut ketemu mantanku, soalnya udah gendut banget kan pas kuliah, jadi kalau mau ketemu (lanjutan kalimat terhenti) jadi pernah waktu ada pensi aku jadi bagian ticketing kan, pensi komunikasi aku jadi ticketing trus kayak ada gerombolan gitu, gerombolan mantanku, aku ga tahu dia ada atau enggak, tapi aku udah langsung sembunyi dibawah kursi gitu soalnya aku ga mau ketemu.Ga tahu kenapa kayak ga pede gitu loh. Apa sih dia kayak lihat aku sekarang itu kayak, dia merasa bersyukurlah dulu putusin aku.” (baris 312-325, partisipan TN) Kalau orang yang jarang ketemu terus ketemu aku gak pede ga tahu kenapa ga pengen ketemu itu loh Tut.69(baris 239-331, partisipan TN) Soalnya aku dulu kek lihat temen-temenku itu kuliah tambah cantik tapi kok aku malah tambah gendut itu loh. (baris 377379) Partisipan P dan SP menghindari pergi keluar rumah karena di lingkungan tempat tinggalnya, mereka mendapat catcall dan itu membuat mereka tidak nyaman. Orang yang melakukan catcall
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
menekankan pada payudara mereka dan mereka tidak nyaman dengan perlakuan tersebut sehingga mereka menghindari berpapasan dengan orang-orang tersebut. Pengalaman menghindar SP juga terjadi pada saat dirinya sedang duduk di SMA. Pada kondisi ini SP terlihat menolak dirinya secara fisik dan menghindari cermin. SP berkata pada dirinya bahwa yang tampak di cermin saat itu bukanlah dirinya dan saat itu SP berusaha mengalihkan perhatiannya dengan cara melakukan hal lain seperti mengerjakan soal-soal latihan pelajaran sekolah. “Nampak kalau mau pergi ke sekolah tapi aku enggak pernah betah lama kok ngelihat, jadi ini bukan aku kok santai yang kayak gitu loh. Terus aku sekolah saat itu aku coba untuk enggak fokus sama badanku dan tidak mengakui itu badanku, jadi aku cuma yaudah pokoknya aku belajar yang benar hanya itu aja, enggak ada yang bisa diandalin lainnya pikirku. Pengalaman menghindar P juga terjadi ketika mama P memintanya untuk pergi ke warung dan P menolak dengan alasan tidak mau bertemu orang-orang yang sudah memberikannya catcall. Hal ini tampak pada wawancara: “Selain itu aku juga gak pernah mau kalo disuruh ke warung sama mama tapi sendirian kan warungnya itu di simpang jadi aku pikir kalo aku pergi ke warung sendirian dan ketemu orangorang yang udah ngejek-ngejek aku kemaren kan males banget ya… Jadi mending aku gak usah ke warung aja.” (P, 220-228) Pengalaman menghindar yang dilakukan oleh tiga partisipan (TN, SP, P) dilakukan karena mereka berpikir bahwa itu merupakan salah satu cara agar tidak mendapatkan penolakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Setelah mendapatkan komentar dari lingkungan bahwa tubuh partisipan tidak sesuai dengan standar lingkungan partisipan TN, P, SP dan DW menerima penilaian tersebut (menginternalisasi). Proses ini mengarahkan partisipan melakukan pengamatan lebih terhadap tubuhnya. Padahal melakukan pengamatan lebih pada tubuh dapat menyebabkan semakin meningkatnya rasa cemas
dan malu
perempuan tentang tubuhnya (Tiggeman & Lynch, 2001). Kecemasan dan rasa malu yang dialami partisipan menyebabkan mereka lebih berhati-hati agar tidak mengalami penolakan dari lingkungan. Keputusan berhati-hati ini akan membuat partisipan sensitif terhadap penolakan dan berusaha mengikuti standar sesuai lingkungan dan jika ini dilakukan dapat akan meningkatkan pengalaman body shame yang dialami partisipan. Untuk mengurangi kecemasan dan malu akan penilaian orang lain tentang tubuhnya, partisipan meningkatkan kepekaan terhadap penolakan. Kepekaan terhadap penolakan terjadi karena keempat partisipan memiliki pengalaman ditolak lingkungan. Kepekaan terhadap penolakan ini sudah menyebabkan body shamepartisipan meningkat. Berikut peneliti akan menyajikan pengalaman ditolak keempat partisipan (SP, DW, P, TN) dan perilaku peka pada penolakan tiap partisipan. a. Partisipan SP bercerita bahwa sejak anak-anak SP senang apabila dia bisa tampil di depan umum. Pengalaman pertama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
partisipan SP ingin tampil di depan umum adalah SP ingin menjadi pembawa bunga pada acara pernikahan keluarganya. Keinginan SP ini harus diurungkan ketika lingkungan menggantikan posisi itu dengan sepupunya yang lain. Menurut partisipan posisinya berganti karena sepupunya dianggap lebih cantik. Cantik berdasarkan penilaian partisipan berdasarkan wawancara adalah perempuan yang badannya kecil. “Aku sering kali bahkan itu lebih dari tiga kali kuingat pernikahan siapa pernikahan siapa aku itu udah ganti baju, udah siap untuk megang bunga ke gereja, tiba-tiba di cancel dengan alasan aku punya sepupu yang lebih cantik dari aku.” (SP, 518-522) Dari kutipan wawancara diatas ditemukan bahwa SP menunjukkan dia mengalami penolakan yang berulang dari lingkungan sejak kecil. Hal ini membekas dalam ingatan partisipan SP dan menyebabkan partisipan menilai bahwa tubuhnya memalukan. Pengalaman
partisipan
pada
masa
kecil
mengawali
pengalaman penolakan yang dialami SP di lingkungannya. Pengalaman ini terjadi beberapa kali ketika SP anak-anak. Selanjutnya, SP kelas V SD mengikuti lomba nyanyi yang diadakan di sekolah lain dan ketika pertandingan sekolah sudah menyiapkan kostum untuk peserta. Setelah di lokasi ternyata kostum yang digunakan tidak ada yang muat untuk ukuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
tubuh SP. Pengalaman ini membuat partisipan merasa ukuran tubuhnya tidak normal. “Jadi waktu itu karena enggak ada baju yang muat jadi aku pake dinas sendiri. Baju seragam SD sendiri dan aku malu kali saat itu dan aku kek ukuranku gak normal”. (SP, 213217) Pengalaman ini juga secara tidak langsung menunjukkan adanya penolakan guru (lingkungan) terhadap SP untuk mengikuti lomba nyanyi. Setelah itu SP memunyai pengalaman lain juga ketika SMP kelas dua, dia mengikuti kompetisi paduan suara sekolah ke tingkat kabupaten dan SP
sudah lolos
kualifikasi diawal sebelum memulai latihan. Akan tetapi setelah berlatih empat bulan, seminggu sebelum pertandingan guru memutuskan agar SP tidak ikut kompetisi dengan alasan tidak ada kostum yang cukup untuk ukuran tubuh SP. “Semester dua ada kompetisi nyanyi, ada kompetisi nyanyi kan, aku masih ingat waktu itu lagunya anakkonki do hamoraon di au dan kami itu ke tingkat kabupaten kan. Aku udah berlatih empat bulan terus udah berlatih empat bulan blablabla pas seminggu sebelum kami berangkat tiba-tiba guruku bilang kau enggak usah ikut ya. Dengan alasan tidak ada kostum yang cukup.” (SP, 272-280)
SP kembali mengalami penolakan untuk kesekian kalinya dari lingkungannya.
b. Partisipan DW mengikuti ajang pemilihan puteri sekolah ketika duduk di SMA dan DW memperoleh peringkat satu. Peraturan awal pemilihan puteri sekolah pemenang akan lanjut ke tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
berikut apabila ada perlombaan tingkat lanjut. Namun ketika mengikuti perlombaan di tingkat kabupaten DW tidak diberitahu kegiatan selanjutnya sebagai
perwakilan tanpa
diberi alasan. Ketika DW mengetahui bahwa juara dua dan tiga sudah mengikuti pelatihan untuk mengikuti perlombaan di tingkat kabupaten. Pengalaman ini membuat DW merasa telah ditolak lingkungan. c. Partisipan P menceritakan bahwa dia mengalami penolakan dari ayah. Penolakan yang dimaksud oleh partisipan karena berdasarkan cerita ibu P ayahnya mengharapkan anak laki-laki ketika ibu mengandung P. Setelah lahir, ayah partisipan kaget dan memperlakukan P dengan kakaknya berbeda. Berdasarkan peristiwa ini dapat disimpulkan mungkin respon ayah P membuatnya tidak secara tidak sadar tidak nyaman dengan tubuhnya saat ini. Perasaan tidak nyaman tersebut semakin meningkat sejak P
menginjak usia remaja dan mengalami
pubertas. “Dulu pernah diceritain mama kalo waktu mama hamil aku itu papa maunya punya anak cowok dan dia udah gak mau punya anak cewek lagi karna kakakku udah cewek jadi papa pengennya anak ke dua ini cowok biar sepasang gitu tapi giliran keluar anaknya cewek hehe jadi rada syok gitu dapet anak cewek”(P, 298-307) d. Partisipan TN merasa ditolak ketika dirinya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan lingkungan dengan kata lain partisipan merasa ditolak jika tidak dapat sama dengan lingkungan. TN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
senang memperhatikan perkataan orang lain tentang dirinya. TN pernah melakukan kebohongan demi menyembunyikan ukuran baju yang sebenarnya dari teman kepanitian ketika partisipan disuruh menuliskan ukuran bajunya. Kebohongan ini dilakukan agar dia tidak mendapatkan komentar negatif tentang tubuhnya. Sebenarnya ini hanya kecemasan TN sendiri bahwa akan dikomentari negatif akan tubuhnya (agar tidak mendapat penolakan maka TN menghindari penolakan dengan berbohong. Kondisi ini membuat lebih peka pada penolakan). Kejadian ini membuat partisipan merasa sesak/ bajunya kesempitan sewaktu memakai baju. Hal ini muncul dari wawancara subjek yang mengatakan: “Jadi nanti itu pas dipake mletek itu loh, tapi bodo amat yang penting aku ga bilang kalau aku XL.Jadi aku seringnya agak berbohong aku bilangnya L padahal sebenarnya XL (baris 796-800, partisipan TN). Pengalaman ditolak yang dialami keempat partisipan sudah menyebabkan mereka lebih peka akan penolakan agar mereka tidak
mendapatkan
penolakan
lagi
(keempat
partisipan
menghindari hal yang tidak diinginkan lingkungan agar tidak mengalami penolakan lagi). Sensitivitas terhadap penolakan ini memang pada akhirnya meningkatkan body shame keempat partisipan. Sensitifitas partisipan pada penolakan membuat keempat partisipan melakukan sesuatu yang sesuai dengan penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
lingkungan sehingga tidak menerima penolakan lagi. Keempat partisipan memiliki cara masing masing untuk mengikuti penilaian lingkungan atau menghindari penilaian lingkungan agar tidak ditolak. Untuk menghindari penolakan dari lingkungan partisipan TN berusaha untuk mengikuti penilaian lingkungan dalam hal ini tentang tubuh. Dari hasil penelitian partisipan ada peristiwa yang
menunjukkan
bahwa
partisipan
ingin
melakukan
perubahan akan tubuhnya akibat adanya penilaian dari lingkungan, dalam hal ini teman, tentang tubuhnya yang tidak sesuai dengan tubuh perempuan muda kebanyakan menurut penilaian teman (lingkungan). Ini terlihat pada hasil wawancara: “Itu karena pas KKN itu aku di-bully gitu. Jadi kayak ada satu orang cowok itu sering banget itu loh kek ngatain aku gendut.23 Kek kamu besok kalau udah tua kekgimana coba kalau misalnya sekarang gedenya udah segini? Kek gitu coba dia bilang (ada penekanan nada)”. (105-111 partisipan TN). TN
mengikuti
penilaian
ini
juga
dikarenakan
berdasarkan cerita partisipan, yang memberikan komentar padanya adalah orang yang disukai TN. “Bilang kekgitu dan itu aku agak suka itu lo sama dia.” ( TN, 111-113) Partisipan mengalami proses tidak peduli dengan penampilan tubuhnya sampai akhirnya setelah ada komentar dari teman yang disukai itu, partisipan mengikuti tren
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
kecantikan yang diterima dari lingkungan. Hal ini menyebabkan partisipan lebih memperhatikan tubuhnya. Sehingga partisipan semakin menilai bahwa tubuhnya tidak sesuai dengan media atau standar lingkungan mengenai tubuh. Kemudian pada suatu masa sesuai data dalam wawancara, khususnya saat kuliah disaat menurut partisipan teman-temannya semakin cantik sedangkan partisipan bertambah gendut, partisipan akhirnya
menceritakan
bahwa
partisipan
mengikuti
standar
lingkungan akan kecantikan. Hal ini tampak pada beberapa jawaban partisipan dalam data penelitian berikut: Kayak kamu lihat di IG (Instagram) itu orang-orang yang punya followers banyak dan jadi selebgram dan jadi influencer adalah orang-orang yang kayak gitu. 74 Ya terus kita mau gak mau apa ya menyamakan standar kita, gak menyamakan sih eh secara sadar ga sadar kek standarnya tu kek gini iya ga sih, oh standar cewek cantik itu rambutnya kek gini, ini ,misalnya kita kekgitu.(baris 357-366, partisipan TN)
Partisipan TN menunjukkan bahwa TN pernah mengalami penolakan lingkungan. Partisipan P dan SP pernah melakukan sesuatu agar mereka tidak ditolak oleh lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara mereka berdua
cenderung menghindari penilaian lingkungan tentang
tubuhnya. Hal tersebut dilakukan dengan cara P dan SP berjalan membungkuk untuk menutupi tubuh mereka yang pernah mendapat catcall dari lingkungan. Selain itu P pernah menggunakan pakaian yang longgar dan memakai jaket juga untuk menutupi tubuhnya agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
tidak menerima penilaian dari orang lain. SP memiliki pengalaman menolak seolah-olah tubuhnya saat SMA bukanlah tubuhnya yang sebenarnya dan mengalihkan perhatian dengan aktivitas lain seperti bahas soal mata pelajaran. Pengalaman
seperti ini juga terjadi
kembali ketika SP sedang kuliah dan merasa berada di titik terendah, SP menutup diri dan mengurung diri di kos agar tidak bertemu dengan orang lain. SP dan P memilih melakukan perilaku menghindar agar tubuhnya tidak dijadikan obyek penilaian dari lingkungan orang yang menolaknya. P mengalami penolakan dari ayah dan mengalami diskriminasi perlakuan dari ayahnya. Hal ini diprediksi menyebabkan partisipan merasa tidak nyaman dengan tubuhnya. Selain itu, P lebih menyukai permainan anak laki-laki sejak kecil dan ini berlangsung cukup lama sampai P beranjak remaja. Selanjutnya untuk SP, pengalamannya masih terus berlangsung berkaitan dengan penilaian tubuh. Ketika kuliah dan mengalami masamasa merasa tidak dapat mengandalkan tubuhnya, SP masih dapat menangani akademik ketika mulai kuliah karena dia masih sering memimpin dalam setiap diskusi di kampus. Ketika memasuki masa pembagian jurusan dan teman-temannya mulai mempertimbangkan soal penampilan dalam perkuliahan SP kembali lagi cemas dengan kondisi tubuhnya dan merasa bahwa tidak cukup hanya mengandalkan akademik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
4. Dampak pengalaman penolakan yang dialami partisipan Partisipan penelitian mengalami distorsi kognitif sehingga mengalami
body shame. Distorsi kognitif yang dialami keempat
partisipan menjadi penyebab partisipan mengalami body shame. Distorsi kognitif yang dialami partisipan karena menyebabkan mereka memiliki kecenderungan memikirkan berlebihan sesuatu yang belum terjadi. Distorsi kognitif yang dialami keempat partisipan akan dipaparkan berikut ini : Tn mengalami distorsi kesalahan peramal : tampak dari cerita soal dia memikirkan bahwa orang lain akan mengatakan bahwa dia gendut. Dw mengalami distorsi kognitif membaca pikiran. Tampak pada bagian wawancara yang menunjukkan dia menjauhiku karena aku tidak semenarik si x. “Aku jadi lebih sering kayak ngait-ngaitin itu loh, misalnya kalok eeee misalnya berkaitan sama attentionnya temen-temen, apalagi yang lawan jenis ke aku. Itu aku pasti kaitin apa karena badanku jelek ya atau gara-gara ini, kalau misalnya mereka lebih perhatian sama temenku yang lain yang aku rasa badannya lebih bagus atau secara fisik lebih dari aku, pasti aku sering mengait ngaitin pikiranku kesana gitu, lebih kurang percaya diri juga kadang, itu sih gimana orang lain melihatku.”(DW, 288-300) Untuk partisipan DW, TN mereka sering membayangkan sesuatu sebagai respon atau penilaian
orang lain terhadap tubuh
mereka atau apapun yang mereka lakukan. Mereka sering mengirangira penilaian orang lain terhadap dirinya, yang sebenarnya hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
