102761_laporan Plebo 2.docx

  • Uploaded by: Widia rahmadhani
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 102761_laporan Plebo 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 909
  • Pages: 5
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK SAMPLING DAN PLEBOTOMI II PENGAMBILAN DARAH VENA

Disusun Oleh: Nama : Widia Rahmadhani NIM : P07134217259 Kelompok : 2.5 DIV Analis Kesehatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2019

LAPORAN PRAKTIKUM

Materi

: Pengambilan darah vena menggunakan spuit

Hari/Tanggal

: Jumat, 15 Maret 2019

Tujuan Praktikum : 1. Mengetahui teknik komunikasi (inform concern) yang baik dan benar kepada pasien saat melakukan kegiatan plebotomi. 2. Mengetahui teknik pengambilan darah vena dengan tujuan untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk dilakukan pemeriksaan.

Prinsip

:

Prinsip praktikum pengambilan sampling darah pada mata kuliah phlebotomi adalah melakukan pengambilan sampling sesuai dengan SOP standar yang disertai dengan inform concern yang tepat kepada pasien, berdasarkan etika profesi analis kesehatan. Pembendungan pembuluh darah vena dilakukan agar pembuluh darah tampak jelas dan dengan mudah dapat ditusuk sehingga didapatkan sempel darah.

Dasar Teori : Flebotomi berasal dari kata Yunani phleb dan tomia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti mengiris/memotong. Dulu dikenal istilah vena sectie (Bld), venesection atau veni section(ing). Flebotomist adalah seorang tenaga medik yang telah mendapat latihan untuk mengeluarkan dan menampung specimen darah dari pembuluh darah vena, arteri atau kapiler. Teknik flebotomi merupakan suatu cara pengambilan darah (sampling) untuk tujuan tes laboratorium atau bisa juga pengumpulan darah untuk didonorkan. Profesi flebotomis biasanya dilakukan oleh dokter, perawat, bidan dan analis kesehatan. Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia belum diatur tenaga kesehatan yang disebut sebagai teknisi phlebotomy, oleh karena itu teknisi phlebotomy belum sah sebagai salah satu tenaga kesehatan. Didalam tindakan

phlebotomi, seorang phlebotomist perlu mengetahui darah apa yang akan diambil, peralatan apa yang akan digunakan, dibagian anatomi mana mengambilnya, bagaimana mencegah infeksi, bagaimana mencegah atau mengurangi rasa sakit, bagaimana berkomunikasi dengan pasien, prosedur pelaksanaan yang benar dan faktor keselamatan. Phlebotomis memiliki kompetensi adalah tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan seputar phlebotomi dan mampu melakukan pengambilan darah secara efisien (daya guna) dan efektif (hasil guna). Seorang phlebotomis menjadi orang yang sangat penting karena menempati posisi awal dalam rangkaian pemeriksaan, untuk itu phlebotomis harus menyiapkan diri dalam banyak hal. Dalam kegiatan phlebotomi terdapat suatu cara pengambilan darah vena yang diambil dari vena dalam fossa cubiti, vena saphena magna / vena supervisial lain yang cukup besar untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan representative dengan menggunakan spuit. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture.

Alat dan Bahan

:

1. Spuit 2. Torniquet 3. Kapas alkohol dan kapas kering 4. APD

Prosedur Kerja

:

1. Diasiapkan alat dan bahan. Dipilih ukuran atau volume syring yang sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil serta dipilih ukuran jarum yang sesuai dan pastikan jarum terpasang dengan benar. 2. Dilakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah, usahakan pasien senyaman mungkin.

3. Diidentifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan. 4. Diverifikasi keadaan pasien, misalnya sedang puasa atau telah mengkonsumsi obat. Dicatat bila pasien meminum obat tertentu, tidak puasa dsb. 5. Meminta pasien meluruskan lenganya, dipilih tangan yang banyak melakukan aktivitas. 6. Meminta pasien untuk mengepalkan tangannya. 7. Dipasangkan turniket kira-kira 10 cm di atas lipatan siku. 8. Dipilih

bagian

vena median

cubital atau cephalic. Dilakukan

perabaan

(palpasi) untuk memastikan posisi vena. Apabila vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastic dan memiliki dinding tebal. 9. Jika vena tidak teraba, dilakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit pada daerah lengan. 10. Dibersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70% dan dibiarkan kering, dengan catatan kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi. 11. Ditusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk kedalam semprit (flash). Usahakan sekali tusuk vena, lalu turniket dilepas. 12. Setelah volume darah dianggap cukup, minta pasien membuka kepalan tangannya. 13. Diletakan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan / tarik jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama ± 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum torniquet terbuka. 14. Menanyakan keadaan pasien dan mengucapkan terima kasih.

Hasil dan Pembahasan : 1. Pada pengambilan darah vena ( venipucture), contoh darah umumnya diambil

dari vena median cubital pada anterior lengan ( sisi dalam lipatan siku). Vena ini dekat dengan permukaan kulit, cukup besar dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalika atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya.

2. Pemasangan torniquet (tali pembendung)



Pemasangan torniquet dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total).



Melepas torniquet sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma.

3. Penusukan



Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.



Tusukan jarum yang tidak tepat masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dan mengakibatkan hematoma.

4. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel

yang diakibatkan kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar serta rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.

Kesimpulan : Phlebotomis mampu melakukan kegiatan sampling dengan darah vena menggunakan spuit sesuai SOP serta mampu melakukan komunikasi (inform concern) dengan pasien.

Sumber : Hidayat, A Aziz Alimul & Musrifatul Uliyah.2004.Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:EGC Wiradewi, A, A. 2010. Pengenalan Phlebotomi. Denpasar.

Banjarbaru, 21 Maret 2019 Mengetahui pembimbing,

Praktikan,

( Yayuk Kustiningsih, SKM., M.Kes.)

(Widia Rahmadhani )

Related Documents


More Documents from "Widia rahmadhani"