wujud dari kecemasan mereka ditolak. Pengalaman sensitif terhadap penolakan yang dilakukan oleh TN tampak dari perilaku. TN membatasi diri untuk bertemu dengan orang yang dikenalnya melalui sosial media karena dia berpikir nanti mereka akan memikirkan macam-macam tentang dirinya. Pikiran ini hanya sebatas ketakutan mereka akan penolakan dari lingkungan. Padahal berdasarkan pengalaman partisipan ketakutannya tidak terbukti ketika dia bertemu orang tersebut. Berikut kutipan wawancara dengan TN: “tau gak sih kek orang yang pernah aku temui di dunia nyata misalnya: dia cuma kenal aku di medsos gitu ya, terus kadang aku kalau di medsos gitu fotonya foto genic gitu kan, terus kalau mau ketemu aslinya. E apa namanya, aku itu selalu mikir eh ternyata ini gendut banget ya, jadi aku sering kayak ga mau ketemu.” (TN, 195-201) “Kalau orang yang jarang ketemu terus ketemu aku gak pede ga tahu kenapa ga pengen ketemu itu loh Tut. Aku mikirnya dia kayak bakal mikir macam-macam, ini kok gendut banget ya blablabla.. (tertawa) hahaha problematika anak muda.” (TN, 262-267) TN menceritakan bahwa ketakutannya belum pernah terjadi hanya saja dia sudah cemas dengan penilaian orang lain akan dirinya. Partisipan DW juga mengalami reaksi terhadap pengalaman yang sama dengan TN. DW juga sering berpikiran orang lain menjauhinya atau tidak akrab dengannya karena orang lain dianggap menilai ada yang tidak menarik terhadap dirinya. Dampak yang dialami P karena mengalami body shame tidak percaya diri akan tubuhnya. P merasa tubuhnya buruk dan P menganggap hal ini terjadi karena ketika lahir dengan jenis kelamin perempuan P mengalami penolakan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
ayahnya yang menginginkan anak laki-laki. Penolakan yang dialami Partisipan P menyebabkan partisipan mengalami body shame. Hal ini tampak dari pernyataan partisipan P dalam wawancara. “Dulu pernah diceritain mama kalo waktu mama hamil aku itu papa maunya punya anak cowok dan dia udah gak mau punya anak cewek lagi karna kakakku udah cewek jadi papa pengennya anak ke dua ini cowok biar sepasang gitu tapi giliran keluar anaknya cewek hehe jadi rada syok gitu dapet anak cewek. Habis udah gede e akunya jadi punya sifat kayak cowok. Dulu waktu kecil aku sering banget main dengan cowok sampe-sampe aku punya semua mainan cowok dari mulai gambaran, kelereng, gangsing yang dari bola golf itu aku punya dan kalo aku udah main itu aku menangan.” (P, 298-316) P mengalami distorsi kognitif berupa membaca pikiran. Pernyataan distorsi ini tampak pada bagian wawancara dengan partisipan P. “…dulu waktu aku kecil trus mama hamil lagi dan aku jadi kayak kurang kasih sayang… dan aku jadinya ngintil mbakku main kemanapun dia pergi tapi aku tu sering diusirin dengan mbakku itu sampe mama tu kadang ngerasa kasian.. Aku juga waktu kecil udah gak mau nyusu sama mama lagi karna mungkin dulu udah ngerasa bakalan punya saingan makanya aku jadi gak suka nyusu ataupun minum susu dan akhirnya gigiku jadi caries kayak gini Terus pas adikmu lahir emangnya kamu beneran merasa apa yang udah kamu prediksi ya? Ya yang kamu takut merasa kurang disayang tadi.. P : gak juga sih uhk uhuk uhuk (berbatuk)… cuma yah karna udah gak deket dengan mama selama mama hamil jadi waktu udah lahiran juga udah ngerasa aku gak boleh manja-manja lagi dengan mama karna udah ada adek tapi kalo aku mau sok tua juga ga bisa karna ada mbak… hufffttt jadi aku ini serba salah kok hehe (P, 325-353) SP mengalami dampak psikologis gangguan makan bulimia ketika kuliah dan mendapat komentar dari dosen favorit SP bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
dirinya memiliki kemampuan sebagai dampak dari body shame yang dialaminya. Setelah melewati banyak penilaian dari lingkungan mulai sebutan gendut, diskriminasi dari lingkungan karena ukuran tubuh yang berbeda sampai titik puncak SP merasa tubuhnya sangat buruk. Setiap komentar dari lingkungan diinternalisasikan SP sehingga dia sempat mengalami simptom-simptom gangguan makan bulimia. Adapun gejala bulimia sesuai DSM-IV dalam Davison, Neale, Kring (2004) antara lain: a. Makan berlebihan secara berulang Dalam kondisi ini pertama pada episode ini individu makan sejumlah makanan yang banyak melebihi makanan yang dapat dimakan orang pada umumnya pada waktu tertentu dan dengan keadaan yang sama, kedua pada episode ini individu seolah kurang mampu mengontrol kelebihan makan (apa yang dimakan, berapa banyak yang dimakan. b. Pengurasan berulang untuk mencegah bertambahnya berat badan. c. Simptom-simptom terjadi sekurang-kurangnya 2 kali semingggu selama sekurang-kurangnya tiga bulan. d. Penilaian diri sangat tergantung bentuk tubuh dan berat badan Partisipan SP sudah melakukan tahap mengonsumsi makanan secara berlebihan atau tetap memaksa memasukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
makanan meskipun pada saat itu SP sudah merasa kenyang. Pengalaman yang dijelaskan dengan cukup detail oleh SP dalam wawancara adalah ketika SP sudah makan tetapi SP pergi lagi untuk membeli makanan sebagai stok. Berdasarkan cerita SP pada saat itu sudah kenyang dan dia tetap memaksa makanan masuk. Berdasarkan cerita partisipan dirinya sebenarnya menikmati mengonsumsi makan tersebut tetapi ada semacam rasa bersalah karena telah mengonsumsinya sehingga SP berusaha untuk memuntahkan makanan itu secara paksa. Pengalaman bulimia partisipan akan ditampilkan sebagai berikut berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan SP: Pulang dari situ aku mulai merasa yang kayak gangguan yang gangguan makan, kayak aku makan gorengan terus niatnya beli dua habis makan aku merasa bersalah. Aku datang lagi ke warung itu aku beli 10 aku paksa masuk abis itu aku nangisnangis aku muntahin ke kamar mandi aku masukin jari. (SP, 849-855) Iya karena sebenarnya aku udah kenyang tapi kupaksa masuk, kayak ada kepuasaan kalau berhasil masuk tapi kukeluarkan lagi. Capek sih apalagi kalau pas ngeluarin gitu, muntahinnya capek. Bayangin kita muntah karena aroma mobil aja muntahnya capek luar biasa apalagi muntah yang dipaksa.. Muntah yang perutmu suka gitu sama makanan itu tapi kau paksa keluar.(SP, 877-885)
SP melakukan gejala bulimia tersebut selama dua semester sebelum SP mengerjakan skripsi. “Itu berapa lama kau ngalaminnya? Dua semester” (SP, 885886)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Hasil penelitian yang telah didapatkan peneliti dari keempat partisipan menunjukkan bahwa mereka mengalami body shame. keempat partisipan memiliki kesamaan pengalaman pertama mulai mendapat penilaian mengenai tubuhnya ketika mereka memasuki masa pubertas. Ketiga partisipan (TN, SP, dan DW) mendapatkan penilaian tentang tubuh sebelum pubertas. Tetapi mereka masih belum memberikan perhatian lebih
dengan
penilaian
tersebut
sehingga
mereka
belum
mempermasalahkan penilaian akan tubuhnya. Partisipan P merasa bahwa ada yang tidak menyenangkan dari tubuhnya baru setelah dia memasuki masa pubertas. Partisipan
penelitian
mengalami
body
shame
karena
partisipanmemiliki pikiran yang membuatnya menilai bahwa ada bagian dari tubuhnya yang memalukan. Penilaian tubuh yang memalukan diberikan partisipan karena keempat partisipan merasa bahwa tubuhnya tidak sesuai dengan penilaian lingkungan. F. Pembahasan Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
keempat
partisipan
mengalami body shame. keempat partisipan memiliki penilaian bahwa tubuhnya memalukan. Partisipan TN pernah menilai bahwa tidak ada bagian tubuhnya yang menarik. Partisipan SP pernah menilai tubuh dan kemampuan akademiknya tidak ada satupun yang bisa diandalkan. DW menilai dirinya pendek dan P merasa bahwa tubuhnya tidak proporsional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Hasil tersebut sesuai dengan pengertian body shame yang merupakan perasaan malu yang dialami individu berkaitan dengan penilaian terhadap tubuhnya. Pengalaman body shame yang dialami keempat partisipandalam penelitian ini merupakan sebuah dinamika psikologis pengalaman tubuh yang dianggap memalukan. Hal ini disebabkan karena keempat partisipan mendapatkan penilaian dari diri sendiri dan penilaian lingkungan akan tubuhnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat partisipan menilai tubuhnya memalukan dipengaruhi oleh penilaian lingkungan. Penilaian lingkungan yang didapatkan partisipan kemudian diinternalisasi dan menjadi standar tubuh ideal menurut partisipan. Keempat partisipan menjelaskan bagaimana penilaian mereka terhadap tubuhnya keempat partisipan menyebutkan bagaimana tubuh ideal yang mereka inginkan dan bagaimana penilaian mereka akan tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pemahaman body shame yang menjelaskan bahwa adanya penilaian diri dan lingkungan mengenai tubuh individu yang mengalami (Noll & Fredrickson, 1996). Partisipan TN dan SP menunjukkan mereka menilai bahwa hampir tidak ada bagian tubuhnya yang menarik. SP mengatakan bahwa rambut merupakan satu-satunya bagian dari tubuh yang paling disukai olehnya karena rambut panjang bergelombang yang dimilikinya bagus untuk bentuk wajahnya yang bulat menurut SP. SP juga menilai bahwa kemampuan akademiknya juga tidak sebaik yang diharapkan lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
pada beberapa situasi. Partisipan DW merasa bahwa tubuhnya tidak proporsional karena tinggi badan yang dimilikinya. Dan partisipan P merasa bahwa payudara dan pinggulnya tidak proporsional (terlalu besar) untuk ukuran tubuhnya. Terdapat proses internalisasi penilaian lingkungan akan tubuh partisipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan melalui proses internalisasi penilaian lingkungan atas tubuhnya. Proses internalisasi merupakan ciri individu mengalami body shame. Internalisasi penilaian lingkungan sudah memotivasi keempat partisipan melakukan perilaku yang bertujuan untuk mengubah hal yang dinilai memalukan dalam tubuhnya baik dalam bentuk ukuran tubuh (TN=tubuh yang obesitas, P= payudara dan pantat tidak proporsional, DW= tingginya dan berat badan tidak proporsional, dan SP= ukuran tubuh yang besar, payudara) dan semua hal yang berkaitan dengan tubuh. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
partisipan
penelitian
mengalami kecemasan dan malu diakibatkan penilaian orang lain mengenai tubuhnya. Body shame berpotensi menjadi gangguan mental jika dilakukan terus menerusdan kebiasaan menginternalisasi pengamatan pengamat dapat menyebabkan perempuan mengalami kondisi kehilangan diri (loss of self). Kondisi ini dapat memicu partisipan mengalami depresi yang merupakan salah satu dampak self-objectification yang menyebabkan perempuan mengalami body shame (Fredrickson & Robert, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Temuan penelitian menunjukkan bahwa melakukan diet seperti yang dilakukan partisipan DW, TN, dan SP menyebabkan partisipan semakin memperhatikan tubuhnya dan lebih cemas dengan perubahan yang dialami. Ketika Partisipan gagal mencapai target menurunkan berat badandapat meningkatkan terjadinya body shame (Noll & Fredrickson, 1998). Perempuan juga lebih memperhatikan pendapat orang lain mengenai relasi romantis yang dikaitkan dengan tubuh. Perempuan lebih menghubungkan bahwa penampilan fisik berpengaruh pada kemungkinan mendapatkan pasangan sehingga perempuan menghubungkan penampilan tubuh indikator mendapatkan pasangan (Sanchez & Kwang, 2007). Partisipan TN dan DW merasa bahwa penampilan fisik mempengaruhi ketertarikan lawan jenis atau penemuan pasangan. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa partisipan DW menyadari bahwa body shame yang dialami memiliki dampak yang tidak baik bagi kesehatan mental. Partisipan DWmenyebutkan bahwa pengalaman body shame menyebabkan harga dirinya rendah. Pengalaman body shame semakin meningkat karena partisipan menerima penolakan. Kondisi ini menyebabkan keempat partisipan menghindari penolakan dari lingkungan terhadap tubuhnya. Keempat partisipan memiliki cara masing-masing untuk menghindari penolakan. Namun, usaha yang dilakukan tidak mampu mengurangi body shame keempat partisipan, bahkan usaha yang dilakukan ada yang membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
partisipan mengalami gangguan makan (Bulimia, partisipan SP). Partisipan TN semakin cemas akan tubuhnya setelah melakukan diet. Partisipan DW merasa bahwa harga diri rendah ketika body shame. Partisipan P merasa tidak percaya diri dan menutupi tubuhnya agar tidak mendapatkan bercandaan atau ejekan dari lingkungan. Dalam penelitian ini, partisipan TN mendapatkan penilaian negatif dari teman yang disukai. Teman TN mengatakan agar TN sebaiknya menjaga tubuh karena jika ketika sebelum menikah aja sudah gendut gimana lagi setelah nanti menikah. Partisipan TN dan DW Komentar orang lain yangdisukaiberpeluang meningkatkan body shame. Hal ini menunjukkan
bahwa
adanya
kebutuhan
adanya
pasangan
dapat
meningkatkan kritik individu terhadap tubuhnya. Penampilan yang baik dianggap sebagai strategi untuk mencapai tujuan mendapatkan pasangan (Sanchez, dkk). Keempat partisipan mengalami distorsi kognitif. TN mengalami distorsi kognitif kesalahan peramal, DW dan P memiliki distorsi kognitif membaca pikiran, serta distorsi kognitif
baca pembesaran atau
menghilangkan hal yang positif untuk SP. Distorsikognitif yang dimiliki partisipan merupakan penyebab emosi negatif yang muncul akan tubuh partisipan (Burn,1988). Distorsi kognitif yang muncul pada pengalaman keempat partisipan merupakan proses yang dialami individu ketika mengalami body shame atau ketika mengalami gangguan mental yang lain. Distorsi kognitif yang dimiliki individu merupakan penyebab body shame.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Skema Dinamika Psikologi Perempuan yang mengalami body shame
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian memaparkan dinamika psikologis perempuan yang mengalami body shame dan dampak yang dialami. Keempat partisipan mengalami penilaian
dari
lingkungan
mengenai
tubuhnya.
Keempat
partisipan
menginternalisasi penilaian lingkungan mengenai tubuhnya. Internalisasi yang dilakukan menyebabkan partisipan memperhatikan tubuh menjadikan tubuh sebagai
obyek
(self-objectification).
Meningkatnya
self-objectification
menyebabkan individu semakin cemas dan merasa malu terhadap tubuhnya. Partisipan melakukan usaha mengurangi rasa malu yang sebenarnya tidak mengurangi body shame, justru membuat partisipan mengalami body shame. Keempat partisipan pernah mengalami penolakan dari lingkungan dan menyebabkan partisipan lebih sensitif terhadap penolakan dan menghindari penolakan. Partisipan melakukan diet, menghindari orang lain, menutupi bagian tubuh yan dianggap memalukan serta ada satu partisipan yang mengalami bulimia. Berdasarkan penelitian body shame disebabkan karena adanya kesalahan pikiran (distorsi kognitif) yang dimiliki partisipan. Keempat partisipan
mengalami
distorsi
kognitif
yang
menyebabkan
semakin
meningkatnya body shame. Distorsi kognitif yang muncul pada keempat partisipan yaitu distorsi kognitif kesalahan peramal, distorsi kognitif membaca pikiran, serta distorsi kognitif
pembesaran atau menghilangkan hal yang
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
positif. Body shame yang dialami partisipan menyebabkan mereka mengalami kecemasan, tidak percaya diri, dan ada yang mengalami bulimia. B. Saran 1. Usia partisipan penelitian kurang beragam karena partisipan yang bersedia hanya perempuan dewasa awal. Hal ini menyebabkan teori yang mengatakan bahwa body shame bisa terjadi di semua usia tidak dapat dibuktikan
dalam
penelitian
ini.
Peneliti
selanjutnya
diharapkan
memperbanyak jumlah partisipan karena penelitian saat ini dianggap belum jenuh. 2. Peneliti menemukan bahwa data mengenai body shame dapat digali lebih mendalam untuk kepentingan penelitian berikutnya. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode penelitian serta analisis data yang lebih kompleks agar mendapatkan data yang lebih komprehensif mengenai body shame. 3. Berdasarkan hasil penelitian perlakuan orang di lingkungan partisipan sangat mempengaruhi semakin tinggi atau rendah body shame yang dialami partisipan. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan memahami resiko yang dapat ditimbulkan jika mengalami body shame dan diharapkan dukungan masyarakat agar partisipan tidak meningkatkan peluang terjadinya body shame. 4. Berdasarkan dampak yang dialami partisipan dalam penelitian ini, perlu diadakan terapi bagi perempuan yang mengalami body shame agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
pengalaman body shame tidak semakin buruk dan berakhir pada gangguan mental seperti depresi, BDD atau kemungkinan gangguan mental lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Daftar Pustaka Baron, Robert A., Birne, Donn., Branscombe, Nyla R. (2006). Social Psychology 11th. United State of America: Pearson Education. Bem. Daryl J. (1967). Self-Perception : An Alternative Interpretation of Cognitive Dissonance Phenomena. Psychological Review 1967, Vol. 74, No. 3, 183-200 Bem. Daryl J. (1972). Self-Perception Theory. Stanford University, Stanford California. Berk. L.E. (2012). Development through the lifespan. (Terj. Daryatno). Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. (karya asli terbit 2010) Boyd, Denise & Bee, Helen. (2009). Lifespan development 5th edition. United State of America: Pearson International Edition. Burn, D. D. (1988).Terapi Kognitif: Pendekatan baru bagi penanganan depresi. (Terj: Santoso): Penerbit Erlangga ( Karya Asli terbit 1980) Choma, B.L., Shove, Claire., Busseri, Michael A., Sadava, Stanley W., Hosker, Ashley. (2009) Assesing the Role of Body Image Coping strategies as Mediator or Moderator of the Links Between Self-Objectification, Body Shame and Well-Being. Sex Role 61: 699-713.DOI 10.1007/s11199-0099666-9 Creswell, J. W. (2009). Research design. Qualitative, quantitative, dan mixed method approaches (3rd ed). Los Angeles: Sage. Damanik, Fiona. (2014). Rasa bangga sebagai mediator hubungan antara kelekatan dengan ibu dan sensitivitas penolakan pada remaja. (Skripsi diterbitkan), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia. Davison, Gerald C., Neale, John M., Kring, Ann M. (2004). Psikologi abnormal Ed. Ke-9. Jakarta: RajaGrafindo Persada Jakarta. Dolezal. (2015). The Body and Shame. Phenomenology, Feminism, and The Socially Shape Body. The United States of America: Lexington Book. Durand, Mark., Barlow, David (2006) Intisari Psikologi abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fazriyati (2010). Tubuh ideal di mata pria. Kompas.com (Kompas.com-
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
19/07/2010, 15.47 WIB – Diunduh kembali tanggal 22 Desember 2017) Fredrickson & Robert. (1997). Objectification Theory Toward Understanding Woman’s Lived Experienced and Mental Health Risks. United State of America: Psychology of Woman Quarterly, 21 pp.173-206 Gallivan, Heather R. (2016) Teen, Social Media and Body Image. Park Nicolet Melrose Center. Grogan, Sarah. (1999). Body image. Understanding body dissatisfaction in women, men and children. London: Routledge Hariningsih, Eti. (2005). Studi Deskritif perilaku remaja Putri untuk memenuhi tubuh kriteria ideal. How 90 young woman unhappy one body stomach area hate most. (Februari, 2015) diunduh dari: http://www.dailymail.co.uk/femail/article-2967484/How-90-young-womenunhappy-one-body-stomach-area-hate-most.html by Dailymail.com reporter. Published: 20.45 GMT, 24 February 2015 | updated: 21.59 GMT, 24 February 2015. Hurlock, Elizabeth B. (1980). Adolescent Development. Japan: McGraw-Hill Kogakusha. Iklan Ponds White Beauty. (2012). Iklan Feet Hair Removal Cream. (2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Knauss, Christine., Paxton, Susan. J. Alsaker, Francoise D. (2008). Body Dissatisfaction
in
Adolescent
Boys
and
Girls:
Objectified
Body
Consciousness, Internalizatition of the Media Body Ideal and Perceived Pressure from Media. Article in Sex Role DOI 10.1007/s11199-008-9474-7 Lazarus, Richard S., Folkman, Susan. (1984). Stress, Appraisal and Coping. New York: Springer Publish Company. Lewis, Michael. (2011). Self-Conscious Emotion. Encyclopedia in Early Childhood Development. Lusiana, Yusida. (2010). Konsep Malu dan Bersalah Orang Jepang: Sebuah Tinjauan Psikologi Komunikasi Berpersfektif Budaya. Jurnal Acta Diurna Vol. 6 No. 1. Matlin,
Margaret. W. (2012). Psychology of Woman (7th ed.). Belmont:
Wadsworth. McKinley, Mary Nita, Hyde, Janet Shibley. 1996. Self-Objectified Body Consciousness Scale Development and Validation. United State of America: Psychology of Women Quarterly 20, 181-215. Mory, M. M., Staska, Sandra L. (2001). Magazine Exposure: Internalization, SelfObjectification, Eating Attitudes, and Body Satisfaction in Male and Female University Students. Canadian Journal of behavioral science 2001, 33:4, 269-279. Noll, Stephanie M., Fredrickson, Barbara L. (1998). A meditational model linking self-objectification, body shame, and disordered eating. Psychology Of Women Quarterly, 22 (1998). 623-636. Printed in the United States of
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
America. Olson, Matthew H., Hergenhahn, BR. (2009). An Introduction to Theories of Learning 8th. London:Pearson Prentice Hall Papalia, Diane., Olds, S.W., Feldman, Ruth D. (2009). Perkembangan Manusia Edisi 10. (Penerjemah Brian Marwensdy) Jakarta: Salemba Humanika. (Publikasi pertama 2008 ) Park, L.E. (2007). Appearance-based rejection sensitivity: Implication for mental physical health, affect, and motivation. Personality and Social Psychology Sanchez, Diana T., Good, Jessica J., Kwang, Tracy., Saltzman, Erik. (2008). When finding a Mate Feels Urgent. Why Relationship Contingency Predicts Men’s and Women’s Body shame. Social Psychology, Vol. 39(2):90-102 Sanchez, Diana T., Kwang, Tracy. (2007). When the Relationship Become Her: Revisiting Women’s Body Concern from a Relationship Contingency Perspective.
Psychology
Woman
Quarterly
31,
401-414.
American
Psychology Assosiation. Santrock, JW. (2012). Perkembangan masa hidup Jilid II (Edisi ke-13). Jakarta: Penerbit Erlangga.(publikasi pertama 2011) Schooler, D, Ward, L. M., Merriwether, Ann & Caruthers, Allison S. (2005). Cycle Of Shame: Menstrual Body shame and sexual decision making. The Journal of Sex Research, Vol. 42, No. 4 (Nov., 2005), pp. 324-334 Teen unhappy body shame (2016, Juni). Daily Mail. Diunduh dari http://www.dailymail.co.uk/news/article-205285/90-teens-unhappy-bodyshape. diunduh 14 Juni 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Tiggeman, Marika, Lynch, Jessica E., (2001)_. The image across the lifespan in Adult Woman: The Role of Self-objectification. Developmental Psychology 2001 Vol: 37 No. 2 243-253. Tylka. T.L., Hill, Melanie. (2004). Objectification theory as it relates to disorder eating of collage woman. Sex Roles, Vol. 51, Nos. 11/12, December 2004. DOI: 10.1007/s11199-004-0721-2 Walgito, Bimo. (2003). Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Penerbit Andi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INFORMED CONSENT
Saya, Tuti Mariana Damanik, mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma. Saya saat ini sedang meneliti tentang penilaian perempuan tentang tubuhnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perempuan memandang tubuhnya dan dampak yang dialami serta dirasakan perempuan dengan penilaian tersebut. Jika bersedia berpartisipasi, Anda akan memberikan informasi tentang bagaimana penilaian Anda terbentuk sesuai dengan interaksi yang Anda miliki di lingkungan Anda. Penelitian ini akan dilaksanakan menggunakan metode wawancara yang akan berlangsung sekitar 2-3 kali pertemuan dengan durasi 1-2 jam untuk setiap pertemuan. Namun apabila ada hal-hal yang masih perlu diperdalam, mungkin saya akan menghubungi Anda kembali untuk melakukan diwawancarai. Penelitian akan dilakukan dengan wawancara personal dan semua data anda akan dijaga kerahasiaannya. Anda berhak menceritakan semua yang ingin anda ceritakan dan tidak menceritakan apa yang kiranya menurut Anda tidak pantas untuk diceritakan. Selama wawancara berlangsung seluruh pembicaraan akan saya rekam. Identitas dan seluruh hasil pembicaraan akan saya jaga kerahasiannya. Penelitian ini akan dilakukan secara etis dan akan diawasi oleh Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi. Jika anda bersedia, anda dapat berpartisipasi dalam memberikan informasi berdasarkan apa yang anda alami. Anda diperbolehkan untuk tidak melanjutkan penelitian apabila anda tidak bersedia dan tidak ada sanksi.
Surat Persetujuan Saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama : Telah membaca, memahami dan setuju dengan informasi yang diberikan diatas. Oleh karena itu, saya bersedia untuk ikut serta sebagai peserta dalam penelitian ini secara sukarela dan dengan kesadaran penuh. Yogyakarta,
2017
Mengetahui, Peneliti
Peserta
Tuti Mariana Damanik
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Contoh Verbatim dan Analisis Partisipan No
Verbatim
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Apa bagian tubuh yang paling kau suka?1 Rambut doang. Itu alasannya apa? Karena banyak orang yang memuji. Ada yang lain gak alasannya? Karena itu bisa menutupi mukaku yang lebar. Hmmmm Kan mukaku lebar dan persegi dan kalau kriting dan panjang bergelombang itu memberi efek mukaku itu enggak terlalu kelihatan persegi dan lebarnya. 2 Hmm, iya juga ya. Iya makanya aku mempertahankan ini tetap panjang. Kau perhatikanlah kayak ini makanya aku enggak pernah keluar ikat rambut Full gitu. Sama kalau kau pergi, kan aku sering baca artikel kecantikan, kalau misalnya mukamu persegi dan lebar rambutmu cocoknya panjang dan curly itu memberi efek tidak terlalu tegas garis perseginya. Kalau mukamu kecil, oval shape ya yang bentuknya gini (sambil memraktekkan satu bentuk wajah) itu dia lebih baik rambutnya lurus, biar ga terlalu kecil wajahnya dan tidak terlalu panjang, jadi tetap proporsional. 3 Terus kalau misalnya bagian tubuh yang paling enggak kau suka? Dada. It’s really disturb me. Itu .. aku enggak suka karena pandangan orang
Satuan makna
Makna yang dipadatkan
Kode
Tema
Rambut bagian tubuh yang paling disukai karena bisa menutupi muka lebar dan sering dipuji orang lain. (2-5)
Bagian tubuh yang disukai rambut.(2-5)
Bagian tubuh yang disukai (2-5)
Bagian tubuh ideal
Wajah lebar dan persegi cocok jika punya rambut yang panjang keriting atau bergelombang. (6-9)
Model rambut yang Model rambut yang Bagian Tubuh cocok untuk wajah ideal untuk wajah ideal. persegi dan lebar. (6- tertentu. (6-20) 9)
Wajah oval cocoknya rambutnya lurus biar ga terlalu kurus dan tidak terlalu panjang jadi tetap proporsional (1420)
Oval rambut yang cocok rambutnya lurus (14-20)
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
kali aku gak bebas untuk pakai baju apapun karena dadaku, sangat mengganggu gitu loh, meskipun aku enggak pake baju karena postur badanku besar kan, terus kadang pun aku kurusan tapi dadaku enggak kurusan, jadi pas aku pengen nunjukkin shape badanku jadi jatuhnya saru dan orang-orang salah fokus. Itu yang buat aku paling ga suka. Kalau yang lainnya masih bisa kutolerir sih.4 Terus ini yang soal payudara kau sadarnya mulai kapan sih? Mulai merasa kalau itu terlalu besar? Mulai tiga SMP kali ya, tapi sebenarnya itu antara 3 atau 2 SMP pas aku 2 SMP masih suka main karet kan, itu kayak ga nyaman kalau melompat, pas SMP itu saat orang-orang pake miniset aku pake bra, jadi itu menganggu sebenarnya. Jujur aja mulai SMP kalau mamakku beli bra dia itu enggak pernah paham kalau ukuranku kayak gimana, menurutku. Karena itu cupnya enggak pernah benar tapi talinya bener. Karena kayak aku pernah bilang jadi cupku itu 38 tapi talinya 36, tapi aku itu punya masalah yang sama sama kakakku, jadi aku suka belanja bra sama kakak, cuma sekarang karena da sistar gitu apa namanya bra sistar itu dia nekan ke dalam, jadi untuk semua shape dia karena ga ada patokan cupnya kan itu lumayan membantu sih menurutku jadi bisa langsung pesan aja sama mamakku. Kalau sister kau pake nomor berapa emang? 36.
Payudara sebagai bagian tubuh yang paling dianggap mengganggu karena pandangan orang lain pada payudaranya membuat tidak bebas pakai baju apa saja dan orang salah fokus (2232)
Payudara bagian tubuh yang tidak disukai. (SP, 22-32)
Bagian tubuh yang tidak disukai. (2232)
Bagan tubuh yang tidak disukai (55-
Body shame (2232)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
Nah itu jadi enggak bisa pake bra yang lucu-lucu gitu, ga bisa nampung, ya menyebalkannya disitu sih. Yang lain ada enggak? Mata aku enggak suka, terlalu kecil untuk size mukaku yang lebar. Dan setelah pakai kacamata makin kecil menurutku, makin kecil kecil cil cil.. kayaknya berpengaruh deh itu soalnya aku juga. Emang. Masalahnya mukaku lebih lebar kan jadi tu menurutku yah kemaren itu aku pengen pake softlens bukan karena style doang sih, pake softlens mendorong bola matanya, bukan mendorong sih tapi membuka kantung mata eh kelopak mata. Selain mataku kecil kan aku enggak punya kelopak mata jadi dia itu kayak susah kali gitu loh. Ada sebenarnya loh. Enggak maksudnya untuk orang normal lebih ada kau. Iya memang matamu lebih sipit. Iya dan itu makin sipit semenjak aku pakai kacamata. Dan untuk ukuran mukaku yang lebar itu enggak baguslah untuk dilihat, karena kan lagi ngetrend mata besar bulet gede gitu kan. Iya kalau yang gitu bentar lagi hilanglah trennya itu. Bukan masalah tren loh tapi itu memang porsinya enggak pas. Karena di rumah yang paling sipit aku sama adekku yang di STAN.. yang paling besar mata adekku yang paling kecil. Ya memang turunan sih, mama sama bapak juga ga besar matanya. Makanya dulu aku bercita-cita punya suami yang besar matanya.
58) Mata tidak disukai karena terlalu kecil untuk wajah yang lebar. (55-58)
Tidak suka mata karena ukurannya kecil (55-58)
Mata besar dan bulat lagi tren (SP, 70-73) Lagi tren mata besar dan bulat (SP, 70-73)
Body shame (5558)
Ukuran mata yang lagi tren (SP, 7073) Mata ideal saat ini (SP, 70-73)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107
Terus menurutmu setelah ada penilaianmu bahwa payudaramu besar, penilaianmu terhadap tubuhmu gimana? Sebenarnya itu aku ada loh tahap terendah, akhir-akhir ini aku udah mulai PD loh sama dadaku, karena aku mikir seusia kita ini memang udah, pas SMP itu aku memang sendiri yang udah besar payudaranya tapi seusia kita ini orang-orang juga dadanya bertumbuh gak sih? Jadi itu ya well aku gapapa meskipun aku itu ngerasa “Ya ampun kok aku besar sendiri” tapi karena memang rata-rata seusia kita ini bokong, dada udah puncaknya pertumbuhannya gitu loh. Tapi itu paling mengganggu pas SMP sama SMA bahkan waktu SMP kelas 3 itu ada temen-temenku yang sampe mem-bully “ Ih SP dadanya besar kali” itu kayak bahkan aku pernah pas bimbingan yang pengangguran sebelum kuliah itu ada cowok yang bilang, “ SP itu besar kali dadanya diapain sih?” sampai kayak gitu, man.. paling mengganggunya karena itu sebenarnya sampai aku pernah waktu SMP itu jalan kemana mana bungkuk gitu karena tahulah kau cowok-cowok dilingkungan kita itu nyuit-nyuitin gitu loh. Apalagi kalau kita lewat depan warung kan, “ Dek,dek dek” mereka pasti lihat dari samping kan, nah itu yang paling mengganggu itu disitu, itu yang buat aku jalannya nunduk dan yangkayak berusaha menutupi dengan
Memiliki masa terendah Lebih menerima dalam hal tentang kondisi tubuh saat tubuhnya sebelumnya ini. (SP, 83-88) dan akhir-akhir ini sudah mulai menerima tubuhnya. (SP, 83-88)
Pas SMP dan SMA teman SP pernah membully karena payudaranya besar. (SP, 93-96)
Ada Laki-laki yang mengatakan pada SP bahwa payudaranya besar lalu kemudian menggodanya (cat call). (SP, 97-100)
Jalan menunduk untuk menutupi payudara.
Saat ini lebih Berdamai dengan kondisi tubuh/Tahap menerima diri setelah proses panjang sebelumnya. (SP, 83-88)
Pandangan terhadap tubuh saat ini.
Diejek/dibully teman-teman ketika SMP dan SMA karena payudara besar.(SP, 93-96) Lingkungan mengejek (SP, 9396, 97-100) Menerima cat call dari lingkungan (SP, 97-100)
Menutupi payudara dengan jalan
Reaksi lingkungan terhadap tubuh SP (penyebab body shame)
Jalan menunduk untuk menutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135
kedua tanganku dan mamakku pas SMA bilang “ Kau kenapa jalan nunduk? Nanti kau beneran pendek dan bungkuk” digituin mamakku. Ya karena, tapi aku enggak pernah bilang sama mamakku. Maksudnya aku enggak pernah bilang aku enggak nyaman sama ukuran dadaku. Mungkin karena keluarga kami itu bicara soal alat vital apa segala macam itu hal yang tabu. Aku tu berani nanya kuliah semester berapa ya? Lima paling atau empat kayaknya. Untungnya aku sama kakakku punya kasus yang sama cuma karena kakakku badannya lebih kecil jadi orang enggak terlalu aware kalau dia punya dada yang besar. Sebenarnya tu bukan turunan dari mamak, mamakku normal-normal ajanya dadanya kulihat. Itu si sebenarnya kalau masalah tubuh yang paling menyebalkan itu dada sama mata. Tapi yaudah sih kalau mata sekarang ada make up yang membantu membesarkan mata, kalau dada kan ga ada alat bantu yang mengecilkan dada kan (tertawa) malah lebih nyaman kalau kita kecil karena banyak pushup bra yang bisa nambah nambahin kalau cuma mau performance doang kan. Terus pengalamanmu itu benar-benar kau sadari setelah SMP ada cowok yang bilang SP payudaranya besar itu atau gimana? Ee sebelum karena temenku itu, sebenarnya itu karena di lingkunganku, jadi di dekat rumahku itu
(SP, 101-105)
menunduk (SP, 101104)
payudara (SP, 101105)
Tidak menceritakan pada ibu kalau tidak nyaman dengan ukuran dada. (SP, 112-114)
Tidak terbuka pada ibu soal tubuh. (SP, 112-114)
Tidak terbuka (SP, 112-114)
Malu pada tubuh (SP, 101-105)
Menutup diri (SP, 112-114)
Mata dan dada adalah yang paling menyebalkan. (SP, 124125)
Mata dan dada merupakan bagian tubuh yang menyebalkan (SP, 124-125)
Bagian tubuh yang tidak disukai/ menyebalkan (SP, 124-125) Body shame (SP, 124-125)
Sekarang ada make Kalau mata sekarang up yang dapat ada make up yang bisa digunakan untuk dipakai untuk memberikan kesan menambahkan kesan besar pada mata dan besar pada mata kalau tidak ada alat untuk dada kan tidak ada yang mengecilkan mengecilkan dada (SP, payudara (SP, 125125-131). 131).
Solusi untuk mengatasi bagian tubuh yang tidak disukai (SP, 125131). Cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163
ada warung tempat nongkrongnya cowok-cowok yang ga pernah kuliah, yang nikah terus ngerokokrokok main gitar doang. Terus mamakku ini kan ada hobi nyuru-nyuru belanja, dia kan ke pasar tapi nanti dia kurang belinya, jadi nanti dia nyuru belikan dulu garam ke situ. Jadi sebenarnya aku nyaman mengisolasi diriku sendiri itu disitu. Jadi kalau ke warung gitu pasti di suit-suitinlah. Kan orang sana itu enggak nanggung kalau ngejeknya. Untungnya pas SMA aku langsung pindah kota dan sekolah itu bukan sekolah yang fokus masalah badan pada saat itu kan. Meskipun memang pas aku masuk SMA kelas dua pas aku masuk SMA lumayan pergaulan anak IPS kan lumayan memperhatikan penampilan dibandingkan anak IPA kan. Jadi itu kadang mengganggu tapi enggak separah pas kuliah. Kelas berapa itu yang kau mulai gak nyaman karena cowok-cowok nyuitnyuitin? Kelas satu SMP soalnya disitu aku udah pake bra disaat orang pake miniset. Dan untuk ukuran badan orang besar dikampung badanku itu beneran besar. Postur tulang berarti? Postur tulang dan lain-lain itu beneran besar karena di kampungku itu orang dominan kerjanya bertani jadi badannya beneran kecil karena manghutti (menjujung) apa segala macam dan orang tuaku kan dua-duanya PNS jadi meskipun aku mengerjakan kayak gitu paling cuma sekali
mengantisipasi malu. (SP, 125131).
Kelas 2 SMA lingkungan SP memperhatikan penampilan.(SP, 148152)
Kuliah lingkungan informan lebih memperhatikan penampilan (SP, 152153) Menilai tubuhnya besar (SP, 156-158)
Lingkungan memperhatikan penampilan. (SP, 148-152)
Lingkungan memperhatikan penampilan (SP, 152-153)
Lingkungan SP memperhatikan penampilan (SP, 148-152; 152-153) Pengaruh lingkungan (SP, 148-152; 152-153) Tubuh dinilai besar (SP, 156-158)
Tubuh dinilai besar (SP, 156-158) Body Shame (SP, 156-158)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192
seminggu doang ke ladang maksimal 3 kali seminggulah tapi kan paling aku menghandle pekerjaan rumah doang. Kalau mencuci kan juga ga buat kita langsung pendek, jadi temenku benarbenaran kurus. Di lingkunganku sendiri juga enggak banyak orang yang ekonominya lumayan kayak kami ya jadinya itu makannya itu juga dibatasi. Nah, orang tuaku sendiri adalah orang yang paling dia itu royal kalau masalah makanan, pagi udah minum susu harus juga makan nasi padahal kan menurut kesehatan itu juga ga bagus kan. Jadi itu mungkin menambah lebarnya badan. Itu juga yang buat melonjak menurutku meskipun tetap ada pengeluarannya. Pulang sekolah tetap makan dan makan malam jam sembilan malam dan belum lagi banyak makan babi dan apa segala macam dan di rumah kami itu, e menu makanan itu enggak pernah eee pokoknya minimal dua gitu loh, kalau ada daging ada ikan, padahal itu sebenarnya enggak sehat. Kalau ada ikan, ikan aja dulu kalau besok mau daging gapapa sebenarnya gitu kan, minum susu lagi. Dan susunya itu kan bukan susu yang misal untuk pertumbuhan, jadi disama ratain misalnya Dancow. Sama makan telur ayam kampung kuningnya itu kan proteinnya tinggi kali, setiap hari pasti ada minimal telur masuk sama susu. Mungkin karena mamakku mikir itu baik untuk pertumbuhan. Kalau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220
overdosis juga gak ada yang baik kan? Beneran setiap hari kalian makan telur? Iya soalnya mamak kami itu ngasi jajan kami SMP itu cuma sekali seminggu dan itu hari minggu doang 3000, jadi kami beneran ga jajan diluar, jadi mamakku benaran mengalokasikannya itu di rumah semua. Terus selain itu pengalaman yang kau dapatkan dari lingkungan tentang penilaian tubuh selain yang tadi masih ada enggak? Sebenarnya aku mulai merasa enggak nyaman itu udah mulai SD kali ya enam atau kelas lima. Itu karena apa? Oh kelas lima itu pernah ikut kompetisi nyanyi di kabupaten, terus seperti yang kubilang tadi itu temen-temen dikampung badannya itu pada kecil semua kan. Nah kami itu pas nyampe di sana itu disediain panitia nih kostumnya buat nyanyi dan mereka itu ekspektasinya seperti badan temenku semua pesertanya. Saat itu kami ada dua cewek dan dua cowok tapi memang nyanyinya memang solo. Jadi waktu itu karena enggak ada baju yang muat jadi aku pake dinas sendiri. Baju seragam SD sendiri dan aku malu kali saat itu dan aku kek ukuranku gak normal. Itu pertama kali aku menyadari itu tapi eee mungkin karena kita SD kelas lima masih suka main karet, e aku kan itu tertutupi karena hobiku yang main karet. Kalau main karet kan badanmu besar itu kau bisa jadi superstar main
Merasa tidak nyaman dengan tubuh sejak SD. (SP,203-204)
Tidak mendapatkan kostum dari panitia lomba nyanyi karena kostum yang disediakan kecil dan tidak cukup untuk badan SP. (SP, 205-215)
Merasa malu dan ukuran tubuh tidak normal (SP, 216-217)
Pertama kali menyadari ukuran tubuh berbeda (SP, 217-218)
Besar tubuh SP tetap berfungsi ketika dia bermain tali dengan
Tidak nyaman dengan tubuh (SP,203-204)
Tidak nyaman dengan tubuh. (SP,203-204)
Body shame (SP, 203-204) Pakai kostum berbeda karena kostum yang disediakan tidak muat. (SP, 205-215)
Malu dan merasa berbeda (SP, 216217)
Menyadari ukuran tubuhnya (SP, 217218)
Besar tubuh SP
Mendapat perlakuan berbeda dari lingkungan karena badan besar (SP, 205-215)
Malu dan merasa berbeda (SP, 216217)
Menyadari ukuran tubuh (SP, 217218)
Besar tubuh bisa juga sebagai
Diskriminasi dari lingkungan (SP, 205-215)
Body shame (SP, 216-217)
Body shame (SP, 217-218)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248
karet kan jadi itu kayak mengalihkan fokus kalau badanku itu, e kadang kayak weakness ku itu kayak ukuranku besar tapi di satu sisi karena badanku besar aku bisa main karet. Nah itu teralihkan. Terus aku pas kelas enam SD ada perayaan 17 agustus hari kartini saat itu guruku nanya gini, kau pake kostum apa, aku sebenarnya orang yang menikmati perhatian itu tertuju samaku dan menikmati penampilan di depan umum gitu loh. Tapi aku belum sadar waktu itu pas SD terus aku bilang aku pengen jadi artis ajalah Bu gitu. Yaudah, namanya dikampung cewek yang cantik itu kan karena ngikutin ukuran cewek disana ya yang kecil-kecil badannya kan. Nah waktu itu aku masih ingat kan nyewa gaunlah sama mamakku kan dan itu masih gaun yang kembang gitu kan. Nah badanku kan besar terus dikasih baju yang kembang gitu kan makin besar kan. Nah kalau 17 agustus itu kan ada karnaval yang ketemu sama SD SD lain, sama anak SMP lain. nah itu pertama kali aku dengar kayak orang banyak ngebully-bully gitu loh. “Ih artis tapi kok gitu sih, kok gendut kali? Jadi artis kok milihnya yang gitu kali?” kata anak dari SD yang lain. Akhirnya kan barisnya pasti berdampingan sama SD yang lain kan. Tapi kembali itu ketutupi lagi karena aku jadi perwakilan cerdas tangkas. Namanya aku di kampung sendiri orang enggak
temannya dan dia menjadi superstar sehingga tidak terlalu fokus pada tubuh. (SP, 220-226)
SP menyukai ketika perhatian lingkungan tertuju padanya (SP, 228-231)
Dikampung cewek cantik itu dulunya yang kecil-kecil badannya (SP, 233-235)
membuat dia jadi penolong ketika main karet sehingga ukuran tubuh bisa menjadi kelebihan. (SP, 220-226)
SP menikmati menjadi pusat perhatikan (SP, 228231)
kelebihan bagi SP saat SD. (SP, 220226) Tubuh besar sebagai suatu kelebihan saat main karet.(SP, 220-226) SP senang menjadi pusat perhatian (SP, 228-231)
Kriteria cewek Cewek cantik yang cantik menurut SP kecil-kecil. (SP, 233- dan lingkungan di 235) kampung ketika SD. (SP, 233-235)
Senang menjadi pusat perhatian (penyebab malu akan tubuh/ terlalu fokus pada penilaain ornag lain pada tubuhnya.) (SP, 228-231) Ukuran tubuh ideal (SP, 233-235)
Anak SD lain mengejek SP dengan menanyakan kenapa memilih artis yang gendut. (SP, 240245) SP menjadi perwakilan
SP diejek gendut oleh anak SD lain. (SP, 240-245)
SP dibully/diejek anak lain. (SP, 240245) Ejekan lingkungan (SP, 240-245) SP masih unggul di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276
terlalu cukup pintar untuk mengimbangi skill mu jadi dan orang tuaku itu termasuk orang yang dikenal di daerah itu loh jadi imageku itu enggak seburuk pas aku start SMP sama SMA bahkan sampe kuliah gitu. Jadi ada selalu yang nutupi. Karena aku dikirim ke kabupaten untuk cerdas tangkas bahasa Indonesia saat itu. Itu waktu yg sama dengan 17 agustus itu berarti? Sesudah, makanya aku bilang tadi ketika ada peristiwa yang menyedihkan dan ada yang mengimbangi, jadi enggak terlalfokusku saat itu masih fifty fifty itu loh. SMP itu kelas satu itu semua nya baik-baik aja. Kelas satu itu aku masuk di kelas unggulan dua, jadi di SMP ku itu ada kelas unggulan satu unggulan dua terus sisanya udah kelas yang cuma dirandom doang rangkingnya ada tujuh kelas itu. Kelas satu itu ee baik-baik aja karena aku waktu itu juara satu di kelasku terus aku masuklah ke kelas dua, masuk ke kelas unggulan pertama waktu semester pertama sih masih baik-baik aja soalnya aku masih ikut kayak cerdas tangkas apa segala macam dan nilaiku enggak terlalu buruk juga. Semester dua ada kompetisi nyanyi, ada kompetisi nyanyi kan, aku masih ingat waktu itu lagunya anakkonki do hamoraon di au dan kami itu ke tingkat kabupaten kan. Aku udah berlatih empat bulan terus udah berlatih empat bulan blablabla pas seminggu sebelum kami berangkat
cerdas cermat sekolahnya sehingga soal tubuhnya kembali ada yang menutupinya. (SP, 247-252)
Sewaktu SMP kelas satu dan dua SP masih berprestasi dan ikut cerdas tangkas. (SP, 266-272)
Kelas dua semester dua SP mengikuti latihan kompetisi menyanyi selama empat bulan dan seminggu sebelum lomba guru SP memintanya untuk tidak ikut karena tidak kostum yang cukup untuk SP (SP, 272-280)
SP masih memiliki kelebihan lain untuk menyeimbangkan pikirannya dari tentang tubuh. (SP, 247-252)
Ada prestasi akademik SP (SP, 266-272)
Gagal ikut kompetisi nyanyi karena kostum tidak muat untuk SP. (SP, 272280)
bidang akademik dan melupakan masalah tubuhnya (SP, 247-252)
SP memiliki prestasi di bidang akademik ketika kelas 1 dan 2 SMP. (SP, 266-272)
Penolakan dari lingkungan/ ukuran tubuh menghilangkan kesempatan SP ambil bagian (SP, 272-280)
Ada keunggulan akademik (SP, 247252)
Kemampuan akademik tbagus ketika SMP kelas 1dan 2.(SP, 266272)
Penolakan lingkungan karena ukuran tubuh. (SP, 272-280)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304
tiba-tiba guruku bilang kau enggak usah ikut ya. Dengan alasan tidak ada kostum yang cukup. Tapi aku curiga jangan-jangan ini peristiwa yang sama pas SD gitu loh. Aku curiganya gitu dan aku sakit hati kayak kenapa gak bilang dari sebelumnya dan aku udah latihan ikut empat bulan dan itu gak fair untuk anak SMP yang masih sensitif labil masalah kejiwaan itu masalah emosional itu yang maunya dikasih penjelasan yang baik. enggak cuma bilang kostumnya enggcukup. Guruku masih cuma bilang kayak gitu, kostumnya enggak cukup terus aku kecewa kali kan, aku nyoba bilang sama mamakku aku kan orang yang cukup terbuka, mungkin orangtuaku bukan orang yang e mungkin karena lahir di zaman yang berbeda mungkin itu bukan suatu masalah karena mungkin dia gak pernah mengalami hal itu dulunya. Karena mamakku itu dulu orang yang kecantikannya itu diakui di tempat dia jadi termasuk yang diinginkan pria kan, jadi aku bilang sama mamakku, mamakku cuma bilang yaudah kalau memang kostumnya enggak cukup ya mau diapain, yaudahlah. Waktu itu aku merasa guruku kok pilih kasih kali. Kenapa sih gak bilang-bilang dari awal? Karena di awal pas kita ikut nyanyi ini ee apa namanya itu kan dites suaranya bukan aku yang minta langsung ikut. Dan orang tuaku bukan yang termasuk nyodor-
Sudah curiga kejadian seperti SD trjadi lagi. (SP, 281-281)
Prasangka kejadian SD akan keulang. (SP, 281-282)
Merasa sakit hati dan diperlakukan tidak adil soal lomba nyanyi karena tidak diberitahu sejak awal sebelum latihan. (SP, 283-288)
Sakit hati dan merasa diperlakukan tidak adil ketika ketika tidak jadi ikut lomba (SP, 283-288)
Menceritakan pengalaman kecewa pada mama karena SP termasuk orang yang cukup terbuka. (SP, 290-293)
Mama SP mengatakan agar dia membiarkan saja keputusan gurunya. (SP, 299-301)
Menceritakan pengalaman kecewa pada orang tua (SP, 290-293)
Mama mengatakan agar SP ikut keputusan guru. (SP, 299-301)
Prasangka kejadian di masa lalu akan terulang. (SP, 281282) Perasaan kecewa terhadap lingkungan. (SP, 283-288)
Menceritakan pengalaman pada orang tua. (SP, 290-293)
Mengikuti penilaian lingkungan (SP, 299-301)
Berprasangka akan suatu kejadian. (SP, 281-283)
Perasaan kecewa dan sakit hati. (SP, 283-288)
Terbuka pada orang tua akan pengalaman (SP, 290-293)
Internalisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332
nyodorin anaknya meskipun disana nepotisme tinggi tapi orang tuaku bukan termasuk yang nyodor-nyodorin, eh anakkulah ikut lomba ini. karena menurut mamakku ya e kau capable untuk itu ya ikut kalau enggak gausah. Jadi mereka selalu mikir kalau aku kasih keluhan gitu ya berarti alasannya memang betul atau kau memang belum termasuk orang yang kompetitif untuk hal itu. Itu kelas dua ya tapi kelas tiga itu teralihkan lagi karena mungkin selama SMP yang membuat itu terlihat baik-baik aja ya karena aku selalu masuk lima besar umum dan itu kayak enggak ada yang terjadi itu lo. Naik kelas tiga juga hmmm baik-baik aja sampe aku karena kan kalau ada yang lima besar ini selalu di testing SMA ungulan di daerah kan kayak kayak SMA plus gitu. Matauli, ke Budi Mulia gitu gitu jadi dan masih bisa jadi kebanggaan sekolah sama guru-guru jadi enggak ada masalah. o iya kelas satu SMP itu, satu SMP, kelas satu SMP aku itu ikutin sebuah geng jadi itu kayak kumpulan ABG ABG labil keknya, ga jelas, aku masih ingat nama geng kami itu space girl dan kami itu punya nama samaran sendiri. Namaku itu, sama mereka Lia, dan kami itu selalu dipercaya guru gitu untuk selalu ikut dance kontemporer gitu perwakilan sekolah tapi aku pas saat itu juga udah merasakan ketidaknyamanan disaat teman-temanku mulai
Merasa bahwa guru pilih kasih dan tidak diperbolehkan ikut ketika waktu lomba. (SP, 301-305)
Merasa diperlakukan beda oleh guru. (SP, 301-305)
Diperlakukan berbeda oleh guru (SP, 301-305)
Reaksi Orang tua SP terhadap keluhan SP jika kamu belum berkesempatan ikut sesuatu berarti memang belum layak kompetitif untuk hal tersebut. (SP, 311-315)
Orang tua SP menganggap bahwa tidak ikut berarti memang belum kompetitif untuk satu kesempatan. (SP, 311-315)
Orang tua SP mengangggap bahwa tidak ikut konsekuensi belum kompetitif. (SP, 311-315)
Waktu SMP kelas dua SP menari kontemporer dan mulai merasakan ketidaknyamanan ketika mereka mulai membicarakan kostum.
Merasa tidak nyaman dengan tubuh ketika SP ikut menari kontemporer dan mulai membahas kostum. (SP, 330-
Tidak nyaman dengan tubuh ketika membicarakan kostum. (SP, 330337)
penilaian lingkungan. (SP, 299-301)
Didiskriminasi lingkungan (SP, 301-305)
Yang mampu yang layak bersaing.(SP, 311-315)
Body shame (SP,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360
mempermasalahkan, jadi temen-temenku karena badannya kecil, ketika menyepakati sebuah kostum juga udah susah itu loh. Misalnya ini aku selalu bilang janganlah, pokoknya aku selalu merasa pembicaraan mereka itu selalu menyudutkan, kostum yang mereka pilih selalu untuk orang-orang yang imut kecil gitu dan mereka itu harus mengadaptasikan untuk ukuranku. Aku mulai ngerasa gak nyaman disitu terus aku semakin sadar karena mereka itu dipandang sebagai orang-orang yang untuk hal kecantikan doang jadi mereka itu kayak memanfaatin aku untuk masalah pembelajaran itu loh, untuk PR apa segala macam jagain mereka pacaran. Terus akhirnya kertahuan sama mamakku jadi kelas dua SMP aku karena aku juga udah masuk kelas unggulan aku uda ninggalin kayak geng geng gak jelas kayak gitu. Disitu sih kelas satu gak nyamannya. Kelas dua itu yang masalah nyanyi itu. Kelas tiga kan udah beda lagi karena kelas tiga kan udah fokus mau masuk SMA mana SMA mana nah apalagi kalau udah unggulan satu itu kan harus kayak ditekanin udah berapa persen masuk ke SMA sana SMA sini. Udah ditentuin juga kalian waktu SMP kayak gitu ya. Iya udah diarahin udah kelas tiga kan karena SMP ku itu sala satu SMP terbaik di daerahku jadi paling kita kompetitor paling kerasnya itu SMP santa Lusia.
(SP, 330-337)
337)
Teman menarinya memilih kostum yang cocok untuk perempuan berbadan kecil dan sulit menyesuaikan untuk SP dan menyudutkan SP. (SP, 338-343)
Merasa tidak nyaman dengan tubuh dan temannya menyudutkan dalam pemilihan kostum. (SP, 338-343)
Merasa dimanfaatkan oleh orang lain. (SP, 346-350)
330-337)
Merasa disudutkan ketika pemilihan kostum, (SP, 338343) Body shame dan merasa berbeda/merasa (SP, 338-343)
Menganggap diri dimanfaatkan (SP, 346-350)
Diri dimanfaatkan orang lain. (SP, 346-350)
Perasaaan dirugikan lingkungan ( SP, 346-350)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388
Di Siborong-borong juga berarti kan? Iya di siborong-borong, kalau katolik kan lebih disiplin kan. Kalau kita ma pokokna sekolah datang datang aja. Lagian dulu kan edukasinya enggak separah waktu SMA. Berarti kalau dari lingkungan sebaya kau punya pengalaman kayak waktu kelas satu SMP itu ya berarti? Hmmm. Terus ada cerita lain enggak tentang komentar temen guru selain yang tadi itu, siapa tahu ada yang kelupaan? Enggak sih kalau guru cuma itu aja, yang kalau ada kompetisi gitu kayak kompetisi seni, tapi kalau untuk masalah kompetisi akademik atau edukasi mereka enggak pernah komplain sih sejauh ini karena gak ada kontes kecantikan juga kan habis kompetisi sejenis kayak gitu. Cuma based on skill doang. Terus sebelum aku lanjut ke ceritamu tentang SMA, dari kecil kayak orang tuamu ada mengomentari tentang tubuhmu gitu gak? Enggak sih, bahkan dari kecil orang tuaku tidak pernah ngontrol tentang makananku. Tapi menurutku jadi over. Karena aku SD makan lima kali sehari. Makan nasi loh. Itu kapan aja makannya? Pokoknya sebelum sekolah terus pulang cepat kan kalau kelas tiga SD. Itu aku makan lima kali seharinya sampai kelas tiga SD. Paling diejekin sama tetanggaku, memang diejekin sama tetanggaku, “ ye Gendut taunya minta makan
Paling diejekin sama tetanggaku, gendut taunya minta makan terus ketika minta ijin untuk makan ke mama.
Diejek tetangga gendut karena lima kali makan dalam sehari (SP, 387-393)
Diejek gendut oleh tetangga SP (SP, 387-393)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416
terus” jadi dulu kami itu ngontrak dan kami itu satu sumur sama tetanggaku, jadi aku kalau mau makan aku minta ijin sama mamakku. Yaudah makan sana. Jadi mamak ga pernah complain. Jadi ga pernah memikirkan ke depannya ini gimana ya badanku. Jadi mamakku ikut-ikut aja, mak aku makan ya yaudah. Eee terus nanti tetanggaku yang lagi nyuci di kamar mandi mereka dengar “ Ih” Jadi dulu itu aku diejekin si gumbal “ih si Gumbal ini apa enggak makin lebar badannya makan aja kerjanya.” Si gumball itu apa artinya? Sama kayak gendut, gempal-gempal. Itu bahasa batak? Iya kayaknya, kayak sebutan-sebutan bahasa batak daerah. Kelas satu itu aku makan lima kali sehari soalnya itu mungkin ekonomi kami enggak baik kali dan mamakku cuma save makananya itu nasi jadi enggak ada buah, enggak ada apa, jadi kalau kita lapar mentok-mentoknya makan nasi dan kayak yang aku bilang dari dulu passionku itu memang belajar, jadi karena nilaiku baik terus jadi orang tuaku enggak pernah komplain. Mulai dari kelas satu SD aku selalu dapat juara dan lingkunganku juga gak komplain secara blakblakan karena ada yang menutupi gitu loh. Selalu dikenal orang kan dia dapat juara jadi kayak bisa dimaafkan untuk hal-hal lainnya meskipun tetanggaku suka ngejek tapi aku enggak terlalu peduli sampai kelas tiga
(SP, 387-393) Ejekan Lingkungan (SP, 387-393)
Diejek gendut dengan sebutan si Gumbal oleh tetangganya (gumbal sebutan gendut dalam bahasa batak.) dan mengatakan bahwa SP badannya makin lebar karena kerjaannya makan terus. (SP, 399401)
Diejek gendut oleh tetangga dan SP mendapat sebutan si Gumbal (SP, 399401)
Merasa prestasi akademik membuat SP seolah tidak peduli ejekan tetangga.(SP, 414-419)
Prestasi akademik mengalihkan perhatian SP dari tubuhnya. (SP, 414419)
Diejek si Gumbal oleh tetangga SP (SP, 399-401)
Ejekan lingkungan ( SP, 399-401)
Mengalihkan perhatian dari tubuh dengan prestasi akademik (SP, 414-419)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444
SD. Waktu kecil kayaknya enggak terlalu sih. Terus kalau waktu SMA? SMA itu aku, aku bilang dari SD smpe SMP itu aku tidak pernah depresi karena aku itu selalu unggul dimasalah akademik, nah masuklah aku SMA je jejeng aku itu kayak merasa aku paling bodok diantara semua, jadi kayak kompetisinya itu kayak beda level. Dan aku aku tidak punya senjata lagi untuk menutupi badanku yang tidak menurutku tidak sesuai dengan ekspektasiku dan ekspektasi lingkungan. Makanya itu semakin terpuruknya startnya di SMA menurutku. Karena tiap bulan itu aku aku harus berjuang untuk supaya merahku sedikit karena aku selalu di telpon pokoknya ga boleh ada panggilan orang tua kesana bla-bla segala macam. Jadi enggak ada yang mau kuunggulkan, secara fisik juga enggak akademik juga enggak. Jadi waktu itu juga kalau misalnya aku stress juga larinya ke makanan makanya jadi makin bengkak. Itu dari satu SMA berarti ya? Iya satu SMA, tapi sebenarnya itu lebih ke dalam diriku sih kalau kelas satu SMA itu belum puncak karena dari dalam diriku sendiri itu loh, aku belum adalah yang bisa ku eee unggulkan lagi sekarang. Aku beneran di titik yang mulai dari nol sekarang. Enggak ada yang mau diunggulin, jadi kayak cuma menanti keajaiban gitu doang kelas satu SMA. Terus itu, itu kan masih dalam
Merasa tidak punya kemampuan apapun untuk diunggulkan ketika masuk SMA. (SP, 421-429)
Tidak ada hal yang bisa diunggulkan ketika SMA (SP, 421-429)
Tidak ada hal yang bisa diunggulkan. (SP, 421-429)
Tidak ada keunggulan diri.(SP, 421-429) Kondisi SP diianggap terpuruk oleh dirinya sendiri (SP, 429-430)
SP merasa terpuruk saat masuk SMA. (SP, 429-430)
SP merasa terpuruk saat masuk SMA. (SP, 429-430)
Tidak ada yang diunggulkan baik fisik maupun akademik ketika SMA (SP, 430436)
Tidak ada keunggulan selama SMA (SP, 430-436)
Tidak ada keunggulan selama SMA. (SP, 430436)
Merasa dirinya terpuruk (SP, 429430)
Tidak ada keunggulan selama SMA (SP, 430436)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472
pikiranmu kan berarti, kalau dari lingkungan kayak temen-temen sekolah itu ada enggak kau dulu punya pengalaman? Dulu enggak sih. Kayaknya karena SMA itu enggak terlalu fokus sama fisik saat itu. Berarti beneran cuma karena pikiranmu berarti ya? Karena kau membandingkan, kayak kau merasa memang aku akademiknya udah enggak kayak sebelumnya lagi terus menurutmu badanmu tidak sesuai ekspektasimu berarti? Iya bisa dibilang gitu sih, dua sisi dua duanya itu kayak hal yan lemah gitu jadinya, ga ada yang bisa diandalkan gitu. Ya ga ada opsi lain deh, mungkin juga itu semakin karena lingkungan SMA budi Mulia yang kayak menekan masalah akademik dan kelas satu itu zaman-zamannya orang bangga kalau kau alumni bintang timur. Dan mulai nganggap kau orang kampung loh, kau datang dari mana? Bahkan ada orang yang di siborongborong itu masih berkeliaran babi ya? Jadi masih yang kayak gitu. Aku masih ingat pas aku pertama kali semeja sama si D, D terus ada percakapan yang mau dihapal dikasi pak siringo-ringo. Yang ada percakapannya You are the honest boy terus ada peri-peri datang nah itu, pas itu kami percakapan terus si D ini merasa kau asalnya darimana? Ah sikawan ini pasti enggak hapal kayaknya dia berekspektasi kekgitu sebelumnya. Nah pas
Menurut SP ada teman yang berekspektasi bahwa SP tidak mampu dalam hal menghapal. (SP, 469-474) SP menjadi pendiam di kelas karena perlakuan temannya dan berperilaku seolah tidak
Teman SP berekspektasi bahwa SP tidak mampu menghapal. (SP, 469-474)
Pengalaman kelas 1 SMA membuat SP
Kemampuannya Tidak dipercayai . (SP, 469-474)
SP menjadi pendiam kelas 1 SMA dan menutupi
Lingkungan tidak mempercayai. (SP, 469-474)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500
dipanggillah kami yang pertama percakapan ke depan, dia itu ternyata ga hapal dan aku membantu dia kayak sejenis lipsinc biar dia itu baca mulutku biar ga diulang lagi kami untuk percakapan hari itu. Nah pas kami udah selesai duduk dan aku masih ingat si Ivanto dibelakangku aku masih ingat kali si Ivanto bilang gini ”bisa kalah kau sama orang kampung, kau itu anak Bintang Timur loh” Mungkin ak sering kali dengar percakapan kayak gitu kelas satu tapi kayak jadi saat itu aku selalu jadi pendiam dan jadi kayak, tapi kalau aku pulang kampung ketawa terus, ketawa terus kayak enggak ada yang terjadi, karena menurutku itu hal yang gak perlu dipikirkan. Karena kami itu, di rumah kami itu orang-orang dipaksa untuk mandiri jadi me me menceritakan kelemahan itu sebuah aib untuk kami saat itu. Jadi aku berusaha kayak bertindak kayak enggak ada yang salah sih saat itu. Ya mungkin kayak yang kubilang dari kecil aku punya kebutuhan untuk diakui di depan umum, kalau enggak dalam hal akademik mungkin dari hal yang lain, menurutku itu sebuah kebutuhan sih jadinya. Terus itu pas mereka ngomentarin kayak gitu kau memang diam? Atau ada ngomong? Aku diam enggak ada respon apa-apa. Terus mereka reaksinya gimana? Kayak ngebully-bully gitulah. “Ya ampun kau bisa kalah sama orang kampung, orang
ada yang terjadi setiap pulang ke rumah. (SP, 483-488)
menjadi pendiam 470-475)
kondisinya setiap pulang ke rumah. (SP, 483-488) Menutup diri (SP, 483-488)
SP tidak menceritakan pengalamannya di sekolah ketika pulang ke rumah. (SP, 488493)
SP tidak cerita pengalaman ketika pulang (SP, 488493)
SP menutup diri ketika pulang (SP, 488-493)
Menutup diri (SP, 488-493) SP punya kebutuhan diakui di depan umum (SP, 493-497)
SP mempunyai kebutuhan diakui didepan umum. (SP, 493-497)
Butuh pengakuan di depan umum (SP, 493-497)
Kebutuhan diakui didepan umum. (SP, 493-497) SP diejek sebagai orang kampung oleh teman sekelasnya. (SP, 501-505)
SP Diejek orang kampung (SP, 501505)
SP diejek orang kampung (SP, 501505)
Lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
501 502 503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528
dari kampung juga datang masa kau enggak bisa ngapal gitu doang” kayak mereka itu beneran nganggap sebelah mata itu loh. Emang kalau aku datang dari kampung kenapa? Mungkin kalau yang datang dari parapat dan sekitarnya masih lebih dekat dari siantar kan, rumahku kan beneran jauh kan. Aku waktu SMP sih sempat digitukan asli guru kesenian lagi yang nyepelein loh bukan guru eksak. Padahal kesenian apa pula urgensinya kan kadang. Ternyata ada pengalaman gitu juga waktu kelas satu ya. Tapi kalau pengalaman waktu kecil itu tentang pengalaman body shaming yang aku maksud itu, kan biasa kita waktu kecil kan ikut acara pernikahan pengen kali megang bunga gitu kan. Aku sering kali bahkan itu lebih dari tiga kali kuingat pernikahan siapa pernikahan siapa aku itu udah ganti baju , udah siap untuk megang bunga ke gereja, tiba-tiba di cancel dengan alasan aku punya sepupu yang lebih cantik dari aku. Tapi itu waktu kecil ya mungkin orang menganggap yaudahlah gapapa orang masih kecil, gitu gitu loh. Enggak jadi sebuah masalah waktu itu. Ahahaha Oh ada juga pengalamanmu waktu kecil kayak gitu. Dulu itu aku sering ikut acara pernikahan sama mamakku, jadi waktu itu kayak ikut pesta siapa pesta siapa dengan harapan bisa memegang bunga ternyata tidak terkabul hanya karena ada
mengejek (SP, 501505)
SP merasa sepupunya dianggap lebih cantik dari dirinya oleh lingkungan dan lingkungan menghilangkan kesempatan membawa bunga di acara pernikahan keluarga. (SP, 518-522)
SP merasa dirinya tidak cantik dibandingkan sepupunya dan lingkungan tidak memberikan kesempatan yang sama antara SP dan sepupunya. (SP, 518-522)
SP merasa dirinya tidak secantik sepupunya, (SP, 518-522)
Tidak dapat kesempatan membawa bunga ketika ada orang lain yang dinilai lebih cantik datang (SP, 527-531)
Mendapat perlakuan yang berbeda dalam mengerjakan sesuatu karena penilaian cantik dan tidak cantik. (SP, 527531)
Lingkungan memberi kesempatan yang berbeda pada anak yang dianggap cantik dan kurang/tidak
Tidak percaya diri pada dirinya. (SP, 518-522)
Perlakuan diskriminasi dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545 546 547 548 549 550 551 552 553 554 555 556
sepupuku datang. Tapi sebenarnya itu bukan sepupu dekat sih, nenek kami aja beda tapi yang namanya orang batak kan ikatan marganya yang dilihat. Terus kalau SMA ada cerita lain gak? Itu yang si D dan I itu berlangsung pas bahasa inggris itu aja atau berlangsung berikutnya? Sama kayak matematika juga aku kan selalu dapat nol dari si X, tapi aku nyoba sih, aku nyoba sepenuh jiwa mengerjakan dia itu contohnya gampang eh tiba-tiba soalnya susah. Kokunya aja susahnya setengah mampus. Aku juga nilainya aja paling tinggi 40 atau 30 ya. Terus pas kelas dua ada pengalaman gak? Kelas dua itu mungkin karena masa puber kali ya udah ada kebutuhan untuk dilirik lawan jenis atau apa segala macam, kan kelas satu masih adaptasi syoksyoknya masuk anak Budi Mulia. Terus? Kelas dua udah mulai merasa ada kebutuhan kayak gitu, waktu itu semakin merasa tidak nyaman karena anak IPS itu kan bukan orang yang mengandalkan, skil secara umum kan? Salah sebenarnya itu itu karena di Budi Mulia aja disini anak IPS harus mikir loh. Ya maksudnya di sekolah kitalah komparasinya dan kelas dua itu juga sering kayak pak Tina yang datang ke kelas kami cuma bilang “ IPS kelas sampah” terus udah gak jadi belajar. Lebih kesitu sih jadi kayak, kami itu enggak ada eksistensinya disana. Jadi kayak mengingat temen-
cantik. (SP, 527531)
SP menilai bahwa kelasnya (jurusan IPS) dianggap tidak eksis di SMAnya. (SP, 554-558)
SP menilai bahwa kelasnya tidak dianggap eksis di SMA. (SP, 554-558)
lingkungan (SP, 527-531)
Menilai kelasnya tidak dianggap di SMA. (SP, 554558) Kelas SMA tidak eksis (SP, 554-558)
SP menilai anak IPS
Kelas yang
Kelas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
557 558 559 560 561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 571 572 573 574 575 576 577 578 579 580 581 582 583 584
temenku yang kayak orang Ani, dulu Anu yang memang untuk fashion doang kan orientasinya saat itu. Emang dari dulu ya mereka? Iya dari dulu memang gitu. Mengingat juga posisi anak IPS yang selalu direndahkan selalu di sekolah meningkat sih ketidakpercayaan dirinya. Dan kalau aku pulang pasti di bilang kakakku “ ya ampun kau gendut kali udah kayak karung, jerawatan.” Pasti dibilang waktu SMA “Siapalah yang mau sama kau?” ya namanya sekolah ya bedalah. Tapi jujur sejak kelas satu SMA aku bukanlah orang yang betah bercermin liat badanku, kayak sekarang. Aku selalu menghindari gitu loh kayak melihat apa, jadi aku menghindarinya dengan bahas soal apa segala macam. Itu karena apa berarti kira-kira? Mungkin saat itu aku udah merasa aku jelek. Jadi aku dan kebetulan juga di kosku itu kaca cuma kaca muka jadi ga full body, tapi bisa aja sih aku bercermin di kaca-kaca nako- nako kosan dan itu pasti Nampak kalau mau pergi ke sekolah tapi aku enggak pernah betah lama kok ngelihat, jadi ini bukan aku kok santai yang kayak gitu loh. (tahan menolak/ deny diri) terus aku sekolah saat itu aku coba untuk enggak fokus sama badanku dan tidak mengakui itu badanku, jadi aku cuma yaudah pokoknya aku belajar yang benar hanya itu aja, enggak ada yang bisa diandalin lainnya pikirku.
direndahkan meningkatkan ketidakpercayaan diri. (SP, 562-564)
Kakak SP pasti mengatakan bahwa SP gendut, kayak karung dan jerawatan (SP, 564568)
direndahkan meningkatkan rasa tidak percaya diri SP (SP, 562-564)
Kakak SP mengatakan bahwa dia gendut (SP, 564568)
direndahkan membuat percaya diri SP lebih rendah (SP, 562564)
Direndahkan tidak percaya diri (SP, 562-564)
SP dikatakan gendut oleh kakaknya (SP, 564568) Dipanggilan gendut (SP, 564-568)
SP tidak mau bercermin dan menghindari cermin selama SMA. (SP, 569-574)
SP menghindari untuk melihat tubuhnya (SP, 569574)
SP menolak / malu melihat tubuhnya. (SP, 569-574)
SP merasa dirinya jelek. SP merasa dirinya (SP, 575) jelek (SP, 575)
Merasa dirinya jelek. (SP, 575)
Body shame (SP, 569-574)
SP tidak betah melihat tubuhnya dan berbicara dalam hati bahwa yang dia lihat saat iru bukan dirinya (SP, 579-581)
SP menolak tubuhnya (SP, 579581)
Body shame (SP, 575)
SP menolak tubuhnya. (SP, 579581)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
585 586 587 588 589 590 591 592 593 594 595 596 597 598 599 600 601 602 603 604 605 606 607 608 609 610 611 612
Terus kayak komentar kakak itu, itu setelah SMA atau sebelumnya pernah? Kakak atau abang samamu. Enggak sih itu pas SMA kali ya, soalnya kakakku kan mulai SMA kan udah mulai gonta ganti pacar terus dia melihat ada hal yang harus diperbaiki dari badanku supaya punya pacar atau gimanalah. Mungkin karena dia membawa ke dirinya kali udah saatnya punya pacar apa segala macam pada saat itu. Itu posisi kakak udah kuliah kan? Udah. Tapi ya mungkin aku selalu diejek jadi aku memang gak pernah kemana-mana, jadi kalau pulang ke rumah ya cuma di rumah doang. Jadi enggak ada hal lain yang ini… tapi dulu lucunya waktu SMP aku itu bisa badmood seharian kalau ketemu anak kecil dan bilang “kak kakak kok gendut?” padahal itu anak kecil loh yang kayak yaudah dia itu enggak tahu apa-apa sebenarnya gitu. Tapi itu cukup menganggu dan itu selalu ketemu kayak dipestaperta kayak gitu, misalnya kayak baru di cancel megang bunga terus ketemu anak kecil yang bilang ih kakak kok gendut? Itu kan kayak pengen makan anak orang. Hahahahah Ini anak sok kali kita lihat aja nanti kau besar cantik atau enggak. Pikirku dalam hati hahahaha lucu. Secara tidak sengaja berarti semuanya ya dan lingkunganmu juga ketepatan kayak gitu pula. Karena itu eee ukuran badanku itu tidak secara
Menolak diri (denial) (SP, 579581)
Tidak mengakui tubuhnya dan fokus berusaha belajar. (SP, 582-586)
Menolak tubuh dan fokus belajaar (SP, 582-586)
Menolak tubuh (SP, 582-586)
Ada yang perlu diperbaiki dalam tubuhnya (SP, 590-595)
Ada yang diperbaiki dalam tubuhnya (SP, 590-595)
Malu pada tubuhnya (SP, 590595)
Body shame (SP, 582-586)
SP lebih menutup diri dari lingkungan karena selalu diejek lingkungan (SP, 596599) Ketika SMP, SP badmood jika bertemu dengan anak kecil yang mengatakan dia gendut. (SP, 600-603)
SP menutup diri dari lingkungan karena diejek (SP, 596-599)
SP menutup diri dari lingkunagn karena diejek (SP, 596-599)
Body shame (SP, 590-595)
Merasa terganggu jika
Mood SP akan jelek apabila bertemu orang yang mengatakan dia gendut.(SP, 600603)
Suasan hati SP akan berubah jelek jika dia dikatakan gendut ketika SMP (SP, 600-603)
Merasa terganggu
SP merasa
Lingkungan mengejek Menutup diri (SP, 596-599) Diejek mood jelek. (SP, 600603)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
613 614 615 616 617 618 619 620 621 622 623 624 625 626 627 628 629 630 631 632 633 634 635 636 637 638 639 640
rata-rata untuk ukuran kampung Ti. Ukuran ada yang mengatakan kampung itu kayak ukuran si Eni semua, tiba-tiba dia gendut (SP, 604mereka ketemu samaku ya syoklah. Apalagi aku 608) selalu ikut pesta sama orang tuaku kan ke daerah yang lebih kampung lagi dari tempatku. Oiya kau sering juga dibawa ke pesta kalau aku kan dilarang kan orang mama malas bawa aku kemana-mana gak tahu kenapa. Belum pernah sih kutanya kenapa mereka ga mau bawa aku. Biar gak disuruh kau marhobas (beres-beres) apa. Masalahnya kalau ada acara pun bukannya pernah disuruh marhobas. Aku marhobas itu cuma kalau di rumah kok. Sama sekarang setelah SMA dulu engga pernahnya. Cuma dulu aku dilarang. Yang kuingat sih memang aku tukang muntah. Jadi kayaknya mereka malas ngurus. Kan kalau anak-anak muntah kan harus dijagain benar-benar kan. Aku juga tukang muntah kok. Cuma ke Siantar aja aku bisa muntah dua kali. Sesudah SMAnya aku udah ga muntah lagi. waktu SMA masih ada lagi gak yang ingin kau ceritakan tentang penilaian tubuh eh enggak penilaian tubuh aja sih tentang kaulah pokoknya.. ahahaahha (tertawa) jadi kelas satu SMA aku, maksudnya kelas satu SMA itu udah mulai tertarik sama lawan jenis kelas satu jadi aku itu tertarik sama si Andy karena dia itu bukan salah satu orang yang
dikatakan gendut (SP, 604-608)
terganggu tiap dibilang gendut. (SP, 604-608) Body shame (SP, 604-608)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
641 642 643 644 645 646 647 648 649 650 651 652 653 654 655 656 657 658 659 660 661 662 663 664 665 666 667 668
memperlakukan aku dengan tidak baik saat itu dan itu sangat berbeda ketika saat kuliah terjadi.. terus? Itu sih pokoknya mulai kelas satu SMA pokoknya kalau kalian bilang kau kok lama kali menahan diri untuk memendam untuk tidak menunjukkan, satu sebenarnya aku tidak percaya diri untuk suka sama dia, bayangin sebenarnya suka sama orang lain itu enggak ada sangkut pautnya sama percaya diri atau enggak. Ya kau suka ya suka aja, itu hakmu kan. Secara umum itu hak kita untuk mencintai seseorang. Bahkan aku itu enggak sanggup untuk percaya diri. Makanya aku selalu coba nutupin rapi nutupin rapi apalagi dia udah pacaran sama pacarnya, itu kan kelas tiga ngelihat kalau mereka pergi les sama atau pulang sama, aku ngeliatain dari kelasku tapi kayak yaudah sih, I’m not hahaha. Makanya pas Si x bilang samaku kayak gini “ kau pasti suka sama si Andy karena ganteng kan?” aku langsung yang kayak apa sejelek itu aku emang ya, enggak pantas disandingkan sama orang yang mukanya kayak gitu. Ini kan masalah kalau udah pengakuan sampe kita dewasa itu kan, bukan masalah fisik lagi kan itu hanya masalah kenyamanan ajanya kan sebenarnya, bahkan disitu ak mikir anjir uda sampe delapan tahun aku enggak bisa percaya diri karena menurutku dia itu secara fisik terlalu sempurna untuk disukai lain masalah attitude dan
Tidak percaya diri untuk menyukai temannya. (SP, 648651, 653-654)
Tidak punya kepercayaan diri untuk menyukai orang lain. (SP, 648651, 653-654)
Tidak percaya diri untuk menyukai orang lain.(SP, 648-651, 653-654) Tubuhnya tidak percaya diri Body shame (SP, 648-651, 653654)
Menilai bahwa dirinya jelek hingga (SP,661663)
Menilai dirinya jelek (SP,661-663)
Menilai dirinya jelek (SP,661-663)
Body shame (SP,661-663)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
669 670 671 672 673 674 675 676 677 678 679 680 681 682 683 684 685 686 687 688 689 690 691 692 693 694 695 696
segala macam segala macamnya. Yaudah kalau secara mental enggak percaya diri kok suka sama dia, padahal itu sukanya itu bukan yang rempong gitu loh. Kalau kau suka ya suka aja itu kan hakmu, kalau kau memaksakan perasaan itu sama orang itu baru kau salah gitu. Toh juga misalnya ada juga orang yang suka samaku mereka pede pede aja tuh kayaknya pas mendekati gitu. Meskipun kayak orang-orang yang dikampungku yang menurutku si kawan ini SMP pun gak tamat gitu loh dan mereka pede pede aja tuh. Memang aku yang bermasalah dari dalam kayaknya dari dulu. Hahahaha. Orang kosan kayak orang-orang yang dkos kelas satu SMA tahu aku suka sama si Andy tapi kayak pas kelas dua kan mereka udah masuk IPA terus akupun gak pernah cerita penuh gitu loh, jadi mereka mikir cuma sesaat, lagian SMA cuma cinta cinta monyet mungkin. Berarti kalau dikosan dulu kalian biasa apa dong? Dikos itu aku selalu orang yang paling banyak merahnya ya jadi mereka, sejujurnya mereka selalu menganggap sebelah mata ke aku. Apalagi naik kelas dua aku IPS makin parah. Anak IPA menganggap anak IPS apa di Sekolah X? Kelasnya beda kan. Tapi kan waktu kelas dua kau udah belajar ips ga belajar IPA lagi. tapi kan sekosanku anak IPA smua aku aja yang IPS jadi tetep aja menurut mereka kelasnya beda.
Menilai kalau dirinya memiliki masalah dengan kepercayaan diri.(SP, 679-683)
Menilai bahwa dirinya memiliki masalah kepercayaan diri dari dulu .(SP, 679-683)
Punya masalah kepercayaan diri dari dulu. .(SP, 679-683) Tidak percaya diri. (SP, 679-683)
Menilai bahwa teman kos waktu SMA menganggap sebelah mata pada dirinya. (SP, 691-695)
SP menilai bahwa lingkungan meremehkan dirinya. Persepsi sp terhadap lingkungan. (SP, 696-
SP menilai bahwa dirinya dianggap sebelah mata oleh teman kosnya di SMA. (SP, 691-695)
Persepsi bahwa Lingkungan meremehkan dirinya (SP, 696-670)
SP merasa dianggap sebelah mata oleh teman (penilaian terhadap teman) (SP, 691695)
Perpepsi mengenai penilaian lingkungan (SP, 696-670)
Persepsi dianggap sebelah mata. (SP, 691-695)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
697 698 699 700 701 702 703 704 705 706 707 708 709 710 711 712 713 714 715 716 717 718 719 720 721 722 723 724
Masalah meng-underestimate itu tetap ada jadi 670) sama aj enggak ada perubahan. Sejak kelas 2 SMA merahmu masih ada gak? Kayaknya ada tapi paling cuma satu dan setelah kelas dua mereka jarang ngejek lagi kok kayaknya mereka menjaga jarak kok samaku. Berarti bisa kusimpulkan waktu SMA itu cuma pengalamanmu dalam hatimu sendiri kan? Kayak minder. Perasaan yang dibarengi dengan perlakuan orang. Perlakuan orang yang dihubungkan dengan standar yang ada di SMA itu berarti ya. Si Y juga dulu misalnya mau menjemur, ambil dulu jemuranmu ini aku mau menjemur, padahal aku yang duluan menjemur. Yaudah gapapa kuambil. Disitu posisi kainmu belum kering berarti? Belum baru aja menjemur. Daripada perang aku dibawah lah menjemur di tempat cowok. Gitu aja karena aku orang yang jarang pulang, cuma sekali sebulan pulang mereka tiap weekend pulang jadi aku jadi orang yang nguras bak mandi dan mereka enggak pernah bersihin karena mereka selalu pulang. Makanya aku dulu mengganggap anak IPA sombong semua, anak IPA dikosku aja gitu semua. Pokoknya pertama kuliah itu aku syoklah pokoknya. Syok karena? Dulu aku ambil jurusanku ini kan karena pengen jadi reporter sama presenter gitu kan, mungkin dulu karena SMA itu kebanyakan formal
Persepsi SP akan penilaian lingkungan (SP, 696-670)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
725 726 727 728 729 730 731 732 733 734 735 736 737 738 739 740 741 742 743 744 745 746 747 748 749 750 751 752
gitu kan, aku ini syok ngelihat temen-temenku di kampus yang mungkin aku melihat temen-temen IPS ku yang dulu tapi dengan tingkat kapasitas otak yang berbeda mungkin ya. Awalnya aku itu ingin serius kali ke kuliah itu karena udah satu tahun aku nganggur kan jadi kayak pokoknya aku harus menyeriusin ini ini kyak gitulah meskipun orang mengatakan kau terlalu serius apa segala macam, karena aku yang tahu effortku kayak gimana, soalnya kapasitasku itu cuma average tapi aku harus mencapai salah satu universitas terbaik di Indonesia biar aku survive saat itu aku harus gimana ya, harus tetap serius kan mengingat kapasitasku. Jadi pertama kali kok orang kuliah kok gak pake kemeja? Syok, orang kuliah dandan mulailah aku ngenal kayak yang namanya make up, dandaterus yang sepatunya wedges lucu apalah segala macam, sama cewek yang perawatan, facial, spa, segala macam apalagi kami dominan cewek kan. Disitulah aku pertama kali melihat badanmu seutuhnya. Pas SMA aku udah tiga taun mencoba menghindari kaca yang full body pas aku semester satu dan dua barulah aku coba emmmm kayak memperhatikan badanku sepenuhnya kek eee enggak bagus ya kayak gitu, tapi itu belum terlalu parah meskipun kuakui enggak bagus karena aku punya temen yang pas semester satu semester dua gak se-expert sekarang dandannya
SP setelah masuk kuliah mulai memperhatikan tubuhnya secara seluruhnya karena lingkungan jurusannya mementingkan penampilan ketika akan kuliah dan SP merasa bahwa tubuhnya tidak bagus. (SP, 741-751)
SP mulai memperhatikan tubuhnya kembali secara keseluruhan dan menilai bahwa tubuhnya tidak bagus. (SP, 741751)
Memperhatikan tubuh dan menilai tidak bagus (SP, 741-751) Body shame (SP, 741-751)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
753 754 755 756 757 758 759 760 761 762 763 764 765 766 767 768 769 770 771 772 773 774 775 776 777 778 779 780
jadi masih ada orang yang bisa dihinggapi yang tidak terlalu pintar dandan, dan semester satu juga karena masih ngambil mata kuliah umum jadi masih ketemu sama jurusan lain yang lumayan serius kayak HI, ilmu politik gitu mereka masih pake kemeja dan belum sedandan temenku. Kalau diskusi aku enggak ada masalah sih lagian aku selalau jadi moderator yang baik kalau lagi diskusi, jadi selalu bisa memimpin enggak ada yang salah, saat itu aku kembali ke tahap lagi ini memang passionku kembali ke satu SMP, ini memang passionku dan aku masih bisa bersuara disini saat itu. semester tiga udah masuk pembagian konsentrasi kan emang cita-citaku awalnya reporter sama jurnalis, tapi setelah kupikir-pikir kalau misalnya jurnalisme, fotografersama yang lainnya itu kan bisa dipelajari otodidak kayak sekarang anak komputer juga bisa belajar kok jurnalisme kayak gitu anak ekonomi juga, jadi aku mutusin ambil humas dan periklanan. Humas sama periklanan kan, semester tiga sama semester empat nah disitu lagi ternyata skill itu enggak segalanya. Mulailah mulai memperhatikan penampilan saat udah masuk mata kuliah humas, kita nanganin projek perusahaan karena perusahaannya itu didatangin langsung ke sekolah eh ke kampus untuk nilai semester kita terus masuk ke dunia periklanan yang menuntut
Awal kuliah SP masih bisa memimpin ketika mnjadi moderator di suatu diskusi. (SP, 761776)
Semester tiga dan empat ketika mulai masuk ke pembagian jurusan SP mengambil humas SP bukan hanya kemampuan yang dibutuhkan tetapi penampilan juga karena kita akan berhadapan langsung dengan
SP masih bisa ambil bagian sebagai moderator yang baik dalam aktivitas kelas. (SP, 761-776)
Kondisi kelas semester tiga setelah pembagian jurusan membuat SP mulai memikirkan penampilan dan dia mulai khawatir. (SP, 777-786)
Punya kesempatan dalam memimpin sebuah diskusi sebagai moderator.(SP, 761-776)
Keunggulan tampil di depan umum (SP, 761-776)
Sp mulai khawatir lagi dengan tubuhnya (SP, 777-786) Body shame (SP, 777-786)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
781 782 783 784 785 786 787 788 789 790 791 792 793 794 795 796 797 798 799 800 801 802 803 804 805 806 807 808
kreativitas kita bagus dan performance, disitu aku mulai yang kayak mmmm wah udah mulai khawatir gitu loh, masak aku kalah lagi, udah mulai merasa insecure saat itu kan. Wah ini kek mana ini badanku, badanku kek mana badanku kek mana. Itu semester tiga semester empat dan itu aku mulai merasa enggak nyaman pas masuk ke konsentrasiku ini, pas aku semester satu semester dua masih dipercaya jadi moderator, moderator apa apa gitu, mereka mulai ganti posisiku karena itu udah jadi basic performance semuanya itu udah banyak dari segi penampilan karena secara skill sebenarnya kita imbang beda tipis doang gitu loh, cuma aku lebih ke analisis dibanding mereka. Terus yaudah semester tiga semester empat, puncaknya itu kalau engga semester empat semester lima kali ya. Waktu itu aku ngambil mata kuliah mata kuliah umum yang bisa diambil jurusan lain bisa ambil minimal dua. Jadi kemaren itu ngambil mata kuliah fisiologi komunikasi, anak politik anak HI ngambil juga anak sosiologi juga. Terus meskipun aku enggak nyaman di konsentrasiku karena banyak orang yang ngandalin penampilan selain skill, karena menurut mereka itu prinsipnya penampilan itu bagian dari profesionalisme jadi mau gak mau kau harus ngikutin iramanya mereka kan karena itu bagian dari profesionalisme bukan karena supaya
perusahaan atau masyarakat. SP muai cemas dengan tubuhnya. (SP, 777786)
Mulai tidak nyaman dengan tubuhnya. (SP, 788-790)
tidak nyaman dengan tubuhnya (SP, 788-790)
Tidak nyaman dengan tubuhnya (SP, 788-790)
Body shame (SP, 788-790) Menurut penilaian SP, lingkungan SP menyebutkan bahwa menjaga penampilan adalah bagian dari profesionalisme. (SP, 804-811)
Menjaga penampilan dinilai sebagai salah Menjaga satu profesionalisme. Penampilan = (SP, 804-811) profesionalisme (SP, 804-811) Internalisasi penilaian lingkungan (SP, 804-811)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
809 810 811 812 813 814 815 816 817 818 819 820 821 822 823 824 825 826 827 828 829 830 831 832 833 834 835 836
orang tertarik samamu bukan yang kayak gitu. Jadi pas itu aku merasa sedikit aman karena aku punya dosen, jadi dosenku ini masih benar benar yang berasal dari Sumatera Barat jadi kayak pola pikir dan kerja kerasnya apa segala macamnya itu masih sepikiran sama aku dan dia itu semester tiga empat kan ngajar periklanan manajemen brand dan yang gitu gitu. Dan dia itu kayak orang merasa aku kayak anak kesayangan dia. Karena dia apa apa misalnya ngejelasin itu pasti SP menurutmu gimana? Bahkan aku ulang tahun dia ngucapin di depan kelas gitu, eh SP happy birthday ya kalian ga mau ngucapin? Bisaloh nyanyi sepenggal lagu.Sampe yang kayak gitu loh aku itu mulai up-nya itu semester tiga semester empat, udah mulai merasa nyaman meskipun perlakuan temenku yang lain udah mulai mencurigakan. Jadi pas semester lima dosenku ini juga memfavoritin temenku satu lagi yang secara skill oke dan penampilan juga oke jadi pas semester 5 masuk lah kami ke projek sosialisasi komunikasi jadi ada brainstorming ide. Yaudah jadi waktu itu kami dibattle-in. dosen yang sama? Iya dosen yang sama. Bayangin aku udah, dosen yang ngucapin selamat ulang tahun SP dan tementemenmu yang udah mikir kalian itu punya affair dibelakang hanya karena dia itu suka menyanjung kau di depan umum pas semester 5 itu dia tiba-tiba
Ketika SP dibandingkan dosen dengan teman yang dianggap setara dalam kemampuan tetapi SP kalah dari segi
SP merasa kalah dari temannya ketika dosen memberi penilaian lebih tinggi pada teman yang
Kalah dari segi penampilan walau punya kemampuan baik. (SP, 839-843)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
837 838 839 840 841 842 843 844 845 846 847 848 849 850 851 852 853 854 855 856 857 859 860 861 862 863 864 865
bilang apa “ saya” dia itu bilang secara skill kuakui kamu itu memang yang terbaik, bahkan kamu itu lebih layak berdiri disini dibandingkan saya sebagai dosen, tapi untuk performance kamu itu tidak sebaik P. dan pas keluar nilaiku kulihat aku dapat A- dan temenku itu dapat A. Disitu aku merasa kayak dikhianati. “Man, karena masalah gendut gitu loh dan dia itu satu-satunya dosen yang kupuja gitu lo. Aku merasa enggak fair kali disitu sampe aku itu mikir, aku itu enggak ada hal positif lagi ya? Pulang dari situ aku mulai merasa yang kayak gangguan yang gangguan makan, kayak aku makan gorengan terus niatnya beli dua habis makan aku merasa bersalah. Aku datang lagi ke warung itu aku beli 10 aku paksa masuk abis itu aku nangis-nangis aku muntahin ke kamar mandi aku masukin jari. Kalau diajakin orang makan aku enggak mau. Pokoknya aku enggak keluar rumah kalau enggak karena kerja kelompok apa segala macamnya karena itu kan menurutku tanggung jawabku disini jadi aku gak boleh karena aku galau aku jadi gak kuliah gitu loh sama yang lain-lainnya. Disitulah aku mulai menarik diri dari lingkungan. Itu tadi yang ka beli dua gorengan dan setelah makan balik ke warung lagi buat beli, itu memang gitu kejadiannya? Enggak aku niatin beli banyak awalnya soalnya aku pengen nyicip awalnya, tapi habis itu karena aku merasa
penampilan.(SP, 839843)
lebih dari segi penampilan. (SP, 839-843)
Merasa dirinya diperlakukan tidak adil dan merasa dirinya buruk. (SP, 847-849)
Merasa dirinya buruk. (SP, 847-849)
Setelah mendapat penilain dari dosen tadi, SP pulang dan mulai makan banyak gorengan kemudian setelah makan merasa bersalah dan memuntahkan secara paksa. (SP, 849-855)
SP makan gorengan berlebihan dan dipaksa masuk, kemudian merasa bersalah dan menuntahkan (SP, 849-855)
SP mengurung diri dan membatasi keluar kamar. (SP, 856-863)
SP membatasi diri dari lingkungan (SP, SP membatasi diri 856-863) dari lingkungan. (SP, 856-863)
Melakukan pembelian
Secara tidak sadar
Body shame (SP, 839-843)
Merasa dirinya buruk. (SP, 847849)
SP menunjukkan ciri buliamia. (SP, 849-855)
Body shame (SP, 847-849)
Ciri Gangguan makan Bulimia (SP, 849-855)
Menutup diri/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
866 867 868 869 870 871 872 873 874 875 876 877 878 879 880 881 882 883 884 885 886 887 888 889 890 891 892 893
bersalah aku ke warungnya lagi, ya namanya tukang warung ya disangkanya “wah doyan nih orang”. Terus tujuanmu balik ke warung itu ngapain? Beli lagi. maksudnya beneran cuma mau beli lagi dan makan atau? Tapi kau itu kau sadar kan ke warungnya? Enggak kayaknya. Pokoknya aku melangkahkan kaki itu kayak ga sadar pokoknya aku tujuannya ada makanannya. Terus setelah makanannnya habis tetap langsung kau muntahkan? Iya karena sebenarnya aku udah kenyang tapi kupaksa masuk, kayak ada kepuasaan kalau berhasil masuk tapi kukeluarkan lagi. Capek sih apalagi kalau pas ngeluarin gitu, muntahinnya capek. Bayangin kita muntah karena aroma mobil aja muntahnya capek luar biasa apalagi muntah yang dipaksa.. Muntah yang perutmu suka gitu sama makanan itu tapi kau paksa keluar. Itu berapa lama kau ngalaminnya? Dua semester. Berarti 5 , 6 ya? Iya. Aku start skripsi. Setelah kKN berarti ya. Pas kkn aku masih jaga-jaga makanan. Waktu mulai skripsi kau masih mengalami itu berarti ya.. iya tapi karena fokusnya udah beda jadi mungkin fokusnya teralihkan karena udah ada fokus lain yang harus kupelihara selain kayak misalnya aku bercermin, aish ah gendutnya, tapi yaudah lah SP skripsi jadi ya yang kayak gitu. Ada yang memaksa waktuku makanya aku gila-gilaan
makanan berulang dan setelah dimakan merasa bersalah, melakukan secara tidak sadar. (SP, 865-876)
beli makanan berulang memakannya kemudian merasa bersalah melakukannya (SP, 865-876)
Beli makannan berulang memakan dan merasa bersalah. (SP, 865-876)
menghindar dari lingkungan (SP, 856-863)
Ciri bulimia.(SP, 865-876)
Makan makanan dengan dipaksa setelah masuk SP mengeluarkan lagi dengan cara dipaksa untuk muntah. (SP, 878-885)
Makan makanan kemudian dimuntahkan kembali. (SP, 878885)
SP fokus skripsi jadi tidak terlalu
SP mengalihkan fokusnya pada
Makan makanan kemudian dimuntahkan (CIri penderita bulimia) (SP, 878-885)
Pengalihan fokus
Ciri bulimia= gangguan makan (SP, 878-885)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
894 895 896 897 898 899 900 901 902 903 904 905 906 907 908 909 910 911 912 913 914 915 916 917 918 919 920 921
melakukannya biar fokusku itu teralihkan kesitu. Jangan sampe berhenti dan aku berpikir ya ampun aku enggak sempat olahraga dan akhirnya perutku makin buncit dan ya gitulah. Jadi aku daripada mengeluh gitu ngerjain skripsiku ae. Dan itu enggak terlalu parah menurutku dan aku puas karena ada pengeluaran energi satu hari itu yang begitu banyak gitu. Tapi sebenarnya percaya diriku itu balik lagi pas aku magang sih, mulai start skripsi. Magang kau tahun berapa sih? 2015 atau 2014? 2015 eh desember 2014 sampai januari 2015. Di magangku itu kebetulan aku magang di pertambangan gitu orang enggak peduli masalah badan jadi aku kayak dan pas aku nyoba mengalokasiin skillku, terus aku ditawarin GMnya kerja disana, barulah disitu aku menemukan titik kembali bahwa aku memiliki skill ternyata. Aku karena beberapa kali judulku ditolak aku kan magangnya jadi desember karena baru disitu judul keempatku baru diacc. Oke misalnya kayak makanan, makanan apa aja yang udah pernah kau makan tapi setelah makan kau muntahkan? Indomie terutama, itu sangat menggoda. Itu sering enggak terjadi? Indomie sering gorengan juga sering. Bisa gak kira-kira dibuat hitungannya dalam sebulan misalnya berapa kali kau melakukan itu? bisa lebih dari sepuluh kali. Karena kan pas aku mengalami
memikirkan tubuh dan SP tetap merasa bahwa dirinya gendut. (SP, 894-900)
skripsi tetapi tetap merasa bahwa dirinya gendut. (SP, 894-900)
ke skripsi tetap merasa dirinya gendut. (SP, 894900) Body shame (SP, 894-900)
Mendapat kepercayan diri ketika magang mengandalkan kemampuan.(SP, 903905, 910-912)
Mendapat kepercayaan diri ketika magang mengandalkan kemampuan. (SP, 903-905, 910-912)
SP membatasi diri dari Membatasi diri dan lingkungan dan selalu membuatnya stress mengurung diri dikamar (SP, 922-929) dan membuatnya stress. (SP, 922-929)
Magang mengandalkan kemampuan SP percaya diri. (SP, 903-905, 910912)
Pandangan positif pada diri (SP, 903905, 910-912)
SP membatasi diri dari lingkungan dan membuatnya stress.. (SP, 922929) Menarik diri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
922 923 924 925 926 927 928 929 930 931 932 933 934 935 936 937 938 939 940 941 942 943 944 945 946 947 948 949
hampir bulimia itu kan aku totally gak kemanamana, pulang kuliah langsung balik. Pulang kuliah balik pulang kuliah balik, paling lagian kan aku kerja kelompoknya kan malam ke pagi yaudah, siangnya aku ngapain ya disini dikamar ini liatin berapa meter kamar ini dan stress. Oh penyebabnya itu aku suka akses streaming gitu loh. Akses streaming? Streaming ini loh misalnya akses artis Victoria secret gitu apa segala macam di kamarku yang cuma segini ukurannya. Pulang dari sana yang aku udah stress narik diri dari lingkungan aku nonton kekgitu lagi. kan aku paling hobi nonton Victoria secret. Itu udah mulai kapan suka nonton Victoria secretnya? Semenjak aku kuliah semester 4,5 itu. (sambil seperti bergendang di dipan kasur) itu tujuanmu nonton Victoria secret itu apa? Ada gak? Cuma pengen aja atau ada? Awalnya karena tertarik sama ini ya sama dunia pemasaran jadinya konsentrasiku ke yang kayak gitu. Jadi ada seperintilan topik yang kayak membawa produk Victoria secret, nah kukepoinlah mmm aku enggak cuma ngepoin mereka itu di shownya gimana aku perhatiin gimana olahraganya mereka jadi aku search satu persatu, misalnya Bella hadid itu berapa jam dia cardio setiap hari? Dia lima jam ya dia habis itu ngapain? Yang kayak gitu kayak gitu. Mungkin karena itu kan semakin parah. Berarti
lingkungan stress (SP, 922929) SP sering mengakses video Victoria secret dan membuat SP semakin menarik diri dan stress. (SP,931936)
SP senang menonton video model internasional yang membuatnya makin stress dan menarik diri dari lingkungan. (SP,931-936)
Menonton aktivitas model internasional karena tertarik dunia pemasaran membuat SP semakin khawatir dengan tubuhnya. (SP, 942-951)
Tertarik dunia pemasaran menonton video model internasional membuat SP semakin khawatir akan tubuhnya. (SP, 942-951)
Menarik diri, menonton video model internasional stress (SP, 931936)
Ketertarikan Menonton mulai menerima standar di video sebagai contoh tubuh idaman. (SP, 942-951)
khawatir akan tubuh body shame (internalisasi standar model internasional) (SP, 942-951)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
950 951 952 953 954 955 956 957 958 959 960 961 962 963 964 965 966 967 968 969 970 971 972 973 974 975 976 977
setelah mulai skripsi perhatianmu seperti semester 5,6 itu, eh setelah kkn perhatianmu semester 5,6 itu teralihkan ke skripsi berarti? Skripsi dan persiapan karir kayak itulah. Kayak udahlah aku udah persiapan ke dunia kerja sekarang udah lah, udah beda gitu jadi udah mulai ngurangin fokus yang kayak gitu. Disitu juga berhenti yang nyongkel-nyongkel paling yang ga nyaman pokoknya aku jangan di kos aja sendiri distraksinya disitu paling. Makanya aku selalu mengusahakan jam 8 pagi harus udah jalan ke perpus biar fokusnya itu sembuh. Tapi sekarang itu terobati karena aku kan nyoba rutin olahraga jadi merasa baikannya itu memang enak. Itu ternyata olahraga itu memang sangat menyembuhkan. Alokasi yang baik, iya alokasi yang baik terlepas dari bisa dilanjutkan atau enggak nanti pas kerja nanti. Terus dari lingkungan pertemanan terhadap itumu, dirimu ada gak berpengaruh pada dirimu sebelumnya? Kan ceritamu lebih banyak kayak dosen kan ya itu temen-temen yang kayak mulai mengurangi jatah sebagai presentator apa segala macam karena penampilan kurang. Itu mereka ada menyebutkan alasan atau secara pelanpelan? Enggak ada alasan sih Apalagi kau taukan orang jawa enggak terbuka kan. Siapa tahu ada yang keceplosan kan, soalnya kan kayak
Mengobati dengan cara berdamai dengan tubuhnya dan tidak terlalu fokus pada tubuh serta mencoba olahraga teratur. (SP, 964-965)
Mengurangi fokus pada tubuh denganmembuat olahraga teratur. (SP, 964-965)
Olahraga teratur untuk mengatasi kecemasan. (SP, 964-965)
Problem solving. (SP, 964-965)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
978 979 980 981 982 983 984 985 986 987 989 990 991 992 993 994 995 996 997 998 999 1000 1001 1002 1003 1004 1005 1006
dosenmu itu kan bisa dibilang itu menjelaskan terang-terangan di depan umum kan. Kalau relasi romantis itu ada berpegaruh gak? Sama mantan hahaha. Meskipin dia sebenarnya membully tapi aku tidak terlalu peduli. Aku merasa dia bukan orang yang bisa mengimbangi aku secara akademik. Jadi kayak aku “well I don’t care” dia suka bilang diet lah kau pas aaa dia bilangnya itu kayak iya enggak iya gitu loh. Misalnya kayak pas aku aku pulang dari kampung inggris kan aku memang kata dia kurusan, kata dia kan gini kau kurusan enak gitu kan, ya mungkin karena dia selama ini juga fokusnya masalah seksual bukan yang lainnya jadi kalaupun dia bilang gendutan loh kau aku sih bodo amat. Karena yang membuat aku merasa buruk itu kan satu masalah akademik dua memang orang yang kuanggap orang yang memang kusukai gitu loh kalau orang yang diluar lingkaran itu ya bodo amat hahaha. Abangku sih pernah pas aku stress stressnya pulang semester lima pulang ke siborongborong, kan dingin kan pas mau renungan gitu kan aku kan udah pewe sama adekku gitu duduk selimutan terus dengarin mamakku renungan malam, terus abangku bilang ambil bibel kita dek, terus aku bilang dek ambilkan dulu kugituin kan. Terus abangku apa kau gak makin gendut nanti kalau kau malas gerak. Terus aku
Mantan pacar SP pernah mengatakan bahwa dia gendut. (SP, 983-984)
Orang didekat SP mengatakan dia gendut. (SP, 983984)
Significant other mengatakan bahwa SP gendut. (SP, 983-984) Penilaian Lingkungan (SP, 983-984)
Abang SP mengatakan bahwa gimana SP gak makin gendut kalau malas gerak. Dan dia
SP menangis ketika abangnya mengatainya gendut. (SP, 1007-1010)
Menangis ketika lingkungan menyebut gendut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
1007 1008 1009 1010 1011 1012 1013 1014 1015 1016 1017 1018 1019 1020 1021 1022 1023 1024 1025 1026 1027 1028 1029 1030 1031 1032 1033 1034
langsung nangis nangis senangisnya terus aku masuk kamar. Terus itu gimana ceritanya? Abangmu terus kau langsung nangis, terus selanjutnya gimana maksdku. Aku nangis, aku itu dikampus udah selalu resah karena masalah berat badan blablabla bahkan di rumah sendiri aku juga gak bisa nyaman apa sih mau kalian.. Itu sama abang? Sama abang dan kakakku eh sama mamak. Itu posisimu kau keluar kamar lagi? atau teriak dari kamar? Aku masuk kamar dan teriak. Terus reaksinya? Reaksi abangku? Ya itu yang merasa masalah itu kan cuma aku, abangku merasa ya ampun gitu aja pun.. udah mereka melanjutkan kegiatannya. Kayak gak ada yang terjadi. Kayak temen kita bilang kau aja yang baper. Waktu kuliah itu makin akutnya itu kan gini ceritanya, jadi aku cuma dikosan, aku bulimia aku gak bilang sama orang, aku itu kan nyaman main sama abusyo tapi kan mereka hahaha tapi kan aku enggak pernah cerita sama mereka masalah badan apa segala macam, tapi yang kayak aku pernah bilang mereka sering bilang beratmu 80 kan atau mereka sengaja berhentiin motor pas boncengin aku nah itu makin akut. Bahkan ya abis nongkrong dari abusyo sering kali aku nangis dikamar. Terus aku selalu nyetok makanan yang bisa membuat lambungku tersiksa, tersiksa kekenyangan dan aku nyetok gorengan gitu lo dan
menangis setelah mendengar komentar abangnya. (SP, 10071010)
Merasa bahwa di rumah sendiri SP juga tetap tidak nyaman dan tidak diterima dnegan kondisi badannya. (SP, 10121015)
(SP, 1007-1010)
Merasa tidak nyaman oleh keluarga karena badannya. (SP, 1012-1015)
SP merasa tubuhnya tidak diterima juga di keluarganya. (SP, 1012-1015)
Menangis menanggapi penilaian lingkungan terhadap tubuhnya. (SP, 1007-1010)
Tidak mendapat dukungan dari keluarga (SP, 1012-1015) Pernah disuruh temannya turun dari motor karrena katanya motornya tidak kuat dan SP menangis. (SP, 1026-1034)
Diejek gendut oleh teman dan membuat SP menangis. (SP, 1026-1034)
Diejek gendut oleh temannya dan membuat SP menangis. (SP, 1026-1034)
Pernah mendapatkan
Mendapat julukan
Penilain lingkungan menangis (SP, 1026-1034)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
1035 1036 1037 1038 1039 1040 1041 1041 1042 1043 1044 1045 1046 1047 1048 1049 1050 1051 1052 1053 1054 1055 1056 1057 1058 1059 1060 1061
aku gak ngunyah cuma teptep tep aku masukin semua terus kenyangnya sampe muntah-muntah gitu. Kalau habis ketemu sama orang abusyo, apalagi ti dulu ada kan peserta the voice atau apa yang mbak mbaknya gendut chubby terus dia bagus nyanyi, terus kan kami dulu kalau mau pigi ngamen kan, selalu nonton di burjo dulu kan, terus di R selalu bilang eh ini kembarannya SP kembaranmu, terus yang lain itu ketawa ketawa. Aku cuma bilang “ish apa sih kalian?” aku cuma bilang yang kayak gitu kayak gitu. Terus aku pulang kos stress ya gitu paling ya gitu doang. Terus itu kayak gorengan yang kau setok itu kau belinya kapan? Kalau kau Tanya sekarang aku pun gak tau itu belinya kapan soalnya selalu ada dikamarku. Soalnya aku jadi penasaran sih. Yaudah gitulah semua temen-temen juga gitu aja terus. Setelah skripsi karena ada fokusku yang lebih penting aku udah lebih bisa mengontrol itu semua. Aku juga sadar aku masih punya skill yang bisa kuandalkan dan ditingkatkan disambil tetap jaga tubuh dengan rutin olahraga. Makanya sambil skripsi aku jadi lebih rutin olahraga dan lebih sayang sama tubuhku. Jadi sejak saat itu keadaanmu lebih bisa mengontrol pikiranmu khususnya mengenai tubuh ya? Iya. Oke terimakasih untuk waktumu ya sudah bersedia berbagi dan
nama samaran tertentu oleh teman dan pemilik nama itu berbadan gendut. Disamain sama orang bertubuh gendut. (SP, 1039-1047)
dari teman, julukan itu dihubungkan dengan seorang yang bertubuh gendut dan membuat SP stress. (SP, 1039-1047)
Setelah skripsi merasa lebih menyayangi tubuh dengan tidak fokus pada tubuh karena masih ada kemampuan yang diandalkan dan dapat ditingkatkan sambil rutin olahraga. (SP, 1053-1059)
Fokus pada tubuh berkurangmeningkatkan kemampuan dan tetap menjaga kesehatan tubuh dengan olahraga. (SP, 1053-1059)
Diidentikkan dengan seorang tokoh gendut. (SP, 1039-1047) Lingkungan body shame (SP, 1039-1047)
Fokus pada tubuh berkurang karena sudah mampu melihat kelebihan lain. (SP, 10531059)
Pandangan positif pada diri sekarang, dan menjaga kesehatan dengan rutin olahraga. (SP, 1053-1059)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
1062 1063 1064
berpartisipasi